Anda di halaman 1dari 5

Tantangan Menjadi Guru di Tingkat

SMP
Departemen Bahasa Indonesia
Tim Asistensi Mengajar Bahasa Indonesia SMP Negeri 27 Malang 2023

1 Juni 2023
Pengalaman dan Pembelajaran

SDG 4

Menjadi sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk menempati urutan ke empat dunia, tidak
perlu diragukan lagi bahwa Indonesia memiliki nilai potensial untuk menjadi negera yang maju. Begitu
melimpah bukan hanya barang tambangnya saja, namum kekayaan akan laut dan hutannya, ragam budaya
serta bahasa yang kemudian semua terwadah dalam kearifan lokal Indonesia, yang membuat bangsa ini
mulai sadar, berbenah diri dan bersiap untuk mencapai masa keemasannya. Salah satu bentuk upaya
berbenah menjadi negara yang lebih maju terletak pada titik vilat sumber daya masyarakatnya. Berbagai
program yang terus diregenerasikan sejalan dengan generasi guru muda. Menjadi seorang guru merupakan
promotor utama dalam proses pembangunan bangsa. Guru berperan sebagai pondasi generasi muda untuk
menjadi agent of change yang nantinya diharapkan akan menjadi generasi yang memiliki karakter yang
baik, selalu berinovasi, dan mampu untuk melakukan perubahan sesuai dengan kaidah agam tanpa
bertentangan dengan dasar dan nilai-nilai bangsa.

Belajar menjadi guru adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan cerita. Berbagai pengalaman,
tantangan, dan suka cita berjalan beriringan bersama dengan pendewasaan, kesabaran, dan kepekaan kita
sebagai calon guru dalam menggeluti dunia pendidikan nanti. Tugas dan tanggung jawab guru sangat berat
karena bukan hanya tugasnya mentransfer pengetahuan, tetapi lebih dari itu kita harus dapat membentuk
pribadi siswa secara utuh. Salah satu tugas guru adalah mengajar, yaitu tugas yang sangat berat dan
bermanfaat. Dikatakan berat karena tugas tersebut memiliki tanggung jawab untuk membentuk
manusia yang utuh. Dikatakan mulia karena turut mencerdaskan anak bangsa untuk menjadi orang yang
berguna di dunia maupun di akhirat. Di dalam mengajar, guru harus dapat mendorong siswa untuk
memperoleh pengalaman dalam mengapresiasi kehangatan, kebersamaan dan kesenangan bagi kedua belah
pihak. Guru memiliki potensi untuk memperkaya kehidupan siswa dalam banyak hal dengan cara mengajar
yang terencana, kreatif, interaktif, dan inovatif.

Mengikuti perkembangan zaman, bukan hanya pada teknologi yang berkembang tapi, pemikiran dan
sudut pandang dalam menempatakan diri sesuai kebutuhan dan porsi juga harus terasah. Guru hidup dalam
setiap lini jenjang kehidupan, oleh karena itu penting untuk paham dalam memposisikan dirinya berada
dijenjang pendidikan yang mana? Tidak dapat dipungkiri, kita sebagai calon guru yang masih muda
tentunya tidak terlalu jauh usianya dengan peserta didik yang kita ajar. Menjadi guru ditingkat SMP yang
merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menjadi remaja, tentu berbagai problematika dan naik
turunnya emosi dari mereka tanpa sadar juga ikut mempengaruhi kita. Di sinilah tantangan baru sebagai
seorang guru yang professional yang mampu mengkondisikan kelas namun, tetap menjadi individu
menyenangkan ketika berhadapan dengan kelabilan peserta didik di mulai.

Guru memiliki potensi untuk mengatasi frustasi siswa, membagi waktu dan pengalaman kepada siswa,
serta membangun hubungan yang harmonis dengan siswa. Untuk itu, guru harus berkomitmen dan bersedia
melakukan pekerjaannya dengan ikhlas dan ekstra sehingga bisa menjadi seorang guru yang profesional.
Menjadi seorang guru yang betul-betul “guru” bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Guru itu merupakan
suatu profesi yang didalamnya terdapat seperangkat kompetensi yang harus dikuasai guru, baik kompetensi
profesional, pedagogik, pribadi maupun kompetensi sosial.

Untuk menjadi seorang guru yang berkemampuan dan kepedulian juga tidaklah gampang. Kita harus
menguasai materi pelajaran, membuat perencanaan pembelajaran yang baik, melaksanakan pembelajaran
dengan penuh kehangatan, melakukan penilaian dengan cara yang mendidik, dan mendiagonis kesulitan
belajar siswa dengan penuh rasa tanggung jawab. Tidak hanya itu, guru juga dituntut untuk mempelajari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutahir, sehingga kita tidak ketinggalan zaman.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru, kita pun harus mematuhi aturan-aturan yang berlaku,
termasuk menaati kode etik guru. Ini semua merupakan bahan-bahan kajian yang disajikan dalam buku ini,
karena itu pula penulis tertarik untuk mempelajarinya.

Gambar 1 Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas

Guru profesional adalah guru yang memiliki “rasa kemanusiaan dan kehangatan” untuk mengetahui
apa yang dilakukan siswa di kelas setiap saat dan juga untuk peduli tentang apa yang mereka lakukan.
Untuk itu, guru harus dibebaskan dari pandangan pandangan negatif tentang guru pada masa lalu, sehingga
mereka menjadi "lebih sadar akan apa yang mereka lakukan saat mengajar dan lebih mudah
mempertimbangkan praktik-praktik yang belum pernah mereka lakukan". Guru juga harus berani
menantang kebiasaan praktik-praktik pembelajaran yang tidak inovatif dan tidak melakukan refleksi.

Guru sebagai profesi ilmiah tentu saja memiliki kewajiban menggunakan sekaligus mengajarkan
kepada para siswanya agar mereka dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Akan
tetapi, dalam pelaksanaannya selama ini, khususnya dalam masalah pembelajaran, masih banyak masalah
yang muncul. Kebetulan penulis adalah guru Bahasa Indonesia tingkat SMP yang mengajar kelas 8.
Sedikitnya ada dua tantangan yang ditemui saat menjadi guru Bahasa Indonesia dalam setiap
pembelajarannya. Pertama, bagaimana agar materi yang dijabarkan dalam bentuk Capaian Pembelajaran
(CP) itu dapat dimengerti siswa. Kedua, bagaimana agar siswa dapat selalu menerapkan penggunaan bahasa
yang baik dan benar dalam setiap materi yang diajarkan.

Tantangan tersebut makin menarik manakala guru menyadari bahwa para peserta didik adalah generasi
milenial 5.0 sebagai komplemen Revolusi Industri 4.0 perlu diarahkan pada peran generasi milenial untuk
kemajuan bangsa di masa mendatang. Society 5.0 dapat diartikan sebagai suatu konsep masyarakat yang
berpusat pada manusia (human centered) yang berbasis teknologi (technology based). Perkembangan
teknologi yang begitu pesat, termasuk adanya peran-peran manusia yang tergantikan oleh kehadiran robot
cerdas. Untuk itu diperlukannya pemahaman society 5.0 yang berbasis spiritualitas dan kebudayaan sebagai
bekal bagi proses pengembangan generasi milenial yang siap akan problematika dan tantangan.

Gambar 2 Penggunaan Teknologi sebagai Pengerjaan Tugas-tugas

Hal tersebut tentunya menjadi sebuah perbandingan sendiri bagi kita yang tumbuh pada era 4.0 saat
masih menjadi seorang peserta didik dulu. Pengguna digital yang pintar, multi-media, multi-tasking ini
menavigasi kehidupan sehari-hari yang sangat berbeda dengan peserta didik dahulu. Mereka pun belajar
dengan gaya dan cara yang berbeda. Untuk itu, penumbuhkembangan minat dan motivasi belajar serta
bentuk fasilitasi belajar bagi mereka pun tentu berbeda. Pendekatan dan pola interaksi yang
dipraktikkan guru pun berbeda. Para siswa lebih membutuhkan guru yang terbuka, adaptif, dan akomodatif
terhadap berbagai kebutuhan siswa, baik untuk penyediaan materi ajar, penggunaan model pembelajaran
dan teknik penilaian, dan penciptaaan atmosfir belajar yang menantang.

Anda mungkin juga menyukai