Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan sebuah bangsa.

Pendidikan menjadi unsur dasar dalam peningkatan sumber daya manusia.

Sumber daya manusia tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan

menalar dan pola pemikiran individu dari pengalaman sendiri. Senada dengan

undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 tahun 2003 menyatakan

bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Riowati & Yoenanto, 2022).

Guru merupakan komponen yang manusiawi sebagai media pengajar

sekaligus menjadi pengantar pada proses pembelajaran. Guru menjadi aspek yang

sangat berpengaruh dan menjadi pusat utama dalam proses pembelajaran. Oleh

karena itu guru yang merupakan salah satu sumber utama dalam pembelajaran

harus berperan secara aktif sebagai penggerak dalam pembelajaran serta

menjadikan posisinya sebagai tenaga yang profesional, sesuai dengan tuntutan

perkembangan zaman ( Hidayat & Irwandi, 2022).

Percepatan teknologi digital melesat begitu cepat, tidak terbendung

apapun. Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 berdampak besar bagi kehidupan,

termasuk dalam dunia pendidikan. Yufitta, dkk, 2022 mengatakan bahwa

Perubahan dunia pendidikan yang signifikan banyak mengubah cara berfikir

1
2

pendidik dari yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Usaha para ahli bidang

pendidikan yang terus melakukan upaya untuk memajukan sektor pendidikan

yang ada, melalui kebijakan yang berpihak dalam dunia pendidikan. Pendidikan

pada era revolusi industri 4.0 merupakan pendidikan yang menjadikan teknologi

digital adalah sarana wajib dalam setiap proses pembelajaran yang berlangsung

dan membuat proses pembelajaran yang berkesinambungan tanpa dibatasi ruang

dan waktu. Menuurut Mulyasa dalam Siharman, dkk (2022) seorang guru harus

terus belajar untuk mengikuti perkembangan teknologi agar tidak ketinggalan dari

peserta didik dalam hal penguasaan dan pemanfaatan teknologi,

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

(Kemendikbudristek) telah menetapkan program merdeka belajar sebagai satu

paket inisiatif pemerintah dalam mereformasi mutu pendidikan. Reformasi

pendidikan di Indonesia tidak bisa dilakukan dengan semata-mata menggunakan

pendekatan administratif (administrative approach), melainkan harus melakukan

transformasi budaya (culture transformation). Setiap unit pendidikan harus

memiliki kapasitas untuk mengubah budaya sekolahnya menjadi berorientasi pada

culture of learning an innovation alih-alih terfokus pada wialayah administrasi

(Nadiem, dalam Satriawan, dkk. 2021).

Menurut Nunuk Suryani (2023) Salah satu langkah nyata menjawab

kebutuhan transformasi dalam pendidikan adalah kebijakan Merdeka belajar.

Program Merdeka belajar memiliki misi mewujudkan Indonesia maju yang

berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui terbentuknya profil pelajar

Pancasila. Sehingga proses pembelajaran yang harus dibangun dan dikembangkan


3

adalah proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kompetensi pendidik

serta menyenangkan dan berorientasi pada siswa.

Merdeka belajar merupakan suatu Langkah yang tepat untuk mencapai suatu

pendidikan yang ideal yang sesuai dengan kondisi saat ini yang mana tujuannya

mempersiapkan generasi yang memiliki karakter. Merdeka belajar memberi

kebebasan kepada guru dan juga peserta didik untuk mengembangkan

keterampilan dan bakat yang dimiliki bukan hanya sebatas pengetahuan saja

(Ainia, 2020). Merdeka belajar dirancang oleh pemerintah agar membuat

lompatan besar dalam pendidikan untuk menghasilkan peserta didik yang unggul

dalam menghadapi tantangan masa depan yang kompleks (Suryanto, 2020).

Implementasi kebijakan merdeka belajar mendorong peran guru baik dalam

pengembangan kurikulum maupun dalam proses pembelajaran. Selain salah satu

sumber belajar, dalam merdeka belajar guru berperan sebagai fasilitator

pembelajaran yang didukung oleh kompetensi profesional, pedagogi, kepribadian,

dan sosial. Dengan kompetensi-kompetensi tersebut guru dapat mewujudkan

pelaksanaan dan tujuan implementasi kebijakan merdeka belajar (Daga, 2021)

Konsep merdeka belajar bukanlah konsep yang baru di dunia pendidikan.

Negara- negara lain di dunia seperti Amerika, Brasil, Filipina sudah lama

menerapkan konsep ini. Di Indonesia sendiri, konsep tentang merdeka belajar

sudah dimulai sejak Nadiem Makarim sebagai terpilih menjadi Menteri

pendidikan. Gagasan ini dilandasi oleh esensi kemerdekaan berpikir untuk

menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor

atau nilai (Sudaryanto, dkk (2020). Konsep merdeka belajar pertama-tama


4

hendaknya dimulai dalam pola pikir para guru sebelum mereka mengajarkannya

kepada peserta didik (Sibagariang, 2021).

Merdeka belajar menurut Hasnawati (2021) merupakan tawaran dalam

merekonstruksi sistem pendidikan dalam rangka menyongsong perubahan dan

kemajuan bangsa yang dapat menyesuaikan dengan perubahan zaman. Dengan

cara ini, mengembalikan hakikat dari pendidikan yang sebenarnya yaitu

pendidikan untuk memanusiakan manusia atau pendidikan yang membebaskan.

Dalam konsep merdeka belajar, antara guru dan peserta didik merupakan subyek

sistem pembelajaran. Guru bukan dijadikan sumber kebenaran peserta didik,

namun guru dan peserta didik berkolaborasi bergerak mencari kebenaran. Posisi

guru diruang kelas bukan untuk menanam atau menyeragamkan kebenaran

menurut guru, namun menggali kebenaran, daya nalar, dan kritisnya peserta didik

melihat dunia dan fenomenanya. Peluang berkembangnya internet dan teknologi

menjadi momentum kemerdekaan belajar. Karena dapat meretas sistem

pendidikan yang kaku atau tidak membebaskan. Termasuk mereformasi beban

kerja guru dan sekolah yang terlalu bersifat administratif. Oleh sebab itu,

kebebasan untuk berinovasi, belajar dengan mandiri, dan kreatif dilakukan oleh

unit pendidikan, guru dan peserta didik.

Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nadiem Anwar Makarim pada tanggal

3 Juli 2020 meluncurkan merdeka belajar episode 5 yaitu Guru Penggerak.

Nadiem Makariem Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI menegaskan bahwa

ujung tombak dari transformasi pendidikan adalah guru penggerak. Guru

penggerak adalah guru yang mengutamakan murid dan pembelajaran untuk murid,

sehingga dalam mengambil tindakan tanpa disuruh, diperintah untuk melakukan


5

yang terbaik (Kemendikbud, 2019). Guru penggerak diberikan ruang untuk

berinovasi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Guru penggerak ini

menambah peran guru yang sebelumnya adalah guru profesional. Menurut pasal

20 UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dalam melaksanakan tugas

keprofesionalannya guru memiliki 4 kewajiban : a) Merancang pembelajaran,

melaksanakan proses pembelajaram yang bermutu, serta menilai dan

mengevaluasi hasil pembelajaran; b) Meningkatkan dan mengembangkan

kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; c) Bertindak objektif dan

tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan

kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi

peserta didik dalam pembelajaran; d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-

undangan, hukum dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e)

Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Guru penggerak harus menyeimbangkan pendidikan karakter dengan

tantangan zaman yang semakin berkembang. Guru penggerak tak hanya

mengikuti kurikulum yang ditentukan, melainkan, berupaya mengubah aktivitas

belajar untuk mencapai atau menjaga standar profil pelajar pancasila, yaitu peserta

didik yang beriman, bertakwa, memiliki akhlak yang mulia, lebih kreatif, mampu

bergotong royong, memiliki jiwa kebhinekaan yang global, berpikir kritis, serta

memiliki kemandirian. Guru penggerak adalah guru yang menggerakkan guru

yang lain untuk mengembangkan potensi peserta didik secara holistik. Guru

penggerak harus mampu menjadi teladan yang memiliki kemampuan dan daya
6

juang untuk membawa suatu perubahan yang baik dalam ekosistem pendidikan

dalam sekolahnya maupun dalam unit sekolah yang lain (Sibagariang, dkk. 2021).

Guru penggerak merupakan guru milenial bukan guru kolonial, karena

teknologi dapat mengubah segalanya yang meliputi kebutuhan masyarakat akan

pendidikan. Guru penggerak dituntut untuk melaksanakan pembelajaran yang

inovatif, interaktif dan kreatif sehingga tercapainya tujuan pembelajaran yang

efektif (Rahayu dkk dalam Kiriana, dkk 2022). Selain dalam proses belajar

mengajar, guru penggerak harus mampu membangun dan mengembangkan

hubungan antara guru dan sekolah dengan komunitas yang lebih luas serta

menjadi agen perubahan di sekolah. Guru harus memiliki kompetensi tentang

literasi media digital dan mampu mengajarkan kepada siswa untuk memilah dan

memilih konten dalam media sosial yang dapat dikonsumsi dan memberi manfaat.

Guru penggerak dalam merdeka belajar merupakan seseorang yang mampu

mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan dirinya secara menyeluruh,

yang memiliki pemikiran yang kritis, dan daya cipta yang kreatif. Guru penggerak

harus mampu melaksanakan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik, sehingga pendidikan profil pelajar pancasila dapat terwujud dengan baik

sesuai dengan yang diharapkan (Sibagariang, dkk. 2021).

Salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terdapat guru penggerak

adalah SMPN 3 Tanjung Jabung Timur, di sekolah tersebut terdapat tiga orang

guru yang telah lulus menjadi guru penggerak. Berdasarkan hasil observasi yang

telah dilakukan di SMPN 3 Tanjung Jabung Timur bahwa guru penggerak terus

melakukan perbaikan pada setiap proses pembelajaran. Program guru penggerak

terdiri dari proses pelatihan, pendampingan dan pembiasaan ulang yang dilakukan
7

oleh kepala sekolah dan pendamping ahli. Guru penggerak melakukan

pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik, melakukan pembelajaran

dengan emosi yang menyenangkan, dan melakukan pembelajaran berdiferensiasi

untuk meningkatkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

Program guru penggerak dibentuk untuk menggali potensi guru dalam

mengajar dan mendidik murid-muridnya, serta meningkatkan kemandirian murid

dalam belajar. Guru penggerak merupakan bagian terpenting dalam implementasi

merdeka belajar. Guru penggerak juga merupakan agen transformasi pendidikan

ke arah yang lebih baik. (Makarim, 2020).

Selanjutnya dipaparkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Onny Nurihayati tahun 2021 dengan judul

Profil Siswa Pancasila sebagai Pencapaian Merdeka Belajar pada Program Guru

Penggerak. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan merdeka

belajar di sekolah sesuai dengan filosofi pendidikan Indonesia yang disampaikan

oleh Ki Hajar Dewantara yaitu memegang prinsip kebebasan berpikir dan

berinovasi bagi guru dan siswa, memberikan pembelajaran yang menyenangkan

dan berpusat pada siswa. Guru penggerak mampu bersinergi dan berkolaborasi

untuk mencapai perubahan dalam mutu pendidikan yang berkualitas dan

memiliki daya saing (Hentihu dkk, 2022).

Dari uraian permasalahan di atas serta fenomena yang terjadi, maka

mendorong peneliti untuk melakukan pengamatan yang mendalam tentang guru

penggerak. Peneliti ingin mengetahui sejauh mana peran guru penggerak dalam

program merdeka mengajar baik dalam berkolaborasi dengan rekan sejawat

ataupun dengan siswa. Apakah dengan adanya peran guru penggerak memberikan
8

dampak terhadap sekolah dan juga motivasi belajar siswa. Yang terakhir peneliti

ingin mengetahui lebih jauh lagi bagaimana guru penggerak memberikan

kontribusi terhadap program merdeka belajar yang telah diterapkan oleh sekolah.

Hasil penelitian terdahulu oleh Afis Hafifah Hasanah tahun 2022 bahwa guru

penggerak memiliki peran dan juga pengaruh untuk mewujudkan profil pelajar

Pancasila disekolah. Penelitian berikutnya oleh Alfatiah tahun 2022 bahwa guru

penggerak dapat memotivasi rekan sejawat dalam mewujudkan ekosistem

pendidikan yang berpusat pada peserta didik. Beberapa hasil penelitian tersebut

menjadi objek pendukung dalam penelitian karena masih banyak permasalahan

yang perlu peneliti amati mengenai peran guru penggerak dalam program

merdeka belajar. Pada akhirnya peneliti tertarik untuk mengangkat judul

penelitian tentang “Peran Guru Penggerak Dalam Program Merdeka Belajar

di SMPN 3 Tanjung Jabung Timur”.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan

masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana peran guru penggerak dalam pelaksanaan Program Merdeka

Belajar di SMP Negeri 3 Tanjung Jabung Timur?

2. Apa motivasi dan faktor-faktor yang mendorong guru penggerak untuk

aktif dalam Program Merdeka Belajar di SMP Negeri 3 Tanjung Jabung

Timur?

3. Bagaimana guru penggerak berkolaborasi dengan rekan sejawat dan

pihak sekolah lainnya dalam mendukung pelaksanaan Program Merdeka

Belajar di SMP Negeri 3 Tanjung Jabung Timur?


9

4. Apa kendala dan tantangan yang dihadapi oleh guru penggerak dalam

mengimplementasikan Program Merdeka Belajar di SMP Negeri 3

Tanjung Jabung Timur?

5. Bagaimana dampak dari peran guru penggerak dalam Program Merdeka

Belajar terhadap motivasi belajar siswa dan kualitas pembelajaran di

SMP Negeri 3 Tanjung Jabung Timur?

6. Bagaimana strategi dan pendekatan yang digunakan oleh guru

penggerak dalam memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam

Program Merdeka Belajar?

7. Bagaimana persepsi dan pandangan siswa terhadap peran guru

penggerak dalam Program Merdeka Belajar di SMP Negeri 3 Tanjung

Jabung Timur?

8. Bagaimana dukungan dan peran kepala sekolah dalam memfasilitasi dan

mendorong partisipasi aktif guru penggerak dalam Program Merdeka

Belajar?

9. Bagaimana strategi pengembangan profesional guru penggerak untuk

meningkatkan kualitas pelaksanaan Program Merdeka Belajar di SMP

Negeri 3 Tanjung Jabung Timur?

10. Bagaimana implementasi Program Merdeka Belajar oleh guru

penggerak berbeda dengan pendekatan pembelajaran konvensional di

SMP Negeri 3 Tanjung Jabung Timur?


10

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini yaitu

untuk mendeskripsikan sebagai berikut:

1. Bagaimana peran guru penggerak dalam pelaksanaan Program Merdeka

Belajar di SMP Negeri 3 Tanjung Jabung Timur?

2. Apa motivasi dan faktor-faktor yang mendorong guru penggerak untuk

aktif dalam Program Merdeka Belajar di SMP Negeri 3 Tanjung Jabung

Timur?

3. Bagaimana guru penggerak berkolaborasi dengan rekan sejawat dan

pihak sekolah lainnya dalam mendukung pelaksanaan Program

Merdeka Belajar di SMP Negeri 3 Tanjung Jabung Timur?

4. Apa kendala dan tantangan yang dihadapi oleh guru penggerak dalam

mengimplementasikan Program Merdeka Belajar di SMP Negeri 3

Tanjung Jabung Timur?

5. Bagaimana dampak dari peran guru penggerak dalam Program Merdeka

Belajar terhadap motivasi belajar siswa dan kualitas pembelajaran di

SMP Negeri 3 Tanjung Jabung Timur?

6. Bagaimana strategi dan pendekatan yang digunakan oleh guru

penggerak dalam memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam

Program Merdeka Belajar?

7. Bagaimana persepsi dan pandangan siswa terhadap peran guru

penggerak dalam Program Merdeka Belajar di SMP Negeri 3 Tanjung

Jabung Timur?
11

8. Bagaimana dukungan dan peran kepala sekolah dalam memfasilitasi

dan mendorong partisipasi aktif guru penggerak dalam Program

Merdeka Belajar?

9. Bagaimana strategi pengembangan profesional guru penggerak untuk

meningkatkan kualitas pelaksanaan Program Merdeka Belajar di SMP

Negeri 3 Tanjung Jabung Timur?

10. Bagaimana implementasi Program Merdeka Belajar oleh guru

penggerak berbeda dengan pendekatan pembelajaran konvensional di

SMP Negeri 3 Tanjung Jabung Timur?

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hedak dicapai, hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan kegunaan maupun manfaat baik yang bersifat

teoritis ataupun praktis.

1. Secara Teoristis

a. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menambah

pengetahuan pembaca tentang guru penggerak dalam program

merdeka belajar.

b. Sebagai bahan kajian bagi peneliti lebih lanjut yang mengkaji

masalah penelitian yang sama yang berkaitan tentang guru

penggerak dalam program merdeka belajar.

2. Secara Praktis
12

a. Bagi sekolah, dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat

memberikan masukan dalam pendidikan kepada kepala sekolah

mengenai guru program merdeka belajar.

b. Bagi guru, dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat

bermanfaat menjadi gambaran tentang guru penggerak dalam

program merdeka belajar.

c. Bagi peneliti, dengan adanya penelitina ini, diharapkan dapat

menambah wawasan dan juga pengetahuan peneliti mengenai

bagaimana guru penggerak dalam program merdeka belajar.

1.5. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah penelitian yaitu

guru penggerak yang di fokuskan pada peran guru penggerak dalam

program merdeka belajar di SMPN 3 Tanjung Jabung Timur.

1.6. Definisi Operasional

Kata kunci dalam penelitian ini adalah guru penggerak dan

program merdeka belajar. Di mana dalam penelitian ini peneliti berusaha

untuk memaparkan apa saja peran atau keikutsertaan guru penggerak

dalam program merdeka belajar. Guru penggerak dan program merdeka

belajar merupakan program yang sudah ditetapkan oleh Kemendikbud

Nadiem Anwar Makarim. Oleh karena itu, peneliti berusaha memaparkan

hasil penelitian ke depannya berupa poin-poin program yang direncanakan

dan atau telah dilaksanakan oleh pemerintah terkait merdeka belajar serta

memaparkan peran guru penggerak dalam pendidikan merdeka belajar.

Dan dapat dirumuskan beberapa istilah sebagai berikut:


13

Guru penggerak adalah guru yang menggerakkan guru yang lain

dalam pembelajaran merdeka belajar untuk mengembangkan potensi

peserta didik secara holistik. Guru penggerak merupakan pemimpin

pembelajaran dalam merdeka belajar yang memiliki kemampuan dalam

menggerakkan ekosistem pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang

berpusat pada peserta didik.

Merdeka belajar bermakna memberikan kesempatan belajar secara

bebas dan nyaman kepada siswa untuk belajar dengan tenang, santai dan

gembira tanpa stres dan tekanan, dengan memperhatikan bakat alami yang

mereka punyai, tanpa memaksa mereka mempelajari atau menguasai suatu

bidang pengetahuan dan kemampuan mereka.

Anda mungkin juga menyukai