oleh :
Emi rosmiati, S.Pd
SDN BOJONG 2
APA ITU KURIKULUM?
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pedoman yang merinci tujuan, materi
pembelajaran, metode pengajaran, dan penilaian hasil belajar yang dirancang untuk
mencapai tujuan pendidikan suatu lembaga atau sistem pendidikan. Dalam konteks
pendidikan formal, kurikulum merujuk pada struktur dan rencana pembelajaran yang
diterapkan di sekolah, perguruan tinggi, atau institusi pendidikan lainnya.
Secara umum, kurikulum memiliki beberapa komponen pokok, yaitu:
Tujuan Pendidikan: Menetapkan apa yang diharapkan siswa capai melalui proses pembelajaran. Tujuan
pendidikan biasanya mencakup aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan nilai), dan psikomotor
(keterampilan).
Materi Pelajaran: Menyusun daftar isi atau topik yang akan diajarkan kepada siswa selama proses
pembelajaran. Materi pelajaran mencakup berbagai bidang seperti matematika, ilmu pengetahuan,
bahasa, seni, dan lain-lain.
Metode Pengajaran: Menentukan pendekatan dan teknik yang digunakan oleh guru untuk mengajar
materi pelajaran kepada siswa. Metode pengajaran dapat mencakup ceramah, diskusi kelompok,
eksperimen, proyek, dan sebagainya.
Penilaian dan Evaluasi: Menentukan cara untuk mengukur pencapaian siswa terhadap tujuan
pembelajaran. Penilaian dapat berupa ujian tertulis, tugas proyek, presentasi, atau bentuk evaluasi
lainnya.
Pengembangan Karakter: Memasukkan nilai-nilai, etika, dan sikap yang diinginkan untuk dikembangkan
pada siswa selama proses pembelajaran.
Kurikulum terus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan tuntutan
masyarakat. Pendidik dan pakar pendidikan terus bekerja sama untuk merancang kurikulum yang
TUJUAN KURIKULUM
Pengembangan kurikulum di Indonesia tentunya tidak terlepas dari tujuan
pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pasal (3), yang menyebutkan
bahwa “Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan,
membentuk watak, dan peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan agar potensi peserta didik
berkembang menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis secara bertanggung jawab.”
latar belakang kurikulum perlu berubah
pandemi COVID-19 telah memiliki dampak yang signifikan pada sistem pendidikan di Indonesia, seperti
halnya di banyak negara lainnya. Beberapa dampaknya termasuk ketertinggalan pembelajaran atau
learning loss yang berbeda-beda pada ketercapaian kompetensi peserta didik. Berikut adalah beberapa
faktor yang berkontribusi pada learning loss di Indonesia selama masa pandemi:
1. Akses Terbatas ke Pendidikan Daring: Meskipun pembelajaran daring telah diadopsi oleh banyak
sekolah, tidak semua siswa memiliki akses yang setara terhadap perangkat komputer dan koneksi
internet yang stabil. Siswa yang tidak memiliki akses yang memadai mungkin kesulitan mengikuti
pembelajaran daring secara efektif.
2. Keterbatasan Interaksi Guru-Siswa: Pembelajaran daring sering kali tidak dapat menggantikan
interaksi langsung antara guru dan siswa di kelas. Interaksi ini penting untuk pemahaman yang
mendalam dan dukungan individual yang mungkin diperlukan oleh beberapa siswa.
3. Kendala Pembelajaran Jarak Jauh: Pembelajaran daring memerlukan disiplin dan motivasi yang tinggi
dari siswa. Beberapa siswa mungkin kesulitan beradaptasi dengan lingkungan pembelajaran yang
berbeda dan kurangnya dukungan yang memadai di rumah.
4. Tingkat Keterampilan Guru dalam Menggunakan Teknologi: Beberapa guru mungkin belum memiliki
keterampilan atau pelatihan yang cukup dalam menggunakan teknologi untuk mengajar secara efektif
dalam lingkungan daring.
5. Ketidakpastian dan Kecemasan: Kondisi pandemi, ketidakpastian tentang masa depan, dan kecemasan
terkait kesehatan juga dapat memengaruhi konsentrasi dan motivasi siswa, mempengaruhi kemampuan
mereka untuk belajar dengan optimal.
6. Kurangnya Penilaian Formatif: Dalam konteks pembelajaran daring, penilaian formatif yang
memungkinkan guru melacak perkembangan siswa secara teratur mungkin kurang diberikan, sehingga
mempersulit identifikasi learning loss dengan cepat.
Jadi,dapatkah kurikulum berubah?