Anda di halaman 1dari 6

Nama ghora hanung himawan

Kelas pend ips 2019b

Nim 19041343062

Peran Guru untuk Masa Depan

Peran guru semakin penting dalam pendidikan masa depan – Profesi guru akan mengalami
peningkatan peran dalam pendidikan Indonesia di masa depan. Hal ini mengandung makna
bahwa peran dan keberadaan guru dalam pendidikan semakin dibutuhkan. Sementara itu
perkembangan dan kemajuan teknologi maupun produk teknologi, dipastikan tidak akan
dapat menggantikan keberadaan seorang guru secara utuh dalam dunia pendidikan.
Memang, banyak orang di luar sana yang memperkirakan profesi guru akan punah karena
tidak dibutuhkan lagi dalam dunia pendidikan di tengah kemajuan era teknologi. Guru
diprediksi tidak stabil dan efisien. Prediksi tersebut dalam satu unsur pendidikan, yaitu unsur
kecerdasan sebenarnya dapat diterima. Mengapa tidak? Unsur kecerdasan yang diperlukan
dalam proses pendidikan anak, boleh jadi dapat digantikan dengan kecerdasan buatan
melalui tenaga robot. Akan tetapi proses pendidikan bersifat unik jika dibandingkan profesi
lainnya. Profesi guru memiliki unsur penting yang tidak dimiliki oleh robot. Unsur-unsur dan
kebutuhan dunia pendidikan hanya dimiliki oleh guru sebagai manusia. Guru adalah
manusia dan siswa juga manusia, saling berinteraksi dalam proses belajar dan mengajar di
ruang kelas. Dalam interaksi ini dibutuhkan salah satu unsur yang tidak mungkin dimiliki oleh
benda mati lainnya, yaitu unsur manusiawi Unsur manusiawi inilah yang dimiliki oleh guru
dan akan mewarnai proses pendidikan dalam menciptakan generasi Indoesia hebat dan
berkarakter sesuai tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam Undang
Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN). Sudah menjadi
rahasia umum bahwa menjadi guru itu adalah tugas mulia sehingga mendapat predikat Guru
adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Tapi tahukah anda? Tidak mudah menjadi seorang guru
masa kini. Guru masa kini bukan hanya sebagai penyampai informasi saja, tetapi membantu
dalam pembentukan sikap siswa. Karena di era digital ini peserta didik akan mendapatkan
informasi dengan mudah dari mana saja. Tentu saja harus ada penyaringan, dan guru harus
dapat menyaring pengaruh pengaruh negatif yang ada di lingkungan maupun di dunia maya.
Guru harus bertansformasi dalam mengajar, yang biasanya belajar hanya satu arah menjadi
dua arah. Kenapa demikian? Karena harapannya peserta didik aktif dalam pembelajaran.
Ketika guru sudah menyampaikan materi pembelajaran, peserta didik mendapat
kesempatan untuk berkolaborasi, berdiskusi, bertanya hingga sampai membuat kesimpulan
sendiri. Guru harus mengaitkan materi pembelajaran dengan dengan kehidupan sehari hari;
agar siswa dapat menemukan nilai dan makna dan dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari hari. Misalnya, materi gotong royong dalam mata pelajaran PKn, peserta
didik harus mendapatkan contoh nyata dengan guru mengajak pendidik membersihkan
lingkungan sekolah dan memberi tugas untuk membuat kelompok piket kelas. Hal ini
bertujuan agar peserta didik menjadi terbiasa mengaplikasikan dan menjadi budaya yang
baik ketika nanti terjun ke masyarakat luas. Sebenarnya semuanya dimulai dari contoh atau
teladan guru sehingga peserta didik dapat mencontoh tanpa harus mengkritisi. Hal ini
relevan dengan konsep pendidikan Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara
pada tahun 3 Juli 1922; ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa dan Tut wuri
handayani yang artinya di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di
belakang memberi dorongan. Konsep pendidikan ini masih dipakai di dunia pendidikan
sampai saat ini.
guru masa depan adalah guru bertindak sebagai fasilitator; pelindung; pembimbing dan
punya figur yang baik (disiplin, loyal, bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan
visi, misi yang diinginkan sekolah); termotivasi menyediakan pengalaman belajar bermakna
untuk mengalami perubahan belajar berdasarkan keterampilan yang dimiliki siswa dengan
berfokus menjadikan kelas yang konduktif secara intelektual fisik dan sosial untuk belajar;
menguasai materi, kelas, dan teknologi; punya sikap berciri khas “The Habits for Highly
Effective People” dan “Quantum Teaching” serta pendekatan humanis terhadap siswa; Guru
menguasai komputer, bahasa, dan psikologi mengajar untuk diterapkan di kelas secara
proporsional. Diberlakukan skema rewards dan penegakan disiplin yang humanis terhadap
guru dan karyawan. Guru masa depan juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan
kemampuan para siswanya melalui pemahaman, keaktifan, pembelajaran sesuai kemajuan
zaman dengan mengembangkan keterampilan hidup agar siswa memiliki sikap kemandirian,
perilaku adaptif, koperatif, kompetitif dalam menghadapi tantangan, tuntutan kehidupan
sehari-hari. Secara efektif menunjukkan motivasi, percaya diri serta mampu mandiri dan
dapat bekerja sama. Selain itu guru masa depan juga dapat menumbuhkembangkan sikap,
disiplin, bertanggung jawab, memiliki etika moral, dan memiliki sikap kepedulian yang tinggi,
dan memupuk kemampuan otodidak anak didik, memberikan reward ataupun apresiasi
terhadap siswa agar mereka bangga akan sekolahnya dan terdidik juga untuk mau
menghargai orang lain baik pendapat maupun prestasinya. Kerendahan hati juga perlu
dipupuk agar tidak terlalu overmotivated sehingga menjadi congkak. Diberikan pelatihan
berpikir kritis dan strategi belajar dengan manajemen waktu yang sesuai serta pelatihan
cara mengendalikan emosi agar IQ, EQ dan ke dewasaan sosial siswa ber imbang. Selain
itu, guru masa depan juga harus memiliki keterampilan dasar pembelajaran, kualifikasi
keilmuannya juga optimal, performance di dalam kelas maupun luar kelas tidak diragukan.
Tentunya sebagai guru masa depan bangga dengan profesinya, dan akan tetap setia
menjunjung tinggi kode etik profesinya. Oleh sebab itu, untuk menjadi guru masa depan
diperlukan kualifikasi khusus, dan barangkali tidak akan terlepas dari relung hati dan
sanubarinya, bahwa mereka memilih profesi guru sebagai pilihan utama dan pertama.
Weternik memberikan dengan istilah rouping atau “pangilan hati nurani” Rouping inilah yang
merupakan dasar bagi seseorang guru untuk menyebutkan dirinya sebagai “GURU MASA
DEPAN”.
Guru di masa depan bukan lagi hanya bertindak sebagai penyampai pengetahuan
semata, namun lebih dari itu. Jadi, sosok guru harus mampu menciptakan siswa agar jadi
pelajar yang tangguh, berintegritas tinggi, santun, dan mampu beradaptasi dengan segala
perubahan. Kemudian, apa yang jadi tantangan guru di depannya? Guru harus bisa
memenuuhi kompetensi abad 21. Apa saja? Mampu berpikir kritis, komunikatif dengan para
pelaku pendidikan dengan berbagai perangkat media. Selain itu, mengikuti perkembangan
teknologi informasi, kreatif dalam menyiapkan materi ajar, dan turut berkolaborasi dalam
proses pembelajaran. sosok guru juga harus bisa jadi seorang pembelajar. Tidak boleh
berhenti belajar dan terus mengembangkan diri. Kemauan kuat untuk terus belajar dan
berkarya agar menghasilkan generasi pembelajar sepanjang hayat. Dengan demikian, dapat
memberi kontribusi yang terbaik bagi masyarakat di sekitar. Abad ke-21 adalah abad yang
sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan yang
luar biasa disegala bidang.pada abad ini, terutama bidang Information and Communication
Technology (ICT) yang serba canggih (sophisticated) membuat dunia ini semakin sempit,
karena kecanggihan teknologi ICT ini beragam informasi dari berbagai sudut dunia mampu
diakses dengan instant dan cepat oleh siapapun dan dari manapun, komunikasi antar
personal dapat dilakukan dengan mudah, murah kapan saja dan di mana saja. Perubahan-
perubahan tersebut semakin terasa, termasuk didalamnya pada dunia pendidikan. Guru
saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari era sebelumnya. Guru
menghadapi klien yang jauh lebih beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit,
standard proses pembelajaran dan juga tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang
lebih tinggi, untuk itu dibutuhkan guru yang mampu bersaing bukan lagi kepandaian tetapi
kreativitas dan kecerdasan bertindak (hard skills- soft skills). Guru berperan penting
untuk mencetak generasi penerus bangsa,” Dijelaskannya, majunya sebuah bangsa sangat
berpegang pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki, sehingga peran
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) terutama para guru memiliki peran yang sangat
penting. dalam mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas yang bisa membawa
sebagai orang yang berkecimpung di dunia pendidikan mari kita menghargai jasa para
pahlawan dengan cara tetap mengobarkan semangat juang dalam memberikan pelayanan
pendidikan yang berkualitas kepada siswaIndonesia menjadi negara maju siswa adalah
generasi penerus bagi bangsa Indonesia, karena di tangan merekalah nasib negara
dipertaruhkan. Sehingga meskipun di tengah pandemi covid-19 yang membuat lingkup
pergerakan terbatas..

guru untuk berperan memberikan pendidikan yang terbaik serta memanfaatkan momen
hari pahlawan untuk menginspirasi siswa untuk menumbuhkan sikap kepahlawanan dalam
dirinya. Masa depan pendidikan bangsa mesti di siapkan. memberikan petunjuk untuk
menyiapkan guru masa depan. Menariknya, masalah klasik yang kerap mendera para guru
disampaikan secara tersurat dalam pidato mendikbud. Guru penggerak hanya akan terjadi
jika ruang kreativitas dan kemandirian berpikir guru difasilitasi. Realitas yang terjadi malah
berkebalikan, kebijakan top down telah berhasil mengekang ruang gerak para guru. tentang
masalah fundamental guru di Indonesia, yaitu, pertama, guru berpikir imitatif dalam konteks
pengajaran dan pembelajaran. Kedua, guru berpikir prosedural-administratif dalam konteks
pengembangan kapasitas profesional, dan ketiga, guru saling terisolasi satu dengan yang
lainnya dalam konteks pencapaian tujuan pendidikan nasional. Pada situasi ada guru yang
hidupnya tak berkecukupan, kemandirian dan kreativitas guru terpasung, gerak guru yang
tak serentak pada satu tujuan yang sama, mungkinkah gerakan guru seperti ini mampu
membuat Indonesia maju? Pada dimensi kelaluan, pemerintah harus belajar dari kesilapan
membuat guru tak mandiri dalam berpikir dan bersikap. Pada dimensi kekinian, pemerintah
harus merubah haluan agar lebih banyak memberikan kesempatan kepada guru untuk
berpikir, merancang sesuatu, bereksperimen, dan menata diri mereka menjadi sosok guru
masa depan. Pemerintah tak bisa secara sepihak ‘memaksa’ guru harus berubah.
Pemerintah juga harus memulai perubahan .”besok, di mana pun Anda berada, lakukan
perubahan kecil di kelas Anda,” begitu pesan mendikbud. Jangan lagi ada kebijakanyang
bersifat intruksi dari pemerintah kepada guru. Ajak guru berdialog dan libatkan guru dalam
menyelesaikan permasalahan pendidikan nasional yang rumit dan kompleks. evolusi damai
ruang kelas. Perubahan dapat di mulai secara senyap dan damai di ruang-ruang kelas.
Pembelajaran mengalami transformasi dari cara konvesional( guru ceramah, murid
mendengarkan) menuju pembelajaran kolaboratif. Guru dan siswa berperan sebagai subjek
perubahan. Tugas pemerintah, yakni memastikan faktor-faktor kritis terjadinya perubahan
dapat terpenuhi. Muaranya, perubahan pendidikan dapat berjalan dengan baik dan tak
menimbulkan kegaduhan di ruang publik. Revolusi damai ruang kelas dalam model
pembelajaran dapat mengakomondasi tantangan masa depan. Sebuah gagasan perubahan
yang lahir dari transformasi menuju masyarakat yang berbasis ilmu pengetahuan.
Kebutuhan akan ‘sekolah masa depan’ mensyarakatkan terwujudnya pembentukan
kemampuan pemanfaatkan pengetahuan dan pengolahan informasi melalui pembelajaran
kreatif dan eksploratif, serta kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah. Hal ini
hanya akan terjadi di tangan guru-guru masa depan. Guru yang merancang cita-cita masa
depan dan terlibat secara intens dalam perjuangan mewujudkan cita-cita tersebut.
Perubahan tidak dapat di mulai dari atas. Semuanya berawal dan berakhir dari guru. Kiranya
melakukan revolusi damai ruang kelas menjadi pilihan kebijakan paling tepat untuk
menempatkan guru sebagai agen perubahan. Berikan kemerdekaan dan kepercayaan tanpa
syarat kepada para guru untuk belajar dan merancang masa depan para siswanya. Karena
merekalah yang paling memahami kebutuhan masa depan para siswanya. Guru yang
memulai, guru pula yang mengakhiri. Ciri karakteristik guru masa depan, mereka akan terus
bergerak agar (pendidikan) Indonesia makin maju. Guru penggerak, Indonesia maju. Negara
maju tentunya tidak terlepas dari dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu
negara, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dapat memajukan
dan mengharumkan negaranya. Sebenarnya, tidak ada perbedaan antara sumber daya
manusia antara negara maju dan negara berkembang, yang berbeda hanyalah cara
mendidik sumber daya manusia itu sendiri. Hal ini tentunya tidak telepas dari peran seorang
guru. Hal yang terpenting namun sering terlupakan dari seorang guru dalam mendidik
siswanya adalah kejujuran. Bohong adalah bibit korupsi, dan menyontek adalah perilaku
korupsi kecil. Apakah seorang guru yang membiarkan siswanya menyontek telah mendidik
siswanya berperilaku jujur? Lihatlah, banyak siswa yang menyontek demi nilai dan tugas
terpenuhi tanpa mengerti apa yang mereka kerjakan. Tidak sedikit pula para siswa
mengikuti tambahan pada guru mata pelajaran tertentu demi mendapatkan nilai bagus.
Banyak guru yang tidak menerangkan, meremehkan siswanya, membiarkan siswanya tidak
bisa, mengajarkan siswanya bahwa nilai dapat dibeli dengan uang, dan perilaku yang sering
terjadi pada saat siswanya menghadapi UN, yaitu tidak percaya akan kemampuan
siswanya.
Nilai adalah sesuatu yang kita peroleh dari perilaku atau usaha kita. Namun, nilai perilaku
jarang diperhitungkan. Apakah perilaku pada nilai rapor diberikan sebagaimana mestinya?
Rasanya nilai perilaku hanya formalitas terpenuhinya nilai rapor dengan mencantumkan
huruf A, B, atau C. Lain halnya dengan nilai mata pelajaran. Apakah kita pernah mendengar
syarat mendapat beasiswa adalah nilai kerapihan, kejujuran, kedisiplinan, kerajinan minimal
B? Kita lebih sering mendengar, untuk syarat mendapatkan beasiswa minimal nilai
marematika, akutansi, geografi, fisika atau nilai eksak lainnya rata-rata 75. Dengan giat,
setiap siswa pun akan mengejar angka diatas 75. Bagaimana jika seorang siswa tersebut
dihadapkan dengan guru yang pelit? Siswa tersebut akan berjuang mendapatkan nilai diatas
75 dengan menghalalkan segala cara. Banyak siswa yang berpikir, “Belajar sampai malam
belum tentu nilainya bagus, kalau open book, pasti jawabannya bagus dan peluang
mendapat nilai bagus pun terbuka lebar.” Pernahkah kita membayangkan seorang guru
memberikan nilai lebih dari nilai KKM baik untuk siswa yang diremedial ataupun yang tidak?
Mungkin semua siswa tidak akan menghalalkan segala cara. Jika kita membuka kamus
bahasa Inggris atau bahasa Indonesia dan mencari arti kata remedial, remedial berarti
perbaikan. Mari kita artikan sendiri apa yang dimaksud dengan perbaikan. Banyak siswa
yang dipusingkan dengan pengertian remedial yang sebenarnya, dan tidak sedikit pula para
guru yang salah mengartikan arti remedial yang sebenarnya. Misalnya, kita remedial mata
pelajaran A. Guru mata pelajaran A menyuruh siswa yang mengikuti remedial membeli
barang. Apakah barang tersebut ada kaitannya dengan mata pelajaran A? Walaupun ada,
akan lebih baik apabila remedial tersebut berbentuk soal. Bukannya pemerintah
menyediakan anggaran untuk penunjang pembelajaran? Uang bisa dicari, barang bisa
dibeli, tapi ilmu tidak bisa dibeli. Ilmu mudah didapat tapi sulit dimengerti. Apakah nilai yang
kita inginkan dapat dibeli dengan uang? Tak heran jika sekarang banyak para pejabat yang
korupsi dan melakukan money politic demi mendapatkan jabatan karena dari dulu mereka
diajarkan bahwa semuanya dapat dibeli dengan uang.
Seorang guru berhak memberikan nilai pada siswanya dan memberi tahu kriteria
penilaiannya. Tapi apakah seoarang guru pernah mengajarkan bagaimana seorang siswa
harus berjuang demi mendapat nilai darinya? Mungkin ada sebagian guru yang
mengajarkan itu semua, tapi seorang siswa juga memperhitungkan kebiasaan guru tersebut.
Jika guru itu malas membaca tugas para siswa dan hanya membubuhkan tanda tangan
sebagai pengahargaan bagi usaha siswa mengerjakan tugas, para siswa juga cenderung
mengerjakan tugas dengan asal-asalan dan menyalinnya dari internet atau temannya tanpa
mereka mengerti apa yang mereka salin. Sebenarnya apa tujuan guru memberi tugas
tersebut? Untuk nilai atau agar siswanya mengerti materi yang ditugaskan? Kebanyakan
para siswa akan memilih pekerjaan instan, yaitu menyalin. Apa bedanya tanda tangan yang
diberikan guru untuk tugas seorang siswa yang menyalin tugasnya dari teman dengan
hasilnya sendiri? Apa istimewanya tanda tangan yang diberikan guru untuk tugas yang
dikerjakan asal-asalan dengan tugas yang dikerjakan sungguh-sungguh hingga mereka
mengerti? Tidak sedikit guru yang salah mengartikan apa itu KTSP. Apakah dalam KTSP
seorang guru hanya memberi tugas dan nilai saja? Ataukah dalam KTSP, seorang siswa
dituntut untuk bertanya apa yang tidak dimengerti dan guru tersebut akan menjelaskannya
untuk siswa yang bertanya saja? Banyak siswa yang dibiarkan tidak bisa karena ia malu
bertanya pada gurunya. Banyak guru yang menganggap siswa yang tidak bertanya sudah
bisa. Tak sedikit pula guru yang membiarkan siswanya berperilaku seenaknya saat guru
berada di kelas. Jangan salahkan siswa sepenuhnya apabila saat ulangan terjadi
kecurangan karena siswa tak tahu apa yang harus mereka isi saat lembaran soal dibagikan.
Bukankah guru itu sendiri yang membiarkan siswa tersebut tidak bisa dan para siswa
menganggap guru itu selalu perhatian pada penanya dan menerangkan untuk penanya?
Tak heran apabila banyak anggota DPR yang tertidur saat pemimpinnya sedang berbicara
karena dari dulu mereka diajarkan bahwa orang yang berbicara itu bukan untuk dirinya,
tetapi untuk orang yang mengajukan pertanyaan pada pemimpin tersebut. Selain manusia
terlahir dengan potensinya masing-masing, setiap manusia juga terlahir dengan
kekurangannya masing-masing. Tidak ada yang salah dengan kekurangan yang dimiliki
orang lain, yang salah adalah saat kita tak pernah berusaha melengkapi kekurangan orang
lain tersebut. Kekurangan ada bukan untuk kita remehkan, tetapi kekurangan ada untuk kita
lengkapi. Bisa saja seorang siswa kurang dalam pelajaran bahasa Inggris, tapi apakah
sudah dapat dipastikan bahwa siswa tersebut juga kurang dalam pelajaran bahasa
Indonesia? Salah besar jika seorang guru menganggap anak didiknya bodoh hingga beliau
melontarkan pertanyaan, “Selama SD, SMP, kalian ini belajar apa saja? Masa menghadapi
soal begini saja tidak bisa?” Harusnya beliau bertanya pada dirinya sendiri, “Sudah berapa
lama saya menjadi guru, dan sudah berapa kali saya menghadapi murid seperti ini?”
Guru yang baik akan menghargai kekurangan dan kelebihan siswanya. Dan guru
yang mendukung siswanya adalah guru yang percaya akan kemampuan siswanya. Guru
yang membocorkan soal ulangan atau mengerjakan soal UN lalu menyebarluaskan kunci
jawabannya kepada siswanya, berarti guru tersebut tidak percaya dengan kemampuan
siswanya dan kemampuan dirinya dalam mengajar. Seharusnya guru percaya pada
siswanya bahwa mereka bisa dan pasti bisa. Dengan membocorkan kunci jawaban atau
membocorkan soal, sama saja dengan membuat para siswa berpikir betapa sulitnya soal
UN hingga para guru turun tangan dan para guru mengajarkan siswanya untuk tidak jujur.
Memang dibalik kesulitan itu pasti akan ada kemudahan. Tapi mendapatkan kunci jawaban
bukanlah kemudahan yang dimaksud. Itu semua mengajarkan kita untuk berbuat tidak jujur
dan tidak percaya dengan kemampuan kita sendiri dan menyia-nyiakan alat indra yang
Tuhan kasih kepada kita.
Kejujuran memang pahit, tapi akan indah di akhir. Kejujuran memang datang dari diri
sendiri dan untuk diri sendiri pula, tapi tidak ada salahnya mencontohkan kejujuran untuk
orang lain dan mendidiknya untuk berperilaku jujur. Betapa indahnya negara ini berkembang
dengan kejujuran. Tidak ada korupsi dan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dapat berarti
sesuai dengan arti yang sebenarnya. Tidak ada yang salah dengan kondisi bangsa ini
karena semenjak bersekolah kita mencontohkan perilaku yang tidak jujur dan dididik untuk
tidak jujur. Lihatlah, ilmu yang kita cari tidak bisa mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Uang
yang kita pakai untuk memperoleh nilai ini tidak dapat mengantarkan bangsa ini menjadi
bangsa yang maju. Dan nilai yang kita peroleh tak pernah bisa menggeser negara maju
nomor 1 di dunia, tetapi nilai yang kita peroleh telah mengantarkan bangsa ini menjadi
negara korupsi peringkat ke 4 di dunia. Walaupun kejujuran tak pernah bisa menggeser
negera maju nomor 1 di dunia dan mengantarkan negara ini menjadi negara maju, tetapi
setidaknya kejujuran dapat membuat bangsa ini menjadi bangsa yang makmur dan
sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai