Anda di halaman 1dari 15

BOOK CHAPTER

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN ABAD 21; GURU SEBAGAI


FASILITATOR PEMBELAJARAN

Abad ke-21 tidak bisa dipisahkan dari peluang dan pergantian peristiwa secara mekanis. Pada
abad ke-21 muncul zaman yang dibentuk oleh web dan globalisasi. Saat ini, khususnya masa
globalisasi dengan transparansi data dan cepatnya menciptakan inovasi. Pendidik saat ini harus dapat
melibatkan perbaikan mekanis sebagai media pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran
dengan lebih efektif. Misalnya, pendidik dapat mengunduh rekaman yang berkaitan dengan materi
yang akan diajarkan di YouTube dan menampilkan rekaman tersebut di kelas. Kehidupan di abad ke-21
menuntut manusia untuk menguasai berbagai kemampuan, sehingga diyakini bahwa lembaga
pendidikan akan benar-benar ingin merancang siswanya untuk menguasai berbagai kemampuan abad
ke-21 sehingga mereka dapat menjadi manusia yang bermanfaat dalam kehidupan di abad ke-21.

Tentu saja, ada juga kesulitan dalam memastikan bahwa siswa memahami dan menguasai
keterampilan modern. Permasalahannya sendiri datang dari pelaku utama di lembaga pendidikan, yaitu
guru. Jika seorang guru tidak memahami perannya sebagai fasilitator di dunia saat ini atau tidak
memiliki keterampilan untuk melakukannya, dia tidak akan mampu beradaptasi di kelas yang penuh
dengan generasi yang bisa menggunakan teknologi dan media. hari modern. Oleh karena itu pendidik
harus mempunyai pilihan untuk mengeksplorasi diri dengan mengembangkan keterampilan dan
kemampuan yang dimilikinya untuk mengelola masa-masa sulit ini agar pembelajaran di kelas juga
berjalan sesuai harapan. Pembelajaran abad ke-21 mencakup peningkatan ilmu pengetahuan,
kemampuan halus, penalaran yang tegas, dan pemikiran kritis. Keterampilan ini akan membantu siswa
untuk memiliki karir yang sukses dan cemerlang di kemudian hari. Pendidik berperan dalam membantu
siswa mengembangkan keterampilan abad ke-21.

Peran guru dalam pendidikan abad ke-21 telah mengalami perubahan yang signifikan
dibandingkan dengan model pendidikan tradisional. Salah satu peran utama guru dalam konteks ini
adalah sebagai fasilitator pembelajaran. Dalam pendidikan abad ke-21, guru sebagai fasilitator berperan
penting dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang relevan, interaktif, dan berpusat pada siswa.
Mereka tidak lagi hanya menjadi sumber pengetahuan tunggal, tetapi mitra dalam perjalanan
pembelajaran siswa untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan, pemahaman, dan
pengetahuan yang diperlukan untuk berhasil dalam masyarakat yang semakin kompleks dan berubah
dengan cepat.
Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam pendidikan abad ke-21 menuntut pendekatan
yang berbeda dibandingkan dengan model pendidikan konvensional. Guru yang bertindak sebagai
fasilitator adalah mereka yang membimbing, mendorong, dan mendukung siswa dalam proses
pembelajaran aktif, pengembangan keterampilan, dan pemahaman yang mendalam.

A. PENGENALAN PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN

Tugas pokok pendidik dalam pembelajaran adalah mendidik, menciptakan dan mempersiapkan
peserta didik untuk mencapai ilmu pengetahuan yang ideal, terpuji budi pekerti dan kapasitasnya.
Untuk menyelesaikan kewajibannya dengan baik, seorang pendidik harus mempunyai kemampuan dan
keterampilan yang berbeda-beda. Pendidik sebagai peserta didik (ahli pembelajaran) merupakan tugas
pengajar yang meliputi fasilitator, pemberi inspirasi, penggerak, perancang pembelajaran dan peserta
didik yang menggerakkan peserta didik.

Guru wajib menyediakan fasilitas yang menjadikan pembelajaran menyenangkan bagi siswa
sebagai fasilitator. Iklim pembelajaran yang canggung, udara kelas yang suram, meja dan kursi yang
semrawut, pintu belajar yang kurang aksesibel, menjadikan siswa lesu karena tanggung jawab pendidik
adalah menyediakan kantor untuk memberikan suasana belajar yang menyenangkan kepada siswa.

Sikap guru, pemahaman siswa, dan kemampuan memahami perbedaan individu semuanya berperan
dalam peran fasilitator. Sebagai fasilitator, disposisi instruktur secara umum dipandang sangat baik.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya dalam diskusi
kelompok, guru juga mendengarkan keinginan siswa, guru mendengarkan siswa, dan guru bertanya
tentang apa yang belum dipahaminya. Guru kurang terbuka atau tidak terlalu mempertahankan
pendapat dan keyakinannya.

Dengan memberikan materi, pendidik mengakui perasaan yang disampaikan siswa dalam
percakapan kelompok dan kemudian menunjukkan bahwa tugas pendidik sebagai fasilitator adalah
memperhatikan kebutuhan siswa, menilai siswa dan bersikap baik, ramah serta menciptakan
lingkungan korespondensi individu dan kesetaraan sebelum pelajar. Tugas pendidik sebagai fasilitator,
selain bertugas mendidik siswa agar menjadi orang yang cerdas di dalam kelas, pendidik juga harus
berperan sebagai contoh yang baik bagi siswa. Intinya, guru selalu menerapkan strategi pembelajaran
yang dapat melibatkan siswa di dalam kelas dan menunjukkan sikap yang dapat ditiru oleh siswa.

Pendidikan abad ke-21 telah memicu perubahan dalam peran tradisional seorang guru. Guru tidak
lagi hanya sebagai penyampai informasi, tetapi lebih sebagai fasilitator pembelajaran. Peran guru
sebagai fasilitator pembelajaran memegang peran kunci dalam membantu siswa mengembangkan
keterampilan, pemahaman, dan potensi mereka. Berikut adalah pengenalan peran guru sebagai
fasilitator pembelajaran:

 Transisi dari Model Pengajaran ke Model Pembelajaran


Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran menandai peralihan dari model pengajaran yang
didominasi oleh guru menjadi model pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa. Guru bukan
lagi satu-satunya sumber pengetahuan yang mengajar, tetapi mereka membantu siswa
menjelajahi, memahami, dan mengaplikasikan pengetahuan dengan lebih mandiri.
 Pendekatan Aktif dalam Pembelajaran
Fasilitator pembelajaran menggalakkan pembelajaran yang lebih aktif. Mereka mendorong
siswa untuk bertanya, berdiskusi, berkolaborasi, dan mengeksplorasi konsep-konsep secara
lebih mendalam.
 Menggunakan Pertanyaan Sebagai Alat Utama
Guru sebagai fasilitator menggunakan pertanyaan sebagai alat utama untuk merangsang
pemikiran kritis dan refleksi siswa. Pertanyaan yang dipilih dengan bijak membantu siswa
menggali pemahaman mereka sendiri.
 Memfasilitasi Pembelajaran Berbasis Proyek
Siswa diajak untuk aktif dalam pembelajaran melalui proyek-proyek pembelajaran yang
mendorong penerapan konsep dalam konteks dunia nyata. Ini membantu siswa melihat
relevansi materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
 Penggunaan Teknologi Pendidikan
Fasilitator pembelajaran mengintegrasikan teknologi pendidikan ke dalam pembelajaran.
Mereka memanfaatkan perangkat lunak, sumber daya online, dan platform pembelajaran digital
untuk memperkaya pengalaman siswa.
 Kolaborasi sebagai Prinsip Utama
Kolaborasi antara siswa dan siswa, serta guru dan siswa, ditekankan dalam peran fasilitator
pembelajaran. Kolaborasi membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial, komunikasi,
dan kerja tim.
 Umpan Balik yang Berkelanjutan
Guru sebagai fasilitator memberikan umpan balik yang berkelanjutan kepada siswa tentang
kinerja mereka. Umpan balik ini membantu siswa untuk memahami kekuatan dan area yang
perlu ditingkatkan.
 Personalisasi Pembelajaran
Guru berusaha memahami kebutuhan individu siswa dan menyediakan dukungan yang sesuai.
Mereka menyadari bahwa setiap siswa memiliki kecepatan dan gaya belajar yang berbeda.
 Pembelajaran Seumur Hidup
Fasilitator pembelajaran mempromosikan konsep pembelajaran seumur hidup. Mereka
membantu siswa mengembangkan keterampilan mandiri untuk terus belajar di luar ruang kelas.
 Integrasi Nilai dan Etika
Selain mengajarkan materi pelajaran, guru sebagai fasilitator juga mengintegrasikan nilai-nilai
dan etika dalam pembelajaran, membantu siswa menjadi warga yang bertanggung jawab dan
etis.

Pengenalan ini mencerminkan pergeseran paradigma dalam dunia pendidikan di mana guru tidak
lagi hanya menjadi pemberi informasi, tetapi lebih sebagai pendamping dalam perjalanan pembelajaran
siswa. Melalui peran guru sebagai fasilitator pembelajaran, siswa dapat mengembangkan pemahaman
yang mendalam, keterampilan kritis, dan motivasi intrinsik untuk belajar, semua yang penting dalam
menghadapi tuntutan masyarakat dan ekonomi yang terus berubah.

B. MEMBANGUN LINGKUNGAN PEMBELAJARAN YANG INKLUSIF

Membangun lingkungan pembelajaran yang inklusif adalah tugas krusial bagi guru sebagai
fasilitator pembelajaran. Guru harus menciptakan lingkungan di mana semua siswa, termasuk mereka
yang memiliki kebutuhan khusus atau beragam latar belakang, merasa selamat, didukung, dan memiliki
peluang yang sama untuk belajar.

Area yang berbeda adalah suatu kondisi dimana mahasiswa berasal dari yayasan yang berbeda.
Daftar perbedaan yang mungkin terjadi mencakup kemampuan akademik, bahasa, budaya,
kepercayaan, kemampuan atletik, dan banyak lagi. Hal ini membuat iklim ruang belajar kaya akan
variasi dan perspektif. Jika hal ini tidak dikendalikan oleh dewan kelas yang dapat mewajibkan
perbedaan tersebut, hal ini dapat menyebabkan konflik. Sebaliknya, jika guru atau guru senantiasa
dapat melihat nilai dari keunikan tersebut, maka keunikan tersebut akan menjadi sumber pembelajaran
yang nyata dan menarik. Siswa juga akan menumbuhkan rasa percaya diri karena setiap individu akan
merasa menjadi bagian dari kelas.

Dalam hal kelengkapan, sekolah hendaknya memberikan area pembelajaran yang mampu
memenuhi berbagai kebutuhan setiap siswa. Modelnya adalah keterkaitan pengajaran bahasa pada
berbagai tingkatan dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik. Sekolah ini juga
menawarkan pendidikan agama Katolik, Kristen, Islam, dan Budha. Bagi masyarakat yang tidak ingin
mengambil kelas agama, bisa mengambil kelas moral.

Guru harus mendapat pelatihan guna mempraktikkan nilai-nilai inklusif di kelas guna mendukung
konsep keberagaman dan inklusivitas. Pendekatan pembelajaran yang memperhatikan upaya
terkoordinasi kelompok, percakapan, korespondensi, pembagian tugas, proyek kelompok, harus
menjadi bagian mendasar dari latihan kelas. Terlebih lagi, nilai-nilai dengan sudut pandang global, latar
belakang global, ide-ide dan perspektif juga harus menjadi bagian dasar dari rencana pendidikan. Siswa
harus berpikir secara universal dan mampu memahami diri mereka sendiri serta orang lain dalam
lingkungan yang berbeda. Selain itu, perilaku dan mental juga harus menjadi kegiatan penting yang
harus dipoles setiap hari.

Lingkungan pembelajaran yang baik mengatasi di mana inklusivitas dan keragaman ditanamkan
dalam cara yang berfokus pada siswa, fokus pada informasi, dan fokus pada evaluasi. Ini adalah
perpaduan antara penekanan pada penggerak siswa dan penyampaian harapan eksklusif atas konten dan
pemahaman yang dievaluasi dengan masukan perkembangan, sumatif dan signifikan yang berurutan
serta ide-ide pendukung yang penuh pertimbangan dan variasi. Untuk mengembangkan kebiasaan
bekerja sama dan menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain, siswa berkolaborasi dengan guru dan
teman sebayanya dalam kurikulum tertulis, rubrik berbasis proyek, dan bahkan tenggat waktu
pembelajaran. Dengan tindakan ini, kontribusi siswa dalam pengalaman pendidikan tidak hanya akan
berdampak pada hubungan tersebut, namun juga pemahaman dan kepercayaan pada diri mereka sendiri
serta orang lain bahwa mereka adalah makhluk sosial.

Membangun lingkungan pembelajaran yang inklusif adalah salah satu aspek penting dari peran
guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam pendidikan abad ke-21. Lingkungan inklusif adalah
lingkungan di mana setiap siswa merasa diterima, didukung, dan memiliki kesempatan yang sama
untuk belajar. Berikut adalah uraian tentang bagaimana guru dapat membangun lingkungan
pembelajaran yang inklusif:
 Penerimaan dan Penghormatan Terhadap Keanekaragaman
Guru harus memahami bahwa setiap siswa adalah individu dengan kebutuhan, latar belakang,
dan kemampuan yang berbeda. Mereka harus menerima dan menghormati keanekaragaman ini
sebagai aset yang memperkaya pengalaman kelas.
 Komunikasi Terbuka dan Ramah
Guru harus menjalin komunikasi yang terbuka dan ramah dengan semua siswa. Mereka harus
merasa bebas untuk berbicara tentang kebutuhan mereka, pertanyaan, atau kekhawatiran tanpa
takut dicemooh atau diabaikan.
 Kebijakan Anti-Diskriminasi
Guru harus memastikan bahwa di dalam kelas mereka, tidak ada diskriminasi berdasarkan jenis
kelamin, suku, agama, orientasi seksual, atau faktor-faktor lainnya. Mereka harus mendukung
prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan.
 Pembelajaran yang Diferensiasi
Guru perlu mengadopsi pendekatan pembelajaran yang diferensiasi. Ini berarti mereka
menyediakan beragam sumber daya, bahan ajar, dan strategi pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan beragam siswa, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus.
 Penggunaan Bahasa yang Inklusif:
Guru harus menggunakan bahasa yang inklusif dalam komunikasi mereka, menghindari kata-
kata atau tindakan yang bisa merendahkan atau memicu ketidaknyamanan pada siswa tertentu.
 Keterlibatan Orang Tua dan Wali
Guru perlu melibatkan orang tua dan wali siswa dalam proses pembelajaran. Mereka harus
berkomunikasi secara teratur dengan orang tua untuk memahami lebih baik kebutuhan siswa
dan mendapatkan dukungan yang diperlukan.
 Penggunaan Teknologi Aksesibel
Guru harus mempertimbangkan penggunaan teknologi aksesibel, seperti perangkat lunak
pembaca layar atau teks alternatif, untuk memungkinkan akses siswa dengan berbagai
kebutuhan.
 Pelatihan dan Pengembangan Profesional
Guru harus terus melanjutkan pelatihan dan pengembangan profesional mereka untuk
memahami lebih baik cara mendukung siswa dengan kebutuhan khusus dan membangun
lingkungan inklusif yang lebih baik.
 Pencegahan Bullying dan Pelecehan
Guru harus memastikan bahwa tidak ada tindakan bullying atau pelecehan di dalam kelas.
Mereka harus menciptakan budaya yang aman dan mendukung bagi semua siswa.
 Refleksi dan Peningkatan Berkelanjutan
Guru harus secara teratur merefleksikan praktik pengajaran mereka dan mencari cara untuk
meningkatkan inklusivitas lingkungan pembelajaran mereka.
Lingkungan pembelajaran yang inklusif menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan semua siswa, tidak peduli latar belakang mereka. Ini adalah fondasi untuk memastikan
bahwa setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar, berkembang, dan mencapai potensi
mereka dalam pendidikan abad ke-21 yang berfokus pada keadilan dan kesetaraan.

C. MENCIPTAKAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNTUK


MENINGKATKAN PEMBELAJARAN

Pemanfaatan teknologi pendidikan adalah salah satu cara penting untuk meningkatkan
pembelajaran di era pendidikan abad ke-21. Guru sebagai fasilitator pembelajaran dapat memanfaatkan
teknologi untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih interaktif, menarik, dan relevan
bagi siswa. Penggunaan teknologi pendidikan yang efektif oleh guru sebagai fasilitator pembelajaran
dapat membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang dinamis dan relevan. Hal ini juga
membuka peluang baru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, memotivasi siswa, dan
mempersiapkan mereka untuk berhasil di dunia yang semakin terhubung dan berubah.

Saat ini, sekolah-sekolah yang didanai negara dan sekolah berbasis biaya mulai berupaya
memperbaiki sistem sekolah mereka. Banyak sekali program sekolah yang diusulkan ke daerah
setempat, baik dari segi jurusan maupun status sekolah, khususnya SSN, lazim, model, mendunia,
peningkatan kecepatan dan landasan. Yang jelas penyesuaian sekolah dalam menghadapi dunia global
harus siap dari SDM yang berkualitas sehingga mampu berpikir untuk membuat rencana pendidikan,
mempunyai tips administrasi yang baik dan tidak bingung dalam hal pendidikan. Oleh karena itu,
teknologi pendidikan dan inovasi pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Pengembangan adalah itemnya dan inovasi instruktif adalah subjeknya. Kehadiran inovasi harus
diartikan sebagai upaya untuk membangun kelangsungan hidup dan produktivitas, dan inovasi tidak
dapat dipisahkan dari permasalahan, karena inovasi dikandung dan diciptakan untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi masyarakat. Dengan cara demikian, inovasi instruktif juga dipandang
sebagai sebuah item dan siklus.

Hal ini cenderung beralasan bahwa inovasi pendidikan bukan hanya ilmu tetapi juga sumber data
dan aset pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang dapat bekerja dengan
pengalaman pendidikan. Inovasi instruktif adalah tinjauan moral dan praktik untuk bekerja dengan
pembelajaran dan mengembangkan lebih lanjut pelaksanaan melalui penciptaan, penggunaan, dan
pengelolaan aset mekanis dengan benar. Bidang teknologi pendidikan berkaitan dengan upaya untuk
meningkatkan kinerja dan memfasilitasi pembelajaran melalui desain dan pengelolaan sumber daya
teknologi yang efektif. Inovasi instruktif adalah bidang ilmu terapan yang secara sinergis
menggabungkan beberapa disiplin ilmu logis yang sepenuhnya bertujuan untuk bekerja dengan
pengalaman pendidikan, bekerja pada hakikat pembelajaran, dan mengembangkan lebih lanjut
pelaksanaannya.

Penggunaan teknologi pendidikan adalah salah satu elemen kunci dalam peran guru sebagai
fasilitator pembelajaran dalam pendidikan abad ke-21. Teknologi pendidikan dapat digunakan untuk
memperkaya pengalaman pembelajaran siswa, memfasilitasi akses ke sumber daya yang lebih
beragam, dan memberikan fleksibilitas dalam proses belajar-mengajar. Berikut adalah pengenalan
tentang penggunaan teknologi pendidikan untuk meningkatkan pembelajaran:

 Penyediaan Sumber Daya Digital


Guru sebagai fasilitator dapat menggunakan teknologi pendidikan untuk menyediakan sumber
daya digital kepada siswa. Ini termasuk e-book, video pembelajaran, presentasi interaktif, dan
sumber daya online lainnya yang mendukung materi pelajaran.
 Platform Pembelajaran Online
Guru dapat memanfaatkan platform pembelajaran online seperti Learning Management Systems
(LMS) untuk mengorganisir dan menyajikan materi pelajaran secara terstruktur. Platform ini
memungkinkan guru untuk mengunggah tugas, ujian, dan memberikan umpan balik kepada
siswa.
 Kelas Virtual
Teknologi pendidikan memungkinkan guru untuk mengadakan kelas virtual atau webinar, yang
memungkinkan siswa untuk belajar secara online dari mana saja. Ini memberikan fleksibilitas
yang penting, terutama dalam situasi pembelajaran jarak jauh.
 Sistem Kuis dan Ujian Online
Guru dapat menggunakan perangkat lunak kuis dan ujian online untuk mengukur pemahaman
siswa secara formatif dan sumatif. Ini juga dapat memberikan umpan balik instan kepada siswa.
 Simulasi dan Permainan Edukatif
Teknologi memungkinkan guru untuk mengintegrasikan simulasi dan permainan edukatif yang
memperdalam pemahaman konsep-konsep tertentu dan membuat pembelajaran lebih menarik.
 Penggunaan Analitik Pembelajaran
Guru dapat menggunakan analitik pembelajaran untuk melacak kemajuan siswa dan
mendapatkan wawasan tentang area-area yang memerlukan perhatian lebih lanjut.
 Penggunaan Media Sosial dan Kolaboratif
Guru dapat memanfaatkan media sosial dan alat kolaboratif untuk memfasilitasi diskusi antar-
siswa, proyek kelompok, atau berbagi sumber daya tambahan.
 Penggunaan Aplikasi Edukatif
Terdapat berbagai aplikasi pendidikan yang dapat membantu siswa belajar melalui perangkat
seluler mereka. Guru dapat merekomendasikan atau mengintegrasikan aplikasi-aplikasi ini ke
dalam pembelajaran.
 Pendukung Pembelajaran Berbasis Data
Guru dapat mengakses data hasil belajar siswa melalui teknologi pendidikan untuk menyusun
strategi pengajaran yang lebih efektif dan berorientasi pada hasil.
 Pelatihan Guru dalam Penggunaan Teknologi
Bagian penting dari penggunaan teknologi pendidikan adalah pelatihan guru dalam
pemanfaatan alat-alat ini secara efektif dalam pembelajaran. Guru perlu mendapatkan pelatihan
reguler tentang teknologi dan pengintegrasian teknologi dalam pengajaran mereka.

Penggunaan teknologi pendidikan yang tepat dapat memberikan banyak manfaat dalam
meningkatkan pembelajaran siswa, memotivasi mereka, dan memberikan akses ke sumber daya yang
lebih beragam. Namun, penting bagi guru untuk memilih alat dan metode yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran mereka dan untuk memastikan bahwa penggunaan teknologi tersebut mendukung
pendekatan fasilitator pembelajaran yang berpusat pada siswa.

D. MEMBANGUN UMPAN BALIK DAN PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN AKTIF

Pembangunan umpan balik dan penilaian yang efektif adalah bagian penting dari pembelajaran
aktif. Guru sebagai fasilitator pembelajaran bertanggung jawab untuk memberikan umpan balik yang
konstruktif dan melakukan penilaian yang adil untuk mengukur kemajuan siswa. Pembangunan umpan
balik dan penilaian yang efektif adalah bagian penting dari pembelajaran aktif. Guru sebagai fasilitator
pembelajaran bertanggung jawab untuk memberikan umpan balik yang konstruktif dan melakukan
penilaian yang adil untuk mengukur kemajuan siswa.

Membangun umpan balik dan penilaian yang efektif dalam pembelajaran aktif adalah langkah
penting dalam peran guru sebagai fasilitator pembelajaran. Pembelajaran aktif menekankan keterlibatan
siswa, dan umpan balik serta penilaian yang baik memungkinkan guru untuk mengukur kemajuan
siswa, memotivasi mereka, dan merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan individual.
Berikut adalah uraian mengenai cara membangun umpan balik dan penilaian dalam konteks
pembelajaran aktif.

Umpan balik dan penilaian dalam pembelajaran aktif merujuk pada proses perancangan dan
implementasi alat-alat evaluasi dan umpan balik yang efektif dalam konteks pendidikan yang
mendorong keterlibatan aktif siswa. Ini adalah praktik yang digunakan oleh guru sebagai fasilitator
pembelajaran untuk mengukur, memahami, dan meningkatkan pemahaman serta keterampilan siswa
selama proses pembelajaran yang berfokus pada partisipasi aktif, kolaborasi, pemecahan masalah, dan
pemikiran kritis.

Pemahaman Tujuan Pembelajaran: Guru memulai dengan pemahaman yang jelas tentang tujuan
pembelajaran. Mereka merinci apa yang ingin dicapai oleh siswa selama dan setelah pembelajaran aktif
tersebut.

 Umpan Balik Formatif Berkelanjutan: Dalam pembelajaran aktif, guru memberikan umpan
balik secara formatif yang berkelanjutan selama proses pembelajaran. Umpan balik ini
mencakup pertanyaan, komentar, tanggapan, atau refleksi yang membantu siswa memahami
kemajuan mereka dan langkah selanjutnya yang harus diambil.
 Penilaian Formatif Terintegrasi: Guru menggunakan penilaian formatif yang terintegrasi dalam
pembelajaran aktif. Ini bisa berupa tugas-tugas kecil, diskusi kelompok, jurnal refleksi, atau
kuis yang membantu guru memahami sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.
 Keterlibatan Siswa dalam Umpan Balik: Guru mendorong keterlibatan siswa dalam proses
umpan balik. Siswa diajak untuk berpartisipasi dalam diskusi umpan balik dan merespons
tanggapan guru serta sesama siswa.
 Penggunaan Alat Penilaian yang Relevan: Guru merancang instrumen penilaian yang relevan
dengan metode pembelajaran aktif yang digunakan. Ini bisa berupa rubrik penilaian, poin
penilaian, atau kriteria yang jelas untuk mengukur hasil belajar.
 Penilaian Portofolio: Dalam pembelajaran aktif, guru dapat menggunakan penilaian portofolio.
Siswa mengumpulkan bukti hasil karya mereka selama pembelajaran, yang mencakup tugas,
proyek, atau catatan pembelajaran.
 Keterlibatan Siswa dalam Penilaian Sendiri: Siswa juga terlibat dalam penilaian diri mereka
sendiri. Mereka merenungkan kemajuan mereka, mengidentifikasi kekuatan dan area yang perlu
diperbaiki, dan menetapkan target untuk perkembangan selanjutnya.
 Analisis Data Hasil Belajar: Guru menggunakan data hasil belajar dari umpan balik dan
penilaian untuk menganalisis kemajuan siswa secara keseluruhan. Mereka mengidentifikasi
pola, tren, atau tantangan yang mungkin dihadapi siswa.
 Kemampuan Berpikir Kritis dalam Penilaian: Guru memastikan bahwa umpan balik dan
penilaian mereka mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa. Ini termasuk
kemampuan untuk menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi.
 Koreksi dan Perbaikan Pengajaran: Umpan balik dan penilaian membantu guru dalam
memperbaiki pengajaran mereka. Guru mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan
menyesuaikan strategi pengajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan membangun umpan balik dan penilaian yang efektif dalam pembelajaran aktif, guru dapat
menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna dan mendalam bagi siswa. Ini juga
memungkinkan guru untuk menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan siswa dan memaksimalkan
potensi pembelajaran mereka dalam konteks pendidikan abad ke-21 yang berfokus pada pemahaman
yang mendalam dan pemberdayaan siswa.

Prinsip-prinsip ini membantu menciptakan pendekatan yang holistik dan berpusat pada siswa dalam
membangun umpan balik dan penilaian dalam pembelajaran aktif. Dengan memahami dan menerapkan
prinsip-prinsip ini, guru dapat membantu siswa mencapai pemahaman yang mendalam,
mengembangkan keterampilan yang relevan, dan merasakan dampak positif dari pembelajaran aktif
dalam pendidikan abad ke-21.

Saat membangun umpan balik dan penilaian dalam pembelajaran aktif, sejumlah teori dan
pendekatan pedagogis dapat membimbing guru dalam merancang dan mengimplementasikan proses
tersebut. Berikut adalah beberapa teori yang relevan untuk memahami bagaimana membangun umpan
balik dan penilaian dalam konteks pembelajaran aktif; (1) Teori Konstruktivisme, teori ini menekankan
bahwa siswa secara aktif membangun pemahaman mereka sendiri melalui interaksi dengan materi
pelajaran. Dalam pembelajaran aktif, guru dapat merancang penilaian yang memungkinkan siswa untuk
menunjukkan bagaimana mereka memahami konsep dan bagaimana mereka menghubungkannya
dengan pengalaman mereka sendiri. (2) Teori Pembelajaran Kolaboratif, pembelajaran aktif sering
melibatkan kerja sama dan kolaborasi antara siswa. Teori pembelajaran kolaboratif menekankan
pentingnya kerja sama dalam mencapai pemahaman bersama. Guru dapat merancang penilaian yang
mendorong kolaborasi dan refleksi kelompok. (3) Teori Pembelajaran Berbasis Masalah, dalam
pembelajaran aktif, siswa sering dihadapkan pada masalah atau tantangan yang mereka perlu pecahkan.
Teori pembelajaran berbasis masalah menekankan bahwa pembelajaran lebih efektif saat siswa aktif
mencari solusi untuk masalah yang mereka hadapi. Penilaian dalam konteks ini dapat melibatkan
proyek-proyek atau tugas-tugas yang menuntut pemecahan masalah.

E. MENGEMBANGAN KETERAMPILAN SOFT SKILLS

Pengembangan keterampilan soft skills pada guru sebagai fasilitator pembelajaran sangat penting
karena guru perlu berinteraksi dengan siswa, sesama guru, dan orang tua dalam konteks pendidikan.
Keterampilan ini membantu guru dalam memfasilitasi pembelajaran yang efektif, menciptakan
lingkungan kelas yang inklusif, dan membangun hubungan yang baik dengan siswa. Berikut adalah
beberapa keterampilan soft skills yang relevan bagi guru sebagai fasilitator pembelajaran dan cara
mengembangkannya:

1) Kemampuan Komunikasi:
 Kemampuan Berbicara dengan Jelas: Guru harus dapat berbicara dengan jelas sehingga
siswa dapat memahami instruksi dan penjelasan dengan baik. Praktik berbicara di depan
umum atau berpartisipasi dalam pelatihan komunikasi dapat membantu meningkatkan
kemampuan ini.
 Kemampuan Mendengarkan Aktif: Guru harus mendengarkan dengan penuh perhatian
kepada siswa untuk memahami kebutuhan, pertanyaan, atau masalah mereka. Latihlah
kemampuan mendengarkan aktif dengan memberikan perhatian penuh saat berinteraksi
dengan orang lain.
2) Kemampuan Empati:
 Memahami Perspektif Siswa: Penting bagi guru untuk memahami perspektif siswa dan
mengenali tantangan atau kebutuhan mereka. Bacaan, diskusi, atau pelatihan tentang empati
dapat membantu guru mengembangkan keterampilan ini.
 Memberikan Dukungan Emosional: Guru dapat memberikan dukungan emosional kepada
siswa yang mungkin mengalami kesulitan. Ini melibatkan kesediaan untuk mendengarkan
dan merespon emosi siswa secara empatik.
3) Keterampilan Komunikasi Nonverbal:
 Ekspresi Wajah dan Bahasa Tubuh: Guru harus memahami bagaimana ekspresi wajah dan
bahasa tubuh mereka memengaruhi persepsi siswa. Meningkatkan kesadaran akan bahasa
tubuh dan ekspresi wajah dapat membantu guru dalam berkomunikasi dengan lebih baik.
 Kemampuan Membaca Bahasa Tubuh Siswa: Guru perlu dapat membaca bahasa tubuh
siswa untuk mengidentifikasi tanda-tanda ketidaknyamanan atau kebingungan. Praktik
observasi dan kesadaran terhadap bahasa tubuh siswa dapat membantu.
4) Kerjasama dan Kolaborasi:
 Kemampuan Bekerja dalam Tim: Guru sering bekerja dalam tim dengan sesama guru atau
staf sekolah lainnya. Pelatihan kerja sama tim dapat membantu guru menjadi anggota tim
yang efektif.
 Kemampuan Mengelola Konflik: Guru juga perlu mengembangkan kemampuan untuk
mengatasi konflik yang mungkin muncul dalam lingkungan sekolah. Ini melibatkan
pelatihan dalam manajemen konflik dan negosiasi.
5) Kemampuan Pemecahan Masalah:
 Pemecahan Masalah dalam Pengajaran: Guru harus dapat mengatasi hambatan dalam
pengajaran dan menemukan solusi yang efektif. Ini dapat ditingkatkan melalui pelatihan
pemecahan masalah dan analisis situasi pengajaran.
6) Kemampuan Kepemimpinan:
 Pemimpin Kelas yang Efektif: Guru adalah pemimpin di kelas mereka. Pelatihan
kepemimpinan dan pengembangan kepemimpinan dapat membantu guru menjadi pemimpin
yang efektif dalam lingkungan pendidikan.
7) Kemampuan Beradaptasi:
 Beradaptasi dengan Perubahan Kurikulum atau Teknologi: Lingkungan pendidikan terus
berubah. Guru perlu dapat beradaptasi dengan perubahan kurikulum atau teknologi.
Meningkatkan kemampuan beradaptasi dapat membantu guru mengatasi tantangan ini.
8) Kemampuan Manajemen Waktu:
 Mengelola Waktu dengan Efisien: Guru harus mengelola waktu dengan baik untuk
merencanakan pembelajaran, mengevaluasi tugas, dan memberikan umpan balik kepada
siswa. Pelatihan manajemen waktu dapat membantu guru dalam mengatur prioritas dan
meningkatkan produktivitas.

Pengembangan keterampilan soft skills pada guru sebagai fasilitator pembelajaran adalah investasi
yang berharga dalam meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, membangun hubungan yang baik
dalam lingkungan sekolah, dan menciptakan pengalaman pendidikan yang positif. Guru yang memiliki
keterampilan soft skills yang kuat dapat lebih efektif dalam menginspirasi dan membimbing siswa
menuju kesuksesan.
DAFTAR PUSTAKA

Ambrose, S. A., Bridges, M. W., DiPietro, M., Lovett, M. C., & Norman, M. K. (2010). How Learning
Works: Seven Research-Based Principles for Smart Teaching. Jossey-Bass.
Brookfield, S. D. (2015). The Skillful Teacher: On Technique, Trust, and Responsiveness in the
Classroom. Jossey-Bass.
Fink, L. D. (2013). Creating Significant Learning Experiences: An Integrated Approach to Designing
College Courses. Jossey-Bass.
Herreid, C. F., & Schiller, N. A. (Eds.). (2013). Science Stories: Using Case Studies to Teach Critical
Thinking. NSTA Press.
Johnson, D. W., & Johnson, R. T. (2014). An Overview of Cooperative Learning. In Handbook of
Cooperative Learning Methods (pp. 1-22). Springer.
Johnson, L., Adams Becker, S., Estrada, V., & Freeman, A. (2014). NMC Horizon Report: 2014 K-12
Edition. The New Media Consortium.
Nilson, L. B., & Goodson, L. A. (2017). Online Teaching at Its Best: Merging Instructional Design
with
Teaching and Learning Research. Jossey-Bass.
Puentedura, R. R. (2006). Transformation, technology, and education. Harvard Education Press.
Thomas, J. W. (2000). A review of research on project-based learning. San Rafael, CA: The Autodesk
Foundation.
Tomlinson, C. A. (2014). Differentiated Classroom: Responding to the Needs of All Learners. ASCD.

Anda mungkin juga menyukai