Anda di halaman 1dari 5

Pendidikan Menuju Masyarakat Pancasila: Mewujudkan Visi Kurikulum

Merdeka

Pendidikan adalah salah satu fondasi utama dalam membangun sebuah


bangsa yang maju dan berdaya saing. Di Indonesia, sistem pendidikan telah
mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Pendidikan
memiliki peran yang krusial dalam membentuk karakter dan moralitas generasi
muda. Di Indonesia, pendidikan telah lama menjadi sarana untuk menyebarkan
nilai-nilai Pancasila, yang menjadi dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun, dalam menghadapi berbagai tantangan seperti learning loss akibat
pandemi, penerapan Kurikulum Merdeka menjadi salah satu langkah strategis
untuk memperkuat esensi pendidikan berbasis Pancasila. Diskusi dalam kelas
mengenai Learning Loss, Kurikulum Merdeka, struktur kurikulum, serta CP, TP,
dan ATP dalam Kurikulum Merdeka, memberikan wawasan yang penting dalam
memahami upaya mencapai tujuan pendidikan yang lebih holistik dan inklusif.

A. Learning Loss

Learning Loss atau kehilangan pembelajaran, menjadi salah satu


tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan di era pandemi ini. Fenomena
ini merujuk pada kemunduran atau penurunan kemampuan belajar siswa akibat
penutupan sekolah, pembelajaran jarak jauh yang tidak optimal, dan gangguan
lain dalam proses pembelajaran. Learning loss tidak hanya mempengaruhi
pencapaian akademik siswa, tetapi juga berpotensi memperdalam kesenjangan
pendidikan dan sosial. Oleh karena itu, penanganan learning loss
membutuhkan pendekatan holistik dan kolaboratif dari berbagai pihak terkait
dalam sistem pendidikan.

Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa learning loss tidak


hanya berkaitan dengan aspek akademik, tetapi juga melibatkan aspek sosial,
emosional, dan kesejahteraan mental siswa. Dalam konteks ini, pendekatan
inklusif dan holistik dalam menangani learning loss menjadi sangat penting.
Program-program pendidikan harus dirancang dengan memperhatikan
kebutuhan dan kondisi individu siswa, serta mengintegrasikan pendidikan nilai
dan kesehatan mental sebagai bagian integral dari kurikulum.
Selanjutnya, adaptabilitas dan fleksibilitas menjadi kunci dalam
menghadapi learning loss. Sekolah dan guru perlu mengembangkan strategi
pembelajaran yang responsif terhadap kondisi dan kebutuhan siswa, termasuk
pemanfaatan teknologi pendidikan yang dapat mendukung pembelajaran jarak
jauh. Selain itu, pemberian dukungan tambahan, seperti bimbingan akademik
dan konseling, juga penting untuk membantu siswa yang mungkin mengalami
kesulitan belajar akibat learning loss.

Di samping itu, kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan,


termasuk pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat, menjadi kunci dalam
mengatasi learning loss secara efektif. Program-program intervensi yang
melibatkan kerjasama lintas sektor dapat memberikan dukungan yang lebih
komprehensif bagi siswa yang rentan mengalami learning loss, serta
memperkuat jejaring dukungan sosial bagi seluruh komunitas pendidikan.

Penting juga untuk memperhatikan aspek kesetaraan dan keadilan


dalam penanganan learning loss. Upaya untuk mendeteksi, mencegah, dan
mengatasi learning loss harus dilakukan dengan memperhatikan keberagaman
sosial, ekonomi, dan budaya siswa. Tidak boleh ada siswa yang tertinggal
dalam proses pembelajaran karena faktor-faktor seperti status ekonomi atau
akses terhadap teknologi.

B. Latar Belakang Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka adalah sebuah inovasi pendidikan yang lahir sebagai


respons terhadap dinamika zaman yang terus berkembang. Diperkenalkan pada
tahun 2020, Kurikulum Merdeka bertujuan untuk memberikan kebebasan lebih
kepada sekolah dalam merancang kurikulum sesuai dengan kebutuhan lokal
dan potensi siswa. Hal tersebut merupakan langkah maju dari pendekatan
kurikulum sebelumnya yang cenderung sentralistik dan terlalu normatif.

Salah satu poin penting dari Kurikulum Merdeka adalah pemberian


otonomi kepada sekolah dalam menentukan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan siswa dan lingkungan tempat sekolah berada. Hal ini diharapkan
dapat meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat
setempat serta memberikan kebebasan kreativitas bagi para pendidik.

Struktur kurikulum Merdeka menawarkan pendekatan yang beragam


untuk memenuhi kebutuhan dan minat siswa. Melalui struktur ini, Kurikulum
Merdeka memungkinkan pembelajaran yang lebih beragam dan menyeluruh,
mengakomodasi berbagai bakat, minat, dan kebutuhan siswa. Diskusi dalam
kelas menegaskan bahwa pendekatan ini sesuai dengan semangat keadilan dan
inklusivitas Pancasila, yang mengakui bahwa setiap individu memiliki potensi
yang unik yang harus dikembangkan. Struktur Kurikulum Merdeka adalah
kerangka kerja yang dirancang untuk memberikan fleksibilitas dan kebebasan
kepada sekolah dalam menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan
konteks lokal. Struktur ini menekankan pada pembelajaran yang lebih
kontekstual, relevan, dan inklusif, serta memungkinkan pemanfaatan sumber
daya yang tersedia secara optimal. Berikut adalah komponen utama dari
Struktur Kurikulum Merdeka:

1. Core Program (CP):

- CP merupakan inti dari kurikulum yang mencakup mata pelajaran dasar


seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam),
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, dan Bahasa Inggris.
- Mata pelajaran dalam CP dirancang dengan tetap mengutamakan
penguasaan kompetensi dasar yang penting bagi perkembangan
akademik dan keterampilan siswa.

2. Thematic Program (TP):

- TP merupakan bagian dari kurikulum yang memungkinkan


pengintegrasian berbagai mata pelajaran dalam rangka pengembangan
tema atau topik tertentu.
- Dalam TP, siswa dapat belajar melalui pendekatan lintas mata pelajaran
yang menekankan keterkaitan antar konsep dan aplikasi dalam konteks
kehidupan nyata.
- TP memungkinkan guru untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih
kontekstual dan relevan dengan kebutuhan siswa, serta mendorong
pemahaman yang lebih mendalam.

3. Additional Thematic Program (ATP):

- ATP merupakan bagian tambahan dari kurikulum yang memungkinkan


inklusi berbagai kegiatan ekstrakurikuler, proyek, atau program khusus
yang dapat melengkapi pembelajaran dalam TP.
- ATP dapat mencakup kegiatan seperti seni, olahraga, kewirausahaan,
atau kegiatan sosial yang dirancang untuk mengembangkan berbagai
aspek kemampuan siswa di luar ranah akademik.
- ATP memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan minat,
bakat, dan keterampilan tambahan sesuai dengan potensi masing-masing.

Struktur Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada sekolah


dalam mengatur proporsi waktu dan pendalaman materi antara CP, TP, dan
ATP sesuai dengan kebutuhan lokal dan karakteristik siswa. Hal ini
memungkinkan sekolah untuk menyesuaikan kurikulum dengan kondisi
lingkungan, kebudayaan, dan perkembangan siswa secara lebih fleksibel.
Dengan demikian, Struktur Kurikulum Merdeka diharapkan dapat memberikan
landasan yang kuat bagi pendidikan yang lebih inklusif, relevan, dan adaptif
sesuai dengan semangat kemerdekaan dalam pendidikan.

Implementasi Kurikulum Merdeka juga menuntut peran guru yang lebih


dinamis dan kolaboratif, sebagai fasilitator pembelajaran yang membimbing
siswa dalam mengeksplorasi dan membangun pengetahuan. Dalam konteks ini,
pendidikan nilai menjadi sangat penting, seperti yang kita bahas dalam diskusi
kelas. Guru tidak hanya bertugas untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga
menginspirasi siswa untuk menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Sumber daya manusia yang berkualitas, sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila, menjadi kunci dalam mewujudkan visi Kurikulum
Merdeka.

C. Kurikulum Merdeka Menjadi Kurikulum Nasional


Meskipun Konsep Kurikulum Merdeka memiliki visi yang baik,
implementasinya tidak selalu berjalan mulus. Terdapat berbagai tantangan,
seperti kesenjangan kualitas antara sekolah di daerah perkotaan dan pedesaan,
kurangnya standar kesetaraan dalam pendidikan, dan ketidakjelasan dalam
pengawasan serta evaluasi hasil pendidikan.

Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk mengubah arah dengan


menerapkan Kurikulum Nasional. Perubahan ini bertujuan untuk mengatasi
tantangan-tantangan yang ada, menetapkan standar yang lebih jelas dan merata
bagi seluruh institusi pendidikan di Indonesia, serta memastikan bahwa
pendidikan yang diberikan dapat mempersiapkan siswa untuk menghadapi
tantangan global di masa depan.

Kurikulum Nasional menggabungkan kebebasan yang diberikan oleh


Kurikulum Merdeka dengan kejelasan standar yang ditetapkan secara nasional.
Hal tersebut akan menciptakan kefleksibelan dalam implementasi kurikulum
sesuai dengan kebutuhan lokal serta tetap memastikan bahwa semua siswa
mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan merata.

Akan tetapi di Indonesia sendiri pernyataan terkait kurikulum merdeka


yang akan berubah menjadi kurikulum nasional ini masih belum pasti ataubisa
dibilang baru menjadi rencana saja.

Daftar Rujukan :

Aulia, N., Sarinah, S., & Juanda, J. (2023). Analisis kurikulum merdeka dan
kurikulum 2013. Jurnal Literasi dan Pembelajaran Indonesia, 3(1), 14-20.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2022. Kurikulum


2020: Pendidikan Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Pratiwi, W. D. (2021). Dinamika learning loss: Guru dan orang Tua. Jurnal
Edukasi Nonformal, 2(1), 147-153.

Anda mungkin juga menyukai