Anda di halaman 1dari 38

TUGAS MERINGKAS

DARING 1
KOMPETENSI PEDAGOGIK

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Tahun 2019

Disusun oleh :
Arwan Dwi Prasetiyawan

Nomor peserta :
19051052310105

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA


SALATIGA
2019
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Pendahuluan
Ringkasan Modul 1.Pembelajaran Abad 21
Kb 1. Karakteristik Guru dan Siswa Abad 21
Kb 2. Peran Teknologi dan Media Pembelajaran
Abad 21
Kb 3. Merancang dan Menilai Pembelajaran Abad 21
Refleksi Pembelajaran Modul 1
Ringkasan Modul 2.Pengembangan Profesi Guru
Kb 1. Kompetensi Guru
Kb 2. Stretegi Peningkatan Profesionalisme
Berkelanjutan
Refleksi Pembelajaran Modul 2.
Ringkasan Modul 3. Teori belajar dan Pembelajaran
Kb 1. Teori Belajar Behavioristik
Kb 2. Teori Kognitif dan Penerapanya dalam
Pembelajaran
Kb 3. Teori Belajar Konstruktitistik dan Penerapanya
Dalam Pembelajaran
Kb 4. Teori Belajar Humanistik
Refleksi Pembelajaran Modul 3.
Ringkasan Modul 4. Karakteristik Peserta didik
Kb 1. Karakteristik Peserta didik
Kb 2. Kemampuan awal Peserta didik
Kb 3. Gaya Belajar
Refleksi Pembelajaran Modul 4.
Ringkasan Modul 5. Strategi Pembelajaran
Kb 1. Model – Model Pembelajaran
Kb 2. Media Pembelajaran
Kb 3. Pengembangan Bahan Ajar
Kb 4. Perencanaan Pembelajaran
Refleksi Pembelajaran Modul 5.
Ringkasan Modul 6. Penilaian Hasil Belajar
Kb 1. Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi
Kb 2. Penilaian Otentik
Kb 3. Menulis Hasil Belajar
Kb 4. Menelaah Tes Hasil Belajar
Refleksi Pembelajaran Modul 6.
Penutup
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (UU no 20 Tahun 2003) karena
pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia
Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, peran guru sangat penting dalam
mengajar dan mendidik siswa,serta dalam memajukan dunia
pendidikan. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi pesrta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah ( UU
no 14 Tahun 2005 pasal 1 ). Guru juga adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-
tempat tertentu. Guru memang menempati kedudukan yag terhormat
di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati,
sehingga 2 masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin
bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi
orang yang berkepribadian mulia. mutu siswa dan pendidikan
bergantung pada mutu guru, karena itu guru harus memiliki
kompetensi yang sesuai dengan standar nasional pendidikan agar guru
dapat menjalankan tugas dan perannya dengan baik dan berhasil.
Untuk menciptakan suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan
dinamis guna mencapai tujuan dan hasil pembelajaran yang
memuaskan, diperlukan strategi metode serta media yang terarah baik.
Kemampuan siswa dalam memahami dan mengerti terhadap materi
yang disajikan tergantung pada kemampuan dan kompetensi guru
dalam mengelola pembelajaran. Kompetensi guru merupakan
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam
melaksanakan tugas utamanya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
(PP) No. 18/2007 tentang guru dinyatakan bahwa kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi guru tersebut
bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain
saling mendukung. Kompetensi pedagogik adalah kompetensi yang
menuntut kemampuan guru untuk memahami peserta didik secara
mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. 3
Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang
psikologi perkembangan anak, sedangkan pembelajaran yang
mendidik meliputi kemampuan guru dalam merancang pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran,
dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Guru sebagai desainer
atau perancang pembelajaran berkaitan dengan kompetensi
pedagogiknya yang harus mampu mendesain pembelajaran dengan
baik. Rancangan pembelajaran harus dimulai dengan memastikan
bahwa suatu rancangan pembelajaran cocok untuk program atau
rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh
karena itu, seorang guru harus tahu perkiraan-perkiraan akan
kebutuhan belajar yang dibutuhkan siswa dan dapat dijadikan sebagai
informasi awal untuk menyusun atau merancang persiapan
pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang efektif. Salah satu
hal yang menjadi tantangan adalah masalah penerapan kompetensi
pedagogik yang dimiliki guru saat proses pembelajaran. Persoalan ini
dirasakan sulit karena apabila proses pembelajaran tidak sesuai
dengan kompetensi pedagogik yang dimiliki maka pembelajaran tidak
akan membawa perubahan yang baik bagi peserta didik. Kenyataan
saat ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran masih kurang
maksimal karena guru yang kurang jelas menjelaskan pelajaran karena
pemilihan strategi pembelajaran yang kurang sehingga siswa susah
untuk memahami, serta 4 sikap guru yang masih kurang
memperhatikan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran yang dialogis.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis ditemukan, bahwa sebagian
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar berantusias, interaksi
berjalan lancar, siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
guru, tetapi hanya waktu pembelajaran berlangsung. Setelah beberapa
menit siswa sudah melupakan konsep yang baru dipelajari. Hal ini
dapat dilihat dari kegiatan akhir pembelajaran yaitu pada saat
merangkum materi pembelajaran, sebagian siswa sudah melupakan
materi yang baru saja diperoleh. Kondisi belajar siswa seperti ini harus
terus diupayakan untuk diperbaiki. Guru dalam proses belajar
mengajar di sekolah perlu menciptakan suasana belajar yang menarik
dan menyenangkan, dinamis namun terarah dalam mencapai tujuan
pembelajaraan sesuai dengan kompetensi pedagogik yang dimili guru.
Berdasarkan uraian, maka disusunlah Rangkuman materi untuk
mempermudah pembaca dalam mempelajari Materi Pedagogi pada
Daring PPG Tahun 2019 Angkatan 4 ini.
RINGKASAN MODUL 1
PEMBELAJARAN ABAD 21

Kb 1. Karakteristik Guru dan Siswa Abad 21


A. Pembelajaran Abad 21
Dalam pandangan paradigma positivistik masyarakat
berkembang secara linier seiring dengan perkembangan peradaban
manusia itu sendiri yang ditopang oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Istilah industri 4.0 pertama kali diperkenalkan pada Hannover
Fair 2011 yang ditandai revolusi digital. Revolusi industri gelombang
keempat, yang juga
disebut industri 4.0, kini telah tiba. Industry 4.0 adalah tren terbaru
teknologi yang sedemikian rupa canggihnya,
Oleh karena itu, meskipun era digital sudah begitu marak yang
ditandai oleh makin luasnya jangkauan internet; namun demikian ada
juga masyarakat yang masih belum terjangkau internet, dan bahkan
masih berupa wilayah blank spot. Kondisi seperti itu juga berimplikasi
terhadap perkembangan pelayanan pendidikan, sehingga juga
berkonsekuensi terhadap karaktiristik guru dan siswanya, meskipun
sudah berada dalam abad 21.
Menurut Manuel Castell kemunculan masyarakat informasional
itu ditandai dengan lima karateristik dasar: Pertama, ada teknologi-
teknologi yang bertindak berdasarkan informasi. Kedua, karena
informasi adalah bagian dari seluruh kegiatan manusia, teknologi-
teknologi itu mempunyai efek yang meresap. Ketiga, semua sistem
yang menggunakan teknologi informasi didefinisikan oleh ‘logika
jaringan’ yang memungkinkan mereka memengaruhi suatu varietas
luas proses-proses dan organisasi-organisasi. Keempat, teknologi-
teknologi baru sangat fleksibel, memungkinkan mereka beradaptasi
dan berubah secara terus-menerus.
Lash mengingatkan bahwa infomasi itu sendiri bersifat statis,
komunikasiah yang membuat informasi menjadi dinamik, kuat, dan
sumber energi. Lash kemudian melangkah lebih jauh dengan
mengembangkan konsep di seputar isu perkembangan ICT. Generasi
pertama perkembangan ICT secara fundamental adalah informasional,
dengan sektor kuncinya adalah semikonduktor, sofware (sistem
operasi dan aplikasi), dan komputer. Akan tetapi generasi kedua,
ekonomi baru adalah komunikasional, karena itu sentralitasnya adalah
internet dan sektor jaringan.
1. Masyarakat Informasional di Indonesia
Pada fase masyarakat industrial fokus utama adalah bagaimana
masyarakat dengan segenap penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi berusaha mengolah bahan baku yang disediakan oleh alam
menjadi komoditas yang berpotensi meningkatkan kualitas hidup. Ciri
utama masyarakat informasi adalah bahwa semua aktivitas
masyarakatnya berbasis pada pengetahuan. Oleh karena itu, dalam
dunia di mana informasi dan pengetahuan terus beredar, pemerintah
bercita-cita untuk membangun negara sebagai masyarakat yang
berpengetahuan.

KB 2 Peran Teknologi dan Media Pembelajaran Abad 21


Pemanfaatan Teknologi Informasi pada Pendidikan. Dalam
memanfaatkan Teknologi Informasi pada Karateristik Guru dan Siswa
dalam Pembelajaran Abad 21 adalah: Guru sebagai fasilitator dan
motifator yang mengkaitkan teknologi dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran tidak harus tatap muka akan tetapi dapat
dilakukan dengan elearning atau online dari jarak jauh. Dalam proses
pembelajaran tersebut Siswa akan semakin kritis mengenal teknologi
sejak dini, dan menyebabkan adanya pertimbangan guru saat
mengajar. Ada banyak metode yang sering digunakan sekolah untuk
bisa memanfaakan teknologi informasi mulai dari bentuk teks, gambar
dan video. Tentunya konten-konten edukatif tersebut akan lebih
menarik minat belajar di sekolah. Salah satu contoh adalah penggunaan
Google apps for Education yang bisa berkolaborasi, realtime, dan
mempermudah proses belajar mengajar secara offline maupun online.

KB 3 Merancang dan Menilai Pembelajaran Abad 21


Untuk mencapai tujuan pembelajaran abad 21, salah satu aspek
yang penting yaitu assessment atau penilaian. Penilaian dan
pembelajaran tidak dapat dipisahkan, keduanya menyatu (integrated).
Kualitas pembelajaran yang baik dapat dilihat dari kualitas
penilaiannya, begitupun sebaliknya kualitas penilaian dapat
menunjukkan bagaimana kualitas pembelajarannya. Pendidik harus
mampu merancang sistem penilaian yang bersifat kontinu artinya
penilaian dilakukan sejak peserta didik mulai melakukan kegiatan,
sedang, dan setelah selesai melaksanakan kegiatannya. Penilaian bisa
diberikan di antara peserta didik sebagai feedback, oleh pendidik
dengan rubrik yang telah disiapkan atau berdasarkan kinerja serta
produk yang mereka hasilkan.
Penilaian yang digunakan pada pembelajaran abad 21
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip penilaian efektif seperti
pada jenis penilaian berikut.

1. Penilaian Autentik
Penilaian autentik meminta siswa untuk menggunakan proses
yang sesuai dengan isi materi dan keterampilan yang sedang
dipelajari dan digunakan siswa pada dunia nyata. Bentuk
penilaian autentik yang paling sering digunakan adalah daftar
ceklist, skala sikap, daftar periksa peringkat produk, dan rubrik.

2. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio digunakan untuk menilai produk yang
berwujud seperti prestasi dalam hal analisis, sintaksis, dan
evaluasi. Penilaian portofolio ada dua yaitu : portofolio
tradisional yang berwujud koleksi fisik dari hasil karya siswa dan
portofolio elektronik yang berisi pekerjaan menggunakan karya
digital.

3. Penilaian Tradisional
Penilaian tradisional digunakan untuk
mendemonstrasikan tingkat pengetahuan siswa. Penilaian
tradisional meliputi soal pilihan ganda, mengisi bagian yang
kosong, isian singkat, benar salah, dan isian singkat. Penilaian
tradisional menggunakan standar tes yang sudah ditentukan
sebelumnya untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.

Kemampuan siswa yang diperlukan dalam pembelajaran abad


21 yaitu (disebut 4C):
1. Critical thinking, siswa berusaha untuk memberikan
penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat
pilihan yang rumit. Berpikir kritis dalam pembelajaran di kelas
misalnya, guided inquiry, coding challenges, project based
learning, dan problem based learning.

2. Communication, siswa diharapkan dapat memahami,


mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam
berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia.
Komunikasi dalam pembelajaran di kelas misalnya, penggunaan
media sosial, blog, wikipedia, accountable talk, video production,
skype calls, dan podcasts.
3. Collaboration, siswa diharapkan dapat menunjukkan
kemampuannya dalam kerja sama berkelompok dan
kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggung
jawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan
empati pada tempatnya; menghormati perspektif
berbeda. Collaboration dalam kelas seperti, inquiry
circles, design thinking tearms, iEARN global
collaborations, dan project based learning tearms.

4. Creativity, siswa diharapkan memiliki kemampuan


untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan
gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan
responsif terhadap perspektif baru dan
berbeda. Creativity dalam pembelajaran di kelas seperti, genius
hour, makerspaces, design thinking, dan
STEM/STEAM challenges.

Mengacu 4C di atas, maka pembelajaran abad 21 harus betul-


betul diperhatikan standar kualitasnya, baik dari kualitas standar isi,
proses, maupun penilaiannya agar mampu menghasilkan sumber daya
manusia (SDM) yang kritis dan kreatif yang mampu menghadapi segala
tantangan dan persoalan abad 21. Terkait dengan standar
penilaiannya, maka perlu kita perhatikan bagaimana cara
mengukurnya, instrument (tes dan non tes) yang digunakan, cara
penilaian, dan evaluasinya.

Penilaian keterampilan dalam pembelajaran abad 21 sebaiknya


memperhatikan beberapa hal seperti berikut.
1. Menekankan umpan balik yang berguna tentang kinerja siswa
yang tertanam dalam pembelajaran sehari-hari.
2. Membutuhkan keseimbangan teknologi yang disempurnakan,
formatif, dan sumatif penilaian yang mengukur penguasaan
siswa keterampilan abad 21.
3. Memungkinkan pengembangan portofolio hasil karya siswa
yang menunjukkan penguasaan aspek keterampilan abad 21.

REFLEKSI PEMBELAJARAN MODUL 1


Esensial:
Industri 4.0 merupakan tren terbaru berkembangnya teknologi
yang canggih dan salah satu ciri Abad 21 saat ini. Pemaparan tersebut
merupakan tantangan berat bagi Guru yang di tuntut juga menjadi guru
abad 21, yang mana harus menyiapkan peserta didik untuk berperan
serta mengikuti perkembangan jaman di abad 21 dengan mengacu 4 C
(Critical Thinking, communication, collaboration,Creativity)

Materi sulit:
Untuk Materi yang sulit di dalam modul 1 adalah
menggabungkan penilaian abad 21 apalagi yang mengandung unsur
4C.

RINGKASAN MODUL 2
PENGEMBANGAN PROFESI GURU

Kb 1. Kompetensi Guru
Rumusan kompetensi guru yang dikembangkan di Indonesia
sudah tertuang dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
1. Kompetensi Pedogogik
Kompetensi pedagogic merupakan kemampuan guru yang
berkenaan dengan pemahaman terhadap peserta didik dan
pengelolaan pembeajaran mulai dari merencanakan, melaksanakan
sampai dengan mengevaluasi. kompetensi inti pedagogi meliputi; (a)
menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual, (b) menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (c) mengembangkan
kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan
yang diampu, (d) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (e)
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran, (f) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (g)
berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik, (h) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar, (i) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran, (j) melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran.
Berikut Indikator kompetensi pedagogi :
1. Pertama; menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,
moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, merupakan
kompetensi inti pertama yang harus dimiliki oleh guru.
2. Kedua; menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik, merupakan kompetensi inti pedagogi yang
selanjutnya harus dimiliki oleh seorang guru.
3. Ketiga; mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran/bidang studi yang diampu merupakan kompetensi yang
sudah semestinya dikuasai oleh guru.
4. Keempat; kemampuan kompetensi pedagogi berikutnya yaitu
menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
5. Kelima; memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran.
6. Keenam; memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, kompetensi ini
ditunjukan guru
7. Ketujuh; berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
peserta didik
8. Kedelapan; menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses serta
hasil belajar.

2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi
teladan bagi peserta didik dan berakhak mulia.Kompetensi Inti
Kepribadian Meliputi :
1. bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia,
2. menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
3. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa,
4. menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan
5. menjunjung tinggi kode etik profesi guru

3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidian, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar
Untuk Kompetensinya sebagai berikut :
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,
latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah republik
indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi
lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain,

4. Kompetensi Professional
Kompetensi professional merupakan kemampuan yang
berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi
pembelajaran, dan substansi keilmuan yang menaungi materi dalam
kurikulum, serta menambah wawasan keilmuan.
Sub Kompetensi Profesional :
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual,
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik,
3. mengembangkan kurikulum
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik,
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
7. menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar,
8. memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran,
9. melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.

B. Kompetensi pedagogi guru abad 21


Abad 21 yang ditadai dengan kehadiran era media (digital age)
sangat berpengaruh pada pengelolaan pembelajaran dan perubahan
karateristik siswa.
Karateristik siswa abad 21 sangat berbeda dengan siswa era
sebelumnya. Pada abad 21 ini seseorang harus memiliki keterampilan
4 C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem
Solving, dan Creativity and Innovation).
Kompetensi pedogogi mendasarkan peraturan menteri
Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 meliputi; (a) menguasai
karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual, (b) menguasai teori belajar dan prinsip-
prinsip pembelajaran yang mendidik, (c) mengembangkan kurikulum
yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang
diampu, (d) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (e)
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran, (f) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (g)
berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik, (h) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar, (i) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran, (j) melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran.

Kb 2. Stretegi Peningkatan Profesionalisme Berkelanjutan


Tenaga kependidikan meliputi tenaga pendidik, pengelola satuan
pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, dan pengembang, di bidang
pendidikan, pustakawan laboran, teknisi sumber belajar, dan penguji.
Tenaga kependidikan dimaksud dapat dikatagorikan menjadi 2 bagian
yaitu;

1. Tenaga kependidikan yang terlibat langsung dengan proses


Pendidikan
karena tugas utamanya sebagai pendidik atau mengemban tugas
dan berprofesi sebagai pendidik. Tenaga kependidikan ada yang
berprofesi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya.

2. Tidak terlibat langsung dalam proses pendidikan namun


berpartisipasi
mensukseskan penyelenggaraan pendidikan. Termasuk
didalamnya adalah; (a) para kepala satuan pendidikan dan
wakilnya yang sebenarnya menjalankan peran sebagai edukator
disamping bertugas sebagai manajer, inovator, motivator,
pemimpin, supervisor, dan mediator. Termasuk di dalamnya para
pengawas dan peneliti serta pengembang pendidikan. Contoh;
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, direktur dan para wakil
direktur, rektor dan wakil rektor, dekan dan sebagainya.

B. Profesi Guru dalam Pandangan Akademik


Guru merupakan suatu pekerjaan profesional, yang memerlukan
suatu keahlian khusus sehingga kedudukan guru dalam proses
pembelajaran masih belum dapat digantikan oleh mesin secanggih
apapun.

C. Kriteria Profesi Bidang Pendidikan


Kebijakan pemerintah melalui UUGD nomor 14 Tahun 2005
untuk menyandang profesi guru dipersyaratkan kualifikasi pendidikan
umum minimal S1/D4 artinya
calon guru harus menempuh proses pendidikan di universitas atau
pergurutan tinggi yang diberikan kewenangan sesuai kurikulum
masing-masing perguruan tinggi.

D. Penilaian Kinerja Guru


Penilaian Kinerja Guru yang secara teknis diatur oleh
Permendiknas no 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang efektif berlaku
sejak 1 Januari 2013

E. Strategi Pengembangan Profesi Guru Abad 21


1. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
Menurut Permennegpan itu telah pula dijelaskan bahwa
pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) terdiri dari 3
komponen, yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya
inovatif.
a. Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan upaya-upaya guru dalam
rangkameningkatkan profesionalismenya.
b. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah merupakan salah satu bentuk kontribusi guru
terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran dan dunia
pendidikan secara umum.
c. Karya inovatif
Karya inovatif bisa merupakan penemuan baru, hasil
pengembangan, atau hasil modifikasi sebagai bentuk kontribusi guru
terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan
pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni.

2. Merubah Paradigma tentang Profesi Guru


Konsep pengembangan pada diri seorang guru perlu
ditransformasi menjadi berkelanjutan (continuous professional
learning) dan diletakkan dalam konsep belajar dalam bekerja
(workplace learning). Guru profesional memiliki empat kompetensi
yaitu pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional yang integratif
(bukan sebagai sosok terpisah) dan kontekstual.

3. Profesi Guru abad 21


Pembelajaran abad 21 telah mengalami pergeseran terlebh
adanya era disrupsi dimana akan terjadi perubahan masif termasuk di
dunia pendidikan.
Apabila didudukan pada konteks abad 21 dan berbagai kompetensi
maka pengembangan profesi perlu diarahkan pada;
1. Keterampilan pedagogis;
2. Keterampilan melakukan penilaian
3. Keterampilan mengelola suasana pembelajaran
4. Keterampilan professional

Konsep TPACK (Technology, Paedagogy, Content, dan Knowledge)

REFLEKSI PEMBELAJARAN MODUL 2


Esensial:
Abad 21 yang ditadai dengan kehadiran era media (digital age)
sangat berpengaruh pada pengelolaan pembelajaran dan perubahan
karateristik Peserta didik. Hal tersebut berdampak pula kepada para
Pendidik yang harus menguasai kompetensi pedagogi guru abad 21.
Materi sulit:
Dalam materi perkembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)
salah satunya adalah PTK. Mungkin bias di tambahkan sedikit materi
tentang penyusunan PTK.

RINGKASAN MODUL 3
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Kb 1. Teori Belajar Behavioristik


Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah lakunya.
 Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input
yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa
respons.
 STIMULUS adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa
misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-
cara tertentu untuk membantu belajar siswa.
 RESPON adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus
yang diberikan oleh guru.
Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan
respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan
apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus dapat
diamati dan dapat diukur.
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behaviotistik
adalah faktor penguatan (reinforcement).
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon.
Terbagi menjadi 2 indikator :
a. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon
akan semakin kuat
b. Bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan
tetap dikuatkan.
Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting
diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk
memungkinkan terjadinya respons.
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike,
Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.

Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan
pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas
“mimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau
tes.

Kb 2. Teori Kognitif dan Penerapanya dalam Pembelajaran


1. Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik.
Teori
belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar
tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon.

2. Teori Perkembangan Jean Piaget (1896-1980)


Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar
pengaruhnya
terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya.
 Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
 Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
 Tahap operasional konkrit (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
 Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun).
3. Teori Belajar Menurut Jerome Bruner (1915-2016)
Jerome Bruner adalah seorang pengikut setia teori kognitif,
khususnya dalam
studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan
kognitif manusia sebagai berikut:
a.Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan
dalam menanggapi suatu rangsangan.
b. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan
sistem penyimpanan informasi secara realis.
c. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan
berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata
atau lambang tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang
akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada
diri sendiri.
d. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang
tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
e. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa
merupakan alat komunikasi antara manusia. Untuk memahami
konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan
untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
f. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk
mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih
tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan
dalam berbagai situasi.

4. Teori Belajar Bermakna David Ausubel (1918-2008)


Teori-teori belajar yang ada selama ini masih banyak menekankan
pada belajar asosiatif atau belajar menghafal strategi
Pengorganisasian isi pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif,
dikemukakan
secara singkat sebagai berikut (Degeng, 1989):
a. Hirarhki belajar.
Gagne menekankan kajiannya pada aspek penataan urutan
materi pelajaran
dengan memunculkan gagasan mengenai prasyarat belajar, yang
dituangkan dalam suatu struktur isi yang disebut hirarhki belajar.
b. Analisis tugas.
Cara lain yang dipakai untuk menunjukkan keterkaitan isi bidang
studi adalah
information-processing approach to task analysis.
c. Subsumptive sequence.
Ausubel mengemukakan gagasannya mengenai cara membuat
urutan isi pengajaran yang dapat menjadikan pengajaran lebih
bermakna bagi yang belajar. Ia menggunakan urutan umum ke rinci
atau subsumptive sequence sebagai strategi utama untuk
mengorganisasi pengajaran.
d. Kurikulum spiral.
Gagasan tentang kurikulum spiral yang dikemukakan oleh
Bruner dilakukan dengan cara mengurutkan pengajaran.

e. Teori Skema.
Teori skema juga menggunakan urutan umum ke rinci. Teori ini
memandang bahwa proses belajar sebagai perolehan pengetahuan
baru dalam diri seseorang dengan cara mengkaitkannya dengan
struktur kognitif yang sudah ada.
f. Webteaching.
Webteaching yang dikemukakan Norman, merupakan suatu
prosedur menata urutan isi bidang studi yang dikembangkan dengan
menampilkan pentingnya peranan struktur pengetahuan yang telah
dimiliki oleh seseorang, dan struktur isi bidang studi yang akan
dipelajari.
g. Teori Elaborasi.
Teori elaborasi mengintegrasikan sejumlah pengetahuan
tentang strategi penataan isi pelajaran yang sudah ada, untuk
menciptakan model yang komprehensif tentang cara mengorganisasi
pengajaran pada tingkat makro.

C. Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran


Teori kognitif menekankan pada proses perkembangan siswa.
Meskipun proses perkembangan siswa mengikuti urutan yang sama,
namun kecepatan dan pertumbuhan dalam proses perkembangan itu
berbeda. Dalam proses pembelajaran, perbedaan kecepatan
perkembangan mempengaruhi kecepatan belajar siswa, oleh sebab itu
interaksi dalam bentuk diskusi tidak dapat dihindarkan. kegiatan
pembelajarannya mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses
berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui
tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar
dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengkaitkan pengalaman atau informasi baru
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran
disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari
sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar
menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatiakan,
karena factor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Kb 3. Teori Belajar Konstruktitistik dan Penerapanya Dalam


Pembelajaran
1. Karakteristik Manusia Masa Depan yang Diharapkan
Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh
karakteristik manusia dan masyarakat masa depan yang dikehendaki.
Karakteristik manusia masa depan yang dikehendaki tersebut adalah
menusia-manusia yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung
jawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan, mengembangkan
segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus
Kajian terhadap teori belajar konstruktivistik dalam kegiatan belajar
dan pembelajaran memungkinkan menuju kepada tujuan tersebut.

1. Konstruksi Pengetahuan
Seperti telah diuraikan pada bab pendahuluan, untuk
memperbaiki Pendidikan terlebih dahulu harus mengetahui
bagaimana manusia belajar dan bagaimana cara mengajarnya.
2. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik
Pada bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan
konstruktivistik, dan dari aspek-aspek si-belajar, peranan guru, sarana
belajar, dan evaluasi belajar. Proses belajar konstruktivistik. Secara
konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif,
bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari
luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh
siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi
yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya
Peranan kunci guru dalam interaksi pedidikan adalah pengendalian
yang
meliputi;
1) Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan
untuk mengambil keputusan dan bertindak.
2) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak,
dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.
3) Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan
belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
menyimpulkan Berdasarkan teori Vygotsky Yuliani (2005: 46) dalam
proses pembelajaran
1. kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona
perkembangan proksimalnya dengan belajar dan berkembang.
2. dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari pada
perkembangan aktualnya.
3. diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan
kemampuan intermentalnya daripada kemampuan
intramentalnya.
4. diberikan kesempatan untuk mengintegrasikan pengetahuan
deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan
prosedural untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan
masalah
5. Proses Belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat
transferal tetapi lebih merupakan ko-konstruksi
Kb 4. Teori Belajar Humanistik
1. Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik
Selain teori belajar behavioristik dan teori kognitif, teori belajar
humanistic juga penting untuk dipahami. Menurut teori humanistik,
proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri.

2. Pandangan David A. Kolb terhadap Belajar.


Kolb (1939-sekarang) seorang ahli penganut aliran humanistik
membagi tahaptahap
belajar menjadi 4, yaitu:
a. Tahap pengalaman konkrit
b. Tahap pengamatan aktif dan reflektif
c. Tahap konseptualisasi
d. Tahap eksperimentasi aktif

3. Pandangan Peter Honey dan Alan Mumford terhadap Belajar.


Tokoh teori humanistik lainnya adalah Peter Honey (1937-
sekarang) dan Alan
Mumford (1933- sekarang). Pandangannya tentang belajar diilhami
oleh pandangan
Kolb mengenai tahap-tahap belajar di atas. Honey dan Mumford
menggolonggolongkan orang yang belajar ke dalam empat macam atau
golongan, yaitu
kelompok aktivis, golongan reflektor, kelompok teoritis dan golongan
pragmatis.
Masing-masing kelompok memiliki karakteristik yang berbeda
dengan kelompok
lainnya. Karakteristik yang dimaksud adalah:
a. Kelompok Aktivis
b. Kelompok Reflektor
c. Kelompok Teoritis
d. Kelompok Pragmatis

4. Pandangan Jurgen Habermas terhadap belajar.


Tokoh humanis lain adalah Hubermas (1929-sekarang).
Menurutnya, belajar
baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan
lingkungannya.
Masing-masing tipe memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
a. Belajar Teknis ( technical learning)
b. Belajar Praktis ( practical learning)
c. Belajar Emansipatoris (emancipatory learning).

5. Pandangan Benjamin Samuel Bloom (1913-1999) dan David


Krathwohl
(1921-2016) terhadap Belajar.
Selain tokoh-tokoh di atas, Bloom dan Krathwohl (1956) juga
termasuk
penganut aliran humanis. Mereka lebih menekankan perhatiannya
pada apa yang
mesti dikuasai oleh individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui
peristiwa peristiwa belajar. Setidaknya di Indonesia, taksonomi
Bloom ini telah banyak dikenal dan paling populer di lingkungan
pendidikan. Secara ringkas, ketiga kawasan dalam taksonomi Bloom
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Domain Kognitif
b. Domain Psikomotor
c. Domain Afektif

REFLEKSI PEMBELAJARAN MODUL 4


Esensial:

Materi sulit:
Ringkasan Modul 4.
Karakteristik Peserta didik

Kb 1. Karakteristik Peserta didik


A. Gender dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran
Perbedaan karakter laki-laki dan perempuan menurut Barreca,
Gina. 21 September 2014. Psychology Today.Com. antara lain:
1) Laki-laki sedikit peduli dengan apa yang perempuan katakan,
sedangkan perempuan lebih memperhatikan apa yang dikatakan
laki-laki.
2) Laki-laki lebih peduli dengan apa yang dilihat, sedangkan
perempuan mencoba untuk peduli dengan apa yang laki-laki lihat.
3) Perempuan akan tersenyum walaupun tidak bahagia, tapi laki-laki
tergantung sifat dasarnya.
4). Laki-laki tertawa ketika menemukan sesuatu yang lucu, tapi
perempuan tergantung situasi yang tepat.

B. Etnik dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran


Negara Indonesia merupakan Negara yang luas wilayahnya dan
kaya akan etniknya. Namun berkat perkembangan alat transpotasi
yang semakin modern, maka seolah tidak ada batas antar daerah/suku
dan juga tidak ada kesulitan menuju daerah lain untuk bersekolah,
sehingga dalam sekolah dan kelas tertentu terdapat multi etnik/suku
bangsa, seperti dalam satu kelas kadang terdiri dari peserta didik etnik
Jawa, Sunda, Madura, Minang, dan Bali, maupun etnik lainnya.

C. Usia dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran


Usia yang dimiliki peserta didik akan berkonsekuensi terhadap
pendekatan pembelajaran, motode, media, dan jenis evaluasi yang
digunakan pendidik.

D. Kultural dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran


Setiap manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan tentunya
menjadi pendukung kebudayaan tertentu. Begitu juga peserta didik
kita sebagai anggota suatu masyarakat memiliki budaya tertentu dan
sudah barang tentu menjadi pendukung budaya tersebut.

E. Status Sosial dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran


Manusia diciptakan Tuhan dengan diberi rizki seperti berupa
pekerjaan, kesehatan, kekayaan, kedudukan, dan penghasilan yang
berbeda-beda. Kondisi seperti ini juga melatar belakangi peserta didik
yang ada pada suatu kelas atau sekolah kita.
Oleh karena itu pendidik dituntut untuk mampu mengakomodasi
hal-hal seperti ini. Misal dalam proses pembelajaran pendidik jangan
sampai membeda-bedakan atau diskriminatif dalam memberikan
pelayanan kepada peserta didiknya.

Kb 2. Kemampuan awal Peserta didik


Setiap masing-masing peserta didik hadir ke ruang kelas dengan
membawa berbagai macam pengetahuan, keterampilan, keyakinan,
dan sikap yang berbeda-beda yang mereka peroleh dari pengalaman-
pengalaman terdahulu (Beyer, 1991).

Kegunaan dari Identifikasi Kemampuan Awal Peserta Didik


dalam upaya mendesain pembelajaran yang bermakna, peserta didik
pada hakekatnya harus memenuhi dua kriteria pemahaman, yaitu
“keterhubungan" dan "kegunaan dalam konteks sosial” (Smith, 1991).
"Connectedness", atau yang disebut juga keterhubungan tersebut
dimulai ketika sebuah ide dipahami oleh sejauh mana siswa dapat
dengan tepat menggambarkannya dan menghubungkannya dengan
pengetahuan sebelumnya dalam konteks sosial, hal ini disebut juga
dengan struktur pengetahuan seseorang. Sedangkan "Kegunaan",
menggambarkan "fungsi dari pengetahuan seseorang", yakni ketika
sebuah ide dipahami oleh sejauh mana yang peserta didik dapat
menggunakan ide itu dan berhasil melakukan tugas yang signifikan
sesuai dengan konteks sosial (Smith, 1991).

Teknik-Teknik Mendeteksi Kemampuan Awal Peserta Didik


Bapak dan Ibu setelah mengetahui dan memahami kegunaan atau
fungsi dari mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik,
selanjutnya akan dibahas beberapa teknik dalam mendeteksi
kemampuan awal peserta didik. Teknik-teknik yang dimaksud bisa
dilakukan baik secara informal (seperti misalnya mengajukan
pertanyaan ke kelas) maupun dengan cara-cara yang lebih formal
(misalnya, melakukan kajian/tinjauan terhadap hasil ujian
terstandardisasi atau memberikan ujian dan penilaian yang dibuat oleh
guru).

Kb 3. Gaya Belajar
A. Kekuatan dan persepsi perseptual
Peserta didik memiliki gerbang sensorik (visual, auditori,
jasmani, dan kinestetik) yang mereka lebih suka gunakan dan mana
yang mahir penggunaannya. Bobi de porter (2000) mengemukakan
bahwa gaya belajar visual, auditori dan kinestetik.
Berikut ini merupakan cara yang dapat digunakan untuk membantu
peserta didik memanfaatkan preferensi belajar mereka:
a. Pelajar Auditorial
b. Pelajar Visual
c. Pelajar Kinestik

B. Kebiasaan memproses informasi dan aplikasinya dalam


pembelajaran
Bapak ibu selain peserta didik memiliki preferensi perseptual berbeda
mereka juga memiliki gaya berfikir seperti yang diungkapkan Anthony
Gregorc (1982) yang mengembangkan teori gaya berfikir berdasarkan
dua variable, yaitu bagaimana cara kita melihat dunia (bagaimana kita
melihat dunia secara abstrak dan konkrit). Dan juga cara kita
memahami dunia (dalam pemahaman sistemasis dan acak).
Menggunakan dua variable tersebut, Gregorc mengkombinasikannya
sehingga membentuk empat gaya berfikir:
a. Concrete Random Thinkers. pemikir ini, adalah pemikir yang
menikmati eksperimen, juga dikenal sebagai pemikir yang
berbeda.
b. Concrete Sequential Thinkers. pemikir ini berbasis pada aktifitas
fisik yang dimaknai dengan rasa. Mereka adalah detail oriented,
dan mengingat merupakan hal mudah bagi mereka.
c. Abstract Sequential Thinkers. Pemikir ini senang dalam dunia
teori dan pemikiran abstrak. proses berpikir mereka adalah
rasional, logis, dan intelektual.
d. Abstract Random Thinkers. pemikir ini mengatur informasi
melalui berbagi dan berdiskusi.

C. Kecerdasan majemuk dan strategi mengembangkannya


Penting bagi Bapak ibu guru untuk mengenali semua kecerdasan
peserta didik yang bervariasi. Jika guru menyadari hal ini, maka akan
memiliki kesempatan untuk menangani masalah belajar secara tepat.
Menurut Howard Gardner ada 8 jenis kecerdasan manusia, yaitu:
a. Kecerdasan Logis Matematis
b. Kecerdasan Bahasa
c. Kecerdasan Musikal
d. Kecerdasan Visual Spasial
e. Kecerdasan Kinestis
f. Kecerdasaan Interpersonal
g. Kecerdasan Intrapersonal
h. Kecerdasan Naturalis

D. Motivasi
Empat aspek mendasar dari motivasi yang bisa dipertimbangkan para
guru ketika merancang mata pelajaran:
a. Perhatian (attention). Mengembangkan mata pelajaran yang para
peserta didik anggap menarik dan berharga untuk diperhatikan.
b. Relevansi (relevance). Memastikan bahwa pengajaran bermakna dan
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar peserta didik.
c. Percaya diri (confidence). Merancang mata pelajaran yang
membangun ekspektasi peserta didik untuk sukses berdasarkan usaha
mereka sendiri.
d. Kepuasan (satisfaction). Menyertakan ganjaran instrinsik dan
ekstrinsik yang peserta didik terima dari pembelajaran.

E. Faktor – faktor fisiologis


Berikut ini adalah teknik untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran;
a. Lingkungan sekeliling
Lingkungan kelas berpengaruh pada kemampuan peserta didik
untuk berfokus dan menyerap informasi.
b. Alat bantu
Alat bantu merupakan benda yang dapat mewakili suatu gagasan
misalnya:
1) Boneka: mewakili tokoh dalam karya sastra.
2) Bola lampu: menandakan dimulainya brainstorming , atau
menyoroti ide cemerlang
c. Pengaturan Bangku
Disebagian besar ruangan kelas, bangku peserta didik dapat disusun
untuk mendukung tujuan belajar bagi pelajaran apapun.
d. Tumbuhan, Aroma, Hewan Peliharaan, Dan Unsur Organik Lainnya
RINGKASAN MODUL 5
KB 5.2 MEDIA PEMBELAJARAN

A. STRATEGI PEMBELAJARAN

Proses pembelajaran tentunya akan dapat dilaksanakan dengan


lebih baik apabila telah dirancang dengan baik pula dengan berbagai
pendekatan, model, metode, maupun strategi pembelajaran termasuk
Media Pembelajaran.

Dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)


sekarang ini,sangat berdampak pada kemudahan memperoleh
informasi dan mengembangkan strategi pembelajaran. Dengan
adanya keanekaragaman informasi yang tersedia, menuntut
kemampuan kita sebagai seorang guru untuk menentukan strategi
pembelajaran yang tepat untuk menawarkan berbagai pengalaman
kepada peserta didik sehingga mampu membangun pemahaman
peserta didik di lingkungan sekitarnya.Dalam hal ini,seorang guru
perlu merencanakan dan mengelola lingkungan belajar semenarik
mungkin untuk memastikan bahwa para peserta didik kita merasa
tertantang dan tertarik dengan materi yang diberikan sehingga akan
tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Media pembelajaran berupa media fisik alat peraga, terdapat pula


media pembelajaran ICT (mengefektifkan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran).

Penggunaan media ICT menguntungkan dalam aspek kognitif,


afektif, maupun psikomotor serta menjembatani siswa dalam
memahami konsep abstrak dari obyek matematika melalui
pemanipulasian benda-benda nyata baik secara individu, kelompok,
maupun klasikal.

Media pembelajaran diartikan bahwa segala sesuatu yang dapat


menjembatani informasi antara sumber informasi dan penerima
dapat dikatakan sebagai media

Strategi yang akan dijelaskan pada kegiatan belajar ini antara lain: (a)
presentasi, (b) demonstrasi, (c) latihan (drill and practice), (d)
tutorial, dan (e) diskusi.
a. Strategi presentasi : Cara menyampaikan informasi (materi ajar)
kepada peserta didik dengan slide/ceramah.
b. Strategi demonstrasi : Cara menyampaikan informasi (materi
ajar) kepada peserta didik dengan memperlihatkan media
video,praktek langsung dll.
c. Strategi latihan : Cara menyampaikan informasi (materi ajar)
kepada peserta didik dengan memberikan soal – soal
latihan/memberikan problem untuk diselesaikan.
d. Strategi tutorial : Cara menyampaikan informasi (materi ajar)
kepada peserta didik dengan memperkenalkan dan mengajarkan
dari awal sampai akhir materi baru.
e. Startegi diskusi : Cara menyampaikan informasi (materi ajar)
kepada peserta didik aktivitas belajar bertukar ide, gagasan dan
opini antar peserta didik, maupun antara peserta didik dengan
guru.

B. MACAM – MACAM MEDIA PEMBELAJARAN

Dalam media pembelajaran terdapat jenis – jenis media yaitu sebagai


berikut :
1. Media teks berupa karakter huruf dan bilangan yang disajikan
dalam buku, poster, tulisan di papan tulis, dan sejenisnya.
2. Media audio berupa yang dapat didengar misalnya suara
seseorang, musik, suara mesin, dan suara-suara lainnya.
3. Media visual berupa bagan, gambar, foto, grafik baik yang
disajikan dalam poster, papan tulis, buku, dan sebagainya.
4. Media bergerak berupa gambar bergerak misalnya video/film
dan animasi.
5. Media manipulatif adalah benda tiga dimensi yang dapat
disentuh dan digunakan dengan tangan oleh siswa
6. Manusia juga dapat berperan sebagai media pembelajaran. Siswa
dapat belajar dari guru, siswa yang lain, atau orang lain

C. MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN


Beberapa manfaat dari media pembelajara adalah :
1. Penyampaian materi ajar dapat diseragamkan
2. Proses pembelajaran semakin menarik
3. Proses pembelajaran semakin interaktif
4. Waktu belajar lebih efisien
5. Kualitas belajar peserta didik dapat ditingkatnya
6. Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja.
7. Sikap positif peserta didik terhadap proses belajardapat
ditingkatkan
8. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positifdan
produktif

D. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan media
pembelajaran adalah :
1. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Karakteristik peserta didik
3. Karakteristik media yang akan dimanfaatkan.
4. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio dan visual)
5. Ketersediaan sumber setempat
6. Efektifitas biaya dalam jangka waktu panjang.

KB 3 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang


disusun secara sistematis, dan digunakan guru dan siswa dalam
proses pembelajaran, yang jenisnya bisa tercetak maupun digital.
A. Bahan Ajar Cetak:
1. MODUL
Modul merupakan bahan ajar yang khas, memiliki struktur yang
sistematis, dan bersifat utuh (Degeng, 2004). Modul, sering disebut
modul instruksional, atau modul pembelajaran, adalah satu set bahan
pembelajaran dalam kemasan terkecil dilihat dari lingkup isi, namun
mengandung semua unsur dalam sistem instruksional, sehingga dapat
dipelajari secara terpisah dari modul yang lain (Atwi Suparman, 2014:
312). Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas
secara utuh dan sistematis, di dalamnya memuat seperangkat
pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu
siswa menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul berfungsi sebagai
sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga siswa dapat belajar
secara mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing.
2. HAND OUT
Hand-out merupakan bahan pembelajaran yang dibuat secara ringkas
bersumber dari beberapa literatur yang relevan dengan kompetensi
dasar dan materi pokok yang akan dilakukan dalam proses
pembelajaran. Hand-out memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a) membantu siswa agar tidak perlu mencatat
b) sebagai pendamping penjelasan
c) Sebagai bahan rujukan siswa
d) memotivasi siswa agar lebih giat belajar
e) pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan
f) memberi umpan balik, dan
g) memberi umpan balik.

3. LEMBAR KERJA SISWA (LKS)


Ada 2 pandangan mengenai Lembar kerja Siswa. Djauhar Siddiq,dkk.
(2008) mengartikan LKS merupakan bahan pembelajaran cetak yang
sederhana, komponennya didominasi oleh soal-soal dan latihan.
Sedangkan menurut Andi Prastowo dalam Haryanto (2015), lembar
kerja siswa (LKS) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembaran
kertas yang berisi ringkasan materi, petunjuk pelaksanaan tugas
pembelajaran yang harus dikerjakan siswa dan mengacu pada
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa.

2. Bahan Ajar Non Cetak:


1. AUDIO
Bahan ajar audio merupakan sebuah bahan ajar yang hanya
mengandalkanbunyi dan suara untuk menyampaikan informasi dan
pesan kepada peserta didik.
2. VIDEO
Video pembelajaran merupakan bahan ajar yang diperoleh dari kamera
berisi pesan-pesan pembelajaran dan dikemas dalam tampilan visual
digital.
Penerapan penggunaan bahan pembelajaran berbentuk video dapat
melalui dua cara, yaitu synchronus (langsung) dan asynchronus (tidak
langsung).
3. POWER POINT
Software PowerPoint Presentation merupakan salah satu bahan ajar
untuk
dapat menampilkan sebuah presentasi dengan berbagai ilustrasi,
gambar, teks,
audio, dan video. Menggunakan software ini seorang guru dapat
merancang
pembelajaran yang menarik. PowerPoint mudah dibuat dengan
memasukkan
komponen-komponen yang dibutuhkan dalam bahan ajar.
4. MODUL ELEKTRONIK / BUKU ELEKTRONIK
Modul Elektronik merupakan bahan ajar noncetak yang bertujuan agar
siswa mampu belajar mandiri dan bersifat lengkap yang menyajikan
per-unit
terkecil dari materi berbentuk elektronik atau digital. Modul elektronik
dapat
dibuat menggunakan software MS.Word atau Nitro PDF. Modul ini
dapat juga digunakan secara online seperti yang banyak dikembangkan
di Era 21 ini.
5. MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF
Multimedia Interaktif memiliki karakteristik sebagai proses
pembelajaran
yang komunikasinya terjadi dua arah antara siswa dan bahan ajar. MPI
sebagai
bahan ajar memiliki beberapa komponen di antaranya:
a) Pendahuluan yang berisi title page, menu, tujuan pembelajaran, dan
petunjuk penggunaan;
b) Isi Materi meliputi kontrol, interaksi, navigasi, teks, suara, gambar,
video, dan simulasi; serta
c) Penutup, yang berisi ringkasan, latihan, dan evaluasi. Navigasi dalam
MPI atau Graphichal User Interface (GUI) biasanya berupa icon, button,
scroll bar, menu yang dapat dioperasikan oleh pengguna untuk
menonton, memutar maupun membuka jendela informasi lain dengan
bantuan sarana Hyperlink.

Karakteristik bahan ajar yang baik antara lain adalah self-


instructional, self-explanatory power, self-pace learning, self-
contained, individualized learning materials, flexible and mobile
learning materials, dan communicative and interactive, adaptive, dan
user friendly.

KB 4 PERENCANAAN PEMBELAJARAN

RPP merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan


pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi
yang telah ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.
Pengalaman empirik di beberapa sekolah, banyak guru beranggapan
bahwa menyusun RPP tidak penting. Gejala ini dapat diidentifikasi,
makin banyak guru yang copy paste, RPP beberapa tahun sebelumnya.
Padahal kondisi dan karakteristik peserta didik berubah setiap
semester. Bagi mereka, yang terpenting adalah mengajar dan siswa
mendapat pelajaran. Pemikiran guru seperti ini, perlu diluruskan. Guru
perlu menyusun RPP karena;
1. Untuk mengoptimalkan hasil suatu kegiatan, tentunya diawali oleh
perencanaan kegiatan yang berkualitas
2. Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, berkewajiban
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran
yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran

Komponen RPP menurut permendikbud no 22 tahun 2016


harus mencakup hal-hal sebagai berikut;
1. Identitas Sekolah
2. Identitas Mata Pelajaran atau Sub Tema
3. Kompetensi Dasar
4. Indikator Pencapaian Kompetensi
5. Tujuan Pembelajaran
6. Materi Pembelajaran
7. Model / Metode Pembelajaran
8. Media Pembelajaran
9. Sumber Belajar
10. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
11. Penilaian

Indikator Pencapaian Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran


Dalam menyusun Indikator Pencapaian Kompetensi dan Tujuan
Pembelajaran harus memperhatikan unsur A,B,C,D yaitu:
1. A (AUDIENCE)
Audience adalah peserta didik yang akan belajar. Dalam
merumuskan indikator
dan tujuan pembelajaran harus dijelaskan siapa peserta didik yang
akan mengikuti
pelajaran, atau peserta didik yang mana? Pembelajaran memiliki
sasaran yang
sempit, kelas dan semester berapa? Namun demikian, jika format RPP
telah diawali dengan identitas sekolah dan identitas mata pelajaran,
maka sebutan “peserta didik atau siswa” sudah terwakili

2. B (BEHAVIOUR)
Behaviour adalah perilaku yang spesifik yang akan dimunculkan
oleh peserta
didik setelah selesai memperoleh pengalaman belajar dalam pelajaran
tersebut.
Perilaku ini terdiri dari atas dua bagian penting, yaitu: kata kerja dan
obyek. Kata
kerja menunjukkan kemampuan minimal (standart performance)
bagaimana peserta
didik menunjukkan sesuatu, seperti: menjelaskan, menunjukkan,
menganalisis,
mengkikir, mengebor dlsb. Objek (standart content) menunjukkan apa
yang akan
dilakukan peserta didik, misalnya definisi hukum kirchoff 1, terjadinya
fotosintesis,
prosedur mengkikir, dlsb. Komponen perilaku dalam indikator
pencapaian
kompetensi dan tujuan pembelajaran adalah tulang punggung RPP
secara
keseluruhan. Tanpa perilaku yang jelas, komponen yang lain menjadi
tidak bermakna.
Bila contoh kata kerja dan obyek di atas disatukan dalam bentuk
perilaku dan obyek,
akan tersusun sebagai berikut:
1) menjelaskan hukum kirchoff 1
2) menganalisis terjadinya fotosintesis pada tumbuhan,
3) menjelaskan prosedur mengkikir, dlsb

3. C (CONDITION)
Condition atau kondisi berarti batasan yang dikenakan kepada
peserta didik atau alat/peralatan yang digunakan peserta didik pada
saat dilakukan penilaian. Kondisi itu bukan keadaan pada saat peserta
didik belajar.
Indikator dan tujuan pembelajaran mempunyai komponen peserta
didik dan perilaku
seperti kebanyakan digunakan orang seharusnya mengandung
komponen yang
memberikan petunjuk kepada pengembang tes tentang kondisi atau
dalam keadaan
bagaimana peserta didik diharapkan mendemonstrasikan perilaku
yang dikehendaki
pada saat dilakukan penilaian. Misalnya:
1) Diberikan tiga rumus menghitung rata-rata skor,......
2) Dengan kalkulator,....
3) Setelah pembelajaran,..

4. D (DEGREE)
Degree adalah tingkat keberhasilan peserta didik dalam
mencapai perilaku tsb. Dalam perumusan indikator dan tujuan
pembelajaran telah tercakup unsur peserta didik, perilaku, dan
kondisi. Tetapi, sebagai suatu indikator pencapaian kompetensi dan
tujuan pembelajaran yang dapat dijadikan petunjuk dalam
menilai keberhasilan dalam mencapai perilaku yang terdapat di
dalamnya, masih
diperlukan jawaban terhadap pertanyaan berikut: “seberapa baik
peserta didik
diharapkan menampilkan perilaku tsb? Untuk itu, diperlukan satu
komponen terakhir yang harus ada dalam indikator pencapaian
kompetensi dan tujuan pembelajaran, yaitu komponen Degree (D)

Langkah-langkah pembelajaran scientific:


1. Mengamati
2. Menanya
3. Mengumpulkan informasi
4. Mengasosiasi
5. Mengkomunikasikan
RINGKASAN MODUL 6
PENILAIAN HASIL BELAJAR

KB 1 Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes, dan Evaluasi


1. Pengukuran
Pengukuran pada padasarnya adalah proses memberi bentuk
kuantitatif pada atribut seseorang, kelompok atau objek-objek lainnya
berdasarkan aturan-aturan atau formulasi yang jelas. Skala atau angka
dalam pengukuran dapat diklasifikasikan kedalam 4 (empat) kategori,
yaitu: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio.

2. Penilaian
Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan bentuk
kualitatif kepada atribut atau karakteristik seseorang, kelompok, atau
objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Bentuk Penilaian :
tes unjuk kerja (performance test), observasi, tes tertulis, tes lisan,
penugasan, portofolio, wawancara, tes inventori, jurnal, penilaian diri,
dan penilaian antar teman.
3. Tes
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk
mengukur karakteristik orang atau obyek tertentu dengan ketentuan
atau cara yang sudah ditentukan.
Secara umum tes dapat dipilahkan kedalam bentuk tes penampilan
atau unjuk kerja (performance test), tes lisan, dan tes tulis.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam
pembelajaran, karena dari evaluasi akan diketahui tingkat
keberhasilan belajar siswa dan tercapai atau tidaknya tujuan
pembelajaran. Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan
pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan,
penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang
tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Tujuan evaluasi pada hakekatnya adalah untuk memperoleh
informasi yang tepat, terkini dan objektif terkait dengan
penyelenggaraan suatu program yang dengan informasi tersebut dapat
diambil suatu keputusan.

KB 2 Penilaian Otentik (Authentic Assessment)


Penilaian otentik lebih ditekankan pada proses belajar yang
disesuaikan dengan situasi dan keadaan sebenarnya, baik itu di dalam
kelas maupun di luar kelas.
Dari sifat dan proses pelaksanaannya, penilaian otentik sering
disamakan artinya dengan beberapa istilah dalam penilaian, yaitu
penilaian berbasis kinerja, penilaian langsung, dan penilaian alternatif.
Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara
menyeluruh berimbang antara kompetensi pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Model penilaian yang dapat dikembangkan untuk
kegiatan penilaian otentik antara lain penilaian kinerja, penilaian
proyek, penilaian portofolio, penilaian diri, penilaian antar teman,
jurnal, penilaian tertulis, eksperimen atau demonstrasi, pertanyaan
terbuka, pengamatan, menceriakan kembali teks, dan menulis sampel
teks.

KB 3 Menulis Tes Hasil Belajar


Penulisan tes hendaknya dilakukan secara sistematis sesuai
kaidah penulisan tes yang baik, yaitu melalui langkah-langkah: (a)
Perumusan tujuan tes, (b) Penentuan bentuk pelaksanaan tes, (c)
Penyusunan kisi-kisi tes, (d) Penulisan butir soal, (e) Penelaahan butir
soal, (f) Uji coba/analisis, (g) Perakitan soal/perangkat tes.
Menulis Butir Soal Tes. Tes bentuk uraian dapat dikelompokkan
dalam dua jenis, yaitu soal uraian bebas, dan soal uraian terbatas
(terstruktur). Tes bentuk uraian bebas memberi kebebasan kepada
peserta tes untuk memberikan jawaban selengkap mungkin. Pada tes
bentuk uraian terbatas, jawaban yang diberikan peserta tes dibatasi
berdasarkan aspek-aspek khusus dari mata pelajaran yang diujikan.
Soal Tes Objektif. Bentuk Soal Pilihan Ganda, Soal Benar Salah dan Soal
Menjodohkan.
Telaah soal
Butir soal yang sudah ditulis harus ditelaah terlebih dulu
sebelum digunakan. untuk melihat sejauhmana kualitas soal ditinjau
dari substansi materi, konstruksi, dan bahasa yang digunakan.
Uji coba dan analisis
Analisis data lapangan berguna untuk diketahui seberapa jauh
tingkat kualitas soal terutama menyangkut masalah tingkat
kesukaran, daya beda, keberfungsian pengecoh, validitas, dan
reliabilitas.

KB 4 Menelaah Tes Hasil Belajar


Analisis secara teoritik (kualitatif) dan analisis secara empiris
(kuantitatif). Analisis secara teoritis adalah telaah soal yang difokuskan
pada aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Analisis empiris telaah soal
berdasarkan data lapangan (uji coba). Analisis karakteristik butir soal
mencakup analisis parameter kuantitatif dan kualitatif butir soal.

Mengolah Dan Memanfaatkan Hasil Penilaian


Guru melaksanakan penilaian hasil belajar sesuai perencanaan
penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah selesai melakukan
penilaian (pengujian), Guru mengolah atau melakukan pemeriksaan
hasil penilaian. Setelah data hasil tes diolah, langkah selanjutnya adalah
menafsirkan data sehingga dapat memberikan makna. Interpretasi
terhadap suatu hasil tesdidasarkan atas kriteria tertentu yang disebut
norma.
Hasil tes atau hasil penilaian dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan dan perkembangan peserta didik dalam menerapkan
pengetahuan dalam tugas tertentu. Hasil penilaian berupa informasi
tentang peserta didik yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM)
REFLEKSI PEMBELAJARAN MODUL 6

Esensial:
Penilaian hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan guru
dalam memberikan nilai kepada siswa yang bisa diukur melalui dengan
cara melakkan serangkaian tes.

Materi sulit:
Menelaah tes analisis empiris serta Analisis karakteristik butir
soal mencakup analisis parameter kuantitatif dan kualitatif butir soal.

Anda mungkin juga menyukai