Anda di halaman 1dari 5

Nama Marline Situmorang

NIM 1111822029
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan (UTS)
Dosen Pengampu Prof. Unifah Rosyidi, Dr Fakhrudin Arbah

1a. Pendidikan sebagai Ilmu, diawali dari pengertian pendidikan itu sendiri dimana
pendidikan adalah usaha secara sadar untuk mewujudkan sesuatu pewarisan budaya dari satu
generasi ke generasi yang lain. Pengertian ini adalah hal yang selalu kita pegang sebagai orang
yang terlibat dalam dunia pendidikan. Pengertian lain akan pendidikan adalah upaya
memanusiakan manusia itu sendiri. Sehingga kita dapat melihat bahwa pengertian pendidikan
itu tidak terbatas karena sifatnya yang kompleks dan objeknya adalah manusia. Sedangkan
ilmu adalah suatu pengetahuan yang disusun secara kritis, metodis dan sistematis yang berasal
dari observasi, studi dan eksperimentasi untuk menentukan hakikat dan prinsip - prinsip apa
yang dipelajari. Bergerak dari pengertian pendidikan itu sendiri yang dilakukan dengan usaha
sadar sehingga melahirkan teori pendidikan yang bertujuan untuk pendidikan itu lebih baik,
teratur dan menuju kepada upaya memanusiakan manusia itu. Sehingga dengan lahirnya teori
– teori pendidikan itu menjadikan pendidikan adalah sebuah ilmu dengan objek kajiannya
adalah manusia (perkembangan manusia mulai dari perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai pada perkembangan iman) dan
dilakukan dengan metode – metode tertentu yang bersifat ilmiah yang disesuiakan dengan
kondisi, kebutuhan dan tingkat pertumbuhan/perkembangan objeknya (manusia). Selanjutnya
dengan lahirnya teori pendidikan, metode yang bersifat ilmiah dan objek kajiannya manusia
maka disusunlah tujuan dan fungsi pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan itu
sendiri. Di mana untuk mewujudkan fungsi pendidikan ini dibutuhkanlah komponen
pendidikan yang saling berhubungan satu sama lain dan sangat mempengaruhi akan
tercapainya tujuan/fungsi pendidikan tersebut

1b. Ilmu Pendidikan adalah Seni, beranjak dari pendidikan adalah ilmu kita melihat dengan
adanya komponen pendidikan di antaranya tenaga pendidik dan peserta didik yang memiliki
hubungan yang sangat erat dan dalam praktek pendidikan itu sendiri bahwa metode – metode
ilmiah yang sudah disusun dengan sebegitu rapinya tidak selalu menjadi jawaban akan
kebutuhan di prakteknya. Secara sistem ilmu pendidikan membutuhkan teori untuk menyusun
desain pembelajarannya, teknik mengajarnya atau evaluasinya namun di sisi lain ilmu
pendidikan tersebut membutuhkan seni untuk bisa sampai kepada tujuan pendidikan yang
sesungguhnya karena pendidikan ini menyangkut hubungan antar manusia (tenaga pendidik
dengan peserta didik) yang mana melibatkan perasaan dan nilai yang terdapat dalam sifat
kemanusian kita. Dalam prakteknya proses belajar mengajar ini bukanlah seperti uji coba
senyawa kimia yang langsung menghasilkan reaksi, namun mengajar lebih kepada kegiatan
melukis sebuah gambar yang memiliki proses yang panjang sehingga menghasilan karya yang
indah. Dalam mengajar Anda harus melibatkan hati sanubari di dalamnya,anda harus
menyadari bahwa mengajar tidak dapat seluruhnya dikerjakan berdasarkan formula-formula
atau anda akan merusak pekerjaan anda,dan murid-murid anda, serta diri anda sendiri”(Redja
Mudyahardjo,2001).i Sehubungan dengan itu, Gilbert Highet (1954) mengibaratkan praktek
pendidikan sebagaimana orang melukis sesuatu, mengarang lagu, menata sebuah taman bunga,
atau menulis surat untuk sahabat. Sedangkan menurut Gallagher (1970) seni mendidik
itu merupakan: (1) keterampilan jenius yang hanya dimiliki beberapa orang; dan (2) mereka
tidak dapat menjelaskan secara sistematis bagaimana mereka mempraktekan keterampilan
itu.ii Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan dapat dipelajari melalui ilmu
pendidikan namun pendidikan (praktek pendidikan atau mendidik) juga adalah seni.

2. Analisis Peta Jalan Pendidikan sehingga memenuhi kriteria konsep yang jelas
(conceptually clear, berbasis data,dan terdapat indicator capaian yang dapat diukur)

Seperti yang kita ketahui peta jalan pendidikan adalah penuntut arah atau cahaya yang menuntun
untuk dapat mengarahkan setiap proses pendidikan. Peta jalan dalam pendidikan akan
membantu penyelenggara pendidikan untuk melalui setiap kebijakan yang ada secara terarah,
seirama dan lebih terukur. Sebelum pembuatan kebijakan tersebut, pastilah sudah dilakukan
pengkajian kemudian dipikirkan secara matang agar kebijakan benar - benar siap diterapkan secara
menyeluruh.

Adapun yang menjadi Visi dari pendidikan Indonesia tahun 2035 yaitu “Membangun
masyarakat Indonesia untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus
berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai - nilai budaya
Indonesia dan pancasila”.
Dalam hal ini pendidikan Indonesia diharapkan dapat menghasilkan SDM yang unggul merupakan
pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global, siap dan berani bersaing dalam hal ilmu
dan keahlian dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila (beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME, berkebinekaan global di mana bersifat terbuka, dapat melihat perbedaan di setiap
aspek secara menyeluruh, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis dan mandiri. Pendidikan yang
berkualitas bagi seluruh Rakyat Indonesia adalah tujuan yang utama dalam dunia pendidikan yang
juga menjadi capaian dalam setiap kebijakan yang dimuat dalam peta jalan pendidikan ini. Hal ini
dapat dicapai secara tahap demi tahap apabila setiap komponen pendidikan memaknai perannya
dan mengerjakannya secara sungguh – sungguh dengan berorientasi pada tujuan.

Pada sisi lain, kebijakan yang juga saat ini sedang disosialisasikan di hampir setiap lembaga
pendidikan adalah kebijakan Merdeka Belajar. Merdeka belajar mengharapkan bahwa anak -
anak indonesia harus bersekolah dan tidak ada anak yang tertinggal. Hal tersebut dapat
dicapai apabila terdapat perbaikan pada infrastruktur dan teknologi di mana sekolah masih banyak
memiliki ruang kelas yang tidak memadai (> 50% sekolah mengalami rusak ringan) dan >40%
sekolah sekolah tidak memiliki akses internet terkhusus sekolah dasar. iii, pendanaan yang terbatas
dan pengaruh desentralisasi yang mengakibatkan berbedanya anggaran di setiap daerah dan kurang
dilibatkannya sektor swasta terlibat dalam pendanaan pendidikan di Indonesia, kepemimpinan
yang tepat pada posisi yang tepat seharusnya menjadi bagian yang harus selalu diarahkan, serta
kurikulum yang menjawab kebutuhan kondisi masa kini dan assesmen nasional yang jelas dan
terarah. Merdeka belajar dijadikan sebuah sistem pendidikan untuk membangun kompetensi
utama dalam kebijakan ini dan semua tahapannya saya rasa sangat mewakili akan kebutuhan
pendidikan di Indonesia kelak. Besar harapan kita agar semua ini dapat terlaksana dengan baik
demi perubahan dunia pendidikan ke arah yang lebih baik.

Pada tingkat pendidikan prasekolah difokuskan pada pengembangan keterampilan kognitif,


sosial, dan emosional. Kemudian pada tingkat pendidikan dasar dan menengah hal yang
difokuskan adalah keterampilan dasar, pengetahuan umum, serta pembentukan sikap dan nilai.
Pada pendidikan tinggi hal yang dikembangkan adalah keterampilan teknis tingkat tinggi, praktis,
dan kognitif. Selain itu, pengetahuan yang relevan dengan indrustri juga diperlukan dan yang
tidak kalah penting adala keterampilan dalam penelitian. Kebijakan merdeka belajar menjadi
strategi utama dalam meningkatkan pendidikan di tahun 2035. ivStrategi yang dilakukan yaitu:
1. Menerapkan kolaborasi dan pembinaan antar sekolah (TK, SD, SMP, SMA, dan Informal).
2. Melakukan peningkatan terhadap kualitas guru serta kepala sekolah.
3. Membangun/menciptakan platform pendidikan nasional yang berbasis teknologi.
4. Memperbaiki kurikulum nasional, pedagogi, dan penilaian.
5.Melakukan kerjasama/ kolaborasi dengan pemerintah daerah agar distribusi bisa dipastikan
sudah merata.
6. Menciptakan sekolah atau lingkungan belajar masa depan yaitu lingkungan yang aman,
memanfaatkan teknologi, kreatif.
3. (1) Akses Pendidikan yang belum merata sehingga belum dapat dinikmati semua warga
negara usia sekolah, membahas tentang bagian ini pastinya kita langsung mengingat akan
timpangnya kondisi pendidikan di kota – kota maju dengan di desa –desa terpencil yang berada
dari Sabang sampai Merauke Indonesia. Pada kenyataannya kondisi ini masih terus berlangsung
sampai pada saat ini di mana kita bisa melihat akan belum memadainya jaringan internet di
beberapa daerah terkhusus daerah terpencil di mana dengan kondisi saat ini akses dunia pendidikan
yang mengarah pada digitalisasi pendidikan, masih banyaknya sekolah yang belum memiliki
fasilitas gedung yang layak sebagai tempat belajar, perpustakaan yang masih sangat terbatas
(bangunan maupun buku yang tersedia secara lengkap), belum tersedianya fasilitas komputer,
jarak tempuh tempat tinggal peserta didik yang jauh ke sekolah. Oleh karena itu apa yang
seharusnya menjadi upaya utama pemerintah dalam mengatasi kondisi ini adalah pembaharuan
infrastruktur secara menyeluruh terkhusus di daerah terpencil, selarasnya kinerja sistem birokrasi
serta orientasinya kepada instruksi dan kekuasaan pemerintah di daerah, terarahnya antara
kebijakan strategik pendidikan dengan strategik pembangunan nasional serta transparansinya
penggunaan anggaran dan prioritas pembagiannya untuk infrastruktur dunia pendidikan dan
fasilitas pendukungnya.

(2) Kualitas Pendidikan yang Rendah, sisi kuantitas jumlah guru di Indonesia memadai namun
distribusinya yang belum merata dan mutu guru belum sepenuhnya baik. Masih banyak guru yang
belum mencapai kualifikasi pendidikan yang dipersyaratkan dan masih banyak guru yang
mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmunya. v. Oleh karena itu perlunya kebijakan yang tepat
dan tegas dalam hal ini seperti; selektif dalam pemilihan tenaga pendidik dengan kualifikasi yang
sesuai dengan profile tenaga pendidik, penerapan gaya, metode dan ketramplian mengajar yang
mengarah pada HOTS (memperbaiki mutu pendidikan saat ini), menarik guru – guru berkualitas
tinggi dengan cara meningkatkan kesejahteraan guru, mengubah program pelatihan lebih kepada
pelatihan yang akrab pengguna, ketrampilan pokok dan modul yang lebih kepada kebutuha guru
pada praktek pendidikan, memberikan akses yang tinggi pada dunia pendidikan seperti makin
banyaknya lembaga pendidikan tinggi yang berbasis pendidikan untuk membuat semakin besar
peluang tenaga pendidik untuk melanjutkan studinya.

(3) Tata Kelola Pendidikan dan Guru Yang Semakin Tidak Jelas, mengarah kepada
manajemen strategi di dunia pendidikan di mana memperbaiki mutu kinerja birokrasi pendidikan
(bersifat terbuka, cerdas dan memiliki driving), adanya satu arahan yang jelas dengan peraturan
pelaksanaan Sisdiknas dan PP tentang standard Nasional Pendidikan. Adanya monitoring dan
evaluasi standar pendidikan secara ketat. Perlunya pemerintah menciptakan iklim lomba (yang
sehat) di kalangan swasta dan daerah untuk meriset dan mengembangkan tata kelola pendidikan
yang baru, yang berhasil dan mengembirakan bahkan tidak konvensional dan memenuhi syarat
yang ditetapkan pemerintah. vi

(4) Relevansi Output Pendidikan Semakin Jauh dari Kebutuhan Dunia Kerja, relevansi
dengan kaum professional dalam dunia usaha/industri dengan perguruan tinggi, memobilisasi
tenaga pendidik, tokoh masyarakat untuk bekerja sama melakukan perbaikan. Memperluas ruang
gerak sekolah dan membangkitkan perannya yang mendasar dalam mengelola kurikulum serta
sistem penilaian (adanya standar tentang kompetensi yang dituntutn dari siswa. Mulai
diterapkannya penyusunan kurikulum, silabus, serta bahan-bahan untuk pengayaan, penilaian dan
pengujian yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik di tingkat satuan pendidikan
perguruan tinggi yang disusun oleh satu komite gabungan atas nama pemerintah dan asosiasi
profesi sehingga lebih diarahkan kepada kebutuhan dunia kerja (kurikulum yang mengarah kepada
ketrampilan praktis dan interpersonal).

i
Mudyahardjo, R. (2001). Pengantar pendidikan: Sebuah studi awal tentang dasar-dasar pendidikan
pada umumnya Dan pendidikan Di Indonesia.
ii
Pendidikan sebagai ilmu Dan seni. (n.d.). Berbagi
Pengetahuan. https://rinitarosalinda.blogspot.com/2019/06/pendidikan-sebagai-ilmu-dan-seni.html
iii
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/
iv
Setiawan, F., Jayanti, G. D., Azhari, R., & Siregar, N. P. (2021). JURNAL Pendidikan Dasar dan
Keguruan. ANALISIS KEBIJAKAN PETA JALAN PENDIDIKAN NASIONAL 2020-2035, 6(1),
6. http://journal.iaimsinjai.ac.id/index.php/JPDK/article/view/618/448
v
Achmad. (2014). Pembaharuan Strategi Pendidikan (1st ed.). Nuansa Cendikia.
vi
Mangunwijaya, Y. B. (2020). Sekolah Merdeka (1st ed.). Kompas.

Anda mungkin juga menyukai