Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN IPS TINGKAT SEKOLAH DASAR

niretno pratiwi

niretno13@gmail.com

Abstrak
Curriculum development always discusses changing needs with current education, in the field of
social science education as well. Curriculum development has an educational level, in this case it will
discuss curriculum development, containing the principles, goals and benefits of social science
education in elementary schools.

Keywords: curriculum development, social science education, elementary school

Latar Belakang

Pendidikan ips merupakan suatu synthetic discipline yang berusaha untuk


mengorganisasikan dan mengembangkan substansi ilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan
psikologis untuk tujuan Pendidikan. sekolah dasar merupakan tingkat Pendidikan formal
pertama yang ada di Indonesia. Sekolah dasar ini ditujukan untuk meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. dengan demikian siswa dapat memiliki dan
menanamkan sikap budi pekerti terhadap sesama. Pendidikan IPS di Sekolah dasar
merupakan merupakan pengintegrasian dari berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora,
serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan, disajikan secara ilmiah dan pedagogis
untuk tujuan Pendidikan.

Tujuan dari Pendidikan IPS tersebut yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
peka terhadap permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang tejadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat.

Program belajar IPS diperlukan untuk memenuhi tujuan dari Pendidikan IPS itu sendiri, oleh
sebab itu diperlukan kurikulum yang sesuai untuk tingkat sekolah dasar supaya mampu
menunjang Pendidikan siswa sekolah dasar. Kurikulum tersebut perlu menyesuaikan
dengan kondisi dunia pendidikan yang terjadi saat ini, dalam hal ini kurikulum Pendidikan
mengalami perkembangan guna menyesiaikan dengan kondisi dan kebutuhan Pendidikan
saat ini.

Menurut Sukmadinata Pengembangan kurikulum Pendidikan dapat dilakukan dengan


menjelaskan langkah-langkah : (1) identifikasi kebutuhan pendidikan, (2) analisis dan
pengukuran kebutuhan, (3) penyusunan desain kurikulum, (4) validasi kurikulum, (5)
implementasi kurikulum, (6) evaluasi kurikulum.

Dalam konteks Pendidikan IPS, pengembangan ips disesuaikan dengan tingkat satuan
pendidikannya. Pengembangan kurikulum Pendidikan ips dimulai sejak diberlakukannya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mengapa demikian, karean pada KTSP ini
sudah terdapat perincian yang jelas mengenai subjek pengajarannya, dan IPS tercantum di
dalamnya.
Kajian Teori

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum

Pengembangan berasal dari kata dasar “kembang”, mendapat imbuhan “pe-an”, yang
berarti “proses, cara, perbuatan mengembangkan”. Dalam bahasa Inggris, istilah
pengembangan digunakan kata “development” (noun) yang berasal dari kata “develop”
(verb) yang artinya “grow larger, fuller, or more mature, organized”.

Proses pengembangan kurikulum, terdapat tiga kegiatan yang selalu terkait dan tidak
dapat dipisahkan, yakni desain, implementasi, dan evaluasi. Pengembangan kurikulum
merupakan suatu proses yang tiada henti (ongoing process) antara berbagai komponen,
yaitu: orientations, development, implementation dan evaluation.

Senada dengan Saylor dan Miller & Seller, Sukmadinata menjelaskan bahwa
pengembangan kurikulum bisa dilakukan dengan langkah-langkah : (1) identifikasi
kebutuhan pendidikan, (2) analisis dan pengukuran kebutuhan, (3) penyusunan desain
kurikulum, (4) validasi kurikulum, (5) implementasi kurikulum, (6) evaluasi kurikulum.

B. Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum

Sukmadinata mengelompokkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ke dalam dua hal,


yakni prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus. Kurikulum dikembangkan
berdasarkan pada prinsip-prinsip yang dianutnya. Prinsip itu pada dasarnya merupakan
kaidah yang menjiwai kurikulum tersebut. (Muhammad Zaini, 2009)

1. Prinsip Umum

Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum:

a. Prinsip relevansi
Secara umum istilah relevansi diartikan sebagai kesesuain atau keserasian
pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat. Artinya pendidikan
dipandang relevan jika hasil perolehan pendidikan itu bersifat fungsional. Ada
dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke luar dan
relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksunya tujuan,
isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan
dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Kurikulum
menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat.
Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu ada kesesuain atau
konsistensi anatara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi,
proses penyampaian, dan penilaian.
b. Prinsip fleksibilitas
Fleksibilitas ini artinya lentur/tidak kaku dalam memberikan kebebasan
bertindak. Dalam kurikulum pengertian itu dimaksudkan kebebasan dalam
memilih program-program pendidikan bagi murid dan mengembangkan
program pendidikan bagi para guru.
c. Prinsip kontinuitas
Prinsip kontinuitas yaitu berkesinambungan. Perkembangan dan proses
belajar akan berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus
atau berhenti-henti. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang
disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan anatar satu tingkat
kelas, dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang
lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
d. Prinsip praktis
Yaitu mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dana biayanya
juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisien. Betapapun bagus dan
idealnya suatu kurikulum kalua menuntut keahlian-keahlian dan peralatan
yang sangat khusus dan mahal pula biayanya, maka kurikulum tersebut tidak
praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan Pendidikan selalu
dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu,
biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi
juga praktis.
e. Prinsip efektifitas
Dalam sajian bidang pendidikan prinsip efektifitas ini dikaitkan dengan
efektifitas guru mengajar dan efektifitas para murid belajar. Implikasi prinsip
ini dalam pengembanagan kurikulum ialah mengusahakan agar setiap
kegiatan kurikuler membuahkan hasil tanpa ada kegiatan yang mubazir dan
terbuang percuma.
2. Prinsip khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum:
a) Prinsip berkenaan dengan tujuan Pendidikan
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan.
Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum
atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan
khusus).
b) Prinsip berkenaan dengan isi Pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah
ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal:
 Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk
perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana
 Isi bahan harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
 Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan
siitematis
c) Prinsip berkenaan dengan pemilihan belajar mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya
memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:
 Apakah metode/tekhnik belajar-mengajar yang digunakan cocok untuk
mengajar bahan pelajaran?
 Apakah metode/tekhnik tersebut memberikan kegiatan yang
bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
 Apakah metode/tekhnik tersebut memberikan urutan kegiatan yang
bertingkat-tingkat? Apakah metode tersebut dapat menciptakan
kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
 Apakah metode/tekhnik tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau
mengaktifkan guru atau kedua-duanya?
 Apakah metode/tekhnik tersebut mendorong berkembangnya
kemampuan baru?
 Apakah metode/tekhnik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar
di sekolah dan di rumah, juga mendorong pengunnan sumber yang
ada dirumah dan di masayarakat?
 Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang
menekankan “learning by doing” di samping “learning by seeing and
knowing”.
d) Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran Proses
belajar-mengajar yang baik perlu didukung oleh pengunaan media dan alat-
alat bantu pengajaran yang tepat:
 Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah
tersedia? Biala laat tersebut tidak ada apa penggantinya?
 Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan:
bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiyaannya,
waktu pembuatan?
 Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah
dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
 Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.
e) Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Penilaian
merupakan bagian integral dari pengajaran :
 Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya langkah-langkah
sebagai berikut:
Rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Uraiakan ke dalam bentuk tingkah-
tingkah laku murid yang dapat diamati. Hubungkan dengna bahan
peljaran. Tuliskan butir-butir test.
 Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan
beberapa hal :
Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan
ditest? Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
Apakah test tersebut berbentuk uaraian atau objektif? Apakah test
tersebut diadministrasikan oleg guru atau oleh siswa?
 Dalam pengelohan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test? Apakah
digunakan formula quessing? Bagaimana pengubahan skor ke dalam
skor masak? Skor standar apa yang digunakan? Untuk apakah hasil-
hasil test digunakan?

C. Pengembangan Kurikulum
Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi,
yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu
pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokohtokoh masyarakat.
1) Peranan para administrator Pendidikan
Para administrator pendidikan ini terdiri dari: direktur bidang pendidikan,
pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor
kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan para administrator
si tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam pengembangan kurikulum
adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar seta
program inti kurikulum.
2) Peranan para ahli
Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan tuntutan
kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan
konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum
membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli
kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu.
Partisipasi para ahli pendidikan dan ahli kurikulum terutama sangat
dibutuhkan dalm pengembangan kurikulum pada tingkat pusat. Apabila
pengembanagan kurikulum sudah banyak dilakukan pada tingkat daerah atau
local, maka pertisipasi mereka pada tingkat daerah, lokal bahkan sekolah
juga sangat diperlukan, sebab apa yang telah digarikan pada tingkat pusat
belum tentu dapat dengan mudah dipahami oleh para pengembangan dan
pelaksana kurikulum di daerah.
3) Peranan guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam perencanaan
maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan
pengembang kurikulum bagi kelasnya. Peranan guru bukan hanya menilai
perilaku dan prestasi belajar murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai
implementasi kurikulum dalam lingkup yang lebih luas
4) Peranan orang tua murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum
peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama dalam
penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam
penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut seta, hanya
terbatas kepada beberapa orang tua saja yang cukup waktu dan mempunyai
latar belakang yang memadai.

D. Perkembangan kurikulum IPS SD


1. Kurikulum IPS SD Tahun 1975-2006
Kurikulum ilmu pengetahuan sosial (IPS) sekolah dasar tahun 2006 yang
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun
2006 tanggal 23 Mei 2006, mempunyai karakteristik tersendiri karena kurikulum IPS
yang mulai berlaku tahun pelajaran 2006 itu tidak menganut istilah pokok bahasan,
namun cukup simpel yakni Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, hal ini jauh
lebih sederhana dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya dan jam pelajaran
relatif lebih sedikit perminggu\nya. Semuanya ini memberikan peluang yang luas
bagi guru sebagai pengembang kurikulum untuk berkreasi dalam pengembangan
kurikulum yang mengacu pada pembelajaran IPS yang PAKEM (Pembelajaran Aktif
Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Di tangan gurulah kurikulum ini dapat hidup dan
berkembang karena pengembangan materi kurikulum akan baik apabila sesuai
dengan tingkat perkembangan nalar siswa, perbedaan perseorangan / individu dan
kemampuan daya serap siswa, suasana pembelajaran yang kondusif, serta sarana
dan sumber belajar yang tersedia.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya,kurikulum tahun 2006 lebih simpel dan
efektif.Namun memilki nuansa yang padat dan memiliki paradigma baru dalam
pembelajaran IPS.Hal ini di harapkan agar guru dapat mandiri,mau dan mampu
menentukan sendiri pendekatan,metode dan alat evaluasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi yang dihadapi.Dengan demikian ,nyata sekali bahwa peran
guru bsebagai perencana dan pelaksana kegiatan belajar dan mengajar sangat
penting dan keterlibatan atau keikutsertaan secara aktif kedua belah pihak , yaitu
guru dan siswa akan mewarnai kegiatan belajar dan mengajar yang diharapkan.
Selain hal tersebut, apabila kita simak uraian materi pada kurikulum pendidikan
IPS SD tahun 2006 bersifat hanya memberi rambu-rambu untuk kedalaman dan
keluasan materi dalam mnencapai kompetensi dasar yang diharapkan,di sini aspirasi
setempat (muatan lokal) dapat dituangkan dalam proses pembelajaran IPS
terpadu.Di dalam kompetendi dasar, terdapat kata kerja operasional yang
menunjukkan cara pembelajaran yang disarankan.Apabila ditelaah maka kata kerja
operasional tersebut mengacu pada cara belajar aktif misalnya membuat
menunjukkan, menceritakan, mencari menggunakan mengamati dan menggambar.
Materi pelajaran ilmu pengetahuan sosial sekolah dasar terdiri dari materi
Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Materi IPS SD tidak tampak secara nyata,
namun tertata secara terpadu dalam standar kompetensi yang dimulai sejak kelas
satu sampai dengan kelas enam. Pembelajaran IPS pada kelas 1 sampai kelas 3
dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas 4 sampai kelas 6
dilaksanakan melalui pendekatan pelajaran.
Berbeda halnya dengan kurikulum IPS 1994 materi pelajaran ditata secara lebih
terpadu dan lebih sederhana dari pada materi kurikulum IPS 1986 dan kurikulum IPS
1975 yang masih tampak berdiri s\endiri – sendiri, namun dalam kurikulum IPS tahun
2006 tertata dalam standar kompetensi dari kelas 1 sampai kelas 6. Materi kurikulum
IPS 1994 merupakan korelasi antara berbagai ilmu atau disiplin ilmu penunjangnya.
Dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, yakni kurikulum IPS 1986, 1975 dan
1968, yang belum tampak korelasi adalah kurikulum IPS 1986 dimana materi IPS
masih berdiri sendiri – sendiri secara terpisah dan merupakan broad-field antara ilmu
bumi, sejarah, dan pengetahuan kewarganegaraan.
Dalam kurikulum 1975 unsur pendidikan kewarganegaraan dalam IPS mulai
dipisahkan dan dijadikan bidang studi tersendiri dengan nama Pendidikan Moral
Pancasila (PMP). Dalam kurikulum 1994 antara IPS dan PMP tetap terpisah hanya
PMP mengalami perubahan nama menjadi pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKN). PPKN diajarkan sejak kelas 1, sedangkan IPS diajarkan
mulai kelas 3.
Ditinjau dari segi tujuan kurikuler, kurikulum 1964 lebih menekankan unsur tujuan
pendidikan kewargaan negara/moral. Bahkan bahkan dalam kurikulum 1968 lebih
menonjol. Unsur tersebut dalam Kurikulum 1975, 1986 dan 1994 terwadahi dalam
bidang studi PMP/PPKN. Dari segi penyusunan tujuan kurikuler, kurikulum 1994
sama dengan kurikulum 1986, yakni 4 tujuan kurikuler IPS , masing-masing 1 tiap
kelas dan 3 tujuan kurikuler Sejarah Nasional masing-masing 1 tiap kelas.
Dari segi lingkup bahan pengajaran, kurikulum 1994 tetap menggunakan
pendekatan spiral (yakni pengajaran yang dimulai dari lingkungan terdekat dan
sederhana sampai kepada lingkunganyang makinluas dan kompleks ). Yang pada
dasarnya pendekatan ini diterapkan pada kurikulum 1964, 1968, 1975 dan 1986.
Khusus untuk sejarah nasional, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
periodisasi yaitu penyampaian bahan pelajaran dimulai dari zamankuno sampai
dengan sejarah kontemporer. Dalam kurikulum 1994 materi sejarah nasional
ditambah dengan sejarah lokal sedangkan dalam kurikulum 1986, 1975, dan 1968
materi sejarah nasional terdapat pula bidang studi pendidikan sejarah perjuangan
bangsa (PSBB).
Dari segi materi Kurikulum, secara umum dapat dikatakan bahwa sejak
Kurikulum 1964 dengan Kurikulum 1986 memperlihatkan perkembangan materi yang
semakin padat dan sarat, namun dalam Kurikulum 1994 materi mulai
disederhanakan dan diserahkan kepada guru selaku pengembang kurikulum untuk
memperluas dan memperdalam materi. Hal ini terlihat hanya terdapat 29 pokok
bahasan, sedangkan dalam kurikulum 1986 terdapat 39 pokok bahasan. Sebagai
perbandingan jumlah pokok bahasan pada Kurikulum 1964 sebanyak 18, Kurikulum
1968 sebanyak 19 dan Kurikulum 1975 sebanyak 29 pokok bahasan.
Dari segi alokasi waktu yang disediakan pada dasarnya antara kurikulum 1986
dengan kurikulum 1994 jumlah waktu yang disediakan tidak mengalami perbedaan
yang berarti, namun dalam kurikulum IPS 2006 alokasi waktu relatif sedikit yakni 3
jam dalam waktu 1 minggu (3 X 35 menit). Perbedaan yang esensi terletak pada
jumlah pokok bahasan karena kurikulum 1986 padat dan sarat dengan materi
sehingga kedalaman dan keluasan materi cenderung dibatasi sedangkan kurikulum
1994 kedalaman dan keluasan materi diserahkan sepenuhnya kepada guru selaku
pengembang kurikulum dan kurikulum 2006 lebih simpel lagi.

2. Rancangan Kurikulum IPS SD 2013

Karakteristik kurikulum 2013 adalah tematik integratif dan berbasis sains. Proses
pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian
berbasis tes dan portofolio saling melengkapi. Kompetensi yang ingin dicapai adalah
kompetensi yang berimbang antara sikap ( attitude ), keterampilan ( skiil ), dan
pengetahuan ( knowledge ).

Rancangan Kurikulum 2013 sangat jauh berbeda dengan kurikulum-kurikulum


sebelumnya. Ditinjau dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum KTSP di SD
terdapat 10 mata pelajaran namun pada rancangan Kurikulum 2013 mata pelajaran
SD dikurangi menjadi 6 mata pelajaran. Pada Kurikulum 2013 IPS tidak terdaftar
sebagai mata pelajaran.

IPS di SD bukan dihilangkan atau dihapus namun IPS diintegrasikan dengan


mata pelajaran yang lain seperti B. Indonesia dan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang diajarkan secara terpadu sesuai dengan tema yang dibahas,
inilah yang dimaksud dengan tematik integratif.

Menteri Pendidikan memberikan tiga alternatif pengintegrasian. Pertama, nama


pelajaran IPS sama sekali tidak dimunculkan, namun muatannya muncul di
pelajaran-pelajaran lain. Kedua, IPS dimunculkan mulai kelas 4 SD sampai 6 SD.
Ketiga, IPS akan dimunculkan sebagai pelajaran tersendiri untuk kelas 5 dan 6 SD.
Intinya, yang dihapuskan adalah nama pelajarannya namun substansi pelajaran IPS
tidak ada satu pun yang dihilangkan.
Meski mata pelajaran berkurang, namun jumlah jam pelajaran justru bertambah.
Jam belajar siswa SD bertambah rata-rata empat jam per minggu. Untuk kelas 1 SD,
jam belajar bertambah dari 26 menjadi 30 jam, kelas 2 SD dari 27 menjadi 32 jam,
kelas 3 SD dari 28 menjadi 34 jam, dan kelas 4, 5, 6 SD dari 32 menjadi 36 jam.

E. Tujuan Kurikulum Ips SD


Tujuan kurikulum IPS SD :
 Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam
kehidupannya kelak di masyarakat
 Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis
dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam
kehidupan di masyarakat
 Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama
warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian
 Membekali anak didik dengan kesadaran , sikap mental yang positif dan
keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian
dari kehidupan tersebut
 Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Ruang lingkup kurikulum IPS SD :
 Manusia , tempat dan lingkungan
 Waktu, keberlanjutan dan perubahan
 Sistem sosial dan budaya
 Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
F. Kompetensi Dasar Dan Manfaat IPS di SD
 Membaca peta lingkungan sekitar dengan menggunakan skala sederhana
 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat dan menjaga
kelestariannya.
 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat dan
menjaga kelestariannya.
 Mengenal pentingnya koperasi dan kesejahteraan masyarakat.

Manfaat Pendidikan IPS di sekolah dasar ialah

 Pengalaman langsung apabila guru IPS memanfaatkan lingkungan alam


sekitar sebagai sumber belajar
 Kemampuan mengidentifikasi,menganalisis dan menyusun alternatif
pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat
 Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat
 Kemampuan mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri
untuk terjun sebagai anggota masyarakat

Kesimpulan

sekolah dasar merupakan tingkat Pendidikan formal pertama yang ada di Indonesia.
dengan demikian siswa dapat memiliki dan menanamkan sikap budi pekerti terhadap
sesama. Program belajar IPS diperlukan untuk memenuhi tujuan dari Pendidikan IPS itu
sendiri, oleh sebab itu diperlukan kurikulum yang sesuai untuk tingkat sekolah dasar supaya
mampu menunjang Pendidikan siswa sekolah dasar. Dalam konteks Pendidikan IPS,
pengembangan ips disesuaikan dengan tingkat satuan pendidikannya. Pengembangan
berasal dari kata dasar “kembang”, mendapat imbuhan “pe-an”, yang berarti “proses, cara,
perbuatan mengembangkan”.

Proses pengembangan kurikulum, terdapat tiga kegiatan yang selalu terkait dan tidak
dapat dipisahkan, yakni desain, implementasi, dan evaluasi. Sukmadinata mengelompokkan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ke dalam dua hal, yakni prinsip-prinsip umum dan
prinsip-prinsip khusus. Secara umum istilah relevansi diartikan sebagai kesesuain atau
keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat. Fleksibilitas ini artinya
lentur/tidak kaku dalam memberikan kebebasan bertindak. Dalam kurikulum pengertian itu
dimaksudkan kebebasan dalam memilih program-program pendidikan bagi murid dan
mengembangkan program pendidikan bagi para guru.

Prinsip kontinuitas yaitu berkesinambungan. Perkembangan dan proses belajar akan


berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Yaitu
mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dana biayanya juga murah.
Kurikulum dan Pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik
keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Dalam sajian bidang pendidikan prinsip
efektifitas ini dikaitkan dengan efektifitas guru mengajar dan efektifitas para murid belajar.
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan
mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka menengah, dan
jangka pendek (tujuan khusus). • Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah
semuanya sudah tersedia? Biala laat tersebut tidak ada apa penggantinya?. e) Prinsip
berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Penilaian merupakan bagian integral dari
pengajaran :. Rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Para administrator pendidikan ini terdiri dari: direktur bidang
pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor
kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Pengembangan kurikulum bukan saja
didasarkan atas perubahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu
dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu.

Oleh karena itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para


ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu. Partisipasi
para ahli pendidikan dan ahli kurikulum terutama sangat dibutuhkan dalm pengembangan
kurikulum pada tingkat pusat. Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam
perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Orang tua juga mempunyai peranan dalam
pengembangan kurikulum peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama
dalam penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Kurikulum ilmu
pengetahuan sosial (IPS) sekolah dasar tahun 2006 yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006,
mempunyai karakteristik tersendiri karena kurikulum IPS yang mulai berlaku tahun pelajaran
2006 itu tidak menganut istilah pokok bahasan, namun cukup simpel yakni Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar, hal ini jauh lebih sederhana dibandingkan dengan
kurikulum sebelumnya dan jam pelajaran relatif lebih sedikit perminggu\nya. Semuanya ini
memberikan peluang yang luas bagi guru sebagai pengembang kurikulum untuk berkreasi
dalam pengembangan kurikulum yang mengacu pada pembelajaran IPS yang PAKEM
(Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Materi pelajaran ilmu pengetahuan
sosial sekolah dasar terdiri dari materi Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Berbeda
halnya dengan kurikulum IPS 1994 materi pelajaran ditata secara lebih terpadu dan lebih
sederhana dari pada materi kurikulum IPS 1986 dan kurikulum IPS 1975 yang masih tampak
berdiri s\endiri – sendiri, namun dalam kurikulum IPS tahun 2006 tertata dalam standar
kompetensi dari kelas 1 sampai kelas 6. Materi kurikulum IPS 1994 merupakan korelasi
antara berbagai ilmu atau disiplin ilmu penunjangnya. Dalam kurikulum 1975 unsur
pendidikan kewarganegaraan dalam IPS mulai dipisahkan dan dijadikan bidang studi
tersendiri dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Dalam kurikulum 1994 antara
IPS dan PMP tetap terpisah hanya PMP mengalami perubahan nama menjadi pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). Ditinjau dari segi tujuan kurikuler, kurikulum 1964
lebih menekankan unsur tujuan pendidikan kewargaan negara/moral. Unsur tersebut dalam
Kurikulum 1975, 1986 dan 1994 terwadahi dalam bidang studi PMP/PPKN.

Dari segi lingkup bahan pengajaran, kurikulum 1994 tetap menggunakan pendekatan
spiral (yakni pengajaran yang dimulai dari lingkungan terdekat dan sederhana sampai
kepada lingkunganyang makinluas dan kompleks ). Yang pada dasarnya pendekatan ini
diterapkan pada kurikulum 1964, 1968, 1975 dan 1986. Dari segi materi Kurikulum, secara
umum dapat dikatakan bahwa sejak Kurikulum 1964 dengan Kurikulum 1986
memperlihatkan perkembangan materi yang semakin padat dan sarat, namun dalam
Kurikulum 1994 materi mulai disederhanakan dan diserahkan kepada guru selaku
pengembang kurikulum untuk memperluas dan memperdalam materi. Hal ini terlihat hanya
terdapat 29 pokok bahasan, sedangkan dalam kurikulum 1986 terdapat 39 pokok bahasan.
Dari segi alokasi waktu yang disediakan pada dasarnya antara kurikulum 1986 dengan
kurikulum 1994 jumlah waktu yang disediakan tidak mengalami perbedaan yang berarti,
namun dalam kurikulum IPS 2006 alokasi waktu relatif sedikit yakni 3 jam dalam waktu 1
minggu (3 X 35 menit). Karakteristik kurikulum 2013 adalah tematik integratif dan berbasis
sains. Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui
penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi. Rancangan Kurikulum 2013 sangat
jauh berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. IPS di SD bukan dihilangkan atau
dihapus namun IPS diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lain seperti B. Pertama,
nama pelajaran IPS sama sekali tidak dimunculkan, namun muatannya muncul di pelajaran-
pelajaran lain. Ketiga, IPS akan dimunculkan sebagai pelajaran tersendiri untuk kelas 5 dan
6 SD. Meski mata pelajaran berkurang, namun jumlah jam pelajaran justru bertambah.

Daftar Pustaka

Muhammad Zaini. (2009). Pengembangan Kurikulum.

Abdul Rohman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Semarang: CV. Karya abadi

Jaya, 2015)

Sulistyo, Budi D. 2007. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada
Pembelajaran IPS Sejarah di SMP Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Dari:
http://uap.unnes. ac.id/skripsi/abstrak/pdf/implementasi_kurikulum_tingkat_3101403021.pdf (Diunduh
pada tanggal 20 Februari 2014).

Anda mungkin juga menyukai