Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI PUSAT KEGIATAN

BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) PAKET B


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum Berbasis Kompetensi

Dosen Pembimbing :
Dr. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Dr. Riche Chyntia Johan, M. Si

Disusun Oleh :
Amelia Luthfi Priyani 1804599
Anisah Fauziyyah 1800239
Aulia Rachma Febriani 1807458
Melda Yulianti 1807042

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
A. Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui dalam era revolusi industri 4.0, teknologi dan softskill
seseorang menjadi salah satu faktor terpenting dalam bersaing dan bertahan di
masyarakat. Di tengah globalisasi yang semakin pesat, revolusi industri 4.0
mempengaruhi perubahan dunia dalam bidang IPTEK, begitu pula dalam bidang
pendidikan. Selaras dengan hal tersebut, sudah sejatinya bahwa kurikulum yang ada di
sekolah dirancang dinamis yang mana kurikulum tersebut haruslah dapat beradaptasi
sesuai dengan perubahan zaman, oleh karena itu kurikulum berbasis kompetensi
dijadikan sebagai salah satu upaya dalam mempersiapkan para peserta didik di tengah
persaingan global yang semakin ketat. Semakin pesatnya perkembangan zaman tentu
menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik yang harus menyesuaikan diri dengan
perubahan pola mengajar peserta didiknya agar dapat lebih kreatif, aktif dan komunikatif
sehingga pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan dengan lancar dan dapat
mencapai tujuan pendidikan.
Dalam suatu pendidikan, kurikulum merupakan hal penting, oleh karena itu dalam
merencanakan dan merancang kurikulum harus benar-benar diperhatikan. Termasuk di
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau yang biasa disebut dengan pendidikan
kesetaraan. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dijelaskan bahwa pendidikan kesetaraan merupakan salah satu alternatif untuk
mengurangi angka putus sekolah. Pendidikan kesetaraan merupakan pendidikan non-
formal bagi bagi warga Negara Indonesia usia sekolah yang berfungsi untuk
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan
dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Untuk itu, meskipun termasuk pendidikan non-formal, proses pembelajaran di Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) setidaknya setara dengan pendidikan formal,
termasuk dalam kebijakan kurikulumnya. Namun yang sangat membedakan ialah adanya
fleksibilitas proses penyelenggaraan pembelajaran. Dimana di pendidikan formal, proses
pembelajaran sudah secara baku dilaksanakan selama 5 atau 6 Hari dengan jam pelajaran
yang telah baku ditentukan. Sedangkan di PKBM dengan adanya fleksibilitas proses
pembelajaran dapat melaksanakan proses tersebut dengan menggabungkan pola
pembelajaran Tatap Muka Langsung, Tutorial, dan atau Mandiri.
Selain itu, berbicara mengenai kebijakan kurikulum. Berdasarkan latar belakang
tersebut, penulis mencoba untuk menganalisis tentang diterapkannya kurikulum berbasis
kompetensi di pusat kegiatan belajar masyarakat.

B. Hasil Penelitian
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
PKBM merupakan satuan pendidikan nonformal yang bertujuan untuk
memfasilitasi dan memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat. Sedangkan menurut
para ahli, PKBM merupakan suatu tempat kegiatan pembelajaran masyarakat yang
terfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan sesuai dengan kebutuhan
belajar dan potensi masyarakat dalam mencapai kemajuan pendidikan, ekonomi, sosial
dan budaya (Sudjana 2003:2). Menurut Sihombing dan Gutama (2000) PKBM
merupakan suatu wadah dimana seluruh kegiatan belajar masyarakat dalam rangka
peningkatan pengetahuan, keterampilan, hobi atau bakatnya yang dikelola dan
diselenggarakan sendiri oleh masyarakat. Berdasarkan definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa PKBM merupakan sebuah lembaga pendidikan yang dikembangkan
dan dikelola oleh masyarakat sebagai wadah di berbagai kegiatan pembelajaran
masyarakat yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan, ekonomi,
dan sosial.

Kurikulum Berbasis Kompetensi


Kurikulum dalam arti sempit memiliki makna sebagai kumpulan berbagai mata
pelajaran yang diberikan pendidik kepada peserta didik melalui kegiatan proses
pembelajaran. Menurut Daniel Tanner dan Laurel Tanner kurikulum merupakan
pengalaman belajar yang terarah dan terencana secara struktur dan tersusun melalui
proses rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman secara sistematis yang berada dibawah
pengawasan lembaga pendidikan sehingga pelajar memiliki motivasi dan minat belajar.
Sebutan kompetensi (competence) kerap disandingkan dan sering disamakan
dengan kinerja (performance) serta keahlian (skill). Ketiga istilah ini memanglah
berhubungan erat secara timbal balik, tetapi berbeda ukuran dan konsepnya. Kompetensi
tidak kasat mata, berdimensi batiniah, dan mentalitas ataupun abstrak sifatnya, sebab
berurusan dengan kewenangan untuk menguasai serta melaksanakan sesuatu. Dapat
disimpulkan kompetensi merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas
dan pekerjaan dibidang tertentu.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan seperangkat perencanaan
serta pengaturan Pendidikan yang guna mencapai kompetensi tertentu. Bisa pula
dikatakan kalau KBK merupakan kurikulum yang berisi beberapa kompetensi yang
diperlukan dan butuh dipahami oleh pembelajar buat menempuh kehidupan mereka, baik
untuk memperoleh pekerjaan, bekerja, melanjutkan riset, ataupun belajar sepanjang
hayat. Kompetensi tersebut disusun serta dikemas sedemikian rupa sehingga
membolehkan untuk dicapai serta dipahami oleh pembelajar.
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan kurikulum yang digunakan saat ini
oleh lembaga pendidikan formal secara menyeluruh. Akan tetapi, pada pendidikan non
formal kurikulum berbasis kompetensi ini baru diselenggarakan tahun 2019 di sebagian
PKBM. Kurikulum berbasis kompetensi di lembaga formal maupun non formal tidak
jauh berbeda. Terbukti dari tujuan kompetensi yang dicapai terbilang sama dan setara.
Yang membedakan ialah adanya fleksibilitas proses kegiatan pembelajaran. Dimana pada
pendidikan formal kegiatan pembelajaran dilaksanakan 5 atau 6 hari dengan jam
pelajaran yang sudah ditentukan. Sedangkan di PKBM kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan menggabungkan metode pembelajaran tatap muka langsung, tutorial
atau secara mandiri. Dengan adanya fleksibilitas PKBM dapat dengan mudah mengatur
jam dan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Pada pertengahan tahun 2016, kemendikbud membuat perubahan dalam kebijakan
kurikulumnya di Permendikbud No.24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan
kompetensi dasar pelajaran pada kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Dimana dalam kebijakan tersebut dimasukkan unsur pendidikan kesetaraan
untuk pengaplikasian kurikulum 2013 (K-13). Struktur kurikulum tersebut dibuat pada
tanggal 2017 untuk Paket A, Paket B, dan Paket C. Dalam Mini Paper ini, penulis akan
membahas terkait struktur kurikulum pendidikan kesetaraan untuk paket B.
Struktur Kurikulum Pendidikan Kesetaraan Paket B
Struktur kurikulum merupakan pola susunan mata pelajaran dan beban belajar
yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Struktur ini
meliputi mata pelajaran dan bobot satuan kredit kompetensi (SKK). penyusunan
kurikulum untuk pendidikan kesetaraan mengacu pada kompetensi inti dan dasar dari
kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Kompetensi-kompetensi yang dimasukkan
dapat dilakukan secara kontekstual dan fungsional sesuai kebutuhan tanpa mengurangi
kualitas dan standar kompetensi yang ada.
SKK yang dipakai harus diperhitungkan untuk setiap mata pelajaran yang terdapat
dalam struktur kurikulum. Satu SKK dihitung berdasarkan pertimbangan muatan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di tiap mata pelajaran. Di dalamnya
terdapat satuan kompetensi yang dicapai melalui pembelajaran 1 jam pembelajaran tatap
muka, atau 2 jam pelajaran tutorial, atau 3 jam pelajaran mandiri, atau kombinasi secara
proporsional dari ketiganya. Satu jam yang dimaksud adalah satu jam pelajaran yang
sama dengan 40 menit untuk paket B.
Struktur kurikulum program pendidikan kesetaraan memandu agar peserta didik
dapat mencapai standar kompetensi lulusan sesuai Permendikbud No 20 tahun 2016
dengan orientasi pengembangan olah karya. Untuk paket B peserta didik diharapkan
memiliki keterampilan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja. Pengembangan olah karya
yang bertujuan pada keterampilan fungsional ini menjadi kekhasan program pendidikan
kesetaraan. Selain itu kurikulum pendidikan kesetaraan terdiri dari mata pelajaran
kelompok umum dan khusus.
Kelompok umum dalam kurikulum pendidikan kesetaraan memuat mata pelajaran
yang disusun mengacu pada standar pendidikan formal. Kontennya dapat dikembangkan
oleh pusat dan merupakan mata pelajaran wajib untuk semua peserta didik. Sementara
untuk kelompok khusus berisikan program pengembangan kecakapan hidup yang
mencakup keterampilan okupasional, fungsional, vokasional, sikap, dan kepribadian
profesional yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pendidikan
kesetaraan. Karakteristik pendidikan kesetaraan meliputi pemberdayaan diri,
keterampilan, strategi yang sesuai dengan kebutuhan, dan tingkatan pendidikan. Di
pendidikan kesetaraan paket B, tingkatan pendidikannya dibagi menjadi 2, yaitu muatan
dan kompetensi tingkatan 3 atau setara dengan kelas VII-VIII pada jenjang pendidikan
formal, dan tingkatan 4 atau setara dengan kelas XI pada jenjang pendidikan formal

STRUKTUR KURIKULUM PAKET B

Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)

Mata Pelajaran Tingkatan 3/ Derajat Tingkatan 4/ Jumlah


Terampil 1 Setara Derajat Terampil 2
Kelas VII-VIII Setara Kelas IX

Kelompok Umum

1 Pendidikan Agama

2 Pendidikan Kewarganegaraan

3 Bahasa Indonesia

4 Bahasa Inggris 56 27 83

5 Matematika

6 Ilmu Pengetahuan Alam

7 Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelompok Khusus

8 Pemberdayaan
24 11 35
9 Keterampilan

Jumlah 80 38 118
(Tabel Struktur Kurikulum untuk Pendidikan Kesetaraan Paket B)

C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, dapat dikatakan bahwa Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau yang biasa disebut dengan pendidikan
kesetaraan merupakan suatu tempat pembelajaran dan juga pusat informasi yang
diperuntukan bagi masyarakat, bahkan pkbm dibentuk, dikelola, dari dan untuk
masyarakat. Selain itu, pkbm juga dijadikan sebagai wadah bagi berbagai jenis
keterampilan, fungsional yang bertujuan pada pemberdayaan masyarakat setempat guna
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap masyarakat dalam bidang sosial,
ekonomi, dan budaya (UU. No. 20 tahun 2003).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka, dapat disimpulkan bahwa PKBM
merupakan sebuah tempat pembelajaran dan sumber informasi bagi masyarakat sehingga
PKBM tersebut memiliki ciri khas tersendiri, yaitu :
1. Pembentukan dan pengelolaannya berlandaskan pada inisiatif masyarakat.
2. Memberikan layanan pendidikan baik individu maupun kelompok.
3. Diselenggarakan disesuaikan dengan potensi dan sumberdaya masyarakat
setempat.
4. Terdapat fasilitator, bahan belajar, media belajar, sarana belajar, dan tempat
informasi.

Jika dianalisis berdasarkan pengertian dan karakteristiknya, pkbm bertujuan agar


kesempatan belajar masyarakat semakin luas. Kemudian, peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental masyarakat juga menjadi fokus di pkbm. Selain itu,
pengembangan diri masyarakat juga penting, karena berkaitan dengan sumber nafkah
masyarakat. Sehingga secara tidak langsung pkbm juga bertujuan untuk menciptakan
ataupun memperbaiki nafkah dari masyarakat setempat. Berkaitan dengan tujuannya,
fungsi PKBM sendiri terbagi menjadi dua, yaitu fungsi utama dan fungsi pendukung.
Fungsi utama dari PKBM merupakan sebagai wadah bagi masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dituangkan ke dalam berbagai
kegiatan untuk mengembangkan diri. Sementara itu, fungsi pendukung dari PKBM
merupakan sebagai pusat informasi baik bagi masyarakat, pemerintah, dan swasta.
PKBM terdiri dari 3 tingkat, yaitu Paket A untuk kesetaraan Sekolah Dasar (SD), Paket B
untuk kesetaraan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Paket C untuk kesetaraan
Sekolah Menengah Atas (SMA).
Berdasarkan tujuan dan fungsi di atas dapat dikatakan bahwa kompetensi di
sekolah formal dengan kompetensi di sekolah non-formal (dalam hal ini PKBM),
memiliki kemiripan yang mana sama-sama menggunakan kurikulum berbasis
kompetensi, hanya saja, yang membedakan PKBM dengan pendidikan formal adalah ang
adanya fleksibilitas proses kegiatan pembelajaran. Khususnya pada kebijakan kurikulum
dari pusat kegiatan belajar masyarakat paket B menekankan pada kompetensi yang harus
dicapai oleh peserta didik.
Berdasarkan struktur kurikulum pendidikan paket B meliputi mata pelajaran dan
bobot satuan kredit kompetensi (SKK). Satu SKK dihitung berdasarkan pertimbangan
muatan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di tiap mata pelajaran.
Output daripada paket B, peserta didik didik diwajibkan memiliki keterampilan untuk
menunjang masyarakat di dunia kerja. Sehingga, dengan adanya pengembangan
keterampilan fungsional ini, menjadi ciri khas dari pendidikan non-formal PKBM.
Di samping itu kurikulum pendidikan kesetaraan terdiri dari mata pelajaran
kelompok umum dan khusus. Untuk mata pelajaran kelompok khusus terdiri dari mata
pelajaran yang mengacu kepada standar pendidikan formal. Isi dari mata pelajarannya
pun dikelola oleh pusat dan wajib dipelajari oleh setiap peserta didik, seperti matematika
dan bahasa indonesia. Berbeda dengan mata pelajaran khusus yang berisikan program
pengembangan keterampilan hidup yang mencakup keterampilan okupasional,
fungsional, vokasional, sikap, dan kepribadian profesional, seperti pencak silat, menjahit,
dan sebagainya.

D. Simpulan dan Rekomendasi


Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau yang biasa disebut dengan pendidikan
kesetaraan. PKBM merupakan satuan pendidikan nonformal yang bertujuan untuk
memfasilitasi dan memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat. Adapun tujuan
kompetensi di sekolah formal dengan kompetensi di sekolah non-formal (dalam hal ini
PKBM), memiliki kemiripan yaitu sama-sama menggunakan kurikulum berbasis
kompetensi, hanya saja, yang membedakan PKBM dengan pendidikan formal adalah
adanya fleksibilitas proses kegiatan pembelajaran. Khususnya pada kebijakan kurikulum
dari pusat kegiatan belajar masyarakat paket B menekankan pada kompetensi yang harus
dicapai oleh peserta didik. Terbukti dari tujuan kompetensi yang dicapai terbilang sama
dan setara. Sedangkan di PKBM kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan
menggabungkan metode pembelajaran tatap muka langsung, tutorial atau secara mandiri.
Dengan adanya fleksibilitas PKBM dapat dengan mudah mengatur jam dan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Untuk paket B peserta didik diharapkan memiliki
keterampilan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja. Pengembangan olah karya yang
bertujuan pada keterampilan fungsional ini menjadi kekhasan program pendidikan
kesetaraan.
Selain itu, agar hasil pembahasan ini lebih kuat, penulis merekomendasikan
kepada pembaca agar melakukan studi pustaka dan studi jurnal terkait PKBM yang ada di
Indonesia atau daerah setempat. Penulis menyadari bahwa mini paper ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran terhadap penulisan mini paper ini
dibutuhkan agar dapat menjadi lebih baik lagi.

Rujukan
Kurikulum. (2013). Pendidikan Kesetaraan - Paket B, Referensi PKBM dari web Badan
Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal (BAN
PAUD dan PNF), diakses tanggal 18 November 2020 pukul 17.36 WIB di
https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/download-center

Permendikbud No. 24 tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dari web Badan Standar
Nasional Pendidikan (BNSP) kolom Pendidikan Dasar Menengah (SNP
DIKDASMEN), diakses tanggal 19 November 2020 pukul 10.47 WIB di
https://bsnp-indonesia.org/wp-
content/uploads/2009/04/Permendikbud_Tahun2016_Nomor020.pdf
Hadiyanti, Puji. (2013). Pengembangan Kurikulum Program Paket B. Jurnal Ilmiah VISI P2TK
PAUDNI. 8(2), 120-128.

Anda mungkin juga menyukai