Anda di halaman 1dari 3

Algipar Refrindo Wicaksono

PPG PRAJABATAN FKIP UNILA

Koneksi Antar materi topic 1

Saya algipar Refrindo Wicaksono, mahasiswa Pendidikan Profesi Guru Prajabatan di LPTK
Universitas Lampung. Sebelum mengikuti PPG, saya bekerja menjadi seorang honor Guru
BK Di SMK Budi Utomo Way Jepara Lampung Timur. Dari pekerjaan ini saya banyak belajar
tentang cara berinteraksi dengan banyak orang dengan beragam latar belakang, baik
dengan peserta didik maupun dengan guru dan kepala sekolah. Meskipun saya tidak mengajar
peserta didik secara langsung, namun saya tetap belajar bagaimana cara menguasai kelas
dengan beragam karakteristiknya. Pun belajar berinteraksi dengan peserta didik yang
berada di lingkungan perkotaan maupun di lingkungan sekolah pinggiran, yang nyatanya
memiliki antusiasme berbeda satu dengan lainnya. Dengan demikian, pengalaman saya ini,
saya gunakan untuk bekal mengikuti kegiatan PPL nanti. Saya adalah seorang yang senang
belajar hal baru, dengan mengikuti PPL di sekolah mitra nanti, saya berharap banyak
mendapatkan ilmu dan pengalaman yang berbeda dan bervariasi dari pengalaman
sebelumnya. Termasuk pengalaman tentang menghadapi peserta didik dengan karakteristik
yang beragam dan dengan latar belakang keluarga yang berbeda pula. Saya adalah seorang
yang senang terhadap inovasi, karena dengan adanya inovasi berarti kita mampu
mengembangkan kreativitas diri untuk memperbaiki sesuatu yang telah ada sebelumnya.
Inovasi yang paling mudah terjangkau bagi saya yang nantinya akan menjadi guru professional
salah satunya dengan berinovasi di bidang pembuatan media pembelajaran, juga bisa berinovasi
untuk sekolah, seperti membuat website bagi sekolah dan mengembangkannya. Saya senang
berinovasi di bidang teknologi, mengingat saat ini semuanya sudah memanfaatkan teknologi,
bahkan peserta didik kelas rendahpun sudah banyak yang memanfaatkan teknologi seperti
smartphone, agar kegunaan dari barang tersebut juga bertambah, karena sekolahnya pun
memanfaatkan teknologi sebagai penunjang belajar mereka. Saya memilih menjadi guru karena
panggilan jiwa dari dalam diri saya. Selain itu, beberapa dari anggota keluarga saya juga
merupakan seorang pendidik. Dari sinilah saya sudah terbiasa mengetahui dan memahami
bagaimana pekerjaan dan ruang lingkupnya. Dengan saya menjadi guru, harapannya, bisa
membantu peserta didik dengan minat sekolah rendh, bisa memiliki motivasi untuk sekolah
hingga jenjang yang tinggi sehingga mampu bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan
negara. Pun tidak dapat dipungkiri, bahwasanya peran saya masih memerlukan dukungan
dari berbagai rekan untuk mendukung jalannya harapan ini. Menjadi seorang guru mampu
meningkatkan wawasan dan semangat belajar, karena dengan menjadi seorang guru
sederhananya saya akan mempelajari kembali materi-materi yang harus saya sampaikan di dalam
maupun di luar kelas. Selain itu, jika nanti ada dinas luar yang mengharuskan saya bertemu
dengan orang baru pun, akan membuat saya belajar berkomunikasi dan mendapat
pengalaman dari guru senior, serta mendapatkan ilmu baru yang mungkin sebelumnya
belum pernah saya dapatkan. Guru adalah salah satu pekerjaan yang tidak monoton, karena
menjadi seorang guru memiliki pekerjaan yang beragam juga dinamis. Ketika bertemu
dengan peserta didik, setiap hari akan bertemu dengan berbagai karakter peserta didik yang
beragam, pertanyaan-pertanyaan unik yang terlontar dari mereka, topik-topik pembahasan
yang berbeda, juga selalu ada tantangan baru di dalamnya. Menjadi seorang guru akan
menjadi sosok yang ditiru oleh peserta didiknya. Selain ilmu, juga peserta didik akan
meniru perilaku maupun ucapan guru. Sehingga saya akan memiliki peran penting dalam
membentuk perilaku peserta didik ke depannya. Karena tidak dapat dipungkiri, hal sekecil
apapun yang kita lakukan dan bagikan, bisa berarti sangat besar bagi peserta didik kita nantinya.
Menjadi guru di era saat ini memang memiliki tantangan yang cukup sulit, apalagi di sekolah
perkotaan yang apa-apa sudah dengan mudah diakses secara mandiri melalui internet dengan
gadget mereka. Apalagi ketika dipertemukan dengan peserta didik yang kurang mendapatkan
pendidikan karakter dari rumah, ditambah dengan tontonan mereka saat ini yang terkadang
membuat peserta didik menjadi bersikap seenaknya kepada guru. Hal ini menjadi
tantangan tersendiri, yang membutuhkan keahlian saya menjadi seorang guru, tidak hanya
mampu memberikan materi pelajaran saja, tetapi memerlukan ilmu pengetahuan lain
sebagai pendukung dan penyeimbang dari adanya permasalahan tersebut. Cara saya menjadi
guru yang berpihak pada peserta didik yaitu dengan menguatkan kepribadian saya sebagai
seorang guru. Yaitu menjadi guru yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi ketika berhadapan
dengan peserta didik, utamanya ketika bertemu dengan peserta didik yang kurang menghargai
guru, memiliki emosi yang stabil yang ditunjukkan dengan tidak mudah marah atau
tersinggung ketika berhadapan dengan peserta didik. Selanjutnya saya menguasai materi
ajar yang akan saya sampaikan di depan kelas. Mempersiapkan media pembelajaran yang
kreatif terutama pada materi yang sulit dipahami, juga sebagai alat untuk memancing rasa
ingin tahu peserta didik yang biasanya kurang dominan berinteraksi di dalam kelas.
Mampu bersikap ramah dan bersahabat dengan semua peserta didik, tidak hanya pada
rekan sejawat atau pada peserta didik tertentu yang mendominasi kelas. Karena dengan
demikian, peserta didik akan lebih terbuka dan merasa asyik dengan kita saat
pembelajaran maupun di luar sekolah, namun tetap dalam batasannya. Menjadi guru yang
perhatian terhadap peserta didik, Serta menjadi guru yang tegas, yang menegakkan
kedisiplinan bagi peserta didik, tapi juga mau mendengarkan alasan peserta didik yang
melanggar aturan tersebut. Dari sini filosofi pendidikan dari zaman ke zaman terbukti mengalami
perubahan, pendidikan pada zaman kolonial berbeda dengan pendidikan zaman sekarang.
Pada zaman kolonial, pendidikan hanya diperuntukkan bagi rakyat yang akan menjadi kaki
tangan mereka, sedangkan bagi rakyat yang lainnya tidak diperbolehkan untuk mengenyam
jenjang pendidikan. Pendidikan saat itu hanyalah demi keuntungan kolonial, pun hanya
mempelajari cara membaca, menulis dan berhitung. Berbeda dengan ketika Ki Hajar
Dewantara sudah mulai mendirikan Taman Siswa, sebagian besar pribumi sudah bisa
mengenyam jenjang sekolah meskipun belum merata. Namun sudah banyak terjadi perubahan,
sehingga memunculkan masyarakat yang berani berpendapat, semakin terbuka pemikiran
mereka, meskipun pengajarnya adalah alumni dari sekolah yang dibuat oleh colonial, tetapi
tetap mengedepankan kultur budaya asli Indonesia. Berbeda lagi dengan pendidikan di zaman
kemerdekaan, sudah tidak ada lagi penyekatan masyarakat mana yang boleh bersekolah dan
tidak. Hal ini, sangat membantu perkembangan pendidikan di Indonesia hingga di pelosok
negeri. Di samping kecerdasan secara kognitif, juga harus ada pendidikan kultur budaya
asli Indonesia. Karena nenek moyang kita berasal dari pendidikan kolonial, jangan sampai kita
hanya meniru pendidikan dan pengajaran mereka, dengan pendidikannya yang intelektualis,
materialise dan kolonial itu. Meskipun demikian, pendidikan dan pengajaran zaman
kolonial tidak boleh kita anggap jelek seluruhnya. Banyak ilmu pengetahuan yang harus
kita kejar, sekalipun dengan melalui sekolah-sekolah Barat. Seperti kita ketahui, bahwa
saat ini di negara kita masih banyak pendidikan yang dilakukan dengan system Barat.
Tidak ada yang salah dengan keputusan tersebut, asalkan kepada peserta didik kita diberi
pendidikan kultural dan nasional, yang semuanya kita tujukan ke arah keluhuran manusia,
nusa dan bangsa, tidak dengan memisahkan diri dari kesatuan dan persatuan bangsa. Oleh
karenanya, kita sebagai pendidik perlu mendidik dengan cara yang sesuai dengan keadaan
saat ini, jadi tidak sesuai dengan pendidikan yang kita dapatkan terdahulu, namun sesuai
dengan zaman yang berkembang saat ini. Selain itu, perlu mempelajari kebiasaan hidup
masyarakat Indonesia, termasuk adat istiadatnya, mari kita tiru yang baik dan kita saring
yang kurang baik, karena bagi kita adat istiadat itu merupakan petunjuk-petunjuk yang
berharga. Adanya pengembangan kurikulum merdeka saat ini diharapkan mampu
memerdekakan peserta didik. Utamanya dengan penggunaan model pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik dan memberi kesempatan bagi mereka untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai