MAKALAH
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Islam Luar
Sekolah yang dibimbing oleh dosen pengampuh : Devi Sela Eka Silvia M. Pd. I
Disusun Oleh :
Midya Yusarani 1711010095
Muhammad Sarkoni 1711010100
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan ungkapan syukur dihaturkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat, hidayah, dan ridhoNya kepada kami, kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kurukulum Pendidikan Luar Sekolah” ini dengan baik.
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada suri tauladan kita, seorang insan
paling mulia pembawa risalah Islam, Nabi Besar Muhammad SAW, yang kita
nanti nantikan syafa’atnya di yaumul kiamah nanti, aamiin...
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Devi Sela Eka
Silvia M. Pd. I, selaku dosen pembimbing matakuliah Pendidikan Islam Luar
Sekolah yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga
berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangannya, baik berupa pikiran maupun materi.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri kami pribadi dan
pembaca, khususnya bagi Mahasiswa/i UIN Raden Intan Lampung.
COVER............................................................................................................i
KATAPENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................1
C. Tujuan masalah.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Pendidikan Luar Sekolah
B. Kurikulum Pendidikan Luar Sekolah berdasarkan Jenis Pendidikan Luar
Sekolah
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidika mengandung makna yang sangat esensial bagi proses
memanusiakan manusi sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota
masyarakat, dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini mengandung
makna bahwa pendidikan memiliki keterkaitan dengan berbagai upaya
dalam peningkatan kualitas kehidupan manusi secara utuh. Usaha
pendidikan diwujudkan dalam pengembangan keseluruhan potensi
manusia ke arah yang lebih dewasa dan fungsional sehingga secara kreatif
dapat melahirkan berbagai pola tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan
tugas dalam kehidupan.
Pendidikan berlangsung sepanjang hayat sesuai dengan
perkembangan runtutan tugas peserta didik dan perkembangan masyarakat
yang samakin lama semakin kompleks. Peserta didik pula dituntut untuk
terus menerus mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kecakapan hidupnya.
Wahana untuk mengembangkan kemampuan belajar dan
kecakapan hidup dapat diperoleh dari berbagai lembaga pendidikan baik
formal, nonformal, maupun informal, baik secara terpisah maupun sebagai
lembaga yang saling melengkapi dan memperkaya. Dengan menggunakan
kurikulum kita akan dapat meningkatkan mutu, proses dan hasil
pendidikan. Namun, apakan kurikulum yang digunakan oleh pendidikan
formal sama dengan pendidikan nonformal? Oleh karena itu kami
membuat makalah ini agar kita dapat mengetahui perbedaan kurikulum
formal dan nonformal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian kurikulum pendidikan luar sekolah ?
2. Bagaimana kurikulum pendidikan luar sekolah ditinjau dari jenis-jenis
pendidikan luar sekolah ?
C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum pendidikan luar sekolah.
2. Untuk mengetahui kurikulum pendidikan luar sekolah berdasarkan
jenis pendidikan luar sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
2. PENDIDIKAN KEAGAMAAN
1. Majelis Taklim
Majelis taklim sebagai sebuah institusi pendidikan non formal
bidang keagamaan memiliki arti penting bagi pengalaman nilai-nilai
islam dimasyarakat. Hal ini dikarenakan majelis taklim menjadi ujung
tombak yang berhadapan langsung pada masyarakat. Majelis taklim
adalah lembaga pendidikan non formal jenis keagamaan. Oleh karena
itu muatan pengajarannya lebih menekankan aspek agama islam
dengan mengacu pada sumber utamanya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah
serta sumber hukum islam yang mu’tamad.
Sedangkan penyusunan kurikulum, materinya disesuaikan dengan
kondisi jamaah mejelis taklim yang terdiri dari ibu-ibu, bapak-bapak,
dan para pemuda/remaja. Penyusun kurikulum majelis taklim adalah
mengacu pada asas-asas sebagai berikut :
a. Asas agamis islam adalah agama dan tatanan hidup bersifat
universal, yang berlaku sepanjang hayat, dari sejak lahir hingga
ajal datang. Oleh karenanya, nilai-nilai dan norma-norma agama
islam ini wajib diwariskan kepada setiap umat islam.
b. Asas filosofis pancasila sebagai ideologi negara tidak bertentangan
dengan agama dan sila pertama dari pancasila adalah ketuhanan
Yang Maha Esa, dengan demikian menjadi muslim yang taat
berarti menjadi pancasilais yang baik.
c. Asas sosio culturak bangsa Indonesia mayoritas beragama islam
sehingga akar budaya islam yang ada pada masyarakat cukup kuat
seperti :
Tradisi mangaji di surau, masjid dan rumah-rumah.
Berkembangnya majelis taklim dimasyarakat.
Meningkatkan pengamalan nilai-nilai agama islam disemua
kalangan masyarakat.
2. Pendidikan Pondok Pesantren
Pengertian pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe-dan
akhiran-an, berarti tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja yang
dikutip oleh Haidar Putra Daulay, mengatakan pesantren berasal dari kata
santri yantu seorang yang belajar agama islam, sehingga dengan demikian
pesantren mempunyai arti, tempat orang berkumpul untuk belajar agama
islam. Ada juga yang mengartikan pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan islam Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami
ilmu tentang agama islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup
keseharian.
Kurikulum pendidikan pesantren saat ini tidak sekedar fokus pada
kitab klasik, tetapi juga memasukkan semakin banyak mata pelajaran dan
keterampilan umum. Kurikulum pondok pesantren tradisional statusnya
hanya sebgai lembaga pendidikan non formal yang hanya mempelajari
kitab-kitab klasik . Meliputi : nahwu, sorrof, tauhid, tafsir, hadist,
tawawuf, bahasa arah, fiqh, dan lain sebagainya. Dengan demikian
pelaksanaan kurikulum pendidikan pesantren ini berdasarkan kemudahan
dan kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam kitab. Jadi ada
tingkat awal, menengah dan lanjutan.
Jenjang pendidikan dalam pesantren tidak dibatasi seperti dalam
lembaga-lembaga pendidikan yang memakai sistem klasik. Umumnya
kenaikan tingkat seorang santri didasarkan pada isi materi kepada isi mata
pelajaran tertentu yang ditandai dengan tamat dan bergantinya kitab yang
dipelajari.
BAB III
KESIMPULAN