Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat
Indonesia. Bahasa memiliki peranan dalam kehidupan, karena selain
digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat
digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan. Di zaman era globalisasi
dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat di tuntut secara aktif
untuk dapat mengawasi dan memahami informasi di segala aspek kehidupan
sosial secara baik dan benar. Sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut,
bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat.
Dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat
dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan
satu kesepakatan dalam etika berbahasa, di sinilah peran aturan baru tersebut
digunakan. Dalam hal ini, kita selaku warga negara yang baik hendaknya
selalu memperhatikan rambu-rambu ketatabahasaan Indonesia yang baik dan
benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah bagian dari ketatabahasaan
indonesia, yang memiliki andil besar dalam mengatur etika berbahasa secara
tertulis, sehingga diharapkan informasi yang disampaikan dapat diterima
dengan baik,benar, dan terarah. Dalam praktiknya, diharapkan aturan tersebut
dapat digunakan dalam keseharian masyarakat, sehingga proses penggunaan
tata bahasa indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ejaan ?
2. Apasaja fungsi-fungsi yang terdapat dalam ejaan ?
3. Apasaja aspek yang terdapat dalam ejaan ?
C. Tujuan Penelitian
1. Dapat mengetahui pengertian dari ejaan
2. Dapat mengetahui fungsi-fungsi dari ejaan
3. Dapat mengetahui aspek-aspek yang terdapat dalam ejaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian  Ejaan
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa
dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan
tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan
kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata
sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar
masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa
demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.
Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna.
Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang
harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-
rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah
kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan
(EYD). EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan ketiga
dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya
penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima
tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP
dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan van Ophuijsen (nama
seorang guru besar belanda yang juga pemerhati bahasa), diberlakukan pada
tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang berkuasa di Indonesia pada masa
itu. Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan
Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka.1

1
Dr. Tutik patmawati, bahan info untuk mahasiswa, Andi, Jakarta, 2017, hlm 8

2
B. Fungsi Ejaan

Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang


menyangkutpembakuan tata bahasa maupun kosa kata dan peristilahan, ejaan
mempunyaifungsi yang cukup penting. Oleh karena itu, pembakuan
ejaan perlu diberiprioritas lebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan antara
lain, apabila pembakuan ejaan telah dilaksanakan, pembakuan
aspekkebahasaan yang lain pun dapat ditunjang dengan keberhasilan itu,
terutama jikasegenap pemakai bahasa yang bersangkutan telah menaati segala
ketentuan yangterdapat di dalam buku pedoman.

Secara praktis, ejaan berfungsi untukmembantu pemahaman pembaca


di dalam mencerna informasi yang disampaikansecara tertulis. Dalam hal ini
fungsi praktis itu dapat dicapai jika segala ketentuanyang terdapat di dalam
kaidah telah diterapkan dengan baik.2

D. Aspek – aspek Ejaan

1. Pemenggalan Kata

a. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:

1. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah
2. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga
pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-la
am-boi bukan am-bo-i
3. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf
konsonan.2

2
Drs. S. Amran.T.M.Hum, cermat berbahasa indonesia, akademika pressindo, jakarta, 2003, hlm
34

3
di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum
huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
4. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk
5. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,
pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama
dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-strumen, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trik, ikh-las

b. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang


mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis
serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian
baris.

Misalnya:

makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah

Catatan:

1. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.

2. Akhiran -i tidak dipenggal.

3. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan


sebagai berikut.

Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi

4
c. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur
itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan kata dapat
dilakukandi antara unsur-unsur itu.

Misalnya:

bio-grafi, bi-o-gra-fi

foto-grafi, fo-to-gra-fi

2. Pemakaian Huruf3

a. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
yang berikut. A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V,
W, X, Y, Z.

b. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas


huruf a, e, i, o, dan u.

Keterangan:

1. Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (ˊ) dapat
digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan.

Misalnya:

Anak-anak bermain di teras (téras).

c. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri


atas huruf huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

5
Keterangan:

1. Huruf k melambangkan bunyi hamzah.

2. Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan
Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar x).

d. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan


dengan ai, au, dan oi.

e. Gabungan Huruf Konsonan

Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing


melambangkan satu bunyi konsonan.

Catatan:

1. Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai
dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika
ada pertimbangan khusus.

f. Huruf Kapital

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata
pada awal kalimat.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya:

Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan


ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.

6
Misalnya: Islam, Quran, Kristen, Alkitab, Hindu, Weda,
AllahYang Mahakuasa
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim,
Imam Syafii
4. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama
orang.
Misalnya:Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan
yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang
digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.
Misalnya:Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru,
Profesor Supomo
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau
nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
7. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan
dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama
instansi, atau nama tempat tertentu.
Misalnya:Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama
orang.
Misalnya:Amir Hamzah
Catatan:
1. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada
de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama
Jerman), atau da (dalam nama Portugal).
Misalnya:J.J de Hollander, dan J.P. van Bruggen

7
2. Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk
menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.
Misalnya:Abdul Rahman bin Zaini, dan Siti Fatimah binti
Salim
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang
yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya: J/K atau JK-1 : joule per Kelvin, N : Newton
10. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang
yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:mesin diesel, 10 volt, dan 5 ampere
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
Misalnya:suku Sunda, dan bahasa Indonesia
12. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata
turunan.
Misalnya:pengindonesiaan kata asing, keinggris-inggrisan, dan
kejawa-jawaan
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, dan hari raya.
Misalnya: Hijriah, Masehi, Agustus, Maulid, Jumat, Galungan,
Lebaran, dan Natal
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama
peristiwa sejarah.
Misalnya:Perang Candu,dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
15. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah
yang tidak digunakan sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa
Indonesia.

8
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri
geografi.
Misalnya: Banyuwangi, Asia Tenggara, Cirebon, dan Amerika
Serikat
17. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama
geografi yang diikuti nama diri geografi.
Misalnya: Bukit Barisan, Danau Toba, Dataran Tinggi Dieng,
Gunung Semeru.
18. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama
diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan
kekhasan budaya.
Misalnya: ukiran Jepara, pempek Palembang, tari Melayu,dan
sarung Mandar
19. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi
yang tidak diikuti oleh nama diri geografi.
Misalnya: berlayar ke teluk dan mandi di sungai
20. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri
geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.
Misalnya:nangka belanda, kunci inggris, petai cina, dan pisang
ambon
21. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama
resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan
nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau,
dan untuk.
Misalnya:Republik Indonesia, Departemen Keuangan, Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 57 Tahun 1972
22. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan
nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dan nama dokumen resmi.

9
Misalnya:beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah
dan rakyat, menjadi sebuah republik, dan menurut undang-undang
yang berlaku

Catatan:

1. Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga


resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi
pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal
kata itu ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
21. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk
ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
Misalnya:Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rancangan Undang-Undang
Kepegawaian, dan Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
23. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah,
surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
24. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
Dr. Doktor, S.E. sarjana ekonomi, S.H. sarjana hukum, S.S.
sarjana sastra, S.Kp. sarjana keperawatan, M.A. master of arts
Catatan:

10
Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk
singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
036/U/1993.

25. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman,
yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:Adik bertanya, "Itu apa, Bu?", Besok Paman akan datang,
dan Surat Saudara sudah saya terima.
26. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau
penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
27. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang
digunakan dalam penyapaan.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?

g. Huruf Miring

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,


majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya:

Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan


Prapanca.

Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.

Catatan:

11
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk
dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan
tanda petik.

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau


mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau
ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
4. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia
penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak
miring digarisbawahi.

h. Huruf Tebal

1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab,
bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka,
indeks, dan lampiran.

Misalnya:

Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG

12
Bab : BAB I PENDAHULUAN

Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Tujuan

Daftar, indeks, dan lampiran:

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMBANG

DAFTAR PUSTAKA

INDEKS

LAMPIRAN

3. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau


mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk
keperluan itu digunakan huruf miring.

4. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan
sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan
polisemi.3

Catatan:Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata


yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah
ganda.

3. Penulisan Kata

a. Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya: Buku itu sangat tebal

3
Drs. Abdul Chaer, tata bahasa praktik bahasa indonesia, rineka cipta, Jakarta, 1998, hlm 1.

13
Kantor pajak penuh dan sesak.

b. Kata Turunan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis dengan kata serangkai


dengan kata dasarnya.

Misalnya: dikelola, penetapan, mempermainkan.

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis
dengan serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahului

Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.

3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata dan mendapat awalan
dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkaian.

Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan.

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya: antarkota, biokimia, paripurna, prasangka,transmigrasi.

c. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda


penghubung.

Misalnya: sayur-mayur, porak-poranda, tukar-menukar, terus-menerus.

d. Gabungan Kata

1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah


khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.

14
Misalnya: duta besar, kereta api, kambing hitam, rumah sakit.

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan


kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.

Misalnya: anak-istri saya, ibu-bapak kami, buku sejarah-baru.

3. Gabungan kata berikut ditulis serangkaian.

Misalnya: barangkali, kacamata, matahari, olahraga.

e. Kata Ganti ku, kau, mu dan nya

Kata ganti ku kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Misalnya: apa yang kumiliki boleh kauambil.

Sedangkan ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya: Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di
perpustakaan.

f. Kata Depan ke, di, dan dari.

Kata depan ke, di, dan dari ditul terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai suatu
kata seperti kepada dan daripada.

Misalnya: Kain itu ada di dalam lemari.4

g. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya: Harimau itu marah sekali pada sang kancil.

Surat itu dikirimkan kepada si pengirim.

4
Drs. Wijono H.S, Bahasa indonesia mata kuliah pengembangan keperibadian, PT. Gramedia
widia jarana, 2012, hlm 77

15
h. Partikel

1. Partikel -lah ,-kah dan -tah ditulis serangkaian dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu dengan teliti.

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya: Jika kau pergi, aku pun ikut pergi.

3. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahului dan mengikutinya.

Misalnya: Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 april.

i. Singkatan dan Akronim

Singkatan ialah bentuk kata/kalimat yang dipendekan yang terdiri dari satu
huruf atau lebih.

1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti
dengan tanda titik. Misalnya: Muh. Yamin M.Sc. Bpk.

2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan


atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri dari huruf awal
kata tulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya: DPR PT KTP

3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf ataw lebih diikuti satu
tanda titik. Misalnya: dll. dsb. Yth.

4. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata


uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Na cm kg Rp

Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan


suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan kata sebagai.

16
1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
yang ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia UPI Universitas Pendidikan
Indonesia SIM Surat Izin Mengemudi

2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital. Misalnya: Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia Kowani Kongres Wanita Indonesia

3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun ganbungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya
ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: Pemilu pemilihan umum Rudal
peluru kendali Tilang bukti pelanggaran

j. Angka dan Lambang Bilangan

Angka :

1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.


Didalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5… Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI,
VII, VIII, IX, X …

2. Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat luas dan isi,
satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas.Misalnya: 5 kilogram 10 liter 10
pukul 15.00 27 orang.

3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah


apartemen, atau kamar pada alamat.

Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15. Hotel Indonesia, kamar 169.

4. Angka juga digunakan untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surat Yasinn:9

17
5. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai
berikut. 1) Bilangan utuh.

Misalnya: Dua belas 12 Dua puluh dua 22 Dua ratus dua puluh dua 222

Bilangan pecahan

Misalnya: Tiga perempat, Tiga, dua pertiga3 dan Satu persen 1%

1. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara


berikut.

Misalnya: Pada abad XX. Sultan Hamengkubuono ke X.

2. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an.

Misalnya: Uang 5000-an. Lima uang 10000-an h) Lambang bilangan


yang dapat dinyatakandengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan,
seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir nonton drama
itu sampai tiga kali. Diantara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 20
orang tidak setuju.

Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada aawal kalimat. Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darma mengundang
250 orang tamu.

3. Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja
mendapat pinjaman 250 juta rupiah. Penduduk Indonesia berjumlah
lebih dari 120juta orang.

4. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam
teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.

18
Misalnya: Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Di lemari
itu tersimpan 805 buku dan majalah.

5. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya


harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp
999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan dan tujuh puluh lima
perseratus rupiah).5

k. Penulisan Unsur Serapan

Dampak pergaulan antarbangsa menimbulkan perkembangan cakrawala


budaya, terjadi keragaman, kombinasi adat istiadat, budaya yang dibawa
bangsa yang telah maju mempengaruhi budaya yang sedang berkembang
dan salah satu produk budaya yang paling utama bersentuhan adalah bahasa.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai
bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti
Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf
integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua
golongan besar.

a. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam


bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I'exploitation de
5
l'homme par I'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.

b. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan


dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar
ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

1. Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.

aa (Belanda) menjadi a

5
Amalia candrayani, S.S., M.Si., bahasa indonesia, PT. Raja grafindo persada, Jakarta, 2015, hlm,
28

19
paal pal

baal bal

2. Kosonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat


membingungkan.
Misalnya :
Gabbro gabro
Accu aki
Tetapi :
Mass massa
3. Akhiran Asing

Disamping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut diatas,


berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya
dalam bahaasa indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang
utuh.

Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh


disamping kata standar, efek, dan implemen.

Aat (belanda) menjadi at

l. Pemakaian tanda baca

a. Tanda titik

1. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan....


2. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar (tidak dipakai jika merupakan yang terakhir dalam suatu
deretan)
3. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu

20
4. Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
pustaka
5. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya (tidak
dipakai jika tidak menunjukkan jumlah)
6. Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya
7. Tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat

b. Tanda koma

1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan

2. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan

3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya (tidak dipakai jika anak
kalimat itu mengiringi induk kalimatnya). 6

4. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang


terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu,
jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi

5. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari
kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat

6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam


kalimat (tidak dipakai jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru)

6
Abdul chaer, tata bahasa praktis bahasa indonesia, rineka cipta, jakarta, 1998, hlm 30

21
7. Dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri
yang ditulis berurutan

8. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya


dalam daftar pustaka

9. Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki

10. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga

11. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka

12. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak


membatasi

13. Dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal


kalimat untuk menghindari salah baca

c. Tanda titik koma


1. Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara
2. Dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk
d. Tanda titik dua

1. Dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti


rangkaian atau pemerian (tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan)
2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian

22
3. Dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan
4. Dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab
dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam
karangan

e. Tanda hubung

1. Dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh


penggantian baris (Suku kata yang berupa satu vokal tidak
ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris)
2. Dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
pergantian baris (Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat
satu huruf saja pada pangkal baris)
3. Dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang
4. Dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tanggal
5. Dapat dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata
atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata
6. Dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan
-an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v)
nama jabatan rangkap
7. Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing

f. Tanda pisah

1. Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi


penjelasan di luar bangun kalimat

23
2. Dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas
3. Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke'
atau 'sampai dengan'
4. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda
hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya

g. Tanda tanya

1. Dipakai pada akhir kalimat tanya


2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya

h. Tanda seru

1. Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan


atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat

i. Tanda elipsis

1. Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus


2. Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang dihilangkan
3. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu
dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan
teks dan satu untuk menandai akhir kalimat

j. Tanda petik

1. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan


naskah atau bahan tertulis lain

24
2. Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat
3. Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri
petikan langsung.
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di
belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang
dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat
6. Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda
petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris

k. Tanda petik tunggal

1. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain


2. Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan
asing

l. Tanda kurung

1. Mengapit keterangan atau penjelasan


2. Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan
3. Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan
4. Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan

m. Tanda kurung siku

1. Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau


tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di dalam naskah asli

25
2. Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung

n. Tanda garis miring

1. Dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan


penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim
2. Dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap

o. Tanda penyingkat

1. Menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Penggunaan tanda baca perlu diperhatikan dalam penulisan karya tulis
atau karya ilmiah.
b. Ejaan yang berlaku sekarang ini adalah ejaan yang telah ditetapkan dan
diberlakukan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diatur dalam

26
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang di sempurnakan dan
pedoman umum pembentukan istilah.
c. Dari berbagai macam kesimpulan, maka penggunaan tanda baca perlu
untuk dipahami dan dipelajari lebih detail agar penggunaan tanda baca
pada karya ilmiah yang kita buat menjadi benar dan mudah dipahami
oleh orang-orang yang akan membaca karya tulis kita.

B. Saran
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kiranya suatu keharusan bagi
kita semua agar mampu memahami ejaan bahasa indonesia yang
disempurnakan (EYD).

DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati, Tutik. 2007. Bahasa Indonesia untuk mahasiswa. Yogyakarta:


Penerbit Andi.

Amran, dkk. 2003. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit


Akademika Pressindo.

Hapsari, Sri dkk. 2014. Bahasa Indonesia: Penulisan dan Penyajian. Depok:
Penerbit Raja Grafindo.

27
HS, Wijono. 2012. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Chaer, Abdul. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.

28

Anda mungkin juga menyukai