Anda di halaman 1dari 6

TUGAS CASE METHOD

PROFESI KEPENDIDIKAN

Nama : MIFTAHUL AISYIYAH BAKTI (1223111182)


AYU FADHILAH YUNANDA (1223311031

SHANAZ MAYLA NISSA (1223311030)

GABRIEL CHRISTOPER SIMANJUNTAK (1223311164)

MUHAMMAD FADLY SYAHPUTRA (1203311010)

Kelas : I PGSD 2022

KASUS:

Era Revolusi Industri 4.0 merupakan era yang menuntut perubahan secara cepat. Era ini
ditandai dengan teknologi informasi yang semakin mudah terakses hingga ke seluruh
pelosok. Di satu sisi, informasi yang sangat melimpah ini menyediakan manfaat yang sangat
besar dalam dunia pendidikan terkait dengan penyiapan sumber daya manusia Indonesia yang
handal. Namun di sisi lain, kemudahan akses informasi tersebut juga seolah mengecilkan
peran guru dalam hal transfer pengetahuan. Guru tidak mungkin mampu bersaing dengan
internet dalam hal melaksanakan pekerjaan hapalan, hitungan, hingga pencarian sumber
informasi. Internet menyediakan jawaban hampir untuk segala pertanyaan. Belum lagi adanya
platform pembelajaran online yang menyediakan video-video interaktif yang bisa diakses
kapan saja, membuat peserta didik terkesan bisa belajar tanpa guru.
Menurut Anda, apakah suatu saat nanti peran guru akan sepenuhnya tergantikan oleh
teknologi? Sebagai seorang calon pendidik, upaya apa yang bisa Anda lakukan agar kelak
saat menjadi guru. Anda tetap menjadi sumber belajar utama bagi seorang peserta didik?

ALTERNATIF SOLUSI:

Peran guru tak bakal tergantikan oleh mesin secanggih apa pun. Sebab, guru diperlukan
untuk membentuk karakter anak bangsa dengan budi pekerti, toleransi, dan nilai kebaikan.
Para guru juga mampu menumbuhkan empati sosial, membangun imajinasi dan kreativitas,
serta mengokohkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Namun, guru wajib beradaptasi
dalam ekosistem baru ini dan mendefinisikan ulang perannya.Hal itu disampaikan pakar
teknologi Richardus Eko Indrajit dalam seminar nasional Meneropong Peran Guru dan Dosen
serta Karakteristik Satuan Pendidikan di Masa Depan, di Gedung Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI)."Teknologi tidak akan bisa menggantikan guru, tapi guru yang tidak
menggunakan teknologi akan tergantikan. Karena itu, guru harus senantiasa belajar sepanjang
hayatnya karena jika seorang guru berhenti belajar, dia sejatinya sudah berhenti menjadi
guru," tegasnya.Dengan demikian di era revolusi industri 4.0 ini jika guru hanya sebatas
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa di kelas maka peran guru dapat tergantikan oleh
teknologi namun peran guru tak akan dapat tergantikan oleh teknologi secanggih apapun
dalam mendidik karakter, moral, dan memberikan keteladanan kepada siswa.

Guru dituntut untuk mengubah cara pandang pendidikan baik metode pembelajaran
maupun konsep pendidikan sesuai dengan tuntutan era Revolusi Industri 4.0. Guru dituntut
memiliki kompetensi tinggi untuk menghasilkan peserta didik yang mampu menjawab
tantangan Revolusi Industri 4.0. Qusthalani menyebutkan lima kompetensi yang harus
dimiliki oleh Guru pada era Revolusi Industri 4.0 ini yaitu:

1. educational competence, kompetensi mendidik/pembelajaran berbasis internet of


thing sebagai basic skill.
2. competence for technological commercialization, punya kompetensi untuk mendidik
siswa memiliki sikap kewirausahaan (entrepreneurship) berbasis teknologi dan hasil
karya inovasi siswa
3. competence in globalization, dunia tanpa sekat, tidak gagap terhadap berbagai
budaya, kompetensi hybrid dan keunggulan memecahkan masalah (problem solver
competence).
4. competence in future strategies, dunia mudah berubah dan berjalan cepat sehingga
punya kompetensi memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di masa depan
berikut strateginya.
5. counselor competence. Mengingat ke depan masalah anak bukanpada kesulitan
memahami materi ajar, tetapi lebih terkait masalah psikologis, stress akibat tekanan
keadaan yang makin kompleks dan berat, dibutuhkan guru yang mampu berperan
sebagai konselor/psikolog.

Guru harus memiliki kompetensi yang kuat, memiliki softskil yaitu berpikir kritis, kreatif,
komunikatif dan kolaboratif. Peran guru sebagai teladan karakter, menebar passion dan
inspiratif. Inilah peran yang tak akan dapat digantikan oleh teknologi.Guru harus mampu
membangun atmosphere yang dapat memenuhi kebutuhan psikologis peserta didik, yang
meliputi: needs for competence, setiap peserta didik butuh merasa bisa, artinya interaksi
dalam pembelajaran mampu membuat peserta didik merasa bisa. Hal ini dapat dilakukan
dengan jalan memberikan penghargaan atas hasil belajar peserta didik. Needs for Autonomy,
setiap peserta didik butuh merasa ‘otonom’ dengan mendapat kebebasan dan kepercayaan
karena setiap pembelajar yang otonom tidak akan bergantung pada guru dalam belajar. Needs
for relatedness, setiap peserta didik membutuhkan merasa dirinya bagian dari suatu
kelompok, dan berinteraksi dalam kelompok. Jadi proses pembelajaran harus mampu
memupuk interaksi kolegialitas dan saling support. Sustainable learning, agar peserta didik
mampu melewati era disrupsi, dan memasuki era baru yang disebut Abundant Era, yaitu
serba melimpahnya informasi, media dan sumber belajar.

Untuk mencapai ketrampilan abad 21, trend pembelajaran dan best practicejuga harus
disesuaikan, salah satunya adalah melalui pembelajaran terpadu atau blended learning.
Blended learning adalah cara mengintegrasikan penggunaan teknologi dalam pembelajaran
yang memungkinkan pembelajaran yang sesuai bagi masing-masing siswa dalam kelas.
Blended learning memungkinkan terjadinya refleksi terhadap pembelajaran (wibawa, 2018).
Guru harus mampu beradaptasi dalam revolusi teknologi saat ini. Para pengajar perlu makin
inovatif dan kreatif dalam membuat desain pembelajaran yang lebih efektif. Misalnya,
merangsang nalar siswa untuk lebih kritis dalam menghadapi pelajaran. Itu bisa dilakukan
dengan membuat materi dan soal pelajaran yang informasinya tidak bisa didapat di
internet."Buat soal yang sulit, jangan buat soal yang jawabannya mudah dicari di internet.
Misalnya, minta anak-anak pilih lima pahlawan nasional lalu tanyakan ke mereka mana dari
pahlawan itu yang paling merepotkan Belanda.

Membangun kesiapan guru dibutuhkan pertama-tama dengan membangun pola pikir


baru yang sesuai untuk beradaptasi. guru harus memiliki kestabilan emosi, dan peka terhadap
perkembangan inovasi pendidikan, teknologi, dan bertanggungjawab serta memiliki akhlakul
karimah. Dengan demikian menunjukkan bahwa peran guru dalam proses belajar mengajar
tidak sepenuhnya dapat digantikan oleh teknologi. Peran guru dalam pendidikan 4.0 mampu
membentuk karakteristik siswa yang kreatif, inovatif, dan kritis. Sebagai tambahan guru
harus memiliki kemampuan untuk menggunakan contoh-contoh nyata yang berkaitan dengan
kehidupan siswa dan menghubungkannya dengan mata pelajaran yang diajarkan. Guru harus
tanggap untuk tidak membuat siswanya merasa bosan dengan hanya menyampaikan materi
pelajaran secara searah. Menurut Sudiarta (2007), guru harus mampu meningkatkan
kreativitas tentang bagaimana siswa mengonstruksi pengetahuan, misalnya bagaimana
menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri
dari berbagai sumber pembelajaran, yang memungkinkan siswa membangun kompetensi
mereka secara utuh.

Oleh karena itu, guru di era revolusi industri 4.0 harus mampu mencetak siswa yang
berkarakter dengan bekal pendidikan karakter tersebut siswa mampu menyikapi teknologi
yang semakin maju ini. Dengan demikian peran guru tak tergantikan, karena teknologi tidak
akan bisa menjadi fasilitator, motivator, inspirator, mentor, pengembang imajinasi,
kreativitas, nilai-nilai karakter, serta team work, dan empati sosial. Teknologi juga tidak
dapat menggantikan peran guru sebagai pembentuk karakter peserta didik. Namun guru
diharapkan untuk terus mengembangkan kompetensinya sehingga masalah terkait dengan
mutu pendidikan di Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan negara lain bisa segera
kita selesaikan.

Menurut pendapat kelompok kami, guru perlu meningkatkan profesionalisme terkait


mental, komitmen dan kualitas agar memiliki kompetensi sesuai dengan perkembangan
Revolusi Industri 4.0 karena revolusi industry 4.0 menuntut guru mampu memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi yang super cepat untuk meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar dan mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul
DAFTAR PUSTAKA

Suprayitno, Adi. 2020. ‘’ Menyusun PTK ERA 4.0’’ Sleman : Deepublish

Rubiyatno. Dkk. 2019. ‘’ Peran Akademis di Era Revolusi Industry4.0 dan society 5.0
dalam mengembangkan IPTEKS (PROSIDING)’’. Jateng : CV. Harian Jteng Network

Syamsuar & reflianto. 2019. ‘’Pendidikan dan tantangan pembelajaran berbasis


teknologi informasi di Era Revolusi Industri 4.0’’ Universitas Negeri Malang.

Nita, Rabiatul. 2021 ‘’Peran Guru di ERA 4.0 Dalam Pendidikan’’. Jurnal : Seri
Publikasi Pembelajaran. Vol 1(1)

Utomo, Susilo setyo. 2019 ‘’Guru Di ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0’’ jurnal :
Universitas Negeri Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai