Anda di halaman 1dari 12

Kompetensi Guru di Abad 21 dan Tantangan bagi Guru Membentuk Konsep

Pembelajaran Abad 21

Muhammad Yusuf
Email: 2110128210003@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional. Pengintegrasian TIK dalam pembelajaran merupakan
suatu komponen pembelajaran abad 21 Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mengalami
perkembangan secara cepat dari waktu ke waktu. Teknologi ini yang menggabungkan dunia
menjadi tanpa batas walaupun dipisahkan jauh secara geografis. Kompetensi dapat diartikan
sebagai suatu kemampuan atau kecakapan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang dimiliki dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan fungsi
profesionalnya. di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin
peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan
menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan
menggunakan keteram-pilan untuk hidup (life skills). Pembelajaran yang dilakukan
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi tergantung pada peran pengajar
sebagai fasilitastor bukan hanya sebagai pemberi informasi saja, tetapi juga memberikan
kemudahan dalam pembelajaran

PENDAHULUAN
Pengembangan kompetensi guru landasan pijaknya adalah Undang-undang Nomor
14 tahun 2005 kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Setiap kompetensi dapat diuraikan sebagai
berikut; Kompetensi merupakan unjuk kerja (ability to do) yang dilatarbelakangi oleh
penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini mengandung makna bahwa
kualitas unjuk kerja itu ditentukan oleh penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Semakin tinggi kualitas penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan, semakin tinggi
pula unjuk kerjanya, dan sebaliknya. Jadi ada korelasi posetif tinggi antara tingkat
penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan kompetensi yang dibentuk.

1
Kompetensi adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar
dapat mewujudkan penampilan unjuk kerja sebagai guru secara tepat (Djumiran dkk., 2009:
3 - 4.).
Belajar dalam konteks pembelajaran abad 21 terutama pada kurikulum 2013 yaitu
peserta didik belajar materi melalui contoh-contoh, penerapan, dan pengalaman dunia nyata
baik di dalam maupun luar sekolah. Agar tuntutan tersebut dapat dilaksanakan sebagai bagian
dari implementasi kurikulum 2013, maka perlu melibatkan penggunaan TIK secara tepat,
berkelanjutan, dan terjangkau. Kebutuhan abad 21 seperti sekarang ini memang sangat
diperlukan keterampilan pengetahuan (kognitif) yang mendalam dalam konteks kehidupan
mengenai suatu masalah, peristiwa atau kejadian. Media pembelajaran komputer sebagai alat
bantu berupa fisik maupun nonfisik yang digunakan sebagai perantara antara guru dan
peserta didik dalam memahami materi pelajaran secara lebih efektif dan efisien (Yusuf, I &
Subaer, 2013).
Pengintegrasian TIK dalam pembelajaran merupakan suatu komponen pembelajaran
abad 21 Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mengalami perkembangan secara cepat dari
waktu ke waktu. Teknologi ini yang menggabungkan dunia menjadi tanpa batas walaupun
dipisahkan jauh secara geografis (Murniayudi et al., 2018).
(Eggen.Paul., 2012) menegaskan bahwa standar untuk sekolah abad 21 atau abad
digital untuk guru dan siswa berkaitan dengan penerapan teknologi dalam pembelajaran.
Guru harus bisa mempersiapkan siswanya untuk hidup di abad digital, salah satunya
menggunakan pengetahuan mereka tentang materi pelajaran, pembelajaran dan teknologi
untuk memfasilitasi pengalaman yang dipelajari siswa tingkat lanjut, kreativitas, dan inovasi
dalam situasi tatap muka dan virtual. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan guru untuk
peningkatan layanan dalam situasi tatap muka dan virtual (online) melalui Model Blended
Learning, yang selanjutnya disingkat dengan MBL. Beberapa artikel penelitian yang relevan
dan telah dikaji dan telah menerapkan Model Blended Learning (MBL) diantaranya
penelitian dari (Abdullah, 2017) Blended Learning Approach Initiating Application in
Primary School, (Majir, 2019) Blended Learning Dalam Pengembangan Pembelajaran Suatu
Tuntutan Guna Memperoleh Keterampilan Abad Ke-21, (Bibi & Jati, 2015) Efektivitas
model blended learning terhadap motivasi dan tingkat pemahaman mahasiswa mata kuliah

2
algoritma dan pemrograman, (Aditia Rachman, Yusep Sukrawan, 2019) Penerapan model
blended learning Dalam Peningkatan Hasil Belajar Menggambar Objek 2 Dimensi. (Nurhadi,
2020) Blended Learning dan Aplikasinya di Era New Normal Pandemi Covid-1.
Memasuki abad ke-21 sekarang ini, pendidikan Indonesia dihadapkan dengan
sejumlah tantangan dan peluang, yang tentunya berbeda dengan zaman-zaman sebelumnya.
Guna mengantisipasi dan menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dan dinamika
perubahan yang sedang dan akan terus berlangsung di abad ke-21 ini, bangsa Indonesia harus
semakin mengasah kemampuan yang dibutuhkan untuk menghadapi setiap revolusi pada
pendidikan di abad ke-21 (Koesoema, 2007; Sulistiwati, 2012; dan Slamet, 2014).
Selaras dengan prinsip-prinsip dalam revolusi pembelajaran (learning revolution),
proses pembelajaran seharusnya berpijak pada pilar-pilar: active learning, creative learning,
effective learning, and joyful learning (Hewitt, 2008; dan Hasan, Othman & Majzub, 2015).
Pembelajaran juga harus berpijak pada empat pilar pendidikan menurut UNESCO (United
Nations Education, Scientific, and Cultural Oganization), yakni: learning to know, learning
to do, learning to be, and learning how to live together (Delors et al., 1996; dan Burnett,
2008).
Sementara itu, untuk mampu mengembangkan pembelajaran di abad ke-21 ini, ada
beberapa yang penting untuk diperhatikan, antara lain: Pertama, Tugas Utama Guru sebagai
Perencana Pembelajaran. Sebagai fasilitator dan pengelola kelas, maka tugas utama guru
yang penting adalah dalam pemuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). RPP
haruslah baik dan detail, serta mampu menjelaskan semua proses yang akan terjadi dalam
kelas, termasuk proses penilaian dan target yang ingin dicapai. Dalam penyusunan RPP, guru
juga harus mampu mengkombinasikan antara target yang diminta dalam kurikulum nasional,
mengembangkan kecakapan abad ke-21, karakter nasional, serta memanfaatkan teknologi
dalam kelas (Susilo, 2012).

KOMPETENSI GURU DI ERA PEMBELAJARAN ABAD 21


Kompetensi profesional diganti dengan kompetensi bidang studi (subject
matter competency). Istilah kompetensi kepribadian diganti istilah kompetensi etika
profesi”. Memang hal yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh adalah

3
bagaimana memberika prioritas yang tinggi kepada guru sehingga mereka dapat
memperoleh kesempatan untuk selalu kemampuannya yang berkaitan dengan
meningkatkan kemampuan melaksanakan tugas sebagai guru. Guru juga harus
diberikan kepercayaan. Disamping untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru, yakni
melakukan proses belajar mengajar yang baik. Kepada mereka juga perlu diberikan
dorongan dan suasana yang kondusif untuk menemukan berbagai alternatif metode dan cara
mengembangkan proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan guru dan
perkembangan jaman (Sagala, 2013: 24).
kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi
secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi keilmuan yang
menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai
guru (Suprihatiningrum, 2013: 115).
Sebagai seorang guru agar mampu menganalisis, mendiagnosis, dan
memprognosis situasi pendidikan. guru yang memiliki kompetensi profesional perlu
menguasai, antara lain (a) disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran;
(b) bahan ajar yang diajarkan; (c) pengetahuan tentang karakteristik siswa; (d)
pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan; (e) pengetahuan serta penguasaan
metode dna model mengajar; (f) penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi
pembelajaran; dan (g) pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan,
memimpin, guna kelancaran proses pendidikan (Uno, 2008: 119).
Manusia adalah makhluk sosial sehingga sebagian besar dari kehidupannya
melibatkan interaksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial yang perlu diperhatikan
adalah manusia secara hakiki dilahirkan selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain
untuk memenuhi kebutuhannya (Dayakisni & Yuniardi, 2004:36). Dengan demikian
seseorang akan selalu berinteraksi satu sama lain, dengan berbagai macam individu tentunya
dengan pola kepribadian, keunikan dan kekhasan masing-masing. Untuk itu seseorang tidak
hanya dituntut bisa berinteraksi dengan orang lain, tetapi cerdas berinteraksi dengan orang
lain, kecerdasan itu oleh Goleman disebut sebagai kecerdasan sosial (Goleman 2006:102;
Williamson, 2012). Bagi Goleman (2006:30) kecerdasan atau kompetensi sosial merupakan
rujukan tepat bagi kecerdasan yang tak hanya tentang relasi kita dengan orang lain namun

4
dalam relasi itu. Bahkan kompetensi sosial menunjukkan kemampuan terbesar yang
berhubungan dengan banyak aspek yang sangat dekat pada konstruk kecerdasan sosial
(Riggio & Reichard, 2008:17).
Kompetensi dapat diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecakapan yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki dan dikuasai oleh guru
dalam melaksanakan fungsi profesionalnya (Suwardi, 2007:4). Kompetensi dapat juga
dipahami sebagai spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki
seseorang serta penerapanya dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kerja yang dibutuhkan
oleh masyarakat atau dunia kerja (Sudarwan Danim, 2011:111). Sedangkan kata sosial
berasal dari kata socio yang artinya menjadikan teman dan secara terminologis sosial dapat
dimengerti sebagai sesuatu yang dihubungkan, diakitkan dengan teman, atau masyarakat
(Damsar, 2011:96; Suharsimi Arikunto, 1993:239).
Kompetensi sosial sendiri dapat dimengerti sebagai kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali siswa, dan masyarakat sekitar (Farida Sarimaya, 2008:22).
Kompetensi ini mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki
kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini.
Dalam kompetensi ini guru memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga
negara. Lebih dalam lagi kemampuan sosial ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan
diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai
guru. Kompetensi sosial sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
1. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
2. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara fungsional.
3.Bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
siswa.
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar, Dalam kompetensi sosial ini terdapat
sub kompetensi, diantaranya adalah: seorang guru harus mampu bergaul secara efektif
dengan siswa, mampu bergaul secara efektif dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang

5
lain, dan yang terakhir adalah mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang tua/wali
siswa dan masyarakat sekitanya (Kunandar, 2007:77).
Kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi dengan
siswa (Suharsimi Arikunto, 1993:239). Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang
bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media
tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada
efek tertentu yang diharapkan (Effendy, 2000:13).
Pedagogik adalah teori mendidik yang mempersoalkan apa dan bagaimana mendidik
sebaik-baiknya (Suardi, 1979:113). Tugas guru yang pertama ialah mengajar dan mendidik
murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan
pengetahuan, keterampilan dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya di masa depan.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:88) dalam Undang-Undang RI Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik
adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: pemahaman wawasan
atau landasan kependidikan; pemahaman tentang peserta didik; perkembangan kurikulum
atau silabus; perancangan pembelajaran; pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis; evaluasi hasil belajar; pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya (Musfah, 2015:30).
Guru merupakan pendidik formal di sekolah yang bertugas membelajarkan peserta
didik-peserta didiknya sehingga memperoleh berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap yang semakin sempurna kedewasaan atau pribadinya. Karena itulah, guru terkait
dengan berbagai syarat, yang diantaranya guru disyaratkan untuk memiliki sepuluh
kemampuan dasar yaitu: menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola
kelas, menguasai media atau sumber belajar, menguasai landasan kependidikan, mengelola
interaksi belajar mengajar, menilai prestasi peserta didik, mengenal fungsi dan program
bimbingan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, serta
memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk keperluan pendidikan dan
pengajaran (Zainal Aqib, 2002 : 103-110).

6
Menjadi guru menuntut suatu personalitas/kepribadian yang terpuji, tangguh dan
antisipatif, dengan keterpujian maka dorongan untuk menjadikan masa depan yang lebih
beradab menjadi kuat; dengan ketangguhan, maka masa depan bangsa yang kuat dalam
berjuang menjadi lebih nyata, dan dengan antisipatif maka arah masa depan menjadi makin
jelas tertata dalam menjalankan peran dan tugas sebagai guru (Uhar Suharsaputra, 2013:35).
m dengan Pendidikan Saat Ini Dalam dunia pendidikan kepribadian guru akan mewarnai
iklim emosional kelas. Kepribadian guru sesungguhnya akan termanifestasikan dalam bentuk
aktifitasnya dalam mengajar (Barnawi dan Muhammad Arifin, 2012:168).

KONSEP DAN STRATEGI GURU PEMBELAJARAN ABAD 21


Pendidikan saat ini diharapkan dapat menghasilkan SDM yang memiliki kemampuan
komunikasi dan kolaborasi yang kuat, ahli dalam menggunakan teknologi,
keterampilan berpikir kreatif dan inovatif serta kemampuan untuk meme-cahkan masalah
(Miller & Northern, 2011). Senada dengan pendapat tersebut, Murti (2015)
mengungkapkan bahwa di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk
menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan
menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan
menggunakan keteram-pilan untuk hidup (life skills).
Pada dasarnya, kompetensi abad 21 ini sudah diadaptasi dalam sistem
pendidikan di Indonesia melalui Kurikulum 2013. Bahkan tidak hanya konsep mengenai
keterampilan abad 21 saja, namun Kuriku-lum 2013 juga mengadopsi dua konsep utama
lainnya yaitu pendekatan saintifik dan penilaian autentik(Murti, 2015; Wahyudin,
Rusman& Rahmawati, 2017; Kamiludin & Suryaman, 2017). Pendekatan saintifik di-
gunakan untuk membiasakan peserta didik dengan cara berpikir ilmuwan dan
pembelajarannya dilakukan dengan prosedur 5M yaitu: mengamati, menanya,
mengeksplorasi/mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan
(Sufairoh, 2016; Clorawati, Rohiyat dan Amir, 2017).
Pada era TIK seperti sekarang, peserta didik yang akan dihadapi adalah peserta
didik yang lahir dan berkembang di era digital, maka suka tidak suka, mau tidak mau
guru pun harus memiliki literasi teknologiyang tinggi. Pengaruh TIK sangat besar kepada

7
peserta didik. Karena pada dasarnya teknologi adalah sesuatu yang ingin dikuasai peserta
didik. Mereka menggunakan internet dan ponsel seperti makanan sehari-hari. Banyak
peserta didik sudah menggunakan media sosial seperti whatsappdan facebook. Artinya
peserta didik sekarang sangat melek teknologi, namun tidak demikian dengan gurunya.
Sampai saat ini masih saja ditemukan guru yang kurang melek akan teknologi. Akibatnya,
sering terjadi kesenjangan antara peserta didik dan pendidik yang tidak menggunakan
teknologi di ruang kelas mereka. Pendekatan yang baik adalah bagaimana
mengintegrasikan teknologi dengan pendidikan dan menghilangkan segala kesenjangan yang
ada. Dengan mengenali minat peserta didik dan memanfaatkan minat-minat itu, hubungan
pendidik peserta didik dapat meningkat (Sari, 2014).
(Eggen.Paul., 2012)menegaskan bahwa standar untuk sekolah abad 21 atau abad
digital untuk guru dan siswaberkaitan dengan penerapan teknologi dalam pembelajaran.
Guru harus bisa mempersiapkan siswanya untuk hidup di abad digital, salah satunya
menggunakan pengetahuan mereka tentang materi pelajaran, pembelajaran dan teknologi
untuk memfasilitasi pengalaman yang dipelajari siswa tingkat lanjut, kreativitas, dan inovasi
dalam situasi tatap muka dan virtual. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan guru
untuk peningkatan layanan dalam situasi tatap muka dan virtual (online) melalui Model
Blended Learning, yang selanjutnya disingkat dengan MBL. Beberapa artikel penelitian
yang relevan dan telah dikaji dan telah menerapkan Model Blended Learning(MBL)
diantaranya penelitian dari (Abdullah, 2017)Blended Learning Approach Initiating
Application in Primary School, (Majir, 2019)Blended LearningDalam Pengembangan
Pembelajaran Suatu Tuntutan Guna Memperoleh Keterampilan Abad Ke-21,(Bibi &
Jati, 2015)Efektivitas model blended learning terhadap motivasi dan tingkat pemahaman
mahasiswa mata kuliah algoritma dan pemrograman,(Aditia Rachman, Yusep
Sukrawan, 2019)Penerapan model blended learningDalam Peningkatan Hasil Belajar
Menggambar Objek 2 Dimensi.(Nurhadi, 2020)Blended Learningdan Aplikasinya di Era
New NormalPandemi Covid-1.
Definisi blended learning menurut (Driscoll, 2002)merujuk pada empat konsep yang
berbeda yaitu: a) Blended learningmerupakan pembelajaran yang mengkombinasikan atau
menggabungkan berbagai teknologi berbasis web, untuk mencapai tujuan pendidikan. b)

8
Blended learningmerupakan kombinasi dari berbagai pendekatan pembelajaran (seperti
behaviorisme, konstruktivisme, kognitivisme) untuk menghasilkan suatu pencapaian
pembelajaran yang optimal dengan atau tanpa teknologi pembelajaran. c) Blended
learningjuga merupakan kombinasi banyak format teknologi pembelajaran, seperti video
tape, CD-ROM, web-based training, film) dengan pembelajaran tatap muka. d) Blended
learningmenggabungkan teknologi pembelajaran dengan perintah tugas kerja aktual untuk
menciptakan pengaruh yang baik pada pembelajaran dan pekerjaan.
Banyak sekali teknologi media pembelajaran yang berbentuk platform yang
digunakan disetiap instansi pendidikan, pada tingkat sekolah maupun di perguruan tinggi
untuk mengefektifkan proses pembelajaran yang dilakukan. Seperti Google Classroom, E-
learning, YouTube, WAG, Edmodo, Zoom, Googlemeet dan platform lainnya yang mampu
menjadi penunjang fasilitas belajar dari rumah. Media pembelajaran disebut juga sebagai alat
atau sumber belajar yang dapat membantu seorang guru dalam menyampaikan pesan kepada
siswa (Yunanta, 2019).
Gmail, Youtube, Google Drive, Google Maps, dan Google Translate merupakan fitur-
fitur pendukung yang ada pada platform google classroom. Di antara fitur yang dimiliki oleh
google classroom adalah assignments (tugas), grading (pengukuran), communication
(komunikasi), time-cost (hemat waktu), archieve course (arsip program), kode kelas
tampilan, mobile application (aplikasi seluler), dan privacy (keamanan pribadi) (Islami,
2020). E-learning merupakan salah satu bentuk media atau platform pembelajaran yang
didukung dengan pemanfaatan teknolgi informasi dan komunikasi. Serta bisa digunakan
untuk penunjang pembelajaran daring seperti sekarang ini (Hanum, 2013). Zoom merupakan
aplikasi komunikasi dengan menggunakan video sehingga pada saat digunakan untuk proses
pembelajaran maka kita akan merasa bahwa kita sedang tatap muka secara langsung karena
kita mampu melihat orang yang jauh dengan menyalakan camera yang kita miliki didalam
menggunakan platform zoom ini (Astini, 2020).
Pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi tergantung pada peran pengajar sebagai fasilitastor bukan hanya sebagai pemberi
informasi saja, tetapi juga memberikan kemudahan dalam pembelajaran (Hanum, 2013).
Kepemilikan perangkat pendukung teknologi juga menjadi masalah tersendiri yang kita

9
alami pada saat masa pembelajaran jarak jauh ini. Masih terdapat guruguru maupun siswa
yang tidak memiliki perangkat teknologi sebagai fasilitas penunjang dari kegiatan belajar
mengajar pada sistem daring, seperti halnya laptop dan gadget. Jikapun mereka memiliki
fasilitas pendukung tersebut namun terkadang laptop maupun gadget yang mereka miliki itu
kurang memadai untuk digunakan dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan (Aprilia, 2020).

SIMPULAN
Kompetensi profesional diganti dengan kompetensi bidang studi (subject
matter competency). Istilah kompetensi kepribadian diganti istilah kompetensi etika
profesi”. Memang hal yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh adalah
bagaimana memberika prioritas yang tinggi kepada guru sehingga mereka dapat
memperoleh kesempatan untuk selalu kemampuannya yang berkaitan dengan
meningkatkan kemampuan melaksanakan tugas sebagai guru. Guru juga harus
diberikan kepercayaan. Disamping untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru, yakni
melakukan proses belajar mengajar yang baik. Kepada mereka juga perlu diberikan
dorongan dan suasana yang kondusif untuk menemukan berbagai alternatif metode dan cara
mengembangkan proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan guru dan
perkembangan jaman (Sagala, 2013: 24).
Kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi dengan
siswa (Suharsimi Arikunto, 1993:239). Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang
bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media
tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada
efek tertentu yang diharapkan (Effendy, 2000:13).
Menjadi guru menuntut suatu personalitas/kepribadian yang terpuji, tangguh dan
antisipatif, dengan keterpujian maka dorongan untuk menjadikan masa depan yang lebih
beradab menjadi kuat; dengan ketangguhan, maka masa depan bangsa yang kuat dalam
berjuang menjadi lebih nyata, dan dengan antisipatif maka arah masa depan menjadi makin
jelas tertata dalam menjalankan peran dan tugas sebagai guru (Uhar Suharsaputra, 2013:35).

10
Pada dasarnya, kompetensi abad 21 ini sudah diadaptasi dalam sistem
pendidikan di Indonesia melalui Kurikulum 2013. Bahkan tidak hanya konsep mengenai
keterampilan abad 21 saja, namun Kuriku-lum 2013 juga mengadopsi dua konsep utama
lainnya yaitu pendekatan saintifik dan penilaian autentik(Murti, 2015; Wahyudin,
Rusman& Rahmawati, 2017; Kamiludin & Suryaman, 2017). Pendekatan saintifik di-
gunakan untuk membiasakan peserta didik dengan cara berpikir ilmuwan dan
pembelajarannya dilakukan dengan prosedur 5M yaitu: mengamati, menanya,
mengeksplorasi/mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan
(Sufairoh, 2016; Clorawati, Rohiyat dan Amir, 2017).
Pada era TIK seperti sekarang, peserta didik yang akan dihadapi adalah peserta
didik yang lahir dan berkembang di era digital, maka suka tidak suka, mau tidak mau
guru pun harus memiliki literasi teknologiyang tinggi. Pengaruh TIK sangat besar kepada
peserta didik. Karena pada dasarnya teknologi adalah sesuatu yang ingin dikuasai peserta
didik. Mereka menggunakan internet dan ponsel seperti makanan sehari-hari. Banyak
peserta didik sudah menggunakan media sosial seperti whatsappdan facebook. Artinya
peserta didik sekarang sangat melek teknologi, namun tidak demikian dengan gurunya.
Sampai saat ini masih saja ditemukan guru yang kurang melek akan teknologi. Akibatnya,
sering terjadi kesenjangan antara peserta didik dan pendidik yang tidak menggunakan
teknologi di ruang kelas mereka. Pendekatan yang baik adalah bagaimana
mengintegrasikan teknologi dengan pendidikan dan menghilangkan segala kesenjangan yang
ada. Dengan mengenali minat peserta didik dan memanfaatkan minat-minat itu, hubungan
pendidik peserta didik dapat meningkat (Sari, 2014).

REFERENSI

Andrian, Y., & Rusman, R. (2019). Implementasi pembelajaran abad 21 dalam kurikulum
2013. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 12(1), 14-23.
Hamidah, L., Siregar, S., & Nuraini, N. (2019). Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Buya Hamka. Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8(2), 135-146.

11
Jamin, H. (2018). Upaya Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru. At-Ta'dib: Jurnal
Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam, 19-36.
Komara, E. (2018). Penguatan pendidikan karakter dan pembelajaran abad 21.
Sipatahoenan, 4(1).
Mardiani, F., Anis, M. Z. A., & Hermawan, M. D. DIGITAL LITERACY IN THE
TRANSFORMATION OF HISTORICAL LEARNING IN THE TIME OF COVID-
19. Jurnal Socius, 10(2), 1-10.
Muspiroh, N. (2016). Peran kompetensi sosial guru dalam menciptakan efektifitas
pembelajaran. Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi, 4(2).
Mutiani, H. S., & Putra, M. A. H. (2020). Improvement of Scientific Attitudes Through
Training of Social Science Scientific Writing in MAN 2 Model
Banjarmasin. Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2), 128-133.
Notanubun, Z. (2019). Pengembangan kompetensi profesionalisme guru di era digital
(Abad 21). Jurnal Bimbingan Dan Konseling Terapan, 3(2), 54-64.
Rahayu, R., Iskandar, S., & Abidin, Y. (2022). Inovasi Pembelajaran Abad 21 dan
Penerapannya di Indonesia. Jurnal Basicedu, 6(2), 2099-2104.
Salsabila, U. H., Lestari, W. M., Habibah, R., Andaresta, O., & Yulianingsih, D. (2020).
Pemanfaatan teknologi media pembelajaran di masa pandemi covid-19. Trapsila:
Jurnal Pendidikan Dasar, 2(2), 1-13.
Setianingsih, S., Syaharuddin, S., Sriwati, S., Subroto, W., Rochgiyanti, R., & Mardiyani,
F. (2021). Aisyiyah: Peran dan Dinamikanya dalam Pengembangan Pendidikan Anak
di Banjarmasin Hingga Tahun 2014. PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu
Sosial), 1(1).
Subiyakto, B., & Akmal, H. (2020). Profesi Keguruan.
Susanto, H. (2020). PEDAGOGI SEJARAH, NASIONALISME DAN KARAKTER
BANGSA. Preprint: EdArxiv.
Susanto, H. (2020). Profesi Keguruan. Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung
Mangkurat.
Susanto, H., Abbas, E. W., Anis, M. Z. A., & Akmal, H. CHARACTER CONTENT AND
LOCAL EXCELLENCE IN VOCATIONAL CURRICULUM IMPLEMENTATION
IN TABALONG REGENCY.
Syaharuddin, S., Arisanty, D., Rahmattullah, M., Susanto, H., Alfisyah, A., Kiptiah, M., ...
& Junied, K. A. (2020). Book of Abstract-2nd International Conference on Social
Science Education 2020

12

Anda mungkin juga menyukai