Anda di halaman 1dari 53

“IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA

BELAJAR DI SMA NEGERI 1 BANJARMASIN’’

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :

Muhammad Wahyuda (200101010259)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BANJARMASIN

2024

PROPOSAL PENELITIAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam

memajukan suatu bangsa. Pendidikan diharapkan dapat mencerdaskan

generasi muda yang mampu mengembangkan potensi dalam diri, serta

berpola pikir secara kritis dan dinamis, bertanggung jawab, berakhlak

mulia, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan

juga harus mampu menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki

kompetensi yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan

adalah reorganisasi pengalaman dalam menambah kemampuan untuk

mengarah pendidikan pada masa yang akan datang. Menurut UU No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (ayat 1),

pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,

dan negara.

1
Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membina anak-anak

peserta didik agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif

dalam menjalani kehidupan. Banyaknya materi mata pelajaran pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan yang ada dalam kurikulum, serta

keinginan dan harapan dari siswa mengadakan pengayaan, berekspresi,

mengembangkan bakat, minat, kesegaran jasmani, maupun untuk

mewujudkan prestasinya dalam olahraga akan mendorong sekolah untuk

berpikir ulang dalam menambah alokasi waktu yang telah tersedia. Salah

satu cara yang dapat ditempuh oleh sekolah menambah waktu di luar jam

pelajaran intrakurikuler yaitu dengan mengadakan kegiatan

ekstrakurikuler.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 62 tahun 2014 pasal 1 tentang Kegiatan ekstrakurikuler

adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik diluar jam

belajar intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler di bawah bimbingan dan

pengawasan satuan pendidikan.

Kurikulum merdeka adalah kurikulum yang saat ini sedang

diperkenalkan secara meluas oleh Kemendikbud kepada tiap satuan

pendidikan yang ada di Indonesia. Kurikulum ini memang tidak

dipaksakan untuk secara sekaligus diterapkan oleh seluruh sekolah

mengingat bahwa kesiapan sekolah tentu berbeda-beda. Akan tetapi,

2
secara bertahap Kurikulum Merdeka diharapkan dapat

diimplementasikan secara merata pada tiap satuan pendidikan mulai dari

tingkat dasar seperti SD dan SMP, kemudian tingkat SMA/SMK dan

sampai ke tingkat Perguruan Tinggi. Penerapan mengenai Kurikulum

Merdeka telah diatur dalam Keputusan Mendikbud Ristek Nomor

162/M/2021 tentang Sekolah Penggerak. Kurikulum Merdeka tidak

dilaksanakan secara serentak dan masif, hal ini sesuai kebijakan dari

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

(Kemendikburistek) yang memberikan keleluasaan kepada satuan

pendidikan dalam mengimplementasikan kurikulum. Beberapa program

yang mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) adalah

adanya program Sekolah Penggerak (SP) dimana Kemendikburistek pada

program tersebut memberikan dukungan dalam Implementasi Kurikulum

Merdeka (IKM) dari dua kegiatan tersebut didapatkan pengalaman yang

baik dalam mengimplementasikan KM sehingga menjadi praktik baik

dan konten pembelajaran dari IKM teridentifikasi dengan baik dan dapat

menjadi pembelajaran bagi satuan pendidikan lainnya.

Penyediaan dukungan IKM yang diberikan oleh

Kemendikburistek adalah bagaimana kemendikbud ristek memberikan

dukungan pembelajaran IKM secara mandiri dan dukungan pendataan

IKM jalur mandiri, dari dukungan tersebut akan mendapatkan calon

3
satuan pendidikan yang terdata berminat dan akan memperoleh

pendampingan pembelajaran untuk mengimplementasikan Kurikulum

Merdeka jalur mandiri, sehingga Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas

serta aktor lain dapat mengadakan kegiatan berbagi praktik baik

Kurikulum Merdeka dalam bentuk seminar maupun lokakarya secara

mandiri.

Hasil pendataan yang dilakukan oleh Kemendikbud ristek

memperoleh data kesiapan satuan pendidikan dalam

mengimplementasikan Kurikulum Merdeka jalur mandiri, satuan

pendidikan akan memperoleh dukungan yang baik dari kemendikbud

ristek dalam menjalankan IKM jalur mandiri. Praktik-praktik baik dan

konten pembelajaran dari Kurikulum Merdeka jalur mandiri

teridentifikasi dengan jelas sehingga menjadi fokus pada pendampingan

oleh kemendikbud ristek.

Kurikulum Merdeka dapat saling memberikan praktik baik dan

pembelajaran, saling berbagi praktik baik sehingga terbentuk jejaring

dukungan antar guru dan tenaga kependidikan untuk berbagi konten

pembelajaran dan praktik baik Kurikulum Merdeka secara luas,

komunitas yang berkembang mendukung ekosistem yang siap

menerapkan Kurikulum Merdeka secara nasional pada tahun 2024 yang

secara masif.

4
Guru sebagai pendidik dapat dikatakan memegang peranan

penting dalam mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu, terdapat berbagai

kebijakan dan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan karir, mutu,

penghargaan dan kesejahteraan guru, sehingga pada akhirnya guru dapat

bekerja secara profesional. Adapun salah satu kebijakan penting yang

berkaitan dengan promosi kenaikan pangkat/jabatan guru dengan prestasi

kerja adalah keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

dan BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993 tentang

pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya yang pada

prinsipnya bertujuan untuk membina karir dan profesionalisme guru.

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan

kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu,

Guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam

meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki

kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam

mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar

mengajar, maupun sikap dan karakteristik Guru dalam mengelola proses

belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-

mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan

5
kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses

belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan

meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan

menguasai tujuan -tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk

memenuhi hal tersebut di atas, Guru dituntut mampu mengelola proses

belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga

siswa mau belajar karena siswalah sebagai subjek utama dalam belajar.

Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif.

Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi

belajar aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan

kerjasama kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan

kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa

dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-

temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan

penguasaan materi pelajaran. Salah satu hal yang mendukung

keberhasilan program satuan pendidikan dalam proses pembelajaran

yaitu ketersediaan sarana prasarana yang menjadi sumber daya menjadi

tolak ukur mutu sekolah yang perlu peningkatan secara berkelanjutan

seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga

merupakan bagian penting yang perlu disiapkan secara cermat dan

berkesinambungan.

6
Dari hasil pengamatan yang lakukan di SMA Negeri 1

Banjarmasin disekolah tersebut telah melaksanakan kurikulum baru yaitu

kurikulum merdeka belajar meskipun kurikulum ini masih terbilang baru,

di SMA Negeri 1 Banjarmasin telah melaksanakan pada kelas X. Pada

saat pembelajaran Guru masih terasa kaku dengan adanya kurikulum

merdeka belajar, Guru yang mengajar kurang mendapat pelatihan khusus

untuk kurikulum merdeka belajar, guru mata pelajaran juga masih

melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah, pada saat

memberikan penilaian Guru juga masing kebingungan untuk mengisi

format nilai dengan cara baru, pada siswa kelas X merasa kebingungan

dengan adanya kurikulum merdeka, siswa masih kurang dapat

memahami pembelajaran pada kurikulum merdeka belajar, proyek pada

kurikulum merdeka belajar juga masih membingungkan siswa.

Kurikulum merdeka belajar memberikan pada siswa dalam pembelajaran

secara bebas, bebas yang dimaksud disini siswa boleh memilih materi

pelajaran apa yang mereka sukai dan kemudian membuat sebuah proyek

yang menghasil karya dan nilai jual agar siswa dapat berwirausaha.

Kurikulum merdeka belajar ini belum semua diterapkan kepada seluruh

7
siswa untuk SMA sederajat kurikulum merdeka belajar dimulai dari kelas

X.

Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin

melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Kurikulum Merdeka

Belajar Pada SMA Negeri I Banjarmasin.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Guru masih terasa kaku dengan adanya kurikulum merdeka belajar.

2. Guru yang mengajar kurang mendapat pelatihan khusus untuk kurikulum

merdeka belajar.

3. Guru mata pelajaran juga masih melaksanakan pembelajaran dengan

metode ceramah.

4. Siswa masih kurang dapat memahami pembelajaran pada kurikulum

merdeka belajar

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar peneliti lebih terfokus maka

permasalahan dibatasi pada Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar pada

SMA Negeri 1 Banjarmasin.

8
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, rumusan penelitian

yang diajukan sebagai berikut:

Berdasarkan batasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut “Bagaimana Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Pada SMA

Negeri 1 Banjarmasin?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, tujuan Penelitian ini

yaitu:

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Kurikulum

Merdeka Belajar Pada SMA Negeri 1 Tanjung Jabung Timur.

F. Signifikasi Penelitian

Adapun signifikasi penelitian ini terbagi menjadi dua macam yakni sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

9
a. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh

gambaran mengenai Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar pada

SMA Negeri 1 Banjarmasin

b. Hasil penelitian ini untuk kedepannya dapat dijadikan bahan acuan,

informasi dan perbaikan bagi penelitian yang sejenis.

2. Secara Praktis

a. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan koreksi

tentang bagaimana jalannya kurikulum Merdeka Belajar yang belum lama

diterapkan di SMA Negeri 1 Banjarmasin. Apakah di dalam

pelaksanaannya mengalami kesulitan atau berjalan sesuai rencana.

b. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat dirasakan manfaatnya

oleh siswa dengan perbaikan konsep belajar sehingga proses pembelajaran

dapat berjalan maksimal.

10
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Kurikulum Merdeka Belajar

a. Kurikulum

Kurikulum pada hakekatnya merupakan suatu rencana yang menjadi

pedoman dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Apa yang dituangkan

dalam rencana banyak dipengaruhi oleh perencanaan-perencanaan

kependidikan. Adapun pandangan tentang Eksistensi pendidikan diwarnai

dengan filosofi pendidikan yang dianut perencana. Perlu diperhatikan bahwa

setiap manusia atau individu, dan ilmuwan pendidikan, masing-masing

memiliki sudut pandang perspektif sendiri tentang makna kurikulum. Para ahli

berpendapat bahwa sudut pandang kurikulum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu

dari sisi tradisional dan dari sisi modern. Ada pemahaman yang mengatakan

bahwa kurikulum tidak lebih dari rencana pelajaran di sekolah, karena

pandangan tradisional. Menurut pandangan tradisional, sejumlah pelajaran yang

harus dilalui siswa di sekolah merupakan kurikulum, sehingga seolah-olah

11
belajar di sekolah hanya mempelajari buku teks yang telah ditentukan sebagai

bahan pelajaran1.

Sedangkan menurut pandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar

rencana pembelajaran, kurikulum disini dianggap sebagai sesuatu yang benar-

benar terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Pandangan ini berangkat dari

sesuatu yang faktual sebagai suatu proses. Dalam dunia pendidikan, kegiatan ini

jika dilakukan oleh anak-anak dapat memberikan pengalaman belajar antara lain

mulai dari mempelajari sejumlah mata pelajaran berkebun, olahraga, pramuka,

bahkan himpunan siswa serta guru dan pejabat sekolah dapat memberikan

pengalaman belajar yang bermanfaat. Semua Pengalaman belajar yang

diperoleh dari sekolah dipandang sebagai kurikulum. Kedua istilah kurikulum

di atas dapat dijabarkan bahwa yang dimaksud dengan makna tradisional atau

(sempit) adalah kurikulum yang hanya memuat sejumlah mata pelajaran tertentu

kepada guru dan diajarkan kepada siswa dengan tujuan memperoleh ijazah dan

sertifikat. Dan menurut pandangan modern bahwa apa yang dimaksud dengan

kurikulum modern atau secara luas itu memandang kurikulum bukan sebagai

sekelompok mata pelajaran, tetapi kurikulum adalah semua pengalaman yang

diharapkan dimiliki seseorang siswa di bawah bimbingan guru.2

Dengan demikian, pengalaman ini tidak hanya berpacu dari pelajaran

namun juga pengalaman kehidupan. Pengertian kurikulum cukup luas karena

1
Alhamuddin. Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum di Indonesia Sejak Zaman
Kemerdekaan Hingga Reformasi (2019:18)
2
Ali Sidin. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Upi Press. (2014:39)

12
tidak hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran, tetapi akan mencakup semua

pengalaman yang diharapkan siswa dalam bimbingan para guru. Pengalaman ini

dapat berupa intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, baik di dalam

maupun di luar kelas. Pengertian kurikulum seperti ini cukup luas, tetapi kurang

operasional sehingga akan menimbulkan kerancuan dalam pelaksanaannya di

lapangan.

b. Pengertian Merdeka Belajar

Menindak lanjuti arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan

Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)

mencanangkan reformasi sistem pendidikan Indonesia melalui kebijakan

Merdeka

Belajar. Hal ini ditegaskan kembali Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemdikbud) Nadiem Anwar Makarim dalam sebuah seminar web di Jakarta.3

“Apa itu artinya merdeka belajar? Itu artinya unit pendidikan yaitu

sekolah, guru-guru dan muridnya punya kebebasan. Kebebasan untuk berinovasi,

kebebasan untuk belajar dengan mandiri dan kreatif. Saya sadar bahwa saya tidak

bisa hanya meminta, mengajak guru melakukan ini, saya memberi pekerjaan

rumah di bagian Kemdikbud dan juga di dinas pendidikan untuk memberikan

ruang inovasi,” kata Kemdikbud Nadiem Makarim kala taklimat media di Plaza

3
Pengelola web kemdikbud, 2020

13
Insan Berprestasi.4 Konsep ini merupakan respons terhadap kebutuhan sistem

pendidikan pada era revolusi industri. Nadiem Makarim menyebutkan merdeka

belajar merupakan kemerdekaan berpikir.5

Selanjutnya dijelaskan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Layanan

Masyarakat Ade Erlangga, Merdeka Belajar merupakan permulaan dari gagasan

untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional yang terkesan monoton. Merdeka

Belajar menjadi salah satu program untuk menciptakan suasana belajar di sekolah

yang bahagia suasana yang happy, bahagia bagi peserta didik maupun para guru. 6

Setelah diterapkannya kebijakan Merdeka Belajar, nantinya akan terjadi banyak

perubahan terutama dari sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran yang

sekarang hanya dilaksanakan di dalam kelas akan berubah dan dibuat senyaman

mungkin agar mempermudah interaksi antara murid dan guru. Salah satunya

yaitu belajar dengan outing class, di mana outing class ini adalah salah satu

program pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas agar

siswa memiliki keterampilan dan keahlian tertentu. Outing class juga merupakan

metode belajar yang menyenangkan, mengajarkan para siswa untuk lebih dekat

dengan alam dan lingkungan sekitar.

4
Sekretariat GTK. (2020). Merdeka Belajar https://gtk.kemdikbud.go.id/read- news/merdeka-
belajar
5
Yamin, M., & Syahrir. Pembangunan Pendidikan Merdeka Belajar (Telaah Metode
Pembelajaran). Jurnal Ilmiah Mandala Education Volume 6. Universitas Pendidikan Mandalika.
(2020)
6
Sekretariat GTK. (2020). Merdeka Belajar https://gtk.kemdikbud.go.id/read- news/merdeka-
belajar

14
Selama pembelajaran dengan menggunakan metode ini, guru dan siswa

akan lebih dapat membangun keakraban, lebih santai, dan tentunya lebih

menyenangkan. Sistem pembelajaran akan didesain sedemikian rupa agar

karakter siswa terbentuk, dan tidak terfokus pada sistem perangkingan yang

menurut beberapa penelitian hanya meresahkan, tidak hanya bagi guru tetapi juga

anak dan orang tuanya.7

Dengan begitu merdeka belajar memiliki konsep untuk menciptakan

suasana belajar yang bahagia dan menyenangkan tanpa dibebani dengan nilai dan

target pencapaian tertentu. Berdasarkan kajian teori diatas maka konsep Merdeka

Belajar menurut penulis dapat dipersepsikan sebagai upaya untuk menciptakan

lingkungan belajar yang memerdekakan pelakunya untuk berfikir sehingga lebih

aktif, kreatif, dan inovatif, membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan

baik untuk siswa maupun guru, dan juga mendidik karakter peserta didik untuk

lebih berani bertanya, berani tampil di depan umum, dan juga berani

menyampaikan apa yang didapat selama pembelajaran, tidak hanya

mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Kebijakan Merdeka Belajar

memiliki empat pokok kebijakan, yaitu Ujian Sekolah Berstandar Nasional

(USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan

Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi. Isi Pokok kebijakan

7
Baro’ah, S). Kebijakan Merdeka Belajar Sebagai Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal
Tawadhu. Cilacap: Institut Agama Islam Imam Ghozali. (2020)

15
Kemdikbud RI tertuang dalam paparan Mendikbud RI di hadapan para kepala

dinas Provinsi, Kabupaten/Kota se-Indonesia, di Jakarta pada 11 Desember 2019.

Penjelasan mengenai empat isi pokok kebijakan Merdeka Belajar dar Kemdikbud

RI sebagai berikut:8

a. Ujian Nasional (UN) akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum

dan Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa

(literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan

penguatan pendidikan karakter. Pelaksanaan ujian tersebut akan dilakukan oleh

siswa yang berada di tengah jenjang sekolah, kelas 4, 8, dan 11. Sehingga dapat

mendorong guru dan sekolah untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Hasil ujian

tidak digunakan untuk basis seleksi siswa ke jenjang selanjutnya.

b. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan diterapkan dengan ujian

yang diselenggarakan oleh sekolah. Ujian tersebut digunakan untuk menilai

kompetensi siswa yang dapat dilakukan dalam bentuk tes tulis atau bentuk

penilaian lainnya yang lebih komprehensif, seperti portofolio dan penugasan

(tugas kelompok, karya tulis dan sebagainya). Dengan begitu guru dan sekolah

lebih merdeka dalam penilaian hasil belajar siswa.

c. Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP akan

disederhanakan dengan memangkas beberapa komponen. Dalam kebijakan baru

tersebut, guru secara bebas dapat memilih, membuat, menggunakan dan

8
Sekretariat GTK. Mengenal Konsep Merdeka Belajar dan Guru Penggerak. dari
https://gtk.kemdikbud.go.id/readnews/mengenal- konsep-merdeka-belajar-dan-guru-
penggerak(2019)

16
mengembangkan format RPP. Tiga komponen inti RPP terdiri dari tujuan

pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan asesmen. Penulisan RPP ditulis dengan

efisien dan efektif sehingga guru memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan

dan mengevaluasi pembelajaran itu sendiri.

d. Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), akan menggunakan sistem

zonasi dengan kebijakan yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan

akses dan kualitas di berbagai daerah. Komposisi PPDB jalur zonasi dapat

menerima siswa minimal 50%, jalur afirmasi minimal 15%, dan jalur

perpindahan maksimal 5%. Sedangkan untuk jalur prestasi atau sisa 0- 30%

lainnya disesuaikan dengan kondisi daerah. Daerah berwenang menentukan

proporsi final dan menetapkan wilayah zonasi.

Konsep umum dari pelajaran pendidikan jasmani adalah mendidik siswa

melalui aktivitas gerak, agar memperoleh kesehatan dan kebugaran sehingga

tujuan pendidikan secara umum serta keterampilan seperti: berpikir kritis, kreatif,

inovatif, kerja sama, dan mampu beradaptasi dengan teknologi dapat dicapai.9

Esensi pendidikan jasmani pada dasarnya adalah fisik dan gerak yang

lebih dominan dalam proses pembelajaran. Jadi sebenarnya siswa tidak

menghabiskan waktu dengan mendengarkan penjelasan berupa teori dari guru

walaupun dalam tren merdeka belajar yang dikenal dengan gerakan literasi.

Banyak yang memaknai literasi dalam pendidikan jasmani itu adalah membaca-

9
Mustafa, P.S. & Dwiyogo, W.D. (2020). Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan di Indonesia Abad 21. JARTIKA: Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan.
(2020)

17
menulis yang intinya lebih dominan pada pengetahuan. Padahal ada juga istilah

tentang literasi fisik, yaitu sebagai motivasi dan kepercayaan diri, kemampuan

fisik, pengetahuan dan pemahaman untuk menghargai dan bertanggung jawab

atas partisipasi seumur hidup dalam aktivitas fisik.10

Konsep merdeka belajar sebenarnya sejalan dengan literasi fisik dalam

pendidikan jasmani, yaitu membuat siswa sadar tentang kondisi fisik mereka

untuk memelihara kesehatan tubuhnya masing-masing yang dilakukan dengan

aman sesuai ilmu pengetahuan yang dipelajari dalam pendidikan jasmani di

sekolah. Oleh karena itu pembelajaran pendidikan jasmani perlu dirancang agar

siswa dengan sendirinya termotivasi dan bergembira untuk aktif dalam

berolahraga dengan dibekali pemahaman teori benar .11

Berdasarkan kajian teori di atas, Merdeka Belajar adalah upaya untuk

menciptakan suatu lingkungan belajar yang bebas untuk berekspresi, bebas untuk

berinovasi, bebas dari berbagai hambatan terutama tekanan psikologis. Dalam

penerapannya, bagi guru dengan memiliki kebebasan tersebut lebih fokus untuk

memaksimalkan pada pembelajaran guna mencapai tujuan (goal oriented)

pendidikan nasional, namun tetap dalam rambu kaidah kurikulum.

Bagi siswa bebas untuk berekspresi selama menempuh proses

pembelajaran di sekolah, namun tetap mengikuti kaidah aturan di sekolah. Siswa

10
Mustafa, P. S. Merdeka Belajar dalam Rancangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani di
Indonesia. JARTIKA Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan.(2021:156)
11
Mustafa, P. S. Merdeka Belajar dalam Rancangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani di
Indonesia. JARTIKA Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan.(2021:156)

18
bisa lebih mandiri, bisa lebih banyak belajar untuk mendapatkan suatu

kepandaian, dan hasil dari proses pembelajaran tersebut siswa berubah secara

pengetahuan, pemahaman, sikap/karakter, tingkah laku, keterampilan, dan daya

reaksinya, sejalan dengan apa yang diamanatkan dalam tujuan UU Sisdiknas

Tahun 2003, yakni; untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.12

c. Tujuan Kurikulum Merdeka Belajar

Kurikulum merdeka belajar memiliki tujuan yang sangat positif bagi seluruh

personel yang terlibat dalam proses pembelajaran. Adapun Tujuannya sebagai

berikut :13

1. Setiap orang yang terlibat didalamnya memiliki kebebasan untuk berinovasi

demi mengembangkan kualitas pembelajaran

2. Guru dituntut untuk belajar kreatif agar mampu memberikan pengalaman

pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa

3. Siswa diberi kesempatan untuk belajar secara mandiri untuk memperoleh

berbagai macam informasi untuk mendukung proses pembelajarannya

4. Setiap unit pendidikan berhak untuk mengelaborasi setiap faktor yang akan

mendukung proses pembelajaran di kelas


12
Sekretariat GTK. Merdeka Belajar https://gtk.kemdikbud.go.id/read- news/merdeka-
belajar(2020)
13
Ainia, D.K. 2020. Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara Dan
Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia, (2020:43)

19
5. Adanya penghargaan keberagaman yang ada dalam sistem pendidikan

d. Manfaat Kurikulum Merdeka Belajar Bagi Guru dan Siswa

Manfaat Kurikulum Merdeka Belajar yang bersifat memberikan kebebasan

kepada seluruh komponen dalam satuan pendidikan dari Sekolah, Guru hingga

siswa. Kurikulum Merdeka merupakan salah satu kurikulum yang merubah

konsep sistem pembelajaran di Indonesia. Nadiem Makarim Kurikulum Merdeka

dapat mencapai sebuah keberhasilan pendidikan Indonesia untuk dapat

mengedepankan pembelajaran bagi siswa14.

Keunggulan Kurikulum Merdeka Belajar untuk guru yaitu dapat memberikan

Kurikulum Merdeka Belajar dengan beban kerja yang berkurang,penyederhanaan

RPP dan Keunggulan lainnya. Kurangnya beban Guru adalah guru bisa dapat

leluasa dalam melaksanakan pembelajaran serta beban

tugas administrasi lebih sederhana sehingga dalam menjalankan sebagai guru

lebih terasa nyaman. Penyederhanaan RPP dengan Kurikulum merdeka dapat

memberikan ruang luas dalam penyederhanaan rancangan pelaksanaan

pembelajaran sehingga pada proses evaluasi terdapat aturan yang memberikan

kebebasan bagi guru dalam pembuatan, pemanfaatan serta pengembangan RPP.

Membangun Suasana belajar menarik dan menyenangkan membuat suasana

pembelajaran tidak membosankan bagi guru maupun siswa dalam melaksanakan

14
Ainia, D.K. 2020. Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara Dan Relevansinya
Bagi Pengembangan Pendidikan Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia, (2020:45)

20
aktivitas belajar, dengan tujuan memperbaiki kualitas pembelajaran. Kebebasan

Berekspresi dengan pelaksanaan pembelajaran memberikan kesempatan kepada

siswa maupun guru bebas berekspresi mulai dari menyatakan pendapat,

berdiskusi tanpa harus terbangun tekanan psikologis khususnya untuk siswa.

Efektif meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru adalah dengan

mengembangkan kemampuan serta kompetensi bagi masing-masing guru sesuai

dengan mata pelajaran yang ia kuasai. Kualitas pendidikan juga akan lebih baik

jika sesuai dengan cita cita pendidikan nasional tidak hanya mencerdaskan

peserta didik tetapi mampu memberikan manfaat kepada guru. 15

Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar

Dalam kurikulum merdeka ini peran media pembelajaran seperti

pembelajaran interaktif ini sangat dibutuhkan oleh para pendidik dan siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum merdeka. Selain

itu, media pembelajaran juga dapat mendukung kegiatan belajar mengajar di

sekolah.

Hadirnya kurikulum merdeka ini mengubah sistem proses pembelajaran yang

sebelumnya masih cenderung bersifat kognitif atau hafalan dan minimnya

menyentuh aspek afektif dan psikomotorik. Sekarang diubah menjadi

pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran interaktif, sederhana,

dan esensial serta mendalam. Sehingga siswa dapat dengan mudah memahami

15
Sekretariat GTK.Merdeka Belajar https://gtk.kemdikbud.go.id/read- news/merdeka-
belajar(2020)

21
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru di sekolah. Implementasi kurikulum

merdeka ini akan lebih difokuskan pada materi yang esensial dan pengembangan

kompetensi siswa yang disesuaikan dengan fasenya. Oleh karena itu, dengan

hadirnya kurikulum merdeka ini diharapkan proses pembelajaran lebih dikemas

secara mendalam, tidak terburu-buru, menyenangkan, serta lebih bermakna.

Dengan mengimplementasikan metode pembelajaran interaktif artinya media

pembelajaran yang digunakan yakni terjadinya timbal balik atau adanya interaksi

antara guru dan siswanya. Sehingga siswa dapat menangkap materi pelajaran

dengan mudah. Pembelajaran interaktif ini dapat diterapkan dengan dilengkapi

dengan tampilan teks, gambar, audio, maupun video, kemudian siswanya

diberikan kesempatan untuk mengomentari atau memberikan pendapat mengenai

informasi yang ada di dalam gambar atau video tersebut.

Pada dasarnya, penggunaan media pembelajaran interaktif dalam

kurikulum merdeka belajar ini akan membantu para siswa untuk memahami dan

mempermudah suatu materi. Selain itu, pembelajaran interaktif juga dapat

merangsang siswa untuk lebih berfikir kritis sehingga dapat meningkatkan daya

imajinasi siswa, dapat meningkatkan kemampuan dan bersikap lebih baik lagi.

Sehingga dapat meningkatkan tingkat kreativitas dan berinovasi.

Salah satu contoh implementasi pembelajaran interaktif dalam kurikulum

merdeka yaitu melalui kegiatan proyek dan studi kasus, dimana pada kegiatan

proyek dan studi kasus ini siswa diberikan kesempatan yang lebih luas untuk

22
berperan secara aktif untuk mengeksplorasi segala persoalan yang aktual seperti

lingkungan, kesehatan, dan lainnya. Pembelajaran interaktif juga akan lebih baik

ketika didukung melalui penyediaan perangkat ajar seperti buku, modul

pembelajaran, dan yang lainnya sebagai sarana pelengkap dalam pembelajaran.

Di akhir proses pembelajaran, sangat diperlukan untuk membuat refleksi di

setiap selesai pembelajaran. refleksi pembelajaran ini merupakan salah satu hal

penting dalam kurikulum merdeka sebagai salah satu sarana evaluasi guru dan

siswa agar mampu memperbaiki di pembelajaran selanjutnya. . Dengan adanya

refleksi belajar ini, siswa dapat mengukur kemampuan yang mereka dapatkan

setelah selesai pembelajaran. Sehingga siswa dapat mengetahui kemampuan

pemahaman materi apa yang harus dipertahankan dan mana bagian materi yang

belum dikuasai. Refleksi ini dapat dijadikan bahan acuan untuk pembelajaran

selanjutnya. Dengan demikian, proses pembelajaran selanjutnya siswa

mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

e. Kebijakan Merdeka Belajar

Kebijakan Merdeka Belajar Kemendikbud telah membuat kebijakan

reformasi sistem pendidikan Indonesia melalui Merdeka Belajar. Tujuannya

adalah untuk menggali potensi terbesar para guru dan murid serta meningkatkan

kualitas pembelajaran, dengan memberikan kemerdekaan kepada guru untuk

23
memilih cara penyampaian kurikulum atau cara mengajar yang sesuai dengan

kompetensi peserta didiknya16 . Merdeka Belajar merupakan kebijakan untuk

mengembalikan esensi dari asesmen. Konsep Merdeka Belajar untuk

mengembalikan Pendidikan kepada esensi undang-undang untuk memberikan

kemerdekaan sekolah memahami kompetensi dasar kurikulum menjadi penilaian

mereka.17

Menurut Kemendikbud Merdeka Belajar adalah memberikan kebebasan dan

otonomi kepada lembaga pendidikan dan merdeka dari birokratisasi. inti Merdeka

Belajar adalah sekolah, guru dan murid memiliki kebebasan untuk melakukan

inovasi, bebas untuk belajar dengan mandiri dan kreatif . 18 Kebijakan merdeka

belajar dapat terwujud secara optimal melalui :

1) peningkatan kompetensi kepemimpinan, kolaborasi antar elemen masyarakat,

dan budaya;

2)peningkatan sarana prasarana serta pemanfaatan teknologi informasi

pendidikan di seluruh satuan pendidikan;

3) perbaikan pada kebijakan, prosedur, dan pendanaan pendidikan; dan

4) penyempurnaan kurikulum, pedagogi, dan asesmen.

(Permendikbud No. 22 Tahun 2020) Perubahan Kebijakan Merdeka Belajar akan

terjadi pada kategori: (1) ekosistem pendidikan; (2) guru; (3) pedagogi; (4)
16
Kemendikbud, (2020)
17
Kusumaryono, R. S. Merdeka Belajar. Https://Gtk.Kemdikbud.Go.Id/ReadNews/Merdeka-
Belajar. (2020)
18
Sekretariat GTK. (2019). Mengenal Konsep Merdeka Belajar dan Guru Penggerak. dari
https://gtk.kemdikbud.go.id/readnews/mengenal- konsep-merdeka-belajar-dan-guru-
penggerak(2019)

24
kurikulum; dan (5) sistem penilaian. Pada lingkungan pendidikan, Kemendikbud

akan mengubah pandangan dan praktik yang bersifat mengekang kemajuan

pendidikan, seperti penekanan pada pengaturan yang kaku, persekolahan sebagai

tugas yang memberatkan, dan manajemen sekolah yang terfokus pada urusan

internalnya sendiri menjadi ekosistem pendidikan yang diwarnai oleh suasana

sekolah yang menyenangkan, keterbukaan untuk melakukan kolaborasi lintas

pemangku kepentingan pendidikan.

f. Perencanaan Pembelajaran di Era Merdeka Belajar

Perencanaan Pembelajaran di era Merdeka Belajar Tantangan masa depan

telah mendorong pemerintah untuk merevisi kurikulum pendidikan. Upaya

pemerintah terhadap perubahan revolusi industri yang begitu cepat ialah melalui

edukasi. Proses edukasi telah melalui berbagai fase. Fase 1 adalah pembelajaran

yang berpusat pada guru, dimana guru sebagai pusat pengetahuan dan buku

pelajaran sebagai sumber materi. Fase 2, pembelajaran berpusat pada interaksi

antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Fase 3 adalah pembelajaran

yang berpedoman pada kolaborasi. Fase 4 adalah pembelajaran yang lebih

fleksibel dan kreatif, fase ini pembelajar dapat menekuni lintas bidang ilmu

ataupun pembelajaran jarak jauh. Fase ini, pendidikan dapat melampaui batas.

Artinya, akses pembelajar terhadap informasi sangatlah luas. Maka peran guru

haruslah mampu memfasilitasi pembelajar agar mereka tetap on the track. Guru

harus mampu menyediakan kegiatan bagi pembelajar untuk memecahkan

25
masalah dan berbasis pada team-work. Pada sistem penilaian, pembelajar dinilai

berdasarkan proses berjuang selama kegiatan pembelajaran dan bukan atas dasar

tes dan nilai saja. Dengan alasan tersebut, maka pemerintah menerapkan

pendidikan yang merdeka, atau dikenal dengan merdeka belajar.

g. Kelebihan Kurikulum Merdeka Belajar

Kemampuan utama pada pendidikan adalah berkomunikasi, berkolaborasi,

berpikir kritis serta berpikir kreatif. Pertama, implementasi merdeka belajar tidak

terbatas ruang dan waktu, dengan mengunjungi tempat wisata, museum dan lain-

lain. Kedua, berbasis pada proyek, dengan menerapkan keterampilan yang telah

dimiliki. Ketiga, pengalaman di lapangan dengan kolaborasi antara dunia

pendidikan dan dunia industri, peserta didik diarahkan untuk terjun ke lapangan

untuk menerapkan soft skill dan hard skill agar mereka siap memasuki dunia

kerja. Praktik ini ciri pendidikan SMA. Keempat, personalized learning. Pada

tahap ini, pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, aktivitas

pembelajar tidak dibuat sama rata. Kelima, interpretasi data. untuk mendukung

proses pendidikan dan digunakan sebagai sentral memecahkan masalah serta

disesuaikan dengan kebutuhan19. Cara pandang penerapan merdeka belajar, guru

menjadi fasilitator yang memotivasi peserta didik untuk “merdeka belajar”. dan

menyediakan aktivitas bagi peserta didik untuk mengeksplorasi diri agar setiap

peserta didik memiliki pengalaman dalam pembelajaran yang merdeka.

19
Chahyanti, D.Pembelajaran di Era Merdeka Belajar.
Https://Www.Timesindonesia.Co.Id/Read/News/341708/Pembelajara n-Di-EraMerdeka-
Belajar(2021)

26
h. Kelemahan Kurikulum Merdeka Belajar

Program merdeka belajar belum sempurna untuk dilakukan. Ada beberapa

kendala atau tantangan yang harus dihadapi. Berikut ini merupakan 5 tantangan

program merdeka belajar bagi guru, di antaranya yaitu: a) Keluar dari Zona

Nyaman Sistem Pembelajaran; b) Tidak Memiliki Pengalaman Program Merdeka

Belajar; c) Keterbatasan Referensi; d) Keterampilan Mengajar; e) Minim Fasilitas

dan Kualitas Guru.20 Menurut penulis, untuk mencapai kemerdekaan belajar

tanpa kendala, guru membutuhkan dukungan dari semua pihak, mulai dari

orangtua siswa, siswa, sekolah, pemerintah hingga masyarakat luas. bentuk

dukungan dari pemerintah yaitu dengan membuat pelatihan atau pembelajaran

bagi guru untuk meningkatkan kompetensi guru.

Indikator Kurikulum Merdeka Belajar

Kurikulum merdeka belajar memiliki indikator keberhasilan untuk

mencapai tujuan pembelajaran, adapun indikator keberhasilan program

kurikulum merdeka belajar sebagai berikut:

1. partisipasi siswa-siswi dalam pendidikan Indonesia yang merata.

2. pembelajaran yang efektif,

20
Supini, E. 5 Tantangan Program Merdeka Belajar Untuk Guru. Https://Blog.Kejarcita.Id/5-
Tantangan-Program-Merdeka-Belajar- UntukGuru/.(2020)

27
3. tidak adanya ketertinggalan anak didik.

Dari 3 indikator keberhasil program kurikulum merdeka belajar ini penulis

ingin menjabarkan secara rinci keberhasilan program kurikulum merdeka belajar

adapun penjabarannya sebagai berikut :

a. Partisipasi Siswa-siswi dalam Pendidikan Indonesia

Dari uraian di atas partisipasi tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa

jenjang, yaitu :

● Menerima, yaitu siswa mau memperhatikan suatu kejadian atau kegiatan.

Contohnya siswa mau mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru dan

mengamati apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

● Menanggapi, yaitu siswa mau terhadap suatu kejadian dengan berperan serta.

Contoh : menjawab, mengikuti, menyetujui, menuruti perintah, menyukai dan

sebagainya.

● Menilai, yaitu siswa mau menerima atau menolak suatu kejadian melalui

pernyataan sikap positif atau negatif. Contohnya : menerima, mendukung, ikut

serta, meneruskan, mengabdikan diri, dan sebagainya.

● Menyusun, yaitu apabila siswa berhadapan dengan situasi yang menyangkut

lebih dari satu nilai, dengan senang hati menyusun nilai tersebut, menentukan

hubungan antara berbagai nilai dan menerima bahwa ada nilai yang lebih tinggi

daripada yang lain. Contoh : menyusun, memilih, mempertimbangkan,

memutuskan, mengenali, membuat rencana dan sebagainya.

28
● Mengenali ciri karena kompleks nilai, yaitu siswa secara konsisten bertindak

mengikuti nilai yang berlaku dan menganggap tingkah laku ini sebagai bagian

dari kepribadiannya. Contoh : percaya, mempraktekkan, melakukan,

mengerjakan.

b. Pembelajaran yang efektif

(Slavin, 2014) menyusun suatu model pembelajaran efektif, didasarkan atas hasil

kerja Carroll, dan mengidentifikasi unsur-unsur atau elemen-elemen

pembelajaran sebagai berikut :

● Kualitaspembelajaran

Kualitas pembelajaran berkenaan dengan seberapa tinggi tingkat informasi atau

keterampilan yang disajikan kepada para peserta didik itu mudah dipelajari

mereka. Kualitas pembelajaran itu pada umumnya berupa hasil yang berkualitas

berkenaan dengan pengalaman belajar atau kurikulum dan pelajaran itu.

● Tingkat pembelajaran yang memadai,

Tingkat pembelajaran yang memadai merujuk pada seberapa jauh guru yakin

bahwa para peserta didik siap belajar sesuatu hal yang baru. Artinya, mereka

memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari hal

baru tersebut, yang sebelumnya belum pernah dipelajarinya. Dengan ungkapan

lain, tingkat pembelajaran itu memadai jikalau suatu pelajaran tidak terlalu sulit

dan juga tidak terlalu mudah bagi peserta didik.

29
● Ganjaran

Ganjaran menyangkut hal yang berkenaan bahwa guru yakin para peserta didik

termotivasi untuk mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan ingin belajar

tentang hal yang telah disampaikan, tentu saja setelah mendapatkan penguatan

atau ganjaran yang diberikan oleh guru.

● waktu.

waktu yang dalam hal ini seberapa cukup waktu yang digunakan untuk belajar

peserta didik untuk mempelajari hal-hal yang telah disampaikan oleh guru.

c. Tiada Ketertinggalannya Anak didik

Selama masa pandemi 2 tahun silam seluruh peserta didik tertinggal

pembelajaran

karena mereka melakukan pembelajaran melalui daring untuk itu dengan adanya

kurikulum merdeka belajar peserta didik harus mengejar ketertinggalan materi

pembelajaran di sekolah.

Oleh karena itu indikator dari program kurikulum merdeka belajar ini membuat

percepatan/ akselerasi dari pembelajaran yang telah tertinggal dan memperkuat

pembelajaran pendidikan pancasila dengan mengutamakan sikap-sikap moral,

kemudian pada kurikulum merdeka belajar ini juga siswa juga dituntut untuk

menciptakan proyek yang dapat menjadi wirausaha salah satu contohnya

membuat sesuatu yang bernilai jual. selama masa pandemi, harapan pemerintah

30
dengan adanya kurikulum merdeka belajar ini dapat mengejar ketertinggalan

materi pembelajaran di sekolah.

i. Ciri-ciri Kurikulum Merdeka Belajar

Untuk mengidentifikasi terlaksana sebuah pendidikan yang bersifat

merdeka serta humanistik, pendidikan harus mempunyai ciri ciri yang oleh

Baharudin dirumuskan sebagaimana berikut:

● Bersifat membebaskan, membebaskan yang diartikan sebagai proses

memerdekakan dari segala belenggu formalistik yang malah akan mencetak

generasi tidak mampu kritis terhadap segala hal dan tidak mampu berkreasi

dalam berbagai situasi.

● Mencakup semangat keberpihakan, keberpihakan yang dimaksud adalah

pendidikan harus disajikan dengan sepenuh hati, karena pendidikan merupakan

hak semua manusia.

● Berprinsip partisipatif, yang mengharuskan adanya sinergi antara sekolah,

wali murid dan juga lingkungan. Hal ini bertujuan agar pendidikan menjadi

sebuah hal yang relevan dengan apa yang dibutuhkan peserta didik dan juga

sebagai sarana controlling perkembangan peserta didik.

● Kurikulum yang berbasis kebutuhan, point ini memperkuat point sebelumnya.

Biar bagaimanapun sistem yang baik akan menghasilkan outlet yang baik juga.

● Menjunjung asas kerja sama, maksudnya adalah sinergi antara guru dan murid

untuk bekerja sama menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

31
● Evaluasi yang dititik beratkan pada peserta didik, karena pembelajaran bisa

dibilang berhasil jika peserta didik diposisikan sebagai subjek yang harus terus

menerus di evaluasi perkembangannya.

● Percaya diri, tidak dapat dipungkiri bahwa kepercayaan diri akan sangat

menunjang dalam pengembangan potensi peserta didik dalam kapasitas individu

maupun sosial.

Selaras dengan apa yang diungkapkan Baharudin, Ibnu Khaldun juga

menganggap bahwa “pendidikan bukan hanya merupakan sebuah aktivitas yang

selalu mengedepankan pemikiran dan perenungan yang tidak tersentuh dari

aspek pragmatis sama sekali, melainkan ia terbentuk dari segala konklusi yang

lahir atas fenomena yang ada di dalam masyarakat dan perkembangan dalam

sebuah siklus kebudayaan”. Maka pendidikan harus memuat ciri-ciri yang

memerdekakan, baik dari sudut pandang sekolah, pendidik, peserta didik

maupun lingkungannya.

j. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa

menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil yang

diharapkan.21

21
Nana Sudjana,( 2010:136)

32
Menurut Majid pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan proses belajar

mengajar sebagai unsur inti dari aktivitas pembelajaran yang dalam

pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang telah disusun dalam

perencanaan sebelumnya.22

Menurut Bahri dan Aswan Zain pelaksanaan pembelajaran adalah suatu

kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi

antara guru dan peserta didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan

pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan

tertentu yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai.23

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat dipahami bahwa pelaksanaan

pembelajaran adalah proses yang berlangsung interaksi yang bernilai edukatif

antara siswa dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran pada suatu

lingkungan belajar

k. Desain Rencana Pelakasanaa Pembelajaran

Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses

Pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa Perencanaan pembelajaran

dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi

22
Majid (2014: 129)
23
Bahri dan Aswan Zain (2010:28)

33
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan

sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.

Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang

digunakan.

1) Silabus

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap

bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:

b. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan

SMA/MA/SMALB/SMK/Paket C/Paket C Kejuruan).

c. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas.

d. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi

dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta

didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.

kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus

dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.

e. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.

f. Tema(khususSD/MI/SDLB/PaketA).

g. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan

ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian

kompentensi.

34
h. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik

untuk mencapai kompetensi yang diharap akan.

i. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

j. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum

untuk satu semester atau satu tahun.

k. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar

atau sumber belajar lain yang relevan.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran dalam Permendikbud nomor tahun

2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah menyatakan

bahwa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan

dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam

upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan

pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar

pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

35
didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu

kali pertemuan atau lebih.

a. Komponen RPP dalam Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar

proses pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

2. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;

3. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;

4. Kelas/semester;

5. Materi pokok;

6. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan

beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pembelajaran yang

tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai

7. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

8. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.

9. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator

ketercapaian kompentensi.

10. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan sauna

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai.

36
11. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pelajaran.

12. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam

sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.

13. Kegiatan Pembelajaran atau langkah-langkah pembelajaran dilakukan

melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup.

14. Penilaian hasil pembelajaran. Prosedur dan instrumen penilaian proses dan

hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu

kepada standar penilaian.

b. Prinsip Penyusunan RPP berdasarkan Permendikbud nomor 22 tahun 2016

tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa

dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat

intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi,

gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,

norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

2. Partisipasi aktif peserta didik.

3. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar motivasi,

minat, kreativitas, inisiatif, inivasi dan kemandirian.

37
4. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk

mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan

berekspresi dalam berbagai bentuk tuliasan.

5. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program

pemberian umpan balik positif, pengetahuan, pengayaan, dan remedi.

6. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi

pembelajaran, dan sumber pelajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

7. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata

pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

8. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis,

dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa desain perencanaan

pembelajaran memiliki dua aspek yaitu silabus dan RPP yang mengacu pada

standar isi dan disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian

pembelajaran, dan skenario pembelajaran.

l. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

38
Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan

Surat Edaran Mendikbud nomor 14 tahun 2019 tertanggal 13 Desember 2019

merupakan salah satu terobosan baru yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Nadiem Makarim, penyederhanaan RPP ini didedikasikan untuk

para guru untuk meringankan beban administrasi guru. Berdasarkan

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar

dan Menengah, RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran untuk satu pertemuan

atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan

pembelajaran peserta didik untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD). Komponen

RPP ini disederhanakan menjadi tiga komponen inti dalam satu halaman, yaitu

tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen. Sisa komponen

lainnya sebagai pelengkap dan dapat dipilih secara mandiri oleh guru sesuai

dengan kebutuhan. Menanggapi kebijakan baru tersebut, penulis mengapresiasi

Kebijakan Pokok Kemendikbud yang menyederhanakan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Selama ini beban administrasi dari penyusunan RPP sering

dikeluhkan para guru.

m. Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum Merdeka

Implementasi dari RPP terdiri 3 kegiatan yaitu pendahuluan, inti dan

penutup. Pertama, kegiatan pendahuluan. kegiatan guru yang harus dilakukan

adalah: a) menyiapkan peserta didik untuk siap mengikuti proses pembelajaran;

b) memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual; c) mengajukan pertanyaan

39
yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang dipelajari; d)

menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; dan e) menyampaikan

cakupan materi dan uraian kegiatan. Kedua, kegiatan inti. Pada kegiatan inti,

setiap guru dituntut untuk menggunakan berbagai model pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta

didik dan mata pelajaran. Pendekatan tematik/tematik terpadu/saintifik/inkuiri

dan penyingkapan (discovery)/ pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis

pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik

kompetensi dan jenjang pendidikan. Tentu saja, menurut peneliti, masih banyak

model pembelajaran yang lain yang dapat dipilih oleh guru untuk

mengembangkan berbagai potensi peserta didik. Ketiga, kegiatan penutup.

kegiatan ini, guru bersama siswa melakukan refleksi untuk mengevaluasi: a)

seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk

selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak

langsung dari hasil pembelajaran; b) memberikan umpan balik terhadap proses

dan hasil pembelajaran; c) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk

pemberian tugas; dan d) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk

pertemuan berikutnya.

n. Implementasi

40
Implementasi yang diselenggarakan di Indonesia ini menggunakan

berbagai program. Untuk tercapai berbagai program maka perlu adanya

implementasi program yang terstruktur dan terorganisir. Implementasi tidak

hanya sekedar hanya aktivitas saja, namun suatu kegiatan yang terencana untuk

dapat sampai yang dituju. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Implementasi

adalah penerapan, yang artinya suatu yang telah dirancang itu dilaksanakan dan

diterapkan sepenuhnya, sehingga bisa berjalan dengan apa yang diharapkan dan

tercapai.

Pendapat Hamalik24 implementasi merupakan proses penerapan ide, konsep,

kebijakan, atau inovasi dalam bentuk praktis yang mana menimbulkan dampak,

baik berupa perubahan keterampilan, pengetahuan, maupun nilai dan sikap.

Menurut Mulyasa25 implementasi merupakan aktualisasi, yang mana di dalam

kurikulum 2013 sendiri aktualisasi kurikulum sebagai pembelajaran dan

membentuk kompetensi dan karakter siswa. Michael dalam Nafisatun Nikmah

menyatakan implementation consist of the process of putting into practice an

idea, program, or set of activities and structure new to the people attempting or

expected to change.26

Pendapat terdapat mengungkapkan bahwa implementasi berisi tentang proses

pelaksanaan secara nyata/ mempraktekkan suatu gagasan, program, atau beberapa

24
Hamalik, O. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.(2017:237)
25
Mulyasa, E. (2002). Kurikulum berbasis kompetensi. Bandung: Rosda Karya. _________.
(2014:99)
26
Michael. Nafisatun Nikmah. (2019: 8)

41
aktivitas dan struktur baru oleh dan untuk pihak-pihak yang menghendaki suatu

pembelajaran.

Berdasarkan beberapa definisi mengenai implementasi di atas dapat

disimpulkan bahwa implementasi adalah pelaksanaan dan penerapan ide, konsep,

kebijakan atau inovasi serta untuk membentuk kompetensi dan karakter siswa.

Seperti halnya guru dalam implementasi kurikulum 2013, guru sangat penting

dalam memahami kurikulum 2013. Hal ini bertujuan agar dapat diterapkan siswa

dan tercapai tujuan pembelajaran.

G. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini sangat diperlukan untuk

mendukung kajian teoritis yang telah dikemukakan sehingga dapat digunakan

sebagai landasan pada kerangka berfikir. Adapun hasil penelitian yang relevan

adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Efyanto (2021) yang berjudul “Analisis

Penerapan Kebijakan Merdeka Belajar Pada Kurikulum SMK” Tujuan penelitian ini

adalah untuk mendapatkan gambaran: 1). Bagaimana penerapan kebijakan merdeka

belajar pada kurikulum SMK, 2) Apa hambatan penerapan kebijakan merdeka

belajar pada kurikulum SMK, serta 3) Apa upaya yang ditempuh untuk mengatasi

berbagai permasalahan yang ada. Tempat penelitian dilaksanakan di SMKN 1

Singosari, SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi dan SMK Turen Malang.

Pendekatan yang digunakan terhadap masalah penelitian ini adalah pendekatan

42
kualitatif didukung oleh data deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan

teknik observasi partisipasi aktif, wawancara dan studi dokumen. Teknik analisis

data yang digunakan selama penelitian ini menggunakan model analisis interaktif

Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.

Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa: 1) Penerapan kebijakan merdeka belajar

pada kurikulum SMK dengan melaksanakan sistem pendidikan pada ranah input,

proses, dan output; 2) Hambatan penerapan merdeka belajar dari ketiga SMK

meliputi (1) Pemenuhan kompetensi industri memerlukan peningkatan kompetensi

guru yang terprogram; (2) Guru belum mempunyai pengalaman lapangan dalam

penerapan kompetensi industri; (3) Perubahan standar kompetensi industri yang

dinamis memerlukan pengembangan kurikulum yang berkelanjutan dan pemenuhan

sarana prasarana yang memadai; (4) Kesulitan memfasilitasi pembelajaran dengan

efektif sesuai dengan budaya industri; 3) Upaya untuk mengatasi kendala yang ada

dari penerapan merdeka belajar adalah: a) Membuat program kesepakatan

kerjasama antara SMK dengan pihak Industri; (b) Mengembangkan metode

pembelajaran yang mampu menciptakan nuansa kerja seperti di perusahaan; (c)

Sinkronisasi kurikulum dengan industri rekanan untuk penyusunan kurikulum

pembelajaran otomotif; (d) Meningkatkan kompetensi guru dalam konteks

pemenuhan harapan industri.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Muslimin Yoga Perdana (2021) yang berjudul “

Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Terhadap Merdeka

43
Belajar Di Sekolah Dasar Se Kabupaten Panewon Tepus” Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui persepsi guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

terhadap Merdeka Belajar di Sekolah Dasar se Kapanewon Tepus, Gunungkidul.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Metode yang

digunakan adalah survei. Teknik pengumpulan data menggunakan angket yang

mana dalam penelitian ini menggunakan google form. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh guru PJOK di Sekolah Dasar Negeri Se-Kapanewon Tepus,

Gunungkidul yang berjumlah 23 guru dari 23 Sekolah Dasar. Teknik analisis data

ini menggunakan analisis kuantitatif deskriptif yang disajikan dalam bentuk

persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru PJOK SD se-

Kapanewon Tepus terhadap merdeka belajar memiliki rata-rata sebesar 104,70

berkategori baik. Secara rinci menunjukkan sebanyak 0% (0 guru) memiliki

persepsi sangat baik, 65,22% (15 orang) memiliki persepsi baik, 34,78% (8 guru)

memiliki persepsi cukup baik, 0% (0 guru) memiliki persepsi tidak baik, 0% (0

guru) memiliki persepsi sangat tidak baik.

44
BAB III

METODE PENELITIAN

H. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini beberapa hal yang dirancang oleh penelitian

sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni

data yang ditampilkan dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan

bukan berupa angka. Menurut Goodwin, penelitian kualitatif merupakan

metode penelitian yang memiliki karakteristik berupa analisis naratif

terhadap informasi-informasi yang dikumpulkan dalam proses

pengumpulan data. Metode penelitian kualitatif meliputi antara lain

penelitian studi kasus dan penelitian menggunakan wawancara.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan

menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan

pendekatan yang menggunakan beragam cara dan beragam sumber data

untuk menjelaskan secara rinci dan mendalam mengenai hal yang

diteliti. Adapun tujuan dari studi kasus ialah mendeskripsikan tentang

permasalahan dan terjadinya suatu kasus.

45
2. Subjek dan Objek Penelitian

penelitian ini penulis memberikan kuisioner kepada Kepala Sekolah,

Guru yang Mengajar di Kelas X dan seluruh Siswa di Kelas X.

3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini sesuai yang tertulis pada judul penelitian

yaitu di SMA 1 Banjarmasin.

4. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian kualitatif adalah dalam bentuk data yang

deskriptif non angka. Pada penelitian kualitatif berusaha untuk menggali

deskripsi yang spesifik yang kaya dari pengalaman personal partisipan

dari penelitian.

a) Data

Berdasarkan sumber diperolehnya data, maka ada dua data yang akan

dikumpulkan oleh peneliti, yakni:

1) Data primer, yakni data yang didapatkan langsung dari subjek penelitian

yakni data berupa hasil observasi dan wawancara.

2) Data sekunder, yakni data yang didapatkan dari sumber lain yang

dianggap penting, misalnya yakni data-data yang didapat dari buku dan

jurnal.

b) Sumber Data

46
Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu

1) Informan, yaitu sumber daya yang sangat penting dalam

penelitian, yakni para remaja yang mempunyai hubungan asmara

atau menjalin hubungan pacaran yang sesuai dengan kriteria

subjek penelitian. Jumlah informan pada penelitian ini terdiri dari

6 orang.

2) Dokumen, yaitu sumber data lain yang mendukung dan berkaitan

dengan penelitian seperti buku, vidio, jurnal dan sebagainya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Spradley, teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif

memiliki tiga unsur yakni tempat, actor-aktor (pelaku) dan kegiatan yang

merupakan dimensi pokok dalam totalitas latar berlangsungnya

penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara mendalam, yakni interaksi tanya jawab langsung kepada

subjek penelitian yakni anak remaja yang menjalin hubungan

berpacaran yang berupa pendapatnya dan pertanyaan fakta dari

masalahnya dalam menjalin hubungan berpacaran.

b. Observasi partisipan, yakni peneliti menggali informasi mengenai

perilaku dan kondisi yang terjadi secara langsung saat di lapangan saat

anak remaja menjalin hubungan berpacaran

47
c. Dokumen, yakni penliti mengumpulkan berbagai catatan, gambar, film

atau dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan mengenai anak remaja

yang menjalin hubungan berpacaran.

I. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dalam bentuk tulisan yang terbagi dalam lima bab

dengan sistematika penelitian sebagai berikut:

Bab I pendahuluan. Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, definisi operasinal, penelitian

penelitian terdahulu, kajian teori, metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, data

dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisi data, dan

sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori. Dalam bab ini, membahas tentang kajian teoritik

yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk menelaah objek kajian yang

dikaji. Terdiri dari: pengertian, ciri ciri, indikator, dan tata cara pembelajar

kurikulum merdeka tersebut.

Bab III Penyajian Data. Membahas tentang deskripsi umum objek penelitian

dan deskripsi hasil penelitian. Deskripsi umum objek penelitian membahas

mengenai lokasi penelitian dan deskripsi narasumber. Sedangkan deskripsi hasil

48
penelitian membahas tentang proses timbulnya kecendrungan Alexithtamia atas

timbulnya kecembruan dalam hubungan berbacaran remaja di desa Barabai.

Bab IV Analisis Data. Pada bab ini memberikan analisis rangkuman hasil

penelitian di lapangan dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh

peneliti untuk mengetahui proses penerimaan diri orangtua yang mempunyai

anak penyandang tunagrahita dilihat dari tingkat pendidikan dari berbagai teori

penelitian.

Bab V Penutup. Dalam bab ini berisi tentang penutup yang di dalamnya

terdapat dua poin, yaitu: Kesimpulan dan Saran-Saran.

49
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktek Edisi Revisi ke VI. Rineka Cipta: Jakarta.

Azizah, S. (2014). Kurikulum Berkarakter. Cet. I: Alauddin


University Press

Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammad, Kamus Umum


Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996

Baro’ah, S. (2020). Kebijakan Merdeka Belajar Sebagai


Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Tawadhu.
Cilacap: Institut Agama Islam Imam Ghozali.

Bilfaqih, Yusuf dan M. Nur Qomarudin. (2015: 1).


Pembelajaran Daring Panduan Berstandar Pengembangan
Pembelajaran Daring untuk Pendidikan dan Pelatihan.
Yogyakarta: Deepublish.

Chahyanti, D. (2021). Pembelajaran di Era Merdeka Belajar.


Https://Www.Timesindonesia.Co.Id/Read/News/341708/Pem
belajara n-Di-EraMerdeka-Belajar.

Depdiknas. 2006. Permendiknas.No.22 tentang Tujuan


Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta:
Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahari dan Aswan Zain. 2010. Strategi


Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rieneka Cipta

Dwi Efyanto (2021) “Analisis Penerapan Kebijakan Merdeka


Belajar Pada Kurikulum SMK”

Ainia, D.K. 2020. Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki


Hadjar Dewantara Dan Relevansinya Bagi Pengembangan
Pendidikan Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia,

50
Ali, Lukman. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ke III,
Jakarta : Balai Pustaka, 2011.

Alhamuddin. 2019. Politik Kebijakan Pengembangan


Kurikulum di Indonesia Sejak Zaman Kemerdekaan Hingga
Reformasi (1947-2013). Jakarta: Prenadamedia Grup.

Ali Sudin. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Upi


Press.

Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian


Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak

51
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Muhammad Wahyuda


2. Tempat Tanggal Lahir : Kuala Pembuang,09 November 2001
3. Jenis Kelamin : laki-laki
4. Kebangsaan : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jl.Pekapuran Raya GG.Halimatussadiyyah 2 AMD Besar
7. Telepon : 081520421475
8. E-mail : wahyudamuhammad876@gmail.com
9. Orang Tua
Nama Ayah :Abdurahman
Pekerjaan : Pendakwah
Alamat : Samarinda Pinang Seribu
Nama Ibu : Risnawati
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Tebing Tinggi, Desa Auh Balangan
10. Pendidikan
• Tk Kartini 2006-2007
• SD II Kuala Pembuang II 2007-2014
• SMP Negeri 1 Kuala Pembuang 2014-2017
• SMK Negeri 1 SERUYAN 2017-2020
• Perguruan tinggi UIN Antasari Banjarmasin 2020-Mahasiswa

52

Anda mungkin juga menyukai