Rubrik Pendidikan Kumparan , edisi 12 Februari 2020
Pendidikan Berbasis Budaya, Menciptakan Generasi Muda yang Berkarakter.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Membaca dari tujuan Pendidikan Nasional tersebut, maka sudah seharusnya setiap elemen pendidikan menyiapkan instrument pendidikan yang siap untuk mencetak peserta didik menjadi manusia yang berkarakter. Sinergitas dan kerja sama dari setiap perangkat pendidikan diperlukan dalam rangka mencapai tujuan ini. Perangkat-perangkat pembelajaran seperti silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) hendaknya memuat perencanaan yang mengarahkan proses pembelajaran menjadi pembelajaran yang berbasis karakter. Karakter yang dimaksud dalam proses ini adalah suatu bentuk sikap mulia dari peserta didik yang dihasilkan dari proses pembelajaran itu sendiri. Menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi para pendidik untuk membentuk karakter para peserta didik di era milenial saat ini, pasalnya mulai terjadi pergeseran trend dan gaya hidup yang mempengaruhi kepribadian para peserta didik yang mayoritas adalah anak-anak dan remaja. Teknologi yang mengalami kemajuan sangat pesat menjadi salah satu factor yang mempengaruhi pergeseran trend masa kini, jika kita lihat kondisi anak-anak dan remaja saat ini dimana mereka lebih asik dengan gawainya dibanding berinteraksi dengan lingkungannya, kondisi ini sangat kontras dengan keadaan sepuluh tahun yang lalu, dimana masa anak-anak dan remaja banyak dihabiskan dengan bermain dengan sesama dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Melihat kondisi yang seperti ini tentu para pendidik harus menemukan strategi yang tepat dalam menyampaikan pembelajaran di kelas. Hendaknya pembelajaran di kelas harus menyenangkan dan tidak membuat peserta didik bosan, lalu pembelajaran seperti apa yang menyenangkan dan tidak membosankan?. Guru dapat mengembangkan profesionalitasnya dalam mendidik. Penyampaian pembelajaran dengan metode pembelajaran yang variatif menjadi salah satu cara mengatasi kebosanan siswa dalam belajar. Hal ini dapat didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang berkualitas. Misalnya, guru dapat menyajikan materi pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Selain itu dengan berbagai metode-metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif membuat para siswa tidak jenuh terhadap materi dan lebih berkembang. Memang, menjadi guru sebaiknya up to date dengan perkembangan zaman. Menjadi guru yang memiliki kemampuan teknologi baik akan membantu proses pembelajaran siswa. Dengan suasana tersebut, diharapkan dapat mengubah suasana kebosanan dalam belajar menjadi senang, lebih bergairah, dan termotivasi. Dengan demikian, prestasi siswa sangat berpotensi mengalami kenaikan. Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan menjadi salah satu alternatif bagi guru untuk meningkatkan kualitasnya dalam mendidik peserta didik. Untuk itu, guru harus mengetahui hakikat belajar dan pembelajaran yang baik. Keberhasilan proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh pemahaman guru terhadap hakikat tersebut. Selain dapat meningkatkan semangat belajar, pembelajaran yang menarik dan menyenangkan juga memicu seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dalam menyampaikan materi pelajaran. Disinilah tingkat kekreativan dan keterampilan mendidik siswa akan terlihat, sehingga guru harus pandai memutar otak.Harapannya, dengan terciptanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, akan tercapai pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Melalui teknologi tersebut pendidik juga bisa memasukan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, sebagai bagian dari pengontrol peserta didik dalam memanfaatkan teknologi baik di sekolah maupun dirumah. Ada lima nilai karakter yang dapat ditanamkan pada peserta didik sebagai upaya untuk mengontrol pemanfaatan teknologi yang berlebihan, diantaranya: 1. Kreatif Untuk menanamkan sikap kreatif guru dapat memadukan pembelajaran dengan interaksi kepada peserta didik, upaya yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan karakter kreatif pada siswa diantaranya, pemberian reward dan punishmen, memberikan motivasi yang membangun, dan memberikan referensi satu tokoh yang dapat diidolakan karena prestasinya. 2. Peduli Terhadap Lingkungan Proses pembelajaran yang dilaksanakan tidak serta merta harus di dalam kelas, pendidik dapat melakukan variasi pembelajaran dengan pembelajaran berbasis lingkungan. Pendidik dapat mengajak peserta didik untuk belajar di luar sekolah, mengadakan jalan - jalan keliling kampung, kunjungan edukasi, dan membuat program bakti sosial bersama masyarakat. Melalui kegiatan ini peserta didik akan langsung berinteraksi dengan komponen sosial, seperti masyarakat dan lingkungan. Secara otomatis peserta didik akan terstimulus bahwa berkegiatan di masyarakat itu menyenangkan. 3. Rasa Tanggung Jawab Rasa tanggung jawab pada peserta didik dapat ditumbuhkan dengan memberikan amanah baik dalam bentuk penugasan maupun amanah dalam kepengurusan kelas. Amanah yang diberikan hendaknya sesuai dengan kemampuan peserta didik dan tidak membebani apalagi menghambat proses belajar peserta didik. 4. Cinta Tanah Air Sikap cinta tanah air sejatinya sikap yang wajib ditanamkan sejak dini bagi peserta didik, menanamkan rasa cinta tanah air dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya mengajak peserta didik mengunjungi museum, memberikan tontonan tentang sejarah kerajaan di nusantara maupun sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menceritakan kisah kepahlawanan para tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Selain itu mengenalkan kekayaan budaya Indonesia juga dapat menumbuhkan kecintaan peserta didik kepada Indonesia, mengadakan kegiatan kebudayaan serta melatih peserta didik untuk berkesenian tradisional Indonesia. 5. Religius Negara Indonesia merupakan Negara majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, budaya dan agama. Ada enam agama yang diakui di Indonesia yaitu: Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Semua agama pastinya mengajarkan untuk memanfaatkan waktu dan teknologi sebaik mungkin, maka dalam hal ini agama juga memiliki peran sebagai pengontrol peserta didik agar lebih bijak memanfaatkan waktu dan teknologi. Menyibukan diri dengan kegiatan keagamaan akan menjadikan peserta didik lebih peka kepada sang Pencipta dan ciptaan Nya (dalam hal ini manusia dan lingkungan). `Kolaborasi penerapan teknologi dan nilai karakter pada proses pembelajaran akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan peserta didik juga tidak cepat bosan, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Selain itu nilai karakter yang ditanamkan juga akan berperan sebagai pengontrol peserta didik dalam mengikuti perkembangan teknologi dan Globalisasi.