Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN WORKSHOP

“MERDEKA BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN


ABAD KE 21 DAN PUBLIKASI ILMIAH“

Dilaksanakan Tanggal
18, 19, dan 20 Juni 2021
Oleh:
Lembaga Pelatihan Pengembangan SDM

Disusun Oleh:
SARI IRIANTI, S.Pd
NIP. 19710303 200701 2 014

8
Diklat Nasional “Merdeka Belajar Melalui Pembelajaran Abad ke 21
dan Publikasi Ilmiah pada tanggal 18, 19, dan 20 Juni 2021.
Bertempat di Gedung Korpri Kab. Magetan

A. LATAR BELAKANG
Guru-guru perlu didorong untuk menerapkan berbagai model pembelajaran inovatif yang
memungkinan siswa belajar lebih merdeka sesuai kemampuan dan potensinya. Terlebih
model pembelajaran yang memanfaatkan perkembangan TIK yang sudah sangat
berkembang pesat dan dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. Dengan TIK proses
pembelajaran akan terjadi dengan mudah dan sangat memungkinkan siswa untuk belajar
mandiri dan pastinya belajar lebih membahagiakan karena pastinya anak-anak lebih
termotivasi belajar dengan teknologi terutama internet dan gadget. Oleh karenanya, untuk
mewujudkan hal ini, guru harus memiliki kemampuan mengintegrasikan teknologi
informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Dalam hal ini, keberadaan TIK bukan
sebagai mata pelajaran, tapi terintegrasi dalam pembelajaran.
Merdeka Belajar” istilah yang mulai dibahas akhir-akhir ini setelah disampaikan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Menurut Mas Menteri ada dua
poin terpenting dalam pendidikan, yaitu merdeka belajar dan guru penggerak. Merdeka
belajar artinya guru dan muridnya memiliki kebebebasan untuk berinovasi, kebebasan
untuk belajar dengan mandiri dan kreatif.

B. TUJUAN
Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kemendikbud RI yang
dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Nadiem membuat kebijakan
merdeka belajar bukan tanpa alasan., Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 negara.
Menyikapi hal itu, Nadiem pun membuat gagasan penilaian dalam kemampuan minimum,
meliputi literasi, numerasi dan survei karakter. Literasi bukan hanya mengukur kemampuan
membaca, tetapi juga kemampuan menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep di
baliknya. Untuk kemampuan numerasi, yang dinilai tidak hanya pelajaran matematika,
tetapi penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam menerapkan konsep numerik
dalam aspek kehidupan. Sedangkan aspek survei karakter sebagai pencarian sejauh mana
penerapan nilai-nilai budi pekerti, agama dan pancasila yang telah dipraktekkan oleh
peserta didik..

C. TANGGAL KEGIATAN
18, 19, 20 Juni 2021

9
D. RINGKASAN MATERI
Perlunya perubahan pola pikir di kalangan para guru, kepala sekolah, dan
pengawas sekolah sebagai bagian dari ekosistem pendidikan untuk bertransformasi menjadi
insan-insan pendidikan yang kreatif. Dalam hal ini, para pengawas sekolah yang sejak awal
dilibatkan sebagai mitra belajar calon guru penggerak untuk mengaktivasi program-
program pengembangan guru diharapkan memiliki peran signifikan dalam mentransformasi
perubahan pendidikan di wilayah kerjanya.
Apalagi, seleksi untuk menjadi fasilitator guru penggerak ini demikian ketat.
Tindakan nyata seorang guru dalam menyusun RPP lalu melaksanakannya di kelas dengan
kreatif sebagaimana diharapkan oleh program MB 1 hanya akan berhasil apabila cara
pandang parameter penilaian kinerja seorang guru yang kompeten sudah benar-benar
berubah. Artinya, guru yang kompeten tidak diukur dengan tebalnya perangkat
pembelajaran dan administrasi guru yang mereka susun. Demikian pula dalam menilai
kinerja sekolah dengan terlebih dahulu mengisi borang Evaluasi Diri Sekolah (EDS) untuk
pemenuhan rapor mutu pendidikan setiap tahun dan akreditasi sekolah setiap lima tahun
sekali, harus berubah dari yang asalnya berbasis dokumen menjadi berbasis aktivitas
kinerja.
Pembimbingan khusus bagi guru melalui pemodelan langsung dari expert. Dalam
hal ini, fasilitator yang telah dilatih di tingkat nasional harus bisa menjadi model, bukan lagi
hanya menyampaikan materi melalui PowerPoint seragam sebagaimana yang selama ini
terjadi, tetapi harus dipraktikan langsung dalam kegiatan pembelajaran di ruang kelas
melalui berbagai pendekatan pembelajaran abad-21 yang melekat dengan penggunaan ICT,
sesuai dengan karakteristik pendidikan 4.0. Teori-teori kemerdekaan belajar (freedom of
learning) dan berbagai pengalaman terbaik (best practices) yang bersumber dari literatur
sekolah-sekolah Barat barangkali akan sangat berguna dalam mentransformasi budaya
belajar di sekolah-sekolah tanah air.
Khusus kepada guru dalam melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
siswa. Dalam hal ini, guru harus dibimbing agar mengerti bagaimana mengumpulkan,
mengolah, dan menggunakan data penilaian aspek kognitif (pengetahuan dan keterampilan)
dan non-kognitif (sikap dan karakter) untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik.
Selain itu, guru juga perlu dibekali pengetahuan tentang asesmen diagnostik yang secara
spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik, sehingga
pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan bagian penting yang tidak
terpisahkan dari inti RPP.

10
Dalam hal ini, siswa harus dipersiapkan untuk memiliki kecakapan dalam
melakukan analisis (analyze), evaluasi (evaluate), dan mencipta (create). Skill tersebut juga
termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir
kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), dan kemampuan mengambil
keputusan (decision making), yang sejatinya menjadi spirit dari RPP MB episode 1 ini.
Penyederhanaan RPP dalam prakeknya tidak sesederhana yang ditulis dalam naskah
kebijakan MB episode 1 tersebut. Butuh satu gerakan yang cepat dan membumi agar
dampaknya dapat dirasakan langsung oleh peserta didik generasi milenial abad 21. Hal ini
dapat dimulai dari guru guru yang kreatif, yang untuk mencapainya, mereka harus dilatih
melalui pendidikan yang didesain secara terprogram dan sistimatis.
Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa
yang lalu. Dahulu, pembelajaran dilakukan tanpa memperhatikan standar, sedangkan kini
memerlukan standar sebagai acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui standar
yang telah ditetapkan, guru mempunyai pedoman yang pasti tentang apa yang diajarkan dan
yang hendak dicapai. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya
hidup manusia, baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar. Memasuki abad
21 kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali
dibidang pendidikan. Guru dan siswa, dosen dan mahasiswa, pendidik dan peserta didik
dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar di abad 21 ini. Sejumlah tantangan dan
peluang harus dihadapi siswa dan guru agar dapat bertahan dalam abad pengetahuan di era
informasi ini
Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, guru harus memulai satu langkah
perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru menjadi
pola pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pola pembelajaran yang tradisional bisa
dipahami sebagai pola pembelajaran dimana guru banyak memberikan ceramah sedangkan
siswa lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal. Guru sudah sering mendengar
mengenai pola pembelajaran CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif), namun pendekatan yang
dilakukan masih bersifat tradisional. Untuk mengerti pola pembelajaran yang berpusat pada
siswa maka kita bisa kembali kepada slogan pendidikan kita yang tercantum dalam logo
kementerian pendidikan dan kebudayaan dan merupakan pesan dari Bapak Pendidikan
Bangsa, Ki Hajar Dewantara, yaitu Tut Wuri Handayani. Guru berperan sebagai pendorong
dan fasilitator agar siswa bisa sukses dalam kehidupan. Satu hal lain yang penting yaitu
guru akan menjadi contoh pembelajar (learner model), guru harus mengikuti perkembangan
ilmu terakhir sehingga sebetulnay dalam seluruh proses pembelajaran ini guru dan siswa
akan belajar bersama namun guru mempunyai tugas untuk mengarahkan dan mengelola
kelas.

11
Pendidik berperan sangat penting, karena sebaik apa pun kurikulum dan sistem
pendidikan yang ada, tanpa didukung mutu pendidik yang memenuhi syarat maka
semuanya akan sia-sia. Sebaliknya, dengan pendidik yang bermutu maka kurikulum dan
sistem yang tidak baik akan tertopang. Keberadaan pendidik bahkan tak tergantikan oleh
siapapun atau apapun sekalipun dengan teknologi canggih. Alat dan media pendidikan,
sarana prasarana, multimedia dan teknologi hanyalah media atau alat yang hanya digunakan
sebagai rekan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, pendidik dan tenaga
kependidikan perlu memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan, kompetensi yang terstandar
serta mampu mendukung dan menyelenggarakan pendidikan secara profesional. Khususnya
guru sangat menetukan kualitas output dan outcome yang dihasilkan oleh sekolah karena
dialah yang merencanakan pembelajaran, menjalankan rencana pembelajaran yang telah
dibuat sekaligus menilai pembelajaran yang telah dilakukan (Baker&Popham, 2005:28).
Selain itu, menurut Nasution (2005:77) bahwa pendidik merupakan orang yang paling
bertanggung jawab untuk menyediakan lingkungan yang paling serasi agar terjadi proses
belajar yang efektif. Dengan demikian, apabila pedidik melaksanakan fungsi dan tugasnya
dengan baik maka output yang dihasilkan akan baik. Sebaliknya, apabila pendidik tidak
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik maka output yang dihasilkan tidak akan
berkualitas. Hal senada juga dikemukakan oleh Yulianto (2006:1), pendidik merupakan
salah satu faktor kunci yang ikut menentukan arah kualitas pendidikan. Peran pendidik
tidak bisa dihilangkan begitu saja. Apalagi, pendidik bukan semata-mata hanya mengajar
tetapi dia juga mendidik. Sebagai pengajar, pendidik tidak hanya berperan dalam
menyampaikan ilmu tapi juga berkewajiban melakukan evaluasi, mengelola kelas.
Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa
yang lalu. Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, guru harus memulai satu langkah
perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru menjadi
pola pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pendidik berperan sangat penting, karena
sebaik apa pun kurikulum dan sistem pendidikan yang ada, tanpa didukung mutu pendidik
yang memenuhi syarat maka semuanya akan sia-sia. pendidik dan tenaga kependidikan
perlu memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan, kompetensi yang terstandar serta mampu
mendukung dan menyelenggarakan pendidikan secara profesional.

12
Pola pembelajaran yang tradisional bisa dipahami sebagai pola pembelajaran
dimana guru banyak memberikan ceramah sedangkan siswa lebih banyak mendengar,
mencatat dan menghafa

Mengetahui, Magetan, Agustus 2022


Kepala SMPN 2 Barat Peserta

SARMUN, S.Pd, MPd SARI IRIANTI, S.Pd


NIP. 19630526 198501 1 001 NIP. 19710303 200701 2 014

13

Anda mungkin juga menyukai