PERKEMBANGAN KURIKULUM
dan PEMBELAJARAN DI SD
PDGK4502
UPBJJ BANDUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2022
Jawaban Tutorial 1
1. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan bagi
seorang guru kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan demi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Adapun dibawah ini dapat dijekaskan beberaoa
fungsi kurikulum diantaranya :
a. Kurikulum sebagai fungsi penyesuaian adalah kurikulum itu dijadikan alat pendidikan yang
mampu mengarahkan siswa memiliki sifat well adjusted yang artinya mampu menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Oleh karena itu
siswa pun harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi
di lingkungannya.
b. Kurikulum sebagai fungsi Diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap
siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis, yang harus dihargai dan
dilayani dengan baik. Disini guru dalam menerapkan kurikulum memberi kesempatan bagi
peserta didik untuk memilih yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.
Contohnya saya ambil sampel anak yang memiliki jiwa seni yang tinggi seperti pintar melukis,
bercerita dan teater harus diarahkan kepada kegiatan seni. Pendidikan seni di dalam
pengembangan kreativitas anak dapat dilakukan melalui kegiatan permainan adapun tujuannya
bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman tetapi mendidik anak menjadi anak yang
kreatif dan melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini
mungkin sehingga anak-anak akan menjadikan pembelajaran seni di sekolah menjadi sesuatu
hal yang sangat menyenangkan bukan sebagai beban atau tanggungan. Adapun contoh hal lain
Anak Terbelakang (Retarded) yaitu anak yang bermasalah dari kecerdasan ekstrim, yaitu
mereka yang memiliki IQ di bawah 70. Orang-orang ini secara tradisional diklasifikasikan
menjadi moron (IQ 50-70), imbecile (IQ 20-50), dan idiot (IQ di bawah 20). Mereka tidak
dapat dididik di sekolah biasa, tetapi harus di sekolah luar biasa. Biasanya dapat mencapai
keterampilan sosial dan pekerjaan untuk pemeliharaan diri tetapi lebih lambat seperti berjalan,
makan, dan berbicara. Dapat dibimbing untuk penyesuaian social. Mereka juga membutuhkan
dukungan dan bimbingan berkala pada saat ada tekanan ekonomi atau sosial yang tidak biasa.
c. Kurikulum sebagai fungsi Persiapan yaitu kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu,
kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat
seandainya karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Di sini berkaitan
dengan kurikulum itu harus dapat mempersiapkan peserta didik untuk bisa melanjutkan studi
ke jenjang pendidikan berikutnya dan juga kurikulum diharapkan nantinya dapat mencetak
peserta didik menjadi orang yang berpotensi sehingga siswa nantinya bisa memperoleh
pekerjaan atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan potensi yang dimilikinya.
Contohnya kompetensi kepribadian peserta didik yang akan dituntut untuk menjadi siswa yang
memiliki pemikiran yang gemilang dan cemerlang itu tercermin dari kepribadiannya yang
stabil, dewasa, berwibawa dan mampu menjadi teladan bagi masyarakat luas. Selanjutnya
kompetensi siswa disini didefinisikan sebagai siswa yang memiliki kemampuan berkomunikasi
secara efektif kepada teman sebayanya tenaga kependidikan wali kelas serta warga sekolah dan
masyarakat. Akhir-akhir ini negara kita dihebohkan dengan fenomena krisis mental yang
artinya masyarakat Indonesia dianggap memiliki penurunan karakter dari yang baik menjadi
kurang baik padahal pada dasarnya setiap individu itu memiliki dasar potensi yang baik hanya
saja setiap individu mengalami perbedaan pertumbuhan dan perkembangannya sehingga
menimbulkan perbedaan dari hasil proses tersebut. Tetapi bagaimanapun kurikulum ini
menuntut guru SD untuk bisa menguasai seluruh mata pelajaran dan bisa membentuk budi
pekerti, akhlak baik, sopan dan memiliki keterampilan. Adapun peran guru SD tidak hanya
sekedar mentransfer materi dan mengerjakan evaluasi siswa tetapi guru SD harus bisa
membentuk karakter siswa seperti cara berpakaian, cara berbicara, cara memposting tulisan di
media sosial dan mengenalkan teknologi terkini yang nantinya akan membentuk wawasan
siswa yang luas walaupun pada pelaksanaannya memang membutuhkan waktu yang relatif
lama untuk membentuk karakter siswa tersebut.
d. Kurikulum sebagai fungsi Pemilihan yaitu kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program
belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat
erat hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya
perbedaan individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut
untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk
mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan
bersifat fleksibel.
Sebagaimana contoh yang telah saya tuliskan dalam fungsi persiapan bahwa kurikulum
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk dapat memilih program-program
belajar yang sesuai dengan minat bakat dan kemampuannya jadi di sini kurikulum membantu
mengarahkan peserta didik untuk dapat mengetahui memahami dan menerima potensi dan
kelemahan yang dimilikinya sendiri jika peserta didik telah mampu memahami potensi dan
kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya nantinya peserta didik akan dapat
mengembangkansendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-
kelemahan tersebut.
Landasan sosiologis mengarahkan kajian mengenai kurikulum yang dikaitkan dengan aspek
masyarakat dan kebudayaan sebagai suatu rancangan atau program kurikulum sangat menentukan
pelaksanaan dan hasil pendidikan. Pendidikan akan mempersiapkan siswa sebagai generasi muda
untuk dapat hidup dalam lingkungan masyarakat. Dalam hal ini pengembangan kurikulum harus
dilandaskan pada faktor sosiologis karena peserta didik sangat berkaitan erat dengan interaksi di
lingkungan sosial sekitarnya yaitu masyarakat yang nantinya nilai-nilai yang didapatkan selama
proses belajar mengajar harus sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat.
Dalam landasan ini pengembangan kurikulum bukan hanya berdasarkan atas keterampilan saja
namun lebih bersifat global dan teknologis karena zaman terus-menerus berkembang sehingga
budaya dari nilai sosial juga terus mengalami pertumbuhan dan perubahan di mana kebutuhan
masyarakat akan mengalami banyak perubahan juga kebutuhan. Masyarakat yang ada di perkotaan
akan berbeda dengan masyarakat pedesaan dan masyarakat tradisional akan berbeda dengan
masyarakat yang lebih modern sehingga kurikulum disini dikembangkan dengan memperhatikan
budaya dan nilai-nilai masyarakat yang nantinya akan menciptakan sumber daya manusia yang
memiliki hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik seiring
perkembangan kebudayaan.
b. Hal yang akan terjadi apabila tidak memperhatikan landasan sosiologis dan teknologis
Apabila tidak memiliki landasan, akibatnya terjadi pada hasil kurikulum itu sendiri yaitu sumber
daya manusia tidak dapat terbentuk dengan maksimal. Percuma kurikulum dilaksanakan tetapi
tidak memperhatikan landasan-landasan yang akan menjadi penentu terhadap proses pelaksanaan
dan hasil-hasil yang ingin dicapai oleh pendidikan. Ibaratnya landasan pengembangan kurikulum
ini sebagai pondasi yang kuat untuk membangun sasaran pendidikan yang bisa berdiri tegak,
kokoh dan tahan lama dan apabila landasan tersebut lemah tidak kokoh maka yang
dipertaruhkannya adalah manusianya (peserta didik) maka dari itu perlu adanya landasan dalam
pengembangan kurikulum.
3. a. Pengembangan KTSP di sekolah yang dilakukan oleh guru tersebut prinsip umumnya
yaitu berpusat pada potensi perkembangan kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi
sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
Kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam mengembangkan model
pembelajaran ini guru pada awalnya melakukan refleksi dan evaluasi terhadap hasil belajar murid-
muridnya lalu kemudian mendiagnosa kebutuhan muridnya apa yang muridnya butuhkan, metode
apa yang cocok untuk diterapkan kepada murid tersebut nah setelah itu guru mengaplikasikan
model pembelajaran tersebut dengan suasana belajar yang lebih menarik misalnya dengan
mengadakan media pembelajaran yang menarik supaya siswa nantinya akan merasa terlibat dalam
kepemilikan belajarnya sendiri.
Referensi :
Hernawan, Asep Herry, dkk. 2022. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD. Banten-
Indonesia : Universitas Terbuka.