Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL 3

PDGK4104
PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI SD

Tutor :
Wahyu Widodo, M.Pd.

NAMA : RINGGAR MAHARANI


NIM : 858835619
KELAS : 3A

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ MALANG POJKAR NGUNUT
2023.1
TUGAS TUTORIAL 3
Matakuliah : Perspektif Pendidikan SD
Kode Matakuliah : PDGK4104
Tutor : Dr. Wahyu Widodo, M.Pd.

Jawablah pertanyaan berikut dengan mengerahkan seluruh kemampuan terbaik saudara!

No Soal Skor
1. Saat ini, mata pelajaran IPA dan IPS diajarkan melalui 10
satu mata pelajaran disebut dengan IPAS. Dengan
memahami karakteristik mata pelajaran di SD,
Mengapa keduanya diajarkan dalam satu mata
pelajaran? Jelaskan!
2. Semangat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 15
(KTSP) adalah memberikan keleluasaan di tingkat
sekolah untuk mengembangkan kurikulumnya secara
mandiri. Bila dibandingkan dengan Kurikulum
Merdeka, apa yang menjadi kelemahan KTSP yang
telah diperbaiki melalui Kurikulum Merdeka?
3. Bahan ajar adalah asupan utama yang akan disajikan 20
dan diserap oleh siswa melalui pembelajaran yang
dirancang oleh seorang guru. Seperti halnya
kurikulum, bahan ajar juga mengalami perubahan dan
penyesuaian. Akan tetapi, mengapa penataan bahan
ajar seringkali bersifat “asal terima” dari pusat?
Bagaimana seorang guru mengambil sikap dan
tindakan atas pengelolaan bahan ajar yang relevan
dengan kondisi sekolah dasar yang lokalistik?
4. Dengan mencermati jalannya pembelajaran di SD 25
yang Bapak/Ibu temui di daerah. Mengapa setelah 78
tahun merdeka, baik pada sisi mikro pembelajaran di
kelas maupun makro pendidikan secara nasional,
potret pendidikan Indonesia tak banyak berubah?
5. Dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, 30
ditekankan terjadinya aktivitas penemuan masalah
oleh siswa. Permasalahan yang seperti apakah yang
relevan dengan kehidupan siswa sekolah dasar? Lalu,
bagaimana seharusnya guru memandu siswa agar
mampu menemukan masalah yang relevan baginya
untuk didiskusikan di kelas?

SELAMAT MENGERJAKAN
Jawaban !
1. Pada kurikulum merdeka yang sudah mulai diterapkan di sekolah-sekolah pada saat ini,
mata pelajaran IPA dan IPS diajarkan melalui satu mata pelajaran yang disebut IPAS.
Alasan utama di balik penggabungan ini adalah untuk menyederhanakan kurikulum dan
memberikan pendekatan interdisipliner dalam pembelajaran. Pada tingkat SD, yang
menjadi fokus utama adalah memperkenalkan konsep-konsep dasar dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan dan sosial. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) membahas topik
seperti alam, lingkungan, tubuh manusia, dan sains secara umum. IPS (Ilmu
Pengetahuan Sosial) mencakup topik seperti sejarah, geografi, masyarakat, dan budaya.
Dengan menggabungkan IPA dan IPS menjadi satu mata pelajaran IPAS, tujuannya
adalah mengintegrasikan konsep-konsep ini agar siswa dapat memahami hubungan
antara ilmu pengetahuan alam dan sosial secara lebih holistik. Beberapa alasan penting
untuk penggabungan ini adalah:
• Menggabungkan IPA dan IPS memungkinkan pendekatan interdisipliner dalam
pembelajaran. Siswa dapat melihat bagaimana konsep-konsep dalam kedua
mata pelajaran saling terkait dan saling mempengaruhi. Misalnya, siswa dapat
mempelajari dampak lingkungan terhadap masyarakat atau bagaimana
penemuan sains mempengaruhi perkembangan sosial.
• Dengan menggabungkan IPA dan IPS menjadi satu mata pelajaran, jumlah mata
pelajaran yang harus dipelajari siswa menjadi lebih sedikit. Hal ini membantu
mengurangi beban kurikulum dan memberikan waktu yang lebih luas untuk
mempelajari konsep-konsep dengan lebih mendalam.
• Siswa dapat melatih keterampilan berpikir kritis, analitis, pemecahan masalah,
dan komunikasi yang diperlukan dalam memahami dan menjelaskan fenomena
alam dan sosial. Siswa juga dapat melihat bagaimana konsep-konsep yang
dipelajari dalam IPAS berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Meskipun penggabungan IPA dan IPS dalam IPAS memiliki beberapa manfaat,
penting bagi sistem pendidikan untuk memastikan bahwa kedua aspek ilmu
pengetahuan tetap mendapatkan perhatian yang cukup. Guru perlu menyusun
kurikulum yang terintegrasi dengan baik, memberikan penekanan pada konsep-
konsep kunci dari kedua bidang, dan memastikan bahwa siswa memiliki
pemahaman yang kokoh tentang ilmu pengetahuan alam dan sosial.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau yang biasa disebut dengan
Kurikulum 2006 merupakan kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh, dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan dengan memperhatikan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
pendidikan (BNSP). Sedangkan kurikulum merdeka adalah kurikulum yang berfokus
pada materi yang esensial dan fleksibel sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan dari
masing-masing karakteristik siswa. Bila dibandingkan dengan Kurikulum Merdeka,
ada beberapa hal yang menjadi kelemahan KTSP yang telah diperbaiki melalui
Kurikulum Merdeka, diantaranya adalah :
• KTSP sering dikritik karena kurang menekankan pengembangan keterampilan,
seperti keterampilan kolaborasi, kreativitas, komunikasi, dan pemecahan
masalah. Kurikulum Merdeka mungkin mengintegrasikan lebih banyak aspek
keterampilan abad ke-21 ke dalam pembelajaran untuk mempersiapkan siswa
dengan lebih baik menghadapi tuntutan dunia kerja dan kehidupan modern.
• KTSP memiliki kelemahan dalam hal evaluasi dan penilaian siswa. Beberapa
pendekatan penilaian yang digunakan dalam KTSP dianggap kurang sesuai dan
terlalu fokus pada aspek kognitif saja. KTSP berfokus pada penilaian berbasis
pengetahuan dan tes tertulis. Pada Kurikulum Merdeka menggantinya dengan
pendekatan penilaian berbasis kompetensi yang mencakup penilaian formatif
dan sumatif yang lebih holistik, mencakup keterampilan, sikap, dan
pengetahuan
• KTSP cenderung lebih berfokus pada pendekatan pengajaran yang tradisional,
seperti ceramah dan penugasan berbasis buku teks. Kurikulum Merdeka
mungkin memperkenalkan metode pembelajaran yang lebih inovatif, seperti
pembelajaran berbasis proyek, kolaborasi antar siswa, penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi, dan eksperimen langsung.
• KTSP mungkin kurang memperhatikan aspek pembinaan karakter dan soft
skills pada siswa. Kurikulum Merdeka mungkin memberikan penekanan lebih
besar pada pengembangan karakter, nilai-nilai moral, kepemimpinan, etika,
empati, dan keterampilan sosial yang lebih luas.
Kurikulum Merdeka dirancang dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan tersebut dan memberikan pendidikan yang lebih inklusif, relevan, dan sesuai
dengan perkembangan dunia saat ini. Namun, penting untuk diingat bahwa
implementasi kurikulum ini masih dalam tahap awal, dan dampak dan efektivitasnya
perlu dievaluasi secara menyeluruh dalam jangka waktu yang lebih panjang.
3. Penataan bahan ajar yang bersifat "asal terima" dari pusat sering terjadi karena beberapa
alasan. Menurut saya ada beberapa faktor yang menyebabkan Penataan bahan ajar
seringkali bersifat asal terima , diantaranya adalah :1) Dalam beberapa sistem
pendidikan, kurikulum sering kali ditentukan secara sentralistik oleh pemerintah pusat.
Dalam hal ini, bahan ajar yang disiapkan cenderung bersifat standar dan seragam untuk
diterapkan di seluruh sekolah di tingkat nasional atau regional. Hal ini dapat
menyebabkan kurangnya fleksibilitas dalam menyesuaikan bahan ajar dengan kondisi
lokal. 2) Guru seringkali memiliki keterbatasan waktu dan sumber daya untuk
mengembangkan bahan ajar mereka sendiri. Karena itu, mereka cenderung
menggunakan bahan ajar yang telah tersedia dan disiapkan oleh pihak lain, seperti
penerbit atau institusi pendidikan yang lebih besar.
Meskipun demikian, penting bagi seorang guru untuk mengambil sikap dan tindakan
dalam pengelolaan bahan ajar yang relevan dengan kondisi sekolah dasar yang
lokalistik. Menurut saya ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seorang guru
dalam mengelola bahan ajar yang relevan dengan kondisi sekolah yaitu:
• Guru harus memahami karakteristik, kebutuhan, dan latar belakang siswa
mereka serta kondisi sekolah dasar tempat mereka mengajar. Dengan
melakukan analisis ini, guru dapat mengidentifikasi bahan ajar yang paling
relevan dan efektif untuk siswa mereka.
• Setelah menganalisis kebutuhan lokal, guru dapat mengambil langkah-langkah
untuk menyesuaikan bahan ajar yang tersedia. Ini dapat melibatkan modifikasi
atau penambahan konten, penyesuaian bahasa atau gaya penyampaian, serta
penggunaan contoh atau situasi yang relevan dengan kehidupan siswa.
• Guru dapat berkolaborasi dengan guru lain di sekolah atau wilayah mereka
untuk mengembangkan bahan ajar yang lebih sesuai dengan konteks lokal. Ini
dapat melibatkan pembuatan materi pembelajaran tambahan, penambahan studi
kasus lokal, atau penggunaan sumber daya yang tersedia di sekitar sekolah.
• Guru dapat mengikuti pelatihan atau pengembangan profesional yang berkaitan
dengan pengelolaan bahan ajar yang relevan dengan kondisi lokal. Ini dapat
memberikan mereka keterampilan dan pengetahuan tambahan untuk
menghadapi tantangan dalam menyusun bahan ajar yang sesuai dengan
lingkungan sekolah dasar yang lokalistik.
Dengan mengambil sikap proaktif dan tindakan yang relevan, seorang guru dapat
memastikan bahwa bahan ajar yang disajikan kepada siswa sesuai dengan kondisi
sekolah dasar yang lokalistik, memperkaya pengalaman belajar siswa, dan
meningkatkan efektivitas pembelajaran.
4. Potret pendidikan Indonesia yang masih memiliki tantangan serius setelah 78 tahun
merdeka dapat disebabkan oleh berbagai faktor kompleks. Berikut adalah beberapa
alasan yang mungkin menjelaskan mengapa perubahan pendidikan di Indonesia
belum terjadi secara signifikan :
• Sistem pendidikan Indonesia sering kali mengalami perubahan kurikulum yang
berulang-ulang, tanpa memberikan kesempatan yang cukup bagi guru dan siswa
untuk beradaptasi dengan baik. Kurikulum yang tidak terintegrasi dengan baik
dapat menghambat proses pembelajaran yang efektif.
• Meskipun ada peningkatan dalam pembangunan fasilitas pendidikan di
beberapa daerah, namun masih banyak sekolah di Indonesia yang kekurangan
fasilitas dasar seperti perpustakaan, laboratorium, dan fasilitas olahraga.
Infrastruktur pendidikan yang terbatas ini dapat mempengaruhi kualitas
pembelajaran.
• Masih ada ketimpangan dalam kualitas guru di berbagai daerah. Banyak guru
yang belum mendapatkan pelatihan yang memadai, terutama di daerah
pedesaan. Kurangnya peningkatan kualitas guru dapat mempengaruhi
efektivitas pembelajaran di kelas.
• Perbedaan antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta antara pulau-pulau di
Indonesia, menjadi faktor yang mempengaruhi kesenjangan dalam pendidikan.
Sementara beberapa daerah perkotaan mungkin memiliki akses yang baik
terhadap sumber daya pendidikan, daerah pedesaan sering kali menghadapi
tantangan seperti akses yang terbatas, kemiskinan, dan kurangnya fasilitas
pendidikan.
• Pendidikan karakter, yang mencakup nilai-nilai moral, etika, dan sikap positif,
sering kali kurang mendapatkan perhatian yang memadai dalam sistem
pendidikan. Pentingnya mengembangkan karakter siswa sebagai bagian dari
pendidikan holistik seringkali diabaikan.
• Pendidikan di Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal pendanaan.
Meskipun anggaran pendidikan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir,
tetapi masih belum mencapai tingkat yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan secara keseluruhan.
Perubahan yang signifikan dalam pendidikan memerlukan waktu, upaya, dan
kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, guru, orang tua, dan masyarakat
secara keseluruhan. Diperlukan pendekatan komprehensif dan berkelanjutan untuk
mengatasi tantangan ini dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
5. Dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, penting untuk memfasilitasi siswa
dalam menemukan masalah yang relevan dengan kehidupan mereka di sekolah dasar.
Masalah-masalah ini sebaiknya memungkinkan siswa untuk mengembangkan
pemahaman dan keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Berikut adalah beberapa contoh permasalahan yang mungkin relevan bagi siswa
sekolah dasar: Siswa dapat diajak untuk memperhatikan permasalahan sosial yang ada
di sekolah atau komunitas mereka, seperti intimidasi, kesenjangan sosial, atau
kurangnya rasa saling menghargai. Mereka dapat berdiskusi tentang penyebab masalah
tersebut dan mencari cara untuk memecahkannya. Selain itu terkait masalah kesehatan,
siswa bisa mempelajari tentang pentingnya pola hidup sehat , rajin berolah raga, dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi. Siswa dapat mencari tahu masalah kesehatan
yang umum di kalangan anak-anak dan berbagi pengetahuan serta cara untuk
mempertahankan gaya hidup sehat.
Berikut cara guru memandu siswa agar mampu menemukan masalah yang relevan
baginya untuk didiskusikan di kelas di antaranya :
• Guru dapat menciptakan suasana di kelas yang memungkinkan siswa untuk
berbagi pengalaman dan pemikiran mereka. Mereka harus merasa nyaman
untuk berdiskusi dan mengemukakan masalah yang mereka anggap penting.
• Guru dapat menggunakan pertanyaan terbuka untuk merangsang pemikiran
kritis dan imajinasi siswa. Pertanyaan semacam ini dapat membantu siswa
memikirkan masalah-masalah yang belum mereka sadari sebelumnya dan
merangsang diskusi yang lebih dalam di kelas.
• Guru harus siap mendengarkan dan memberikan bimbingan kepada siswa
dalam menemukan masalah yang relevan. Mereka dapat membantu siswa
memfokuskan pemikiran mereka, merumuskan pertanyaan yang menantang,
dan mendorong mereka untuk mencari solusi yang kreatif.
Melalui pendekatan ini diharapkan guru dapat membantu siswa sekolah dasar menemukan
masalah yang relevan dengan kehidupan mereka dan merangsang proses pemikiran kritis
serta kreativitas dalam mencari solusi

Anda mungkin juga menyukai