Anda di halaman 1dari 7

Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Diera Digital

Doni Aditya Permana


Pendahuluan
Perkembangan dierea digital dalam bidang teknologi dan komunikasi. Terjadi
perubahan dalam dunia pembelajaran dan pendidikan dengan terjadinya
perubahan itu akan mempercepat dan mempermudah untuk guru dan
siswa/mahasiswa dalam berkomunikasi dan memberikan pembelajaran pada
siswa/mahasiswa. Perkembangan ilmu pengetahuan menciptakan aneka media
yang dapat berfungsi untuk mengembangkan pendidikan dan pembelajaran dan
dengan adanya multi media, terutama internet, maka pembelajaran bias
berlangsung dengan jangkauan tanpa batas. Para Guru atau Dosen pendidikan
dituntut untuk menggunakan dan mengembangkan media pendidikan sehingga
pendidikan islam dapat bersanding dengan pendidikan umum. Hal ini terjadi, jika
para pemimpin dan pendidik di berbagai lembanga pendidikan Islam memulai
untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kinerjanya.
Praktek pembelajaran pendidikanb agama islam khususnya mulai bergeser
pada tatanan model pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa/mahasiswa
sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator bagi pelajar. Dalam
pembelajaran yang berpusat pada siswa/mahasiswa guru secara sadar
menempatkan perhatian yang lebih banyak pada ketertiban,inisiatif, dan interaksi
sosial siswa/mahasiswa . Hal ini berimplikasi pada pemberian tambahan waktu
pembelajaran pendidikan agama islam sebagai salah satu mata pelajaran yang
sangat urgen dalam membentuk karakter siswa/mahasiswa yang tangguh.1 Proses
pendidikan agama islam umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai
siswa/mahasiswa menguasai materi pembelajaran secara tuntas akibatnya banyak
siswa/mahasiswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah
dinyatakan lulus tidak heran kalua mutu pendidikan masih rendaah.
Pendekatan kompetensi sebagai upaya perbaikan kondisi pendidikan
agama islam di tanah air memiliki alasan, di antaranya: pertama,potensi
siswa/mahasiswa berbeda-beda , dan potensi tersebut akan berkembang jika
stimulusnya tepat: kedua, mutu hasil pendidikan yang masih rendah serta
mengabaikan aspek-aspek moral,akhlak, dan budi pekerti: terakhir persaingan
yang terjadi padaq lembaga pendidikan, sehingga perlu rumusan yang jelas
mengenai standar kopetensi lulusan. Salah satu untuk mengembangkan
pembelajaran pendidikan agama isalam guru/dosen harus menguasai pembelajaran
pendidikan agama islam. Betapa urgensinya mengembangan pembelajaran
pendidikan agama islam yang seharusnya dimiliki oleh guru dan dosen .2

1
Mohamad Adam Rusmana,dkk, Pengembangan Pembelajaran Diera Digital ( Jawa Tengan: CV.
Amerta Media, 2020), 4.
2
H.Mulyono Ismail Suardi Wekke, Strategi Pembelajaran Diabad Digital ( Yogyakarta: CV. Adi
Karya Mandiri, 2018), 1-2.
2
Pembahasan
Pada tahun mendatang sistem pembelajaran akan berubah dari yang awalnya
bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Pembelajaran akan lebih nyaman,
karena mahasiswa dapat berdiskusi lebih dengan guru belajar dengan outing class,
dan tidak hanya mendegarkan penjelasan guru atau dosen, tetapi lebih membentuk
karakter mahasiswa yang berani, mandiri, cerdik, dalam bergaul, beradab, sopan,
berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan system ranking atau IPK yang
menurut beberapa survei hanya meresahkan mahasiswa, karena sebenarnya setiap
pelajar memiliki bakat dan kecerdasannya dalam bidang masing-masing. Nantinya
akan terbentuk para pelajar yang siap kerja dan kompeten serta berbudi luhur di
lingkungan masyarakat.
Pentingnya memiliki Sumber Daya Manusia(SDM)unggul merupakan solusi
dalam myelesaikan permasalahan. Tentu SDM yang dikehendaki merupakan
capital intelektual yang memiliki keunggulan kompetitif dan komperatif, serta
setiap mengadapi era globalisasi. Pada tantangan eksternal berupa hadirnya
Revolusi industry, dengan didudung oleh kemajuan teknologi, basis informasi,
pengetahuan, invasi, dan jejaring, yang menandai era penegasan munculnya abad
keratif. Tantangan lainnya yang bersifat internal, berupa gejala melemahkan
mentalitas mahahsiswa sebagai dampak naraknya simpul informasi dari media
sosial. Mengadapi tantangan itu harus diimbangi dengan pendidikan yang bermutu
supaya dapat menjamin tumbuh kembangnya SDM yang berkualitas.
Sebagaimana telah dipaparkan di bagian sebelumnya,Pendidikan Agama
Islam(PAI)memegang peran penting dalam mendorong terwujudnya insan
pendidikan yang religus dan kompetitif di era global. Nilai dan semangat
religiusitas dalam pendidikan menjadi tolak ukur karakter dan kepribadian
bangsa.Jika konsisten mengikuti gagasan merdeka belajar, maka PAI harus
bertrasformasi menjadi mata kuliah yang menitiberatkan pada pertbaikan akhlak
dan budi pekerti mahasiswa dengan metode yang lebih menarik. Metode
pembelajaran di era revolusi industry atau di era digital menekankan pada
pengunaan media telekomunikasi dan kecepatan akses informasi. Penggunaan
media ICT menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap
mahasiswa dalam merancang metode pembelajaran(PAI)dikampus. Masalah
lainnya yang berkaitan dengan perepsi mahasiswa. Mahasiswa memandang
metode pembelajaran tradisional seperti yang banyak diterapkan dalam
pembelajaran(PAI) sebagai metode yang tidak menarik dan membosankan. Selain
itu, mahasiswa mengangap(PAI)tertinggal dari sisi teknologi dan belum
memenuhi tantangan global. Pandangan mahasiswa yang paling menghawatirkan
adalah adanya anggapan terhadap feedback learning secara langsung dan terbuka
di dalam sebuah kelompok yang diterapkan pada program penguatan karakter. Hal
ini siperlukan dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Akbar menunjukan
metode ceramah untuk membuat mahasiswa merasa malu.3 modal pembelajaran
3
M.Alifudin Ikhsan, Pendidikan Agama Islam Di masa Pandemi Tantangan Dan Respons
(Sidoarjo: Delta Pijar Khatulistiwa, 2021), 8-10.
adalah suatau rencana mengajar yang memperhatikan pola pembelajaran
tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran pada hakekatnya
merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balikk, baik
antara dosen dengan mahasiswa. Komunikasi tradisional adalah bentuk
komunikasi yang dapat diterima, dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang
terkait dalam proses pembelajaran sehingga menunjukkan adanya penguasaan,
hasil, proses atau fungsi belajar bagi mahasiswa.
Pembelajaran ialah membelajarkan mahasiswa menggunakan asasa
pendidikan maupun terori belajar, yang merupakan penentu utama keberhasilan
mahasiswa. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakuka oleh pihak dosen sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
siswa atau mahasiswa. Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan dia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khuses dari Pendidikan.
Definisi di atas dapat di Tarik suatu pemahaman bahwa, pembelajaran adalah
proses yang disengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar
dalam diri individu. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan suatau hal yang
bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk mendukung terjadinya proses
belajar internet dalam diri individu.
Perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PA), merupakan proses
penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Guru sebagai subyek dalam membentuk perencanaan pembelajaran
dituntut harus dapat menyusun berbagai program pengajaran sesuai pendekatan
dan metode yang digunakan. Ada beberapa fungsi perencanaan sebagai berikut.
Pertama: Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan
pendidikan dan hubungannya dengan pengajaran yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan, Kedua: Membantu guru-guru memperjelas pemikiran tentang
sumbangan pengajarannya terhadap pencapaian tujuan Pendidikan, Ketiga:
Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan, ke empat:
Membantu dosen dalam ranga mengenal kebutuhan-kebutuhan mahasiswa, minat,
dan mendorong motivasi belajar, Ke lima: Mengurai kegiatan yang bersifat trial
and error dalam mengajar dengan organisasi kurikuler yang lebih baik, metode
yang tepat dan menghemat waktu, Ke enam: Memberikan kesepakatan bagi guru
untuk memajukan pribadi dan perkembangan professional. Ke tujuh: Peserta didik
akan mengormati guru dengan sungguh-sungguh dalam mempersiapkan diri agar
mengejar sesuai dengan harapan mereka, Ke delapan: Membantu guru memiliki
perasaan percaya diri dan menjamin atas diri sendiri, dan yang terakhir:
Membantu guru memelihara kegairahan mengejar dan senantiasa memberikan
bahan-bahan yang terkini kepada peserta didik.4

4
Kasinyo Harto, Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berwawasan Islam
Wasatiyah (Yogyakarta: Semesta Aksara, 2021), 10-13.
Menjadi guru tidaklah semua oaring dapat melaksanakannya. Guru dituntut
mempunyai suatu pengabdian yang dedikasi dan loyalitas, ikhlas, sehingga
menciptakan anak didik yang dewasa, berakhlak dan berketerampilan. Guru
memang menepati kedudukan yang terhormat di masyarakat, kewibawaanlah yang
menyebabkan guru dihormati dan di terima. Untuk lebih jelasnya kami akan
menejelaskan beberapa syarat menjadi guru sebagai berikut, untuk menjadi guru
harus memenuhi persyaratan, yaitu: Takwa kepada Allah Swt., Berilmu, Sehat
jasmani, dan Berkelakuan baik.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan dan memberi
ilmu kepada peserta didiknya supaya ilmu tersebut bermanfaat bagi peserta didik ,
untuk itulah guru dengan pebuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan
membina peserta didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi
nusa dan bangsa. Kerna besarnya tanggung jawab guru terhadap anak didiknya
guru meluangkan waktu demi kepetingan anak didiknya meskipun suatu Ketika
ada anak didiknya yang berbuat kurang sopan kepada orang lain, bahkan dengan
sabar dan bijaksana guru memberikan nasihat bagaimana car bertingkah laku yang
sopan kepada orang lain. Memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik
adalah sutau perbuatan yang tidak mudah karena pada saat menyampaikan materi
di dalam kelas ada beberapa peserta didik serius dalam mengikuti pembelajar dan
ada juga yang tidak serius untuk mrngikuti pembelajaran disitulah tantangan
seorang guru. Seba banak didik yang dihadapi adalah seorang manusia yang
memiliki otak dan potensi yang perlu dipengaruhi dengan sejumlah norma hidup
sesuai ideologi, falsafah dan agama.
Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma kepada
peserta didik agar tahu mau mana perbuatan yang baik dan jelek, dan memberikan
sejumlah perbuatan yang bernorma dan amoral. Jadi guru harus bertanggung
jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam ragka membina
jiwa dan watak seorang pelajar. Dengan demikian, tanggung jawab guru adalah
unruk membentuk peserta didik agar menjadi orang yang berilmu, menjadi orang
yang memiliki norma yang baik, dan menjadi orang bersusila yang baik dan benar
berguna untuk nusa dan bangsa, dan berguna di masa yang akan datang. Meskipun
seorang pengajar dapat mengajar secara cermat, tetapi kalua tidak bertolak dari
tujuan tertentu, pelajaran yang disambaikan oleh guru pasti tidak akan banyak
berguna. Selain itu, tugas guru ialah memberikan pengetahuan sikap, nilai dan
keterampilan kepada anak didik. Juga guru itu berusaha menjadi pembimbing
yang baik dan bijaksana sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis
antara guru dan peserta didik. Kepribadian seorang guru adalah suatu masalah
yang abstrak hanya dapat dilihat mealui penampilan, Tindakan, ucapan, cara
berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan dan setiap gueu mempunyai
kepribadian masing-masing sesuai dengan ciri-ciri pribadi yang guru miliki.5

5
Akmal Hawi, Kopetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Depok: PT. Raja Grafindo Persada,
20013), 11-14.
Kesimpulan dan Saran
Pembelajaran akan lebih nyaman, karena mahasiswa dapat berdiskusi lebih
dengan guru belajar dengan outing class, dan tidak hanya mendegarkan penjelasan
guru atau dosen, tetapi lebih membentuk karakter mahasiswa yang berani,
mandiri, cerdik, dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya
mengandalkan system ranking atau IPK yang menurut beberapa survei hanya
meresahkan mahasiswa, karena sebenarnya setiap pelajar memiliki bakat dan
kecerdasannya dalam bidang masing-masing. Nilai dan semangat religiusitas
dalam pendidikan menjadi tolak ukur karakter dan kepribadian bangsa.Jika
konsisten mengikuti gagasan merdeka belajar, maka PAI harus bertrasformasi
menjadi mata kuliah yang menitiberatkan pada pertbaikan akhlak dan budi pekerti
mahasiswa dengan metode yang lebih menarik.
Pertama: Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan
pendidikan dan hubungannya dengan pengajaran yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan, Kedua: Membantu guru-guru memperjelas pemikiran tentang
sumbangan pengajarannya terhadap pencapaian tujuan Pendidikan, Ketiga:
Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan, ke empat:
Membantu dosen dalam ranga mengenal kebutuhan-kebutuhan mahasiswa, minat,
dan mendorong motivasi belajar, Ke lima: Mengurai kegiatan yang bersifat trial
and error dalam mengajar dengan organisasi kurikuler yang lebih baik, metode
yang tepat dan menghemat waktu, Ke enam: Memberikan kesepakatan bagi guru
untuk memajukan pribadi dan perkembangan professional. Ke tujuh: Peserta didik
akan mengormati guru dengan sungguh-sungguh dalam mempersiapkan diri agar
mengejar sesuai dengan harapan mereka, Ke delapan: Membantu guru memiliki
perasaan percaya diri dan menjamin atas diri sendiri, dan yang terakhir:
Membantu guru memelihara kegairahan mengejar dan senantiasa memberikan
bahan-bahan yang terkini kepada peserta didik.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan dan memberi ilmu
kepada peserta didiknya supaya ilmu tersebut bermanfaat bagi peserta didik ,
untuk itulah guru dengan pebuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan
membina peserta didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi
nusa dan bangsa. Memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik adalah
sutau perbuatan yang tidak mudah karena pada saat menyampaikan materi di
dalam kelas ada beberapa peserta didik serius dalam mengikuti pembelajar dan
ada juga yang tidak serius untuk mrngikuti pembelajaran disitulah tantangan
seorang guru. Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma
kepada peserta didik agar tahu mau mana perbuatan yang baik dan jelek, dan
memberikan sejumlah perbuatan yang bernorma dan amoral. Dengan demikian,
tanggung jawab guru adalah unruk membentuk peserta didik agar menjadi orang
yang berilmu, menjadi orang yang memiliki norma yang baik, dan menjadi orang
bersusila yang baik dan benar berguna untuk nusa dan bangsa, dan berguna di
masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Hawi, Akmal. Kopetensi Guru Pendidikan Agama Islam, Depok: PT. Raja
Grafindo Persada, 20013.
Harto, Kasinyo. Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Berwawasan Islam Wasatiyah Yogyakarta: Semesta Aksara, 2021.
Ikhsan, M. Alifudin. Pendidikan Agama Islam Di masa Pandemi Tantangan Dan
Respons, Sidoarjo: Delta Pijar Khatylistiwa, 2021.
Wekke, Mulyono Ismail Suardi. Strategi Pembelajaran Diabad Digital,
Yogyakarta: CV. Adi Karya Mandiri, 2018.
Rusmana, Mohamad Adam, dkk. Pengembangan Pembelajaran Diera Digital ,
Jawa Tengan: CV. Amerta Media, 2020.

Anda mungkin juga menyukai