Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN PROFESI GURU UNTUK MENINGKATKAN

PROFESIONALISME PADA PENDIDIKAN ABAD 21

Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, artinya
kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan yang fundamental
yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya. Saat ini, pendidikan berada di
masa pengetahuan (knowledge age) dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang luar
biasa. Percepatan peningkatan pengetahuan ini didukung oleh penerapan media dan teknologi
digital yang disebut dengan information super highway (Gates, 1996). Gaya kegiatan
pembelajaran pada masa pengetahuan (knowledge age) harus disesuaikan dengan kebutuhan
pada masa pengetahuan (knowledge age). Bahan pembelajaran harus memberikan desain
yang lebih otentik untuk melalui tantangan di mana peserta didik dapat berkolaborasi
menciptakan solusi memecahkan masalah pelajaran. Pemecahan masalah mengarah ke
pertanyaan dan mencari jawaban oleh peserta didik yang kemudian dapat dicari pemecahan
permasalahan dalam konteks pembelajaran menggunakan sumber daya informasi yang
tersedia, Trilling and Hood (1999 : 21).

Perkembangan abad pengetahuan tentunya akan berimbas dengan guru dan


predikatnya sebagai profesi. Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama
adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik. Profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang
pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai
pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan
pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta
berhasil.

Pada abad pengetahuan ini, paradigma yang digunakan jauh berbeda dengan pada
abad industri. Galbreath (1999) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran yang
digunakan pada abad pengetahuan adalah pendekatan campuran yaitu perpaduan antara
pendekatan belajar dari guru, belajar dari siswa lain, dan belajar pada diri sendiri. Pada abad
industry, guru yang dituntut sebagai pengarah dan sumber pengetahuan. Sedangkan pada
abad pengetahuan guru sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan serta kawan belajar bagi
siswa. Hal ini tidak menurunkan kualitas guru sebagai pendidik, karena seorang guru yang
profesional akan menciptakan peserta didik yang hebat. Maka dari itu diperlukan pendidikan
yang lebih memadai dengan jalan mempersiapkan guru-guru yang profesional.

Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan yang maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih
dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Keprofesionalan guru harus
berkolaborasi dengan perkembangan revolusi saat ini. Sikap profesional guru tentunya harus
mengikuti perkembangan abad 21 saat ini juga.

Terkait tentang profesionalnya seorang guru, maka dibutuhkan pengembangan potensi


guru. Pengembangan profesi guru pada dasarnya adalah peningkatan kualitas dimensi-
dimensi kompetensi guru. Beberapa dimensi utama dalam kompetensi guru adalah:
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi
profesional. Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan,
kenaikan pangkat, dan promosi. Dengan adanya pengembangan profesi guru, maka
diharapkan profesinalisme guru juga dapat meningkat agar Pendidikan di abad 21 ini dapat
terealisasikan dengan baik
PEMBAHASAN

Pengembangan guru abad 21

Perkembangan masyarakat di abad 21 ditandai dengan perkembangan Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi sangat pesat, sehingga mempengaruhi perubahan di bebagai
aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan-perubahan tersebut seperti
pergeseran nilai budaya, perubahan orientasi hidup gaya hidup, tantangan hidup dan
kebutuhan hidup. Oleh karena itu muncul permasalahan-permaslahan dalam masyarakat.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia
berkualitas tinggi, sehingga dapat bersaing dan membawa kemajuan dalam masyarakat.
Untuk itu terjadi perubahan dalam paradigma pendidikan dan berusaha mneingkatkan
kualitas pendidikan. Oleh karna itu dalam Menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari
era sebelumnya, maka setiap guru membutuhkan pengembangan yang efektif. Beberapa tren
pengembangan staf abad 21 yaitu menggunakan pendekatan 'bottom up', menekankan
kolaborasi yang berorientasi pada memampukan staf mengatasi setiap permasalahan yang
dihadapi, merupakan program-program yang interaktif dan saling terkait, yang dilaksanakan
secara kontinyu dan direncakana secara sistematik dan komprehensif (Castetter, 1996).

Menekankan pada keefektifan pembelajaran, Engstrom & Danielson (2006)


mengatakan bahwa bahwa model pengembangan hendaknya berlandaskan pada konsep
kepemimpinan guru dan menggunakan proses pembelajaran kooperatif yang otentik dan
melekat pada pekerjaan guru sehari-hari. Selain itu, menurut Lieberman (1996) strategi-
strategi pengembangan guru yang menekankan pembelajaran dalam konteks sekolah
bermanfaat untuk menghilangkan perasaan terisolasi pada guru ketika ia belajar sesuatu di
luar sekolah dan berusaha membawanya ke dalam sekolah. Strategi ini juga membantu
menguatkan pembelajaran kolektif yang sangat penting untuk menciptakan pembelajaran
profesional sebagai norma di sekolah. Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan bahwa
program-program pengembangan guru berbasis sekolah yang berbasis kasus di kelas, bersifat
praktis dan dipraktekkan di tingkat kelas maupun sekolah akan lebih bermakna dan berguna
bagi sekolah, guru, dan staf (Owen, 2003). Unutk itu program pengembangan guru perlu
melibatkan guru dalam perencanaan program pengembangan yang memperhatikan latar
belakang, tahap perkembangan, dan juga kebutuhan guru (Castetter, 1996; Helterban, 2008);
dan selalu melibatkan guru dalam pembelajaran profesional sehari-hari di sekolah melalui
kelompok-kelompok diskusi dan kegiatan-kegiatan praktis yang difokuskan langsung pada
permasalahan ataupun upaya perbaikan proses belajar mengajar di kelas (Beach and
Reinhartz, 2000). Terlebih, pembelajaran profesional mengajar bukan sekedar belajar tentang
proposisi atau pengetahuan berbagai pendekatan dan strategi mengajar. Informasi tentang
pendekatan mengajar yang baru dan efektif dapat diperoleh melalui bacaan, lokakamya,
konferensi, diskusi dan sebagainya. Namun, bagaimana informasi dapat menjadi suatu
pemahaman membutuhkan konstruk dan rekonstruk informasi dalam pikiran, mengkaitkan
dan menginterpretasikan ide-ide baru dengan hal yang telah diketahui dimana diskusi, dialog,
argumen, dan juga debat sangat membantu proses ini.

Pengembangan Kompetensi Guru Abad 21


Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. McAshan (1981, dalam Mulyasa,
2003 : 79) mengemukakan bahwa kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan, dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia
dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-
baiknya. Senada dengan hal tersebut lebih lanjut Finch dan Crunkilton (1979, dalam Mulyasa
2003: 81) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan,
sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Kompetensi, yaitu seperangkat pengetahuan ,
ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki , dihayati dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan . Sedangkan kompetensi pendidik menurut PP Nomor
19 tahun 2005 meliputi :

1. kompetensi pedagogic yang terdiri dari :


a. pemahaman tentang peserta didik
b. pemahaman tentang pendidikan dan pembelajaran
c. pemahaman tentang kurikulum sekolah
d. perancangan pembelajaran
e. pelaksanaan pembelajaran
f. evaluasi proses dan hasil belajar
g. peningkatan proses pembelajaran melalui penelitian
h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi potensi yang dimiliki
2. kompetensi kepribadian :
a. Mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik
dan berakhlak mulia
b. Siap mengikuti perkembangan ilmu dan kependidikan melalui berbgai media
komunikasi yang mutakhir
3. kompetensi professional, meliputi pendalaman penguasaan bidang studi yang
telah dimiliki untuk mendukung terlaksananyapembelajaran bidang studi
disekolah sasaran secara optimal
4. kompetensi social, meliputi kemampuan pendidik sebagai bagaian dari
masyarakat untulk berkomunikasi dan bergaul dengan :
a. peserta didik
b. sesama pendidik
c. tenaga kependidikann yang lain
d. orang tua / wali peserta didik
e. masyarakat sekitar.

Salah satu cara untuk mengembangkan kompetensi guru adalah melalui sertifikasi
guru, namun hal ini melalui proses yang panjang untuk memperoleh sertifikat pendidik.
Sertifikat pendidik bagi guru berlaku sepanjang yang bersangkutan menjalankan tugas
sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Serifikat pendidik ditandai
dengan satu nomor registrasi guru yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Sertifikasi diperoleh melalui pendidikan profesi yang diakhiri dengan uji kompetensi. Dalam
program sertifikasi telah ditentukan kualifikasi pendidikan bagi semua guru di semua
tingkatan, yaitu minimal sarjana atau Diploma IV. Sertifikat pendidik dapat diperoleh guru
apabila mereka benar-benar memiliki kompetensi dan profesionalisme. Kepentingan
sertifikasi dan menjamin mutu pendidikan perlu dilakukan peningkatan kompetensi dan
profesionalisme seorang guru. Hal ini perlu dipahami karena dengan adanya pasca sertifikasi
guru harus tetap meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya agar mutu pendidikan
tetap terjamin.

Profesionalisme Guru Abad 21

Ketika berbicara profesional, maka gambaran yang akan muncul adalah seseorang yang
memiliki kemampuan yang handal dan spesifik dibidangnya. Jika dikaitkan dengan profesi
guru, maka guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang keguruan dan mengajar seingga ia dapat melaksanakan tugas dan fungsinya
sesuai sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. Seorang guru yang sadar akan
profesionalnya tugas guru, maka akan senantiasa terus belajar dan mengembangkan dirinya
menjadi yang lebih baik lagi. Hal ini dikarenakan perkembangan ilmu dan teknologi yang
semakin pesat, sehingga seorang guru di tuntut untuk dapat menyesuaikan dan beradaptasi
dengan kondisi tersebut. Guru dituntut mampu mengembangkan pendekatan dan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan lingkungan. Ilmu pengetahuan tidak lagi
terbatas milik para 'ahli' atau guru. Selain itu, tersedia informasi yang melimah tentang
pendidikan. Kondisi ini meningkatkan altematif pilihan pendidikan bagi orang tua dan
masyarakat dan bersamaan dengan hal ini adalah peningkatan tuntutan mutu pendidikan oleh
masyarakat. Globalisasi yang telah membuat dunia seakan tanpa batas memicu perbandingan
internasional antar sekolah, kurikulum, metode penilaian, dan prestasi siswa.

Pada setiap generasi memiliki tantangan yang berbeda beda dalam segala aspek.
Tantangan yang dihadapi generasi saat ini sudah pasti sangat jauh berbeda pada generasi
yang sebelumnya. Sehingga sudah saatnya paradigma pendidikan lebih mengarahkan kepada
pemberian kecakapan / keterampilan kepada peserta didik yang tidak hanya mampu
merespon dan mengatasi tantangan saat ini bahkan tantangan dimasa yang akan datang.
Setiap generasi baru akan terus mengembangkan dan menggali ilmu pengetahuan lebih dan
lebih lagi untuk mengatasi tantangan baru lewat Pendidikan pengetahuan dan kecakapan
terdahulu. Dengan itu, sudah seharusnya kurikulum pembelajaran yang dikembangkan harus
mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan pada abad 21. Menurut “21st Century
Partnership Learning Framework”, terdapat sejumlah kompetensi dan/atau keahlian yang
harus dimiliki oleh Sumber Daya Manusia (SDM) di Abad-21, yaitu:

1. Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-


Solving Skills)– mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam
konteks pemecahan masalah
2. Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration
Skills) - mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai
pihak;
3. Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills) – mampu
mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan
yang inovatif;
4. Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications
Technology Literacy) – mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari;
5. Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) – mampu menjalani
aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan
pribadi;
6. Kemampuan informasi dan literasi media (Information and Media Literacy Skills) –
mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk
menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta
interaksi dengan beragam pihak.
Dengan memperhatikan hal tersebut, maka guru harus mampu berinovasi dalam hal
merancang strategi, model, metode yang mampu memfasilitas peserta didik menjadi lebih
kreatif, dengan ditunjang pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. Trisdiono (2013)
Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk berpikir
kritis, mampu menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi
komunikasi, dan berkolaborasi. Pencapaian ketrampilan tersebut dapat dicapai dengan
penerapan metode pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan ketrampilan.

Pembelajaran yang menekankan pada project atau berorientasi pada masalah akan
mampu memfasilitasi kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik. Masalah yang
diberikan tentunya yang terkait dengan hal-hal yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga dengan kemampuan tersebut, peserta didik senantiasa terbiasa
menjadi problem solver dalam kehidupannya. Selanjutnya penguasaan teknologi
informasi, hal ini memungkinkan untuk mengenalkan kepada siswa untuk senantiasa
mengikuti perkembangan teknologi informasi (TI). Selain itu dengan pengusaan TI
peserta didik dapat mengekspolarasi ilmu pengetahuan dari berbagai sumber, dan bahkan
nantinya mampu mengembangkan teknologi-teknologi terbaru dimasa depan.

Dalam Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Permen
Nomor 17 Tahun 2007 tentang kualifikasi dan standar kompetensi guru. Guru profesional
dituntut tidak hanya memiliki kemampuan mengajar sebagaimana disyaratkan dalam
standar kompetensi pedagogik, namun guru juga harus mampu mengembangkan
profesionalitas secara terus menerus sebagaimana tertuang dalam kompetensi profesional.
Guru juga dituntut mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat sebagaimana disyaratkan dalam
kompetensi sosial serta memiliki kepribadian yang baik sebagaimana dideskripisikan
pada kompetensi pribadi. Disamping itu, guru juga harus memiliki kualifikasi akademik
atau latar belakang pendidikan yang memadai dan relevan dengan bidang ajarnya.

Guru profesional di abadi 21 ini harus memiliki kemampuan dalam rangka


memfasilitas peserta didik agar memiliki kompetensi sesuai dengan yang disampaikan
oleh 21st Century Partnership Learning Framework. Kemampuan guru ini terkait dengan
kemampuan guru dalam menyiapkan metode, strategi, dan model pembelajaran serta
mampu menggunakan media teknologi dan informasi dalam proses pembelajaran. Dalam
jurnal Educational Leadership 1993 (dalam Supriadi 1998) dijelaskan bahwa untuk
menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal:

1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya,


2. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta
cara mengajarnya kepada siswa,
3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara
evaluasi,
4. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari
pengalamannya
5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan
profesinya.

Upaya meningktakan profesionlaisme guru abad 21

Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam proses
ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan
dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi
keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru,
imbalan, dll secara bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme
seseorang termasuk guru. Dengan demikian usaha meningkatkan profesionalisme guru
merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai penghasil guru, instansi yang
membina guru (dalam hal ini Depdiknas atau yayasan swasta), PGRI dan masyarakat.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru diantaranya:

1. Meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi
tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi.
2. Program penyetaraan Diploma II bagi guru-guru SD, Diploma III bagi guru-guru
SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA.
3. Program sertifikasi. Program sertifikasi telah dilakukan oleh Direktorat Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama Islam (Dit Binrua) melalui proyek Peningkatan Mutu
Pendidikan Dasar (ADB Loan 1442-INO) yang telah melatih 805 guru MI dan 2.646
guru MTs dari 15 Kabupaten dalam 6 wilayah propinsi yaitu Lampung, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB dan Kalimantan Selatan (Pantiwati, 2001).
4. PKG (Pusat Kegiatan Guru, dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan
para guru untuk berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang
mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya (Supriadi, 1998).

Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang paling
penting agar guru-guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu dengan
menyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yang akan
diterapkan pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya. Tidak
heran kalau guru-guru di negara maju kualitasnya tinggi atau dikatakan profesional,
karena penghargaan terhadap jasa guru sangat tinggi. Harapan kita untuk guru
professional dimasa depan adalah :
- Guru yang mampu mengangkat citra dan marwah pendidikan kita yang terkesan
sudah carum marut, dan seperti benang kusut.
- guru yang bertindak sebagai fasilitator; pelindung; pembimbing dan punya figur
yang baik (disiplin, loyal, bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan
visi, misi yang diinginkan sekolah); termotivasi menyediakan pengalaman belajar
bermakna untuk mengalami perubahan belajar berdasarkan keterampilan yang
dimiliki siswa dengan berfokus menjadikan kelas yang konduktif secara
intelektual fisik dan sosial untuk belajar; menguasai materi, kelas, dan teknologi;
punya sikap berciri khas "The Habits for Highly Effective People" dan "Quantum
Teaching" serta pendekatan humanis terhadap siswa; Guru menguasai komputer,
bahasa, dan psikologi mengajar untuk diterapkan di kelas secara proporsional.
Diberlakukan skema rewards dan penegakan disiplin yang humanis terhadap guru
dan karyawan.
- Guru yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuan para
siswanya melalui pemahaman, keaktifan, pembelajaran sesuai kemajuan zaman
dengan mengembangkan keterampilan hidup agar siswa memiliki sikap
kemandirian, perilaku adaptif, koperatif, kompetitif dalam menghadapi tantangan,
tuntutan kehidupan sehari-hari. Diberikan pelatihan berpikir kritis dan strategi
belajar dengan manajemen waktu yang sesuai serta pelatihan cara mengendalikan
emosi agar IQ, EQ, SQ dan ke dewasaan sosial siswa berimbang.
- Guru yang memiliki keterampilan dasar pembelajaran, kualifikasi keilmuannya
juga optimal, performance di dalam kelas maupun luar kelas tidak diragukan.
Tentunya sebagai guru masa depan bangga dengan profesinya, dan akan tetap
setia menjunjung tinggi kode etik profesinya. Kalaulah kita masing-masing
menyadari, dan kalaulah kita masih memiliki rasa keperdulian, dan kalaulah kita
mau berbagi rasa, dan kalaulah mau kita berteposeliro, maka pendidikan kita
seperti disebutkan di atas, akan dapat dianulir. Oleh sebab itu semua kita memiliki
satu persepsi, satu langkah dan satu tujuan bagaimana kita berusaha mengangkat
"batang terendam" tersebut, menjadi pendidikan bermutu, dan tentunya
diharapkan mampu untuk mengangkat peringkat dan citra pendidikan termasuk
terendah di Asia.

Upaya yang di lakukan guru untuk Peningkatan kompetensi dan profesionalisme


dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
1. Studi lanjut program Strata 2 atau Magister merupakan cara pertama yang
dapat ditempuh oleh para guru dalam meningkatkan kompetensi dan
profesionalismenya. Dua jenis program magister yang dapat diikuti, yaitu
program magister yang menyelenggarakan program pendidikan ilmu murni
dan ilmu pendidikan. Kecenderungan para guru lebih suka untuk mengikuti
program ilmu pendidikan agar dapat meningkatkan kompetensi dan
2. Kursus dan Pelatihan, keikutsertaan dalam kursus dan pelatihan tentang
kependidikan merupakan cara kedua yang dapat ditempuh oleh guru untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya. Walaupun tugas utama
seorang guru adalah mengajar, namun tidak ada salahnya dalam rangka
peningkatan kompetensi dan profesionalismenya juga perlu dilengkapi dengan
kemampuan meneliti dan menulis artikel/ buku.
3. Pemanfaatan Jurnal, jurnal yang diterbitkan oleh masyarakat profesi atau
perguruan tinggi dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kompetensi dan
profesionalisme. Artikel-artikel di dalam jurnal biasanya berisi tentang
perkembangan terkini suatu disiplin tertentu. Dengan demikian, jurnal dapat
dipergunakan untuk memutakhirkan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang
guru. Dengan memiliki bekal ilmu pengetahuan yang memadai, seorang guru
bisa mengembangkan kompetensi dan profesionalismenya seorang guru dalam
mentransfer ilmu kepada peserta didik. Selain itu, jurnal-jurnal itu dapat
dijadikan media untuk mengomunikasikan tulisan hasil pemikiran dan
penelitian guru yang dapat digunakan untuk mendapatkan angka kredit yang
dibutuhkan pada saat sertifikasi dan kenaikan pangkat.
4. Seminar, keikutsertaan dalam seminar merupakan alternatif keempat yang
dapat ditempuh untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme seorang
guru. Tampaknya hal ini merupakan cara yang paling diminati dan sedang
menjadi trend para guru dalam era sertifikasi, karena dapat menjadi sarana
untuk mendapatkan angka kredit. Melalui seminar guru mendapatkan
informasi-informasi baru. Cara itu sah dan baik untuk dilakukan. Namun
demikian, di masa-masa yang akan datang akan lebih baik apabila guru tidak
hanya menjadi peserta seminar saja, tetapi lebih dari itu dapat menjadi
penyelenggara dan pemakalah dalam acara seminar. Forum seminar yang
diselengarakan oleh dan untuk guru dapat menjadi wahana yang baik untuk
mengomunikasikan berbagai hal yang menyangkut bidang ilmu dan profesinya
sebagai guru
Referensi

Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-Based
Technology and Future Skill Sets. Educational Technology. Desember: 14-22.

Gates.1996.Transformasi pendidikan abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber daya


manusia di era global

Trilling, Bernie and Hood, Paul. 1999. Learning, Technology, and Education Reform In The
Knowledge Age, (Online), (https://www.wested.org/online_pubs/ learning_technology.pdf.),
diakses tanggal 11 Mei 2016

Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., Nyoto, A., & Malang, U. N. (2016). Transformasi pendidikan
abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber daya manusia di era global. In Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika (Vol. 1, No. 26, pp. 263-278).

Kunandar, Guru Profesional, h. 46

Usman, M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006, Cet.
Ke-20, h. 14-15.

Kunandar, Guru Profesional, h. 46-47.

Notanubun Zainuddin. 2019. Pengembangan Kompetensi Profesionalisme Guru di Era


Digital (Abad 21). Volume 03 Number 01

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. E. 2003, Kurikulum Berbasis Kompetens;Konsep,Karakteristik dan Implementasi,


(Bandung: PT Remaja Rosda Karya).

Widodo, Syukri Fathudin Achmad. Pengembangan potensi guru.

Andriani, D. E. (2010). Mengembangkan profesionalitas guru abad 21 melalui program


pembimbingan yang efektif. Jurnal Manajemen Pendidikan UNY, 111985.

Richardo, R. (2016, November). Program guru pembelajar: Upaya peningkatan


profesionalisme guru di abad 21. In Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan
Matematika(pp.777- 785).

Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Depdikbud.

Trisdiono, H. (2013). Strategi Pembelajaran Abad 21. (online) (http://lpmpjogja.org/strategi


pembelajaran-abad-21/

Anda mungkin juga menyukai