Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PROSES DAN PENCAPAIAN PK-II

FASE 2. ATUR DAN MULAI EKSEKUSI RENCANA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah :


Proyek Kepemimpinan II

Dosen Pengampu :
Dr. Bunda Halang, M.T.

Disusun Oleh:
Amalia Mardhatillah 2230111720842
Candra Pratama 2230111710808
Hidayati Norrizqa 2230111720765
Isra Melliyanti Putri 2230111720919
Maria Magdalena 2230111720926
Rahmawati 2230111720972
Tiara Ayuningtyas 2230111720986

PROGRAM PENDIDIKAN GURU PRAJABATAN


LEMBAGA PENYELENGGARA TENAGA KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi dan perkembangan iptek menjadi tuntutan zaman yang tidak dapat
dihindari. Hal tersebut merupakan bentuk perubahan zaman yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat salah satu yang dirasakan yaitu di dalam dunia pendidikan,
yang mana dituntut untuk meningkatkan mutu lulusan berkualitas secara terus-
menerus seiring perkembangan zaman. Berhubungan dengan hal tersebut pesatnya
perkembangan teknologi informasi merupakan tantangan yang harus dihadapi dunia
pendidikan. Perkembangan tersebut membawa Indonesia berada dalam era informasi
yang identik dengan era literasi era tersebut menggambarkan kemampuan berinteraksi
berkomunikasi dan beraktualisasi yang dinyatakan secara lisan dan tertulis.
Keterampilan literasi memiliki pengaruh penting bagi keberhasilan generasi muda
yang mana dengan keterampilan ini akan membantu generasi muda dalam memahami
informasi baik lisan maupun tertulis. Dalam kehidupan penguasaan literasi pada
generasi muda sangat penting dalam mendukung kompetensi kompetensi yang
dimiliki seperti menemukan pribadi mengenal lingkungan dan merencanakan masa
depan.
Kemampuan literasi sangat penting di sekolah. Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa pembelajaran literasi tidak hanya berperan dalam meningkatkan
kemampuan berbahasa, namun lebih jauh memberikan manfaat bagi peningkatan
kemampuan siswa pada mata pelajaran lainnya. Kemampuan berliterasi peserta didik
berkaitan dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan
memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif.
Pada kenyataannya saat ini kemampuan literasi peserta didik masih tergolong
rendah yang mana disebabkan karena pembelajaran di sekolah belum semuanya
menerapkan literasi dalam mencari sumber pengetahuan dan informasi. Berdasarkan
penilaian PISA pada tahun 2003, skor kemampuan membaca siswa Indonesia sebesar
383 skor. Pada tahun 2006 skor kemampuan membaca Indonesia sedikit meningkat
yakni sebesar 393. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa praktik
kemampuan membaca yang dilaksanakan di sekolah belum maksimal dalam
pembelajaran yang berupaya menjadikan budaya membaca siswa menjadi pembelajar
sepanjang hayat.
Rendahnya budaya membaca peserta didik saat ini diperkuat lagi dengan
kehadiran smartphone dan Android yang membuat peserta didik lebih tertarik
membaca potongan-potongan tulisan dan menonton video yang ada di sosial media
titik hal ini menunjukkan minat baca ada namun daya baca rendah sehingga hal yang
ini mempengaruhi kegiatan pembelajaran titik Selain itu peserta didik cenderung
bertanya sebelum membaca padahal apa yang ditanyakan sudah diberikan informasi
secara lengkap akibatnya peserta didik menjadi kurang aktif dan kurang percaya diri
dalam memberikan pendapat karena kurangnya wawasan yang dimiliki sehingga tidak
diberi tampil di depan untuk memberikan pendapat titik oleh karena itu minat peserta
didik dalam membaca perlu ditingkatkan yaitu salah satunya dengan mengembangkan
gerakan literasi di sekolah.
Gerakan literasi sekolah adalah salah satu program yang sangat penting
diterapkan pada bidang pendidikan karena program tersebut mampu mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam menyimak berbicara membaca dan menulis.
Kemampuan literasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntunan keterampilan
membaca yang berujung pada kemampuan memahami, meneliti dan menerapkan
apalagi saat ini kemampuan literasi merupakan salah satu kompetensi yang wajib
dimiliki peserta didik Pada abad 21 dan nantinya akan diujikan dalam asesmen
nasional.
Berdasarkan hal di atas pada proyek kepemimpinan yang kami laksanakan,
kami ingin meningkatkan minat, wawasan dan mengubah pola pikir peserta didik
melalui program pengembangan kemampuan literasi peserta didik kelas X di SMA
Negeri 7 Banjarmasin. Selain menambah pengetahuan peserta didik dalam upaya
menjadikan budaya literasi siswa meningkat sebagai pembelajar sepanjang hayat akan
tetapi juga membangun kesadaran peserta didik akan pentingnya membaca untuk
mendukung pembelajaran yang lebih efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan membaca peserta didik kelas X di
SMAN 7 Banjarmasin?
2. Bagaimana pengaruh proyek pengembangan kemampuan literasi terhadap
pengetahuan dan pemahaman peserta didik kelas X di SMAN 7 Banjarmasin?
3. Bagaimana pengaruh proyek pengembangan kemampuan literasi terhadap
keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas X di SMAN 7 Banjarmasin?
C. Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dari proyek ini adalah:
1. Meningkatkan kemampuan literasi peserta didik kelas X SMAN 7 di Banjarmasin
2. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis peserta didik
3. Mengembangkan dan menjadikan kegiatan literasi sebagai budaya positif di sekolah
4. Membangun kesadaran peserta didik akan pentingnya membaca untuk mendukung
pembelajaran yang lebih efektif.

D. Manfaat Kegiatan
1. Menghasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan literasi
2. Menciptakan pembelajaran yang mendorong peserta didik cinta membaca
3. Mempertajam diri di dalam menangkap makna dari suatu informasi yang sedang
dibaca
4. Mengasah daya ingat melalui membaca
5. Mengetahui bagaimana bentuk soal literasi
6. Meningkatkan profesionalisme guru melalui lingkungan yang kaya literasi.
7. Menjadikan guru literat (menjadi teladan membaca)
8. Mengembangkan mutu/ kualitas pelajaran yang ada di sekolah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kedudukan Literasi dalam Kurikulum Merdeka


Literasi menjadi fokus utama dalam pengembangan Kurikulum Merdeka tentu saja
selain keterampilan numerasi. Keterampilan Literasi merujuk pada kemampuan dan
keterampilan seorang dalam membaca, menulis, menghitung dan memecahkan masalah
pada keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari hari. Sedangkan Numerasi
merupakan kemampuan untuk mengaplikasikan sebuah konsep bilangan dan juga
keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari dan juga kemampuan untuk
menginterpretasikan informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita.
Perkembangan kemampuan berbahasa merupakan hal yang sangat penting untuk
ditingkatkan di berbagai tingkatan sekolah, karena kemampuan dasar seperti ini dapat
mempengaruhi keberhasilan hidup seseorang. Menurut Permanasari (2022) Konsep belajar
sepanjang hayat (Lifelong learning), dan kegiatan ko/ekstra kurikuler. Keterampilan kognitif
diperlukan untuk memastikan bahwa mereka dapat menyelesaikan masalah dengan
menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi, utamanya keterampilan berpikir kritis,
kreatif, dan sistematik. Selain itu literasi baru yang mencakup literasi teknologi, literasi data,
dan literasi kemanusiaan harus pula dimiliki anak Indonesia. Literasi data dan teknologi
dalam prakteknya dapat dilatihkan sebagai bagian dari pembelajaran di seluruh tingkatan
pendidikan.

B. Literasi di Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan mengembangkan potensi
berupa kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan-keterampilan lainnya
yang berguna untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pernyataan ini jelas tertuang
dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Dalam hal ini,
sekolah merupakan alat pemerintah dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik untuk
warganya. Sekolah sebagai miniatur kehidupan masyarakat sangatlah penting untuk
mengaplikasikan nilai serta pemahaman yang baik, sehingga pada akhirnya ketika peserta
didik telah lulus dan terjun pada lingkungan masyarakat, peserta didik dapat
mentransformasikan nilai, budaya, pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam
kehidupan bermasyarakat.
Hal ini tidak akan terwujud tanpa adanya upaya dari warga sekolah (kepala sekolah,
guru, peserta didik dan orang tua). Keterlibatan sekolah sangatlah penting dalam
pelaksanaan suatu program dalam mengembangkan budaya berkualitas di sekolah. Budaya
literasi sekolah sangatlah diperlukan, selain untuk meningkatkan mutu pembelajaran,
literasi sekolah juga bertujuan untuk memfasilitasi dan mengembangkan kemampuan
siswa, membiasakan membaca serta mengelola informasi yang mereka peroleh, sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna, bermutu dan menyenangkan seperti yang tertera
dalam Tujuan Literasi Sekolah yaitu meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan
sekolah agar literat, menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan
ramah anak, agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan, serta menjaga
keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi
berbagai strategi membaca (Akbar, 2017).

C. Literasi Sains Biologi


Literasi sains (literasi ilmiah) yaitu suatu ilmu pengetahuan dan pemahaman
mengenai konsep dan proses sains yang memungkinkan seseorang untuk membuat
suatu keputusan dengan pengetahuan yang dimilikinya, serta turut terlibat dalam hal
kenegaraan, budaya dan pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain seseorang yang
melek literasi sains akan mampu berperan aktif dalam segala segi kehidupan
terutama pada bidang ilmu yang digelutinya.
Berdasarkan pengertian tersebut, penekanan literasi sains bukan pada penguasaan
pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan proses sains saja, tetapi lebih
mengarahkan bagaimana memungkinkan seseorang untuk dapat membuat suatu keputusan
dan turut terlibat dalam kehidupan bermasyarakat berdasarkan pengetahuan dan
pemahaman sains yang dimilikinya. Literasi sains penting dimiliki setiap orang
sebagai masyarakat, warga negara dan warga dunia. Setiap orang harus memiliki tingkat
literasi sains tertentu agar dapat bertahan hidup di alam maupun di tempatnya
bekerja. Literasi sains berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-
nilai yang terdapat di dalam sains (Huryah, 2017).
Alasan mengapa literasi sains penting untuk dimiliki siswa, yaitu: (1)
pemahaman sains menawarkan pemenuhan kebutuhan personal dan kegembiraan, dapat
dibagikan dengan siapapun; dan (2) negara-negara di dunia dihadapkan pada pertanyaan-
pertanyaan dalam kehidupannya yang memerlukan informasi ilmiah dan cara berpikir
ilmiah untuk mengambil keputusan dan kepentingan orang banyak yang perlu
diinformasikan seperti, udara, air dan hutan (Zuriani, 2013).
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya literasi Sains peserta didik di
Indonesia berdasarkan penilaian Programme for International Student Assessment (PISA)
adalah peserta didik belum terlatih dalam menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik
seperti soal-soal pada PISA. Padahal untuk meningkatkan literasi sains atau literasi ilmiah,
guru juga memerlukan perangkat evaluasi yang berbasis literasi sains. Guru sering
mengabaikan alat evaluasi berbasis literasi sains karena belum memahami bagaimana
membuat perangkat evaluasi tersebut (Fraenkel et al dalam Huryah et al , 2017).

D. Karakteristik Soal Literasi Sains


Literasi merupakan kemampuan seseorang dalam memahami, menggunakan dan
merefleksikan bacaan tertulis untuk mencapai tujuan sesuai keperluan, mengembangkan
pengetahuan dan potensi, serta berpartisipasi dalam masyarakat. Literasi membaca diukur
dalam hubungannya dengan: (1) format bacaan: narasi, eksposisi, dan argumentasi,
formulir, tabel, atau bagan, (2) tingkat berpikir dalam proses membaca mencakup kegiatan
mencari informasi, membentuk pemahaman yang luas dari teks, menginterpretasikan,
merefleksi/ mengevaluasi (konten, bentuk, dan cirinya), dan (3) konteks isi kutipan dan
tujuan pemilihan kutipan. Literasi membaca dilihat dari kemampuan siswa menggunakan
teks tulis untuk tujuan-tujuan yang dituntut secara sosial dan berguna bagi individu untuk
mengembangkan pengetahuan/potensinya. Membaca bukan decoding sederhana tetapi
memadukan pemahaman dan penggunaan informasi tulis untuk tujuan-tujuan fungsional
(Harsiati, 2018).
Evaluasi pembelajaran abad 21 harus mampu membuat siswa berpikir kritis dalam
memecahkan suatu masalah. Soal-soal yang memiliki tingkat berpikir kritis adalah soal
HOTS (Higher Order Thinking Skill). Soal yang berbentuk HOTS sangat diperlukan
dalam menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan menciptakan (C6) solusi dari suatu
masalah (Ichsan et al., 2020). Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah soal yang
memiliki tingkat berpikir tingkat tinggi. HOTS memiliki peranan yang sangat penting
dalam ranah evaluasi pendidikan karena mampu mempengaruhi kemampuan, kecepatan,
dan keefektifan siswa dalam belajar (Ramdiah et al., 2019). Selain itu soal HOTS mampu
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan berbagai masalah
(Harta et al., 2020).
Beberapa ahli menerangkan tentang karakteristik HOTs diantaranya Conklin yang
menyatakan bahwa karakteristik HOTs yaitu: “characteristics of higher-order thinking
skills: higher-order thinking skills encompass both critical thinking and creative thinking”
(Fanani, 2018). pernyataan tersebut menyatakan bahwa karakteristik keterampilan berpikir
tingkat tinggi mencakup pemikiran kritis dan pemikiran kreatif. Kemampuan berfikir
tersebut adalah kemampuan dasar yang dapat mendorong seseorang untuk melihat suatu
masalah dari berbagai sudut pandang serta mencari alternatif penyelesaian yang berbeda
agar dapat menghasilkan produk baru yang memberikan manfaat bagi kelangsungan
hidupnya. Karakteristik soal berbasis HOTs yaitu (1) dapat mengukur keterampilan
berpikir tingkat tinggi, (2) menggunakan permasalahan yang menarik atau permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari, dan (3) digunakannya jenis soal dengan bentuk yang
bermacam – macam (Ariyana & Bestary, 2018). Hal tersebut dijabarkan dalam uraian
berikut ini.
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi Kemampuan tersebut termasuk
kemampuan pemecahan masalah (Problem solving), berfikir kritis (Critical thinking),
kreatif (Creative thinking), kemampuan penentuan putusan (decision making), dan
kemampuan berpendapat (Reasoning). Sejalan dengan pemikiran tersebut, Senk dkk
(dalam Ernawati, 2016) menjelaskan karakteristik HOTs adalah kemampuan
penyelesaian masalah yang memiliki banyak kemungkinan solusi dimana belum
diajarkan teori terlebih dahulu. Selanjutnya Goodson, dkk dalam Ernawati (2016)
menyatakan bahwa proses berfikir tingkat tinggi berada dalam keadaan yang beragam
dan harus mampu mengikutsertakan penerapannya. Berdasarkan pendapat tersebut
dapat dimaknai bahwa HOTs adalah kemampuan yang melibatkan berfikir kritis,
menganalisis, mengevaluasi, dan tanggap dalam pemecahan masalah walaupun belum
ada teori atau konsep yang diajarkan untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Menggunakan masalah dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) Penilaian yang
berbasis HOTs merupakan penilaian yang melibatkan situasi dalam kehidupan sehari-
hari dan siswa diharap dapat menerapkan pengetahuan atau konsep dasar yang telah
diperoleh untuk memecahkan masalah tersebut. Masalah nyata yang disajikan
meliputi masalah kesehatan, ekonomi, lingkungan, dana lam semesta serta peran
teknologi dalam kehidupan. Definisi tersebut menyangkut keterampilan siswa dalam
mengkorelasikan, menerapkan serta mengintegrasikan konsep ilmu untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari.
3. Digunakannya soal dengan bentuk yang bermacam-macam Penggunaan soal dengan
bentuk beraneka ragam ini memiliki tujuan untuk memberi informasi tentang
kemampuan siswa sebagai peserta tes secara detail, terperinci dan menyeluruh.
Perakuan ini dipandang sangat penting supaya guru dapat melakukan evaluasi sesuai
dengan prinsip penilaian yang bersifat objektif. Serta dapat mengukur kemampuan
siswa yang sebenarnya. Penilaian yang dilakukan sesuai dengan prinsip yang ada ini
dapat memberikan hasil yang valid tentang tolak ukurnya terhadap kemampuan siswa.
Menurut Nafiah dalam Rohim (2019) terdapat beberapa jenis soal yang dapat dipakai
dalam penyusunan soal berbasis HOTs yang juga digunakan PISA pada model
pengujian yaitu sebagai berikut:
● Tes Objektif (Pilihan Ganda)
Soal jenis ini merupakan jenis soal yang kalimatnya belum terselesaikan serta
untuk dapat melengkapinya dapat dilakukan dengan cara memilih salah satu dari
beberapa alternatif jawaban yang tersedia pada setiap butir soal.
● Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Instrumen jenis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada
sebuah permasalahan secara menyeluruh dan adanya keterkaitan antara kalimat
yang satu dengan kalimat lainnya. Sama halnya dengan soal objektif biasa, soal
HOTs jenis ini juga berisi hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Siswa diminta untuk menentukan benar atau salah dari beberapa kalimat yang
disajikan.
● Isian singkat
Instrumen tes jenis ini merupakan jenis soal dimana siswa diminta untuk
melengkapi jawaban dengan jalan mengisikan sebuah kata, angka atau simbol
tertentu.
● Uraian singkat
Soal jenis ini menuntut siswa untuk mengisi pertanyaan dengan jawaban berupa
kalimat singkat atau frase yang tepat sesuai dengan permasalahan yang disajikan.
● Uraian
Soal uraian merupakan soal yang meminta siswa untuk mengisikan jawaban berupa
kalimat yang disusun dan dipadukan dengan pendapatnya menggunakan kata –
kata yang disusun sendiri. Soal uraian dapat memberikan kebebasan kepada siswa
dalam menuliskan jawaban sesuai ide yang diperolehnya.
BAB III
METODOLOGI
A. Alur Kegiatan Proyek
1. Melakukan Observasi di Sekolah
Observasi dilakukan pada sekolah yang menjadi mitra, langkah ini sebagai awal
dimulainya proyek. Langkah ini dilakukan untuk memetakan kekuatan dan tantangan
yang ada di sekolah. Setelah melakukan observasi maka didapatkanlah prakarsa
perubahan yang menjadi proyek yang dipilih yaitu “Peningkatan Kemampuan Literasi
Peserta Didik kelas X di SMAN 7 Banjarmasin”
2. Mengurus Perizinan Kepada Pihak Sekolah
Sebelum melakukan langkah ini, terlebih dahulu dilakukan diskusi dalam pembuatan
proposal pelaksanaan kegiatan proyek. Proposal tersebut berisikan juga jadwal
pelaksanaa, alat, bahan, dan anggaran biaya yang diperlukan untuk kegiatan proyek
ini. Setelah mendapatkan prakarsa perubahan dan pembuatan proposal kemudian
dilakukanlah perizinan pelaksanaan proyek kepada pihak sekolah. Perizinan yang
dimaksudkan yaitu menyampaikan prakarsa perubahan yang akan dilakukan, tujuan
dari kegiatan, serta menyampaikan proposal pelaksanaan kegiatan proyek. Perizinan
disampaikan kepada Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan karena kepala sekolah
sedang cuti.
3. Membangun Kemitraan
Setelah mendapatkan izin dari pihak sekolah, langkah selanjutnya adalah membangun
kemitraan kepada pihak sekolah sebagai pemangku kepentingan yaitu kepada kepala
sekolah, Wakasek kesiswaan, dan guru mata pelajaran biologi. Selain itu kami juga
membangun kemitraan kepada ketua-ketua kelas X. Koordinasi dengan Kepala
sekolah untuk bersedia memberikan arahan dan memantau kegiatan yang akan
dilakukan. Koordinasi dengan Wakasek kesiswaan mendapatkan informasi kelas,
kondisi dan tingkat literasi peserta didik kelas X yang akan menjadi subjek proyek.
Kelas X yang dipilih untuk melakukan kegiatan proyek hanya beberapa kelas.
Koordinasi dengan guru mata pelajaran biologi mendapatkan informasi dan arahan
untuk membuat soal-soal dan bacaan yang akan diberikan kepada peserta didik.
Koordinasi dengan ketua-ketua kelas untuk dapat menyampaikan informasi kepada
teman-teman sekelasnya agar dapat mengikuti kegiatan proyek dengan baik dan
lancar, koordinasi ini juga dilakukan agar peserta didik mendapatkan informasi untuk
tata cara pengerjaan literasi.
4. Mempersiapkan Sumber Daya
Sumber daya yang diperlukan dalam kegiatan ini yaitu, soal-soal literasi yang dimuat
ke dalam bentuk google form, kunci jawaban soal, dan jaringan internet. Sumber daya
tersebut dipersiapkan dengan bimbingan dari guru mata pelajaran biologi.
5. Melaksanakan Sosialisasi
Setelah sumber daya telah siap, selanjutnya dilakukan sosialisasi ke kelas X yang
telah dipilih. Sosialisasi dilakukan dengan menyampaikan tujuan dan manfaat dari
literasi, menyampaikan tata cara pengerjaan soal-soal literasi, menyampaikan rubrik
penilaian, dan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam mengerjakan soal literasi.
Peningkatan literasi yang ditekankan yaitu peserta didik diharapkan memiliki
kemampuan “Cakap” literasi setelah mengerjakan soal-soal literari yang diberikan.
6. Melaksanakan Pendampingan dan Pemantauan Berkala
Pendampingan dilakukan oleh guru mata pelajaran biologi terhadap pelaksanaan
proyek. Beberapa saran yang diberikan guna memperbaiki pelaksanaan proyek seperti
waktu yang diberikan kepada peserta didik menjawab soal dan memberikan perlakuan
terhadap peserta didik yang masih mendapatkan kriteria “Perlu Intervensi Khusus”.
Pemantauan berkala dilakukan oleh kelompok pelaksana kegiatan proyek dan juga
dilakukan oleh Kepala sekolah dan Wakasek kesiswaan untuk memastikan kelancaran
dari proyek yang dilaksanakan.
7. Melakukan Evaluasi
Pelaksanaan kegiatan proyek yang telah dilakukan kemudian dievaluasi untuk
diberikan penilaian. Penilaian tersebut dilihat dari data hasil literasi peserta didik yang
diharapkan dapat sesuai dengan tujuan. Setelah dilakukan refleksi dan rencana tindak
lanjut yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dari pelaksanaan kegiatan
proyek.
8. Melakukan Pelaporan
Langkah terakhir yaitu menyusun laporan kegiatan proyek “Peningkatan Kemampuan
Literasi Peserta Didik kelas X di SMAN 7 Banjarmasin” yang telah selesai dilakukan.

B. Waktu dan Tempat Kegiatan Proyek


Kegiatan peningkatan literasi peserta didik dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 8 Mei 2023 – 30 Mei 2023
Waktu : 07.15 – 16.00 WITA (sesuai jam pelajaran biologi)
Tempat : Kelas XD, XE, XF, XG SMAN 7 Banjarmasin
C. Alat dan Bahan
1. Handphone/laptop
2. LCD
3. Proyektor
4. Alat tulis
5. Jaringan internet
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Proyek “Peningkatan Kemampuan Literasi Peserta Didik kelas X di SMAN 7
Banjarmasin” telah dirancang dan dilaksanakan oleh kelompok guna memenuhi tugas
mata kuliah Proyek Kepemimpinan II. Proyek dilaksanakan dengan subjek peserta didik
kelas X SMAN 7 Banjarmasin tahun pelajaran 2022/2023. Pelaksanaan proyek diawali
dengan pengurusan perijinan kepada pihak yang berwenang di sekolah. Kemudian
diadakan sosialisasi mengenai proyek literasi hingga pelaksanaan proyeknya. Kelompok
mahasiswa PPG juga melakukan pemantauan secara berkala guna mengumpulkan dan
merekap data hasil tes literasi peserta didik kelas X. Data hasil tes literasi peserta didik
diperoleh dari rekap data google form.
Tabel 4.1 Data Hasil Tes Literasi Peserta Didik Kelas X di SMAN 7 Banjarmasin

a. Kelas X D

Memiliki
Termasuk Perlu Intervensi
Kelas X D Kemampuan Jumlah
Cakap Khusus
Dasar

Literasi I 0 23 17 40

Literasi II 4 28 8 40

Literasi III 5 20 15 40

Literasi IV 7 23 10 40

b. Kelas X E

Memiliki
Termasuk Perlu Intervensi
Kelas X E Kemampuan Jumlah
Cakap Khusus
Dasar

Literasi I 9 16 15 40

Literasi II 10 23 7 40

Literasi III 10 22 8 40

Literasi IV 12 23 5 40
c. Kelas X F

Memiliki
Termasuk Perlu Intervensi
Kelas X F Kemampuan Jumlah
Cakap Khusus
Dasar

Literasi I 5 19 16 40

Literasi II 5 32 3 40

Literasi III 9 23 8 40

Literasi IV 10 26 4 40

d. Kelas X G

Memiliki
Termasuk Perlu Intervensi
Kelas X G Kemampuan Jumlah
Cakap Khusus
Dasar

Literasi I 12 14 14 40

Literasi II 11 25 4 40

Literasi III 12 20 8 40

Literasi IV 13 21 6 40

Gambar 4.1. Grafik Hasil Tes Literasi I Peserta Didik Kelas X di SMAN 7
Banjarmasin
Berdasarkan grafik hasil literasi I – IV di tiap kelas terdapat peningkatan jumlah peserta didik yang
termasuk ke dalam kategori cakap dan memiliki pemahaman dasar. Selain itu terdapat penurunan
jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori perlu intervensi khusus. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan literasi peserta didik kelas X SMAN 7 Banjarmasin tahun pelajaran 2022/2023
telah meningkat berdasarkan data hasil tes literasi yang telah dilaksanakan.

B. Pembahasan
Pada abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan
tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami informasi
secara analitis, kritis, dan kreatif. Akan tetapi, pembelajaran di sekolah saat ini belum mampu
sepenuhnya mewujudkan hal tersebut. Sehingga proyek literasi yang kami jalankan bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan literasi peserta didik agar menjadi literat. Adapun hal yang
mendukung terwujudnya tujuan tadi diantaranya yaitu lingkungan fisik sekolah (ketersediaan
fasilitas, sarana prasarana literasi) dan lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan
partisipasi aktif semua warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi di SMA.
Rekomendasi untuk memperbaiki (improvement) serta menjaga keberlanjutan dampak
positif PK-II pada kualitas pembelajaran di sekolah yaitu sekolah perlu mengembangkan
iklim literasi di sekolah. Lingkungan sosial dan afektif dalam iklim literasi sekolah, antara
lain mendorong sekolah untuk memberikan penghargaan terhadap prestasi non-akademik
peserta didik. Dalam hal ini, sekolah perlu memberikan penghargaan terhadap peserta didik
yang menunjukkan pencapaian baik dalam kegiatan literasi. Selain itu, sekolah dapat
menyelenggarakan kegiatan yang bersifat membangun suasana kolaboratif dan apresiatif
terhadap program literasi. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan lingkungan
sosial dan afektif adalah mengadakan seminar tentang literasi.
Berdasarkan data yang diberikan, terdapat empat kelas (Kelas X D) yang telah diuji
kemampuan literasi mereka dalam empat kategori yang berbeda, yaitu Literasi I, Literasi II,
Literasi III, dan Literasi IV. Setiap kategori literasi memiliki total 40 siswa yang diuji. Dalam
Literasi I, tidak ada siswa yang mencapai tingkat literasi yang memadai (0 dari 40 siswa). Hal
ini mengindikasikan adanya kebutuhan yang mendesak untuk memberikan intervensi khusus
kepada siswa dalam kelas tersebut. Dalam kategori Literasi II, terdapat 4 siswa yang
mencapai tingkat literasi yang memadai, sementara sisanya (36 siswa) memerlukan perhatian
dan bantuan tambahan dalam meningkatkan kemampuan literasi mereka. Dalam Literasi III,
terdapat 5 siswa yang mencapai tingkat literasi yang memadai, sementara 35 siswa lainnya
memerlukan perhatian lebih dalam mengembangkan kemampuan literasi mereka. Terakhir,
dalam kategori Literasi IV, terdapat 7 siswa yang mencapai tingkat literasi yang memadai,
sementara sisanya (33 siswa) memerlukan upaya tambahan untuk meningkatkan kemampuan
literasi mereka.
Secara keseluruhan, analisis data menunjukkan bahwa kelas X D memiliki tantangan
dalam mencapai tingkat literasi yang memadai. Meskipun terdapat beberapa siswa yang
mencapai tingkat literasi yang baik dalam beberapa kategori, mayoritas siswa memerlukan
intervensi khusus untuk mengembangkan kemampuan literasi mereka. Diperlukan langkah-
langkah konkret untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa, seperti program remedial,
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada keterampilan membaca dan menulis, serta
penggunaan metode pengajaran yang lebih interaktif dan terarah. Selain itu, peran penting
juga dimainkan oleh guru dan lembaga pendidikan untuk memberikan dukungan dan bantuan
yang diperlukan agar siswa dapat mencapai kemampuan literasi yang memadai.
Berdasarkan data yang diberikan untuk Kelas X E, terdapat empat kategori literasi
yang diuji, yaitu Literasi I, Literasi II, Literasi III, dan Literasi IV. Setiap kategori literasi
memiliki total 40 siswa yang mengikuti tes. Dalam Literasi I, sebanyak 9 siswa dari 40 siswa
mencapai tingkat literasi yang memadai. Meskipun jumlah ini lebih tinggi daripada dalam
Kelas X D, masih diperlukan perhatian terhadap siswa yang belum mencapai standar literasi
yang diharapkan. Dalam kategori Literasi II, terdapat 10 siswa yang mencapai tingkat literasi
yang memadai, dan sisanya (30 siswa) membutuhkan bantuan tambahan untuk
mengembangkan kemampuan literasi mereka. Dalam Literasi III, sebanyak 10 siswa juga
mencapai tingkat literasi yang memadai, sementara 30 siswa lainnya membutuhkan perhatian
lebih untuk meningkatkan kemampuan literasi. Terakhir, dalam kategori Literasi IV, terdapat
12 siswa yang mencapai tingkat literasi yang memadai, sementara sisanya (28 siswa)
memerlukan upaya lebih dalam mengembangkan kemampuan literasi mereka.
Secara keseluruhan, hasil analisis data menunjukkan bahwa meskipun ada beberapa
siswa yang mencapai tingkat literasi yang memadai dalam kategori tertentu, masih ada
sebagian besar siswa yang membutuhkan intervensi khusus dalam meningkatkan kemampuan
literasi mereka. Hal ini menandakan perlunya upaya tambahan dalam memberikan
pembelajaran dan dukungan yang sesuai kepada siswa. Program remedial dan pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada keterampilan membaca, menulis, dan pemahaman teks
menjadi langkah-langkah yang perlu diambil untuk membantu siswa mencapai kemampuan
literasi yang diharapkan. Dukungan dari guru dan lembaga pendidikan juga sangat penting
dalam memberikan sumber daya yang diperlukan dan memastikan bahwa siswa menerima
bantuan yang tepat guna.
Berdasarkan data yang diberikan untuk Kelas X F, terlihat bahwa terdapat empat
kategori literasi yang diuji, yaitu Literasi I, Literasi II, Literasi III, dan Literasi IV. Setiap
kategori literasi memiliki total 40 siswa yang mengikuti tes. Dalam Literasi I, terdapat 5
siswa dari 40 siswa yang mencapai tingkat literasi yang memadai. Meskipun jumlah ini relatif
rendah, terlihat ada perkembangan dibandingkan dengan kelas sebelumnya. Dalam Literasi
II, hanya terdapat 5 siswa yang mencapai tingkat literasi yang memadai, sementara sisanya
(35 siswa) membutuhkan perhatian dan bantuan tambahan untuk meningkatkan kemampuan
literasi mereka. Dalam Literasi III, terdapat 9 siswa yang mencapai tingkat literasi yang
memadai, namun mayoritas siswa (31 siswa) masih perlu upaya lebih lanjut untuk
mengembangkan kemampuan literasi mereka. Terakhir, dalam kategori Literasi IV, terdapat
10 siswa yang mencapai tingkat literasi yang memadai, tetapi masih ada 30 siswa lainnya
yang memerlukan intervensi khusus dalam meningkatkan kemampuan literasi
Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelas X F masih
menghadapi tantangan dalam mencapai tingkat literasi yang memadai. Meskipun ada
beberapa siswa yang menunjukkan kemajuan, mayoritas siswa masih perlu mendapatkan
bantuan dan dukungan khusus dalam mengembangkan keterampilan literasi. Perlu dilakukan
upaya yang lebih intensif dalam memberikan program remedial dan pengajaran yang
difokuskan pada keterampilan membaca, menulis, dan pemahaman teks. Serta pentingnya
peran guru dan lembaga pendidikan dalam memberikan dukungan yang diperlukan kepada
siswa untuk mencapai kemampuan literasi yang diharapkan.
Berdasarkan data yang diberikan untuk Kelas X G, terlihat bahwa terdapat empat
kategori literasi yang diuji, yaitu Literasi I, Literasi II, Literasi III, dan Literasi IV. Setiap
kategori literasi memiliki total 40 siswa yang mengikuti tes. Dalam Literasi I, terdapat 12
siswa dari 40 siswa yang mencapai tingkat literasi yang memadai. Hal ini menunjukkan
adanya perkembangan yang positif dibandingkan dengan kelas sebelumnya. Dalam Literasi
II, terdapat 11 siswa yang mencapai tingkat literasi yang memadai, meskipun masih ada 29
siswa lainnya yang membutuhkan bantuan tambahan dalam mengembangkan kemampuan
literasi. Dalam Literasi III, terdapat 12 siswa yang mencapai tingkat literasi yang memadai,
namun masih ada siswa-siswa lainnya (28 siswa) yang memerlukan intervensi khusus dalam
meningkatkan kemampuan literasi. Terakhir, dalam kategori Literasi IV, terdapat 13 siswa
yang mencapai tingkat literasi yang memadai, tetapi tetap diperlukan perhatian pada siswa-
siswa lainnya (27 siswa) untuk membantu mereka mencapai kemampuan literasi yang
diharapkan.
Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa meskipun ada sejumlah
siswa yang menunjukkan tingkat literasi yang memadai dalam beberapa kategori, masih ada
siswa lainnya yang memerlukan intervensi khusus dalam meningkatkan kemampuan literasi
mereka. Diperlukan upaya lebih lanjut untuk memberikan pembelajaran yang tepat dan
bantuan yang sesuai kepada siswa-siswa yang membutuhkannya. Program remedial,
pendekatan pembelajaran yang difokuskan pada keterampilan membaca, menulis, dan
pemahaman teks, serta penggunaan metode pengajaran yang interaktif dan terarah, dapat
membantu meningkatkan kemampuan literasi siswa. Guru dan lembaga pendidikan juga perlu
berperan aktif dalam memberikan dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan agar siswa
dapat mencapai tingkat literasi yang memadai.
Berdasarkan grafik hasil literasi I - IV di tiap kelas, terlihat adanya peningkatan
jumlah peserta didik yang termasuk dalam kategori cakap dan memiliki pemahaman dasar.
Grafik menunjukkan bahwa dalam setiap kategori literasi, terdapat peningkatan persentase
siswa yang mencapai tingkat literasi yang memadai.
Peningkatan jumlah peserta didik yang termasuk dalam kategori cakap dan memiliki
pemahaman dasar menunjukkan adanya kemajuan dalam kemampuan literasi siswa. Hal ini
dapat dianggap sebagai hasil positif dari upaya yang dilakukan dalam proyek literasi di
sekolah.
Selain itu, terlihat juga adanya penurunan jumlah peserta didik yang termasuk dalam
kategori perlu intervensi khusus. Ini menunjukkan bahwa sejumlah siswa telah menunjukkan
peningkatan kemampuan literasi mereka dan tidak lagi memerlukan intervensi khusus dalam
tingkat tertentu. Penurunan jumlah siswa yang perlu intervensi khusus menandakan
efektivitas upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan kemampuan literasi mereka.
Namun, meskipun terdapat peningkatan dan penurunan yang positif dalam kategori
literasi, masih ada sejumlah siswa yang perlu perhatian dan intervensi khusus dalam
mengembangkan kemampuan literasi mereka. Grafik menunjukkan bahwa masih ada
persentase siswa yang belum mencapai standar literasi yang diharapkan dalam setiap kategori
literasi.
Dalam hal ini, perlu dilakukan analisis lebih mendalam terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan literasi siswa yang belum mencapai tingkat yang memadai.
Kemudian, langkah-langkah khusus dapat diambil untuk memberikan intervensi dan bantuan
tambahan kepada siswa-siswa ini guna meningkatkan kemampuan literasi mereka.
Secara keseluruhan, grafik hasil literasi I - IV menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan literasi peserta didik kelas X SMAN 7 Banjarmasin tahun pelajaran 2022/2023.
Meskipun terdapat perbaikan dalam beberapa kategori literasi dan penurunan jumlah siswa
yang perlu intervensi khusus, masih diperlukan upaya lanjutan untuk mencapai tingkat literasi
yang memadai bagi seluruh siswa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan proyek yang telah dilaksanakan di sekolah mitra yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Literasi Peserta Didik Kelas X di SMAN 7 Banjarmasin”,
kesimpulan yang dapat kelompok kami ambil yaitu proyek berjalan dengan lancar sesuai
harapan. Adapun hasil dari proyek kami yaitu menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan literasi peserta didik kelas X SMAN 7 Banjarmasin tahun pelajaran
2022/2023. Peningkatan jumlah peserta didik yang termasuk dalam kategori cakap dan
memiliki pemahaman dasar menunjukkan adanya kemajuan dalam kemampuan literasi
siswa. Hal ini dapat dianggap sebagai hasil positif dari upaya yang dilakukan dalam
proyek literasi di sekolah. Namun, meskipun terdapat peningkatan dan penurunan yang
positif dalam kategori literasi, masih ada sejumlah siswa yang perlu perhatian dan
intervensi khusus dalam mengembangkan kemampuan literasi mereka.

B. Saran
Berdasarkan proyek yang telah dilaksanakan di sekolah mitra yang berjudul
Peningkatan Kemampuan Literasi Peserta Didik Kelas X di SMAN 7 Banjarmasin”, saran
dari kelompok kami yaitu dalam kerja sama harus saling tolong menolong satu sama lain
dan perlunya komunikasi yang baik antar anggota kelompok. Selain itu, kegiatan proyek
ini harus dilakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala agar bisa terus diperbaiki
mengenai kekurangan yang ada sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, A. (2017). Membudayakan literasi dengan program 6M di sekolah dasar. Jurnal


Pendidikan Sekolah Dasar, 3(1), 42-52.

Permanasari, A. (2022). Merdeka Belajar Dalam Konteks Pendidikan Sains. Jurnal


Pendidikan FMIPA UPI, hal 1-27

Ariyana, Y., & Bestary, R. (2018). Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hak.

Ernawati. (2016). Pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis open-ended


approach untuk mengembangkan HOTS siswa SMA. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika, 3(2), 209.

Fanani, M. Z. (2018). Strategi Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Dalam Kurikulum 2013. Edudeena, 2(1), 57–76.

Harsiati, T. (2018). Karakteristik soal literasi membaca pada program pisa. Jurnal Litera,
17(1), 90-106.

Harta, J., Rasuh, N. T., & Seriang, A. (2020). Using HOTS-Based Chemistry National Exam
Questions to Map the Analytical Abilities of Senior High School Students. Journal of
Science Leraning, 3(3), 143–148.

Huryah, F., Sumarmin, R., & Effendi, J. (2017). Analisis Capaian Literasi Sains Biologi
Siswa Sma Kelas X Sekota Padang. Jurnal Eksakta Pendidikan (Jep), 1(2), 72-79.

Ichsan, I. Z., Rahmayanti, H., Purwanto, A., & Sigit, D. V. (2020). COVID-19 Outbreak on
Environment : Profile of Islamic University Students in HOTS-AEP-COVID-19 and
PEB-COVID-19. Tadris: Jurnal Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah 5, 5(1), 167–178.

Ramdiah, S., Royani, M., Malang, U. M., & Kleij, D. (2019). Understanding , Planning , and
Implementation of HOTS by Senior High School Biology Teachers in Banjarmasin-
Indonesia. International Journal of Instruction, 12(1), 425–440.

Rohim, D. C. (2019). Strategi Penyusunan Soal Berbasis HOTs pada Pembelajaran


Matematika SD. Jurnal Riset Dan Konseptual, 4(4), 436-446.
LAMPIRAN
Dokumentasi

Lampiran 3
Format Laporan Projek Kepemimpinan II
Dalam Laporan PK-II, tiap kelompok harus mengkonsolidasikan semua hasil dan
proses yang telah dilakukan untuk menggambarkan proyeksi dan rekomendasi agar dampak
positif projek dapat berlangsung secara berkelanjutan dan tidak terbatas hanya dalam bagian-
bagian berikut:
1. Profil projek
Nama Projek Peningkatan Kemampuan Literasi Peserta Didik Kelas X di SMAN 7
Banjarmasin
Lokasi SMA Negeri 7 Banjarmasin
Waktu Pelaksanaan Februari-Mei 2023
Koordinator Candra Pratama

2. Alur/urutan kegiatan
A. Diagram alur/urutan kegiatan tahap demi tahap

Contoh:

B. Templat Eksekusi “work breakdown structure”


Deskripsi
Tahap Output Outcome Target Pencapaian/
Kemajuan
Mendapat izin
dan dukungan 1 minggu
Pengurusan ijin Izin ke sekolah Tercapai
dari semua
pihak
1) Bekerja sama
dengan kepala
Menghubungi para sekolah Menyepakati
Mitra Pelaksana dan 2) Bekerja sama program yang 1 minggu Tercapai
membuat Kontrak dengan wakil diajukan
kepala sekolah
bidang kesiswaan
3) Bekerja sama
dengan guru
Biologi
4) Bekerja sama
dengan Ketua
Kelas
1) Membuat
Google
Classroom
Mempersiapkan sebagai media
sumber-daya lainnya proyek
(misal: ruangan peningkatan Google
pelatihan, peralatan, kemampuan Classroom 1 minggu Tercapai
ruangan penyimpan literasi peserta selesai dibuat
sampah, papan tulis, didik kelas X
bahan-bahan, dll) 2) Membuat soal
evaluasi
3) Membuat rubrik
penilaian
1) Melakukan
validasi media
literasi, soal
evaluasi, dan
rubrik penilaian
kepada dosen
Melaksanakan pengampu dan Terlaksanana
2 minggu Tercapai
pelatihan guru biologi yang semua kegiatan
akan dimuat ke
dalam Google
Classroom
2) Pengecekan
kesiapan akses
internet peserta
didik
Sosialiasi kepada
Ketua kelas
untuk membantu
menyampaikan
hal yang perlu
dikerjakan
peserta didik
Mendapatkan
Melaksanakan
pendampingan
pendampingan Guru Biologi 8 minggu Tercapai
oleh guru
oleh Narasumber
Biologi
Menyesuaikan
Hasil setiap tahapan
Melakukan Seluruh tahapan dengan waktu
dapat terkontrol Tercapai
Pemantauan terpantau keseluruhan
dengan baik
tahapan
1) Mengolah hasil
dari soal evaluasi
1) Mendapat
yang telah
hasil
dikerjakan
Melakukan Evaluasi evaluasi
peserta didik
dan Perumusan 2) Mendapatka 1 minggu Tercapai
2) Melakukan
Pembelajaran n refleksi
rencana tindak
dan rencana
lanjut dari hasil
tindak lanjut
refleksi
pelaksanaan

3. Templat Eksekusi Perencanaan Waktu/alokasi Kegiatan


Pihak yang Deskripsi
Rencana Waktu
Nama Kegiatan Output bertanggung Pencapaian/
Pelaksanaan
jawab Kemajuan

Pengurusan ijin Izin ke sekolah 1 minggu Candra Pratama Tercapai

Menghubungi 1) Bekerja 1 minggu Dilaksanakan Tercapai


para Mitra sama dengan oleh seluruh
Pelaksana dan kepala anggota
membuat sekolah kelompok
Kontrak 2) Bekerja sama
dengan wakil
kepala
sekolah
bidang
kesiswaan
3) Bekerja sama
dengan guru
Biologi
4) Bekerja sama
dengan
Ketua Kelas
1) Membuat
Google
Classroom
Mempersiapkan
sebagai
sumber-daya
media
lainnya (misal:
proyek
ruangan
peningkatan Dilaksanakan
pelatihan,
kemampuan oleh seluruh
peralatan, 1 minggu Tercapai
literasi anggota
ruangan
peserta didik kelompok
penyimpan
kelas X
sampah, papan
2) Membuat
tulis, bahan-
soal evaluasi
bahan, dll)
5) Membuat
rubrik
penilaian
Melaksanakan 1) Melakukan Dilaksanakan
2 minggu Tercapai
pelatihan validasi oleh seluruh
media anggota
literasi, soal kelompok
evaluasi, dan
rubrik
penilaian
kepada
dosen
pengampu
dan guru
biologi yang
akan dimuat
ke dalam
Google
Classroom
2) Pengecekan
kesiapan
akses
internet
peserta didik
3) Sosialiasi
kepada
Ketua kelas
untuk
membantu
menyampaik
an hal yang
perlu
dikerjakan
peserta didik
Melaksanakan Dilaksanakan
pendampingan oleh seluruh
Guru Biologi 8 minggu Tercapai
oleh anggota
Narasumber kelompok
Hasil setiap Dilaksanakan
Menyesuaikan dengan
Melakukan tahapan dapat oleh seluruh
waktu keseluruhan Tercapai
Pemantauan terkontrol anggota
tahapan
dengan baik kelompok
1) Mengolah
hasil dari
soal evaluasi
yang telah
Melakukan dikerjakan Dilaksanakan
Evaluasi dan peserta didik oleh seluruh
1 minggu Tercapai
Perumusan 2) Melakukan anggota
Pembelajaran rencana kelompok
tindak lanjut
dari hasil
refleksi
pelaksanaan

4. Templat Realisasi Penggunaan Anggaran Kegiatan


Penanggung
Rencana Penanggung
Jawab Deskripsi
Nama Jumlah (waktu) Jawab
Verifikasi Realisasi
Kegiatan Anggaran meminta Laporan
Laporan anggaran
Anggaran Keuangan
Keuangan
Print surat dan
Rp. 50.000,-
lampiran Rencana
Kuota internet Rp. 100.000,- sumber dana
Konsumsi Rp. 100.000,- yaitu
tahap Candra mengajukan
Februari Rahmawati
persiapan Pratama proposal yang
Print Rp. 50.000,- ditujukan
instrumen kepada Dinas
validasi Pendidikan
Konsumsi Rp. 150.000,-
tahap
pelaksanaan
Konsumsi Rp. 150.000,-
tahap
pendampingan
Konsumsi Rp. 50.000,-
tahap evaluasi
Print laporan Rp. 150.000,-
Total 800.000

5. Templat Kualitas keberhasilan projek/kegiatan


Nama Standar kualitas yang Verifikasi/Bukti Deskripsi Pencapaian
kegiatan diharapkan kualitas (pencapaian) (dan proyeksi dampak)
Perijinan terlaksana Proses perizinan
Perijinan Tercapai
100% berjalan lancar
Persiapan terlaksana Proses persiapan
Persiapan Tercapai
100% berjalan lancar
Pelaksanaan terwujud Proses pelaksanaan
Pelaksanaan Tercapai
100% berjalan lancar
Proses evaluasi akhir
Evaluasi akhir Laporan terlaksana 90% Tercapai
berjalan lancar

6. Peran, Tugas, dan tanggung jawab anggota kelompok dan pemangku kepentingan
Deskripsi realisasi peran
Nama Peran/Tugas & Tanggung jawab dan/atau tantangan dalam
realisasinya
Memanajemen waktu dalam
pelaksanaan dari awal hingga
Ketua Pelaksana:
Candra Pratama akhir untuk memastikan tugas
1) Mengkoordinasikan
tim sesuai dengan
tanggungjawabnya.
Isra Melliyanti Kesekretariatan: Membuat proposal dan laporan
Putri 1) Membantu ketua pelaksana dalam pertanggungjawaban hasil
keperluan administrasi kegiatan kegiatan
2) Menyusun rencana kegiatan kerja
Maria
3) Membuat proposal kegiatan
Magdalena
4) Membuat laporan pertanggungjawaban
kegiatan
Bendahara:
1) Menyusun rencana anggaran
2) Melaksanakan administrasi keuangan
(mencatat pemasukan dan
pengeluaran) Pada saat kegiatan, rencana
Rahmawati 3) Mengkoordinasikan keadaan keuangan anggaran tidak sesuai dengan
kepada ketua pelaksana dan anggota pelaksanaan di lapangan
lain selama pelaksanaan kegiatan
4) Memfasilitasi kebutuhan pembiayaan
program kerja.
5) Membuat laporan keuangan
Hidayati Perlengkapan:
Norrizqa 1) Merencanakan peralatan dan
Amalia perlengkapan yang dibutuhkan.
Bertanggung jawab atas
Mardatillah 2) Mendata semua perlengkapan yang
penyediaan dan penyimpanan
dibutuhkan dan mengupayakan
perlengkapan kegiatan
Tiara pengadaannya.
Ayuningtyas 3) Bertanggung jawab atas penyimpanan
perlengkapan kegiatan

7. Rangkuman dan refleksi kelompok atas tantangan dan pencapaian projek


Hasil Evaluasi 1) Meningkatkan kemampuan literasi peserta didik
Manfaat projek 2) Meningkatkan profesionalisme guru melalui lingkungan yang kaya
literasi
3) Menambah jumlah peserta didik yang berprestasi melalui kegiatan
literasi
4) Mengimplementasikan prakarsa perubahan bagi sekolah sebagai
wujud pelaksanaan proyek
Pembelajaran yang 1) Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan sehingga berjalan
dapat diambil dari dengan lancar adalah fasilitas yang dimiliki peserta didik seperti
Projek ini smartphone, jaringan internet yang stabil, dan suasana kelas yang
kondusif. Serta bahan bacaan literasi mudah dimengerti, runtut dan
sistematis.
2) Meningkatnya kemampuan memahami bacaan.
3) Kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, kreatif, dan
inovatif menjadi terasah.
4) Peningkatan kemampuan literasi tidak dapat diperoleh secara
instans, tetapi perlu pembiasaan secara berkelanjutnya.
5) Kerjasama tim sangat diperlukan serta sosialisasi kepada semua
pihak yang terlibat merupakan modal utama agar tidak terjadi
kesalahan dalam pelaksanaan sebuah proyek
Rekomendasi untuk 1) Perlu menyediakan sarana dan prasarana pendukung literasi dan
memperbaiki menyelenggarakan kegiatan-kegiatan atau perayaan-perayaan yang
(improvement) serta bertemakan literasi.
menjaga 2) Perlu menyediakan tenaga terlatih pendamping literasi kerja sama
keberlanjutan dengan perpustakaan daerah, perguruan tinggi dan pihak-pihak
dampak positif PK-II lain.
pada kualitas 3) Dalam hal pembinaan dapat menerapkan program literasi di
pembelajaran anak di sekolah dengan baik dan juga dapat melakukan pengimbasan ke
sekolah/komunitas sekolah di sekitarnya
sasaran 4) Perlu juga mendukung sarana dan prasarana pendukung literasi
yang baik, serta senantiasa menyelenggarakan kegiatan/program
yang bertemakan literasi di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai