niretno pratiwi
niretno13@gmail.com
Abstrak
Curriculum development always discusses changing needs with current education, in the field of
social science education as well. Curriculum development has an educational level, in this case it will
discuss curriculum development, containing the principles, goals and benefits of social science
education in elementary schools.
Latar Belakang
Tujuan dari Pendidikan IPS tersebut yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
peka terhadap permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang tejadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat.
Program belajar IPS diperlukan untuk memenuhi tujuan dari Pendidikan IPS itu sendiri, oleh
sebab itu diperlukan kurikulum yang sesuai untuk tingkat sekolah dasar supaya mampu
menunjang Pendidikan siswa sekolah dasar. Kurikulum tersebut perlu menyesuaikan
dengan kondisi dunia pendidikan yang terjadi saat ini, dalam hal ini kurikulum Pendidikan
mengalami perkembangan guna menyesiaikan dengan kondisi dan kebutuhan Pendidikan
saat ini.
Dalam konteks Pendidikan IPS, pengembangan ips disesuaikan dengan tingkat satuan
pendidikannya. Pengembangan kurikulum Pendidikan ips dimulai sejak diberlakukannya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mengapa demikian, karean pada KTSP ini
sudah terdapat perincian yang jelas mengenai subjek pengajarannya, dan IPS tercantum di
dalamnya.
Kajian Teori
Pengembangan berasal dari kata dasar “kembang”, mendapat imbuhan “pe-an”, yang
berarti “proses, cara, perbuatan mengembangkan”. Dalam bahasa Inggris, istilah
pengembangan digunakan kata “development” (noun) yang berasal dari kata “develop”
(verb) yang artinya “grow larger, fuller, or more mature, organized”.
Proses pengembangan kurikulum, terdapat tiga kegiatan yang selalu terkait dan tidak
dapat dipisahkan, yakni desain, implementasi, dan evaluasi. Pengembangan kurikulum
merupakan suatu proses yang tiada henti (ongoing process) antara berbagai komponen,
yaitu: orientations, development, implementation dan evaluation.
Senada dengan Saylor dan Miller & Seller, Sukmadinata menjelaskan bahwa
pengembangan kurikulum bisa dilakukan dengan langkah-langkah : (1) identifikasi
kebutuhan pendidikan, (2) analisis dan pengukuran kebutuhan, (3) penyusunan desain
kurikulum, (4) validasi kurikulum, (5) implementasi kurikulum, (6) evaluasi kurikulum.
1. Prinsip Umum
a. Prinsip relevansi
Secara umum istilah relevansi diartikan sebagai kesesuain atau keserasian
pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat. Artinya pendidikan
dipandang relevan jika hasil perolehan pendidikan itu bersifat fungsional. Ada
dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke luar dan
relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksunya tujuan,
isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan
dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Kurikulum
menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat.
Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu ada kesesuain atau
konsistensi anatara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi,
proses penyampaian, dan penilaian.
b. Prinsip fleksibilitas
Fleksibilitas ini artinya lentur/tidak kaku dalam memberikan kebebasan
bertindak. Dalam kurikulum pengertian itu dimaksudkan kebebasan dalam
memilih program-program pendidikan bagi murid dan mengembangkan
program pendidikan bagi para guru.
c. Prinsip kontinuitas
Prinsip kontinuitas yaitu berkesinambungan. Perkembangan dan proses
belajar akan berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus
atau berhenti-henti. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang
disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan anatar satu tingkat
kelas, dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang
lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
d. Prinsip praktis
Yaitu mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dana biayanya
juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisien. Betapapun bagus dan
idealnya suatu kurikulum kalua menuntut keahlian-keahlian dan peralatan
yang sangat khusus dan mahal pula biayanya, maka kurikulum tersebut tidak
praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan Pendidikan selalu
dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu,
biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi
juga praktis.
e. Prinsip efektifitas
Dalam sajian bidang pendidikan prinsip efektifitas ini dikaitkan dengan
efektifitas guru mengajar dan efektifitas para murid belajar. Implikasi prinsip
ini dalam pengembanagan kurikulum ialah mengusahakan agar setiap
kegiatan kurikuler membuahkan hasil tanpa ada kegiatan yang mubazir dan
terbuang percuma.
2. Prinsip khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum:
a) Prinsip berkenaan dengan tujuan Pendidikan
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan.
Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum
atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan
khusus).
b) Prinsip berkenaan dengan isi Pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah
ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal:
Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk
perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana
Isi bahan harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan
siitematis
c) Prinsip berkenaan dengan pemilihan belajar mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya
memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:
Apakah metode/tekhnik belajar-mengajar yang digunakan cocok untuk
mengajar bahan pelajaran?
Apakah metode/tekhnik tersebut memberikan kegiatan yang
bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
Apakah metode/tekhnik tersebut memberikan urutan kegiatan yang
bertingkat-tingkat? Apakah metode tersebut dapat menciptakan
kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
Apakah metode/tekhnik tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau
mengaktifkan guru atau kedua-duanya?
Apakah metode/tekhnik tersebut mendorong berkembangnya
kemampuan baru?
Apakah metode/tekhnik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar
di sekolah dan di rumah, juga mendorong pengunnan sumber yang
ada dirumah dan di masayarakat?
Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang
menekankan “learning by doing” di samping “learning by seeing and
knowing”.
d) Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran Proses
belajar-mengajar yang baik perlu didukung oleh pengunaan media dan alat-
alat bantu pengajaran yang tepat:
Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah
tersedia? Biala laat tersebut tidak ada apa penggantinya?
Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan:
bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiyaannya,
waktu pembuatan?
Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah
dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.
e) Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Penilaian
merupakan bagian integral dari pengajaran :
Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya langkah-langkah
sebagai berikut:
Rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Uraiakan ke dalam bentuk tingkah-
tingkah laku murid yang dapat diamati. Hubungkan dengna bahan
peljaran. Tuliskan butir-butir test.
Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan
beberapa hal :
Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan
ditest? Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
Apakah test tersebut berbentuk uaraian atau objektif? Apakah test
tersebut diadministrasikan oleg guru atau oleh siswa?
Dalam pengelohan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test? Apakah
digunakan formula quessing? Bagaimana pengubahan skor ke dalam
skor masak? Skor standar apa yang digunakan? Untuk apakah hasil-
hasil test digunakan?
C. Pengembangan Kurikulum
Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi,
yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu
pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokohtokoh masyarakat.
1) Peranan para administrator Pendidikan
Para administrator pendidikan ini terdiri dari: direktur bidang pendidikan,
pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor
kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan para administrator
si tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam pengembangan kurikulum
adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar seta
program inti kurikulum.
2) Peranan para ahli
Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan tuntutan
kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan
konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum
membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli
kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu.
Partisipasi para ahli pendidikan dan ahli kurikulum terutama sangat
dibutuhkan dalm pengembangan kurikulum pada tingkat pusat. Apabila
pengembanagan kurikulum sudah banyak dilakukan pada tingkat daerah atau
local, maka pertisipasi mereka pada tingkat daerah, lokal bahkan sekolah
juga sangat diperlukan, sebab apa yang telah digarikan pada tingkat pusat
belum tentu dapat dengan mudah dipahami oleh para pengembangan dan
pelaksana kurikulum di daerah.
3) Peranan guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam perencanaan
maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan
pengembang kurikulum bagi kelasnya. Peranan guru bukan hanya menilai
perilaku dan prestasi belajar murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai
implementasi kurikulum dalam lingkup yang lebih luas
4) Peranan orang tua murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum
peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama dalam
penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam
penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut seta, hanya
terbatas kepada beberapa orang tua saja yang cukup waktu dan mempunyai
latar belakang yang memadai.
Karakteristik kurikulum 2013 adalah tematik integratif dan berbasis sains. Proses
pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian
berbasis tes dan portofolio saling melengkapi. Kompetensi yang ingin dicapai adalah
kompetensi yang berimbang antara sikap ( attitude ), keterampilan ( skiil ), dan
pengetahuan ( knowledge ).
Kesimpulan
sekolah dasar merupakan tingkat Pendidikan formal pertama yang ada di Indonesia.
dengan demikian siswa dapat memiliki dan menanamkan sikap budi pekerti terhadap
sesama. Program belajar IPS diperlukan untuk memenuhi tujuan dari Pendidikan IPS itu
sendiri, oleh sebab itu diperlukan kurikulum yang sesuai untuk tingkat sekolah dasar supaya
mampu menunjang Pendidikan siswa sekolah dasar. Dalam konteks Pendidikan IPS,
pengembangan ips disesuaikan dengan tingkat satuan pendidikannya. Pengembangan
berasal dari kata dasar “kembang”, mendapat imbuhan “pe-an”, yang berarti “proses, cara,
perbuatan mengembangkan”.
Proses pengembangan kurikulum, terdapat tiga kegiatan yang selalu terkait dan tidak
dapat dipisahkan, yakni desain, implementasi, dan evaluasi. Sukmadinata mengelompokkan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ke dalam dua hal, yakni prinsip-prinsip umum dan
prinsip-prinsip khusus. Secara umum istilah relevansi diartikan sebagai kesesuain atau
keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat. Fleksibilitas ini artinya
lentur/tidak kaku dalam memberikan kebebasan bertindak. Dalam kurikulum pengertian itu
dimaksudkan kebebasan dalam memilih program-program pendidikan bagi murid dan
mengembangkan program pendidikan bagi para guru.
Dari segi lingkup bahan pengajaran, kurikulum 1994 tetap menggunakan pendekatan
spiral (yakni pengajaran yang dimulai dari lingkungan terdekat dan sederhana sampai
kepada lingkunganyang makinluas dan kompleks ). Yang pada dasarnya pendekatan ini
diterapkan pada kurikulum 1964, 1968, 1975 dan 1986. Dari segi materi Kurikulum, secara
umum dapat dikatakan bahwa sejak Kurikulum 1964 dengan Kurikulum 1986
memperlihatkan perkembangan materi yang semakin padat dan sarat, namun dalam
Kurikulum 1994 materi mulai disederhanakan dan diserahkan kepada guru selaku
pengembang kurikulum untuk memperluas dan memperdalam materi. Hal ini terlihat hanya
terdapat 29 pokok bahasan, sedangkan dalam kurikulum 1986 terdapat 39 pokok bahasan.
Dari segi alokasi waktu yang disediakan pada dasarnya antara kurikulum 1986 dengan
kurikulum 1994 jumlah waktu yang disediakan tidak mengalami perbedaan yang berarti,
namun dalam kurikulum IPS 2006 alokasi waktu relatif sedikit yakni 3 jam dalam waktu 1
minggu (3 X 35 menit). Karakteristik kurikulum 2013 adalah tematik integratif dan berbasis
sains. Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui
penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi. Rancangan Kurikulum 2013 sangat
jauh berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. IPS di SD bukan dihilangkan atau
dihapus namun IPS diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lain seperti B. Pertama,
nama pelajaran IPS sama sekali tidak dimunculkan, namun muatannya muncul di pelajaran-
pelajaran lain. Ketiga, IPS akan dimunculkan sebagai pelajaran tersendiri untuk kelas 5 dan
6 SD. Meski mata pelajaran berkurang, namun jumlah jam pelajaran justru bertambah.
Daftar Pustaka
Abdul Rohman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Semarang: CV. Karya abadi
Jaya, 2015)
Sulistyo, Budi D. 2007. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada
Pembelajaran IPS Sejarah di SMP Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Dari:
http://uap.unnes. ac.id/skripsi/abstrak/pdf/implementasi_kurikulum_tingkat_3101403021.pdf (Diunduh
pada tanggal 20 Februari 2014).