Anda di halaman 1dari 11

PENYUSUNAN MODUL AJAR BERBASIS KEARIFAN LOKAL DALAM PENGEMBANGAN

KURIKULUM MERDEKA BAGI GURU DI DESA CIBANTEN

Tati Kartini1
Pendidikan Anak Usia Dini
STIT NU Al-farabi Pangandaran
tatikartini@stitnualfarabi.ac.id

Riksa Iqomah2
Manajemen Pendidikan Islam
STIT NU Al-farabi Pangandaran
riksaiqomah@stitnualfarabi.ac.id

Ummu Laelatul Badriyah3


Pendidikan Anak Usia Dini
STIT NU Al-farabi Pangandaran
ummulaelatul@stitnualfarabi.ac.id

Rama Aditya4
Manajemen Pendidikan Islam
STIT NU Al-farabi Pangandaran
ramaaditya@stitnualfarabi.ac.id

Pipin Pitriani
Manajemen Pendidikan Islam
STIT NU Al-farabi Pangandaran
pipinpitriani@stitnualfarabi.ac.id

Wildan Salis Nugraha6


Bimbingan Konseling Pendidikan Islam
STIT NU Al-farabi Pangandaran
wildansalisnugraha@stitnualfarabi.ac.id
Abstrak

Modul merupakan bahan ajar yang dapat digunakan oleh guru dalam memberikan materi selama
pembelajaran. Selain itu, modul juga merupakan penunjang bagi kegiatan pembelajaran. Namun demikian,
masih banyak guru yang tidak dapat menyusun modul untuk membantu mereka dalam mengajar dan
mengembangkan potensi diri. Oleh sebab itu, kegiatan pelatihan penyusunan modul ajar berbasis kurikulum
merdeka ini akan memberikan keuntungan bagi guru dan siswa. Guru akan dapat lebih mudah dalam
mempersiapkan bahan ajar dan dapat meningkatkan kualitas keterampilan pendidik dan siswa mendapatkan
materi yang terstruktur dan sistematis. Seminar ini diadakan sebagai program KKN-PAR STIT NU Al-farabi
desa Cibanten dan bagian dari program pengembangan modul ajar dengan mengaitkan unsur kearifan lokal
di daerah pedesaan. Metodologi seminar melibatkan guru-guru deleasi dai lemaa Pendidikan yan ada di desa
cianen sebagai peserta aktif yang secara kolaboratif merancang modul ajar berbasis kearifan lokal. Adapun
metode yang di gunakan dalam pengabdian ini yaitu metode Participatory Action Reseach (PAR). Hasil dari
kegiatan ini menunjukkan bahwa seminar penyusunan modul ajar berbasis kearifan lokal mampu
memberikan manfaat signifikan bagi guru di Desa Cibanten. Guru-guru dapat mengintegrasikan budaya dan
kearifan lokal ke dalam proses pembelajaran, sehingga meningkatkan rasa relevansi dan keterlibatan siswa.

Kata Kunci: Kurikulum Merdeka, Modul Ajar, Kearifan local

Abstract

Modules are teaching materials that can be used by teachers to provide material during learning. Apart from
that, the module is also a support for learning activities. However, there are still many teachers who cannot
develop modules to help them in teaching and developing their potential. Therefore, this training activity in
preparing teaching modules based on the independent curriculum will provide benefits for teachers and
students. Teachers will be able to more easily prepare teaching materials and can improve the quality of
educators' skills and students will receive structured and systematic material. This seminar was held as a KKN-
PAR STIT NU Al-farabi program in Cibanten village and part of the teaching module development program by
linking elements of local wisdom in rural areas. The seminar methodology involves delegated teachers from
the Education Department in Cianen village as active participants who collaboratively design teaching
modules based on local wisdom. The method used in this service is the Participatory Action Research (PAR)
method. The results of this activity show that the seminar on preparing teaching modules based on local
wisdom is able to provide significant benefits for teachers in Cibanten Village. Teachers can integrate local
culture and wisdom into the learning process, thereby increasing students' sense of relevance and involvement.

Keywords: Independent Curriculum, Teaching Module, Local Wisdom


PENDAHULUAN

Dalam sistem pendidikan di Indonesia, pendidikan telah mengalami pergantian


kurikulum sebanyak sebelas kali, di mulai pada tahun 1947, dengan kurikulum yang sangat
sederhana kemudian sampai terakhir adalah kurikulum 2013. Meskipun berganti-ganti
kurikulum tidak lain tujuannya adalah perbaikan terhadap kurikulum sebelumnya. Setiap
perubahan yang terjadi merupakan kebijakan pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam
menangani pendidikan di Indonesia.1 Pada upacara peringatan Hardiknas 2022 Menteri
Pendidikan Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) menyampaikan
sejumlah perkembangan Program Merdeka Belajar. Salah satunya adalah program Kurikulum
Merdeka yang sudah diterapkan pada ribuan satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Kurikulum
Merdeka dilaksanakan berdasarkan Kepmendikbudristek Nomor 56 Tahun 2022 tentang
Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran sebagai penyempurna
kurikulum sebelumnya.2 Perancangan Kurikulum Merdeka ini berfungsi untuk mengejar
ketertinggalan pendidikan Indonesia dalam hal literasi dan numerasi. Dalam implementasinya,
kurikulum tidak serta merta langsung digunakan di seluruh sekolah di Indonesia, prosesnya
dilakukan secara bertahap, tergantung kesiapan dari masing-masing sekolah.3

Berdasarkan pandangan para ahli Pendidikan Kurikulum merdeka adalah pendekatan


pendidikan yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali potensi dan minatnya
secara lebih luas. Dalam kurikulum ini, tidak hanya aspek akademis yang ditekankan, melainkan
juga pengembangan keterampilan sosial, emosional, dan spiritual siswa. Kurikulum merdeka
bertujuan untuk menciptakan lulusan yang berdaya saing dan berkontribusi positif bagi
Masyarakat. Ciri khas dari kurikulum ini yang mendorong kestabilan pembelajaran adalah: a)
Terbentuknya Soft skills dan pribadi yang sesuai profil pepalajr pancasila b) Fokus pada materi
mendasar c) Guru bebas untuk mengimplementasikan pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan dan gaya belajar peserta didik.4

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi No. 16


Tahun 2022 tentang Standar Proses pada Pendidikan di seluruh jenjang pendidikan, disebutkan
bahwa standar proses digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran
yang efektif dan efisien untuk mengembangkan potensi, prakarsa, kemampuan, dan kemandirian
siswa secara optimal. Standar proses memiliki kriteria yang meliputi 1) perencanaan

1
Sumarsih et al., “Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Di Sekolah Penggerak Sekolah Dasar.”
2
Angga, “Implementasi Kurikulum Merdeka.”
3
Almarisi, “Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran Sejarah Dalam Perspektif
Historis.”
4
Sari, “Teori Kurikulum Merdeka.”
pembelajaran; 2) pelaksanaan pembelajaran; dan 3) penilaian proses pembelajaran. Hal ini sama
layaknya dengan isi dari modul ajar, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi 5.

Dengan perkembangan kebijakan pendidikan, tentu guru harus mampu beradaptasi


dengan kebijakan yang berlaku. Salah satu alternatif yang dapat digunakan guru untuk
mendukung proses merdeka belajar adalah dengan menghadirkan bahan ajar modul yang sesuai
dengan lingkungan peserta didik. Modul yang dipakai dapat dirancang sendiri oleh pendidik.
Prastowo (2012) menjelaskan bahwa “modul merupakan bahan ajar yang disusun sedemikian
rupa dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sesuai usia peserta didik sehingga
mereka dapat belajar sendiri dengan bimbingan minimal dari pendidik”. Menurut Anwar (2017)
“modul pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang
mencakup isi materi, metode dan mengevaluasi secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan. Proses pembelajaran tidak hanya memahami materi secara teoritis akan tetapi
materi yang dipelajari dikembangkan berdasarkan lingkungan tempat tinggal masyarakatnya 6.

Sesuai dengan keputusan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi No.
262 tahun 2022 tentang Perubahan atas Keputusan Mendikbudristek No. 56 tahun 2022 tentang
Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran, disebutkan bahwa
Kurikulum merdeka berfokus pada siswa dengan memprioritaskan pertumbuhannya secara
keseluruhan dan mengembangkan hard skill dan karakter siswa. Selain itu disebutkan juga pada
Bab Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah bahwa setiap satuan pendidikan melaksanakan
pembelajaran dengan menyisipkan muatan lokal atau materi kearifan lokal dari pemerintah
daerah sesuai ciri khas daerah masing-masing, salah satu opsi yang tertuang pada surat
keputusan diatas ialah mengorelasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran.

Pilihan muatan lokal yang diintegrasikan dalam pembelajaran sangat berguna bagi siswa
dalam mempersiapkan pengetahuan tentang ekologi serta perilaku dalam melestarikan dan
mengembangkan sumber daya alam dan manusia dalam kehidupan berkelanjutan. Hal ini
berkaitan dengan kearifan lokal yang dimiliki setiap daerah yang memungkinkan untuk
dikembangkan. Upaya memperkenalkan dan melestarikan kearifan lokal dapat dilakukan dengan
cara menghadirkannya melalui proses pembelajaran dengan menyisipkan nilai-nilai tersebut ke
dalam buku pelajaran peserta didik. Kemerdekaan berpikir dan pembelajaran yang
menyenangkan menjadi hal yang ditekankan dalam Merdeka Belajar. Proses pembelajaran yang
menyenangkan membuat siswa dan guru tidak jenuh karena terjadi komunikasi antara peserta
didik dan pendidik. Proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada guru, tetapi peserta didik

5
Di and Tamanan, PENGEMBANGAN MODUL AJAR BERBASIS KURIKULUM IPA SOSIAL TERINTEGRASI KEARIFAN
LOKAL BATIK TERINTEGRASI KEARIFAN LOKAL BATIK BONDOWOSO.
6
Hasibuan, “Peran Modul Berbasis Kearifan Lokal Untuk Mendukung Pendidikan Merdeka Belajar.”
juga aktif untuk bertanya, menjawab, berbicara di depan umum, tidak hanya mendengarkan
penjelasan dari guru dan siswa di berikebasan dalam pembelajaran penjas yang mereka sukai 7.

Nyatanya masih banyak guru merasa bingung dan tidak terbiasa mengembangkan bahan
ajar atau modul guna menyesuaikan materi yang ada pada buku dari pusat menjadi materi yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru merasa pengembangan bahan ajar atau modul
adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan meskipun mereka mengikuti banyak pelatihan
secara online. Namun, hal itu menjadi suatu kendala juga bagi mereka karena merasa tidak leluasa
untuk bertanya dan memahami isi materi. Adapun kendala yang dialami oleh siswa dalam
pembelajaran adalah belum tersedianya modul ajar yang mengaitkan kearifan lokal setempat
dengan materi pembelajaran, serta modul ajar Proyek IPAS yang tersedia belum mencakup
keseluruhan materi yang dipermasalahkan siswa serta kurangnya peralatan alat-alat praktikum
IPA untuk menunjang kompetensi tersebut. Maka dari itu masih banyak sekolah yang
melaksanakan proses pembelajaran hanya memanfaatkan buku yang disediakan oleh pemerintah
saja seperti buku teks (buku paket). Tentu proses pembelajaran yang hanya menggunakan buku
teks dan buku perpustakaan saja, kuranglah lengkap, karena bahan ajar kurang sesuai dengan
karakteristik peserta didik dan tidak dikaitkan dengan kondisi kontekstual lingkungan peserta
didik berada. Kendala yang dihadapi oleh Pendidik menyebabkan resiko pada output yang
didapatkan oleh peserta didik, tuntutan untuk menuntaskan kurikulum menyebabkan materi
pembelajaran menjadi tidak maksimal untuk disampaikan kepada peserta didik 8.

PELAKSANAAN DAN METODE

Kegiatan pengabdian melalui program simposium dan diskusi panel penentuan hari jadi
Desa Cibanten merupakan hasil analisis dan penyamaan persepsi antara kelompok KKN-PAR STIT
NU Al Farabi Pangandaran dengan tokoh masyarakat dan stakeholder yang ada di Desa Cibanten.
Persamaan persepsi di lakukan melalui observasi dan sosialisasi program yang akan dilaksanakan
dengan harapan dapat menjadi program berkelanjutan.

Participatory Action Research (PAR) adalah metodologi alternatif yang bisa digunakan
untuk proses pemberdayaan masyarakat dan kontekstualisasi keilmuan Islam. KKN harus dapat
memadukan dimensi penelitian, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat. Riset yang
dilakukan adalah riset aksi (dengan paradigma kritis) yang dilakukan secara partisipatoris
(menjadikan masyarakat sebagai subyek dan sumber pembelajaran). KKN harus dapat
memadukan dimensi penelitian, pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat. Selama tiga

7
Gao et al., IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DI SMA NEGERI 1 TANJUNG JABUNG TIMUR.
8
Jojor and Sihotang, “Analisis Kurikulum Merdeka Dalam Mengatasi Learning Loss Di Masa Pandemi Covid-19
(Analisis Studi Kasus Kebijakan Pendidikan).”
pilar Perguruan Tinggi ini berjalan terpisah tanpa ada usaha sinergitas, konsekuensinya adalah
kesulitan dalam menciptakan transformasi sosial. Research yang dilakukan adalah riset aksi
(dengan paradigma kritis) yang dilakukan secara partisipatoris (menjadikan masyarakat sebagai
subjek dan sumber pembelajaran). Karena pembinaan yang dilakukan selama ini menjadikan
masyarakat lemah dan tidak berdaya ketika harus berhadapan dengan berbagai persoalan
kehidupan.

Identifikasi, Observasi dan wawancara merupakan langkah awal yang dilakukan agar rencana dan
solusi sesuai tepat sasaran. Adapun Implementasi program sebagai berikut :

1. Observasi dan kunjungan ke semua Lembaga Pendidikan dari mulai tingkat PAUD, SD
hingga SMP yang ada di Desa Cibanten.
2. Sosialisasi program Seminar penyusunan modul ajar berbasis kearifan local melalui
kurikulum merdeka ke seluruh Lembaga Pendidikan dan perangkat desa yang ada di desa
Cibanten.
3. Pelaksanaan kegiatan seminar Bersama dengan guru-guru dan Dr. Iyus Suryadrajat, M.Pd
(Kabid pembinaan SMP Kabupaten Pangandaran) dan Bp. Ihwan Subekti, S.Pd (Peraih NS
BPB dalam implementasi kurikulum Merdeka) sebagai narasumber yang dilaksanakan
pada hari Selasa tanggal 29 Agustus 2023 bertempat di Aula Desa Cibanten.
4. Produk dari kegiatan program Seminar penyusunan modul ajar berbasis kearifan local
melalui kurikulum merdeka yaitu modul ajar kurikulum merdeka dengan tema kearifan
lokal

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar penyusunan modul ajar berbasis kearifan lokal sebagai pengembangan


kurikulum merdeka ini merupakan salah satu bentuk kegiatan pengabdian masyarakat yang
dilakukan oleh mahasiswa yang sedang melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) PAR STIT NU AL-
FARABI. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di aula Desa Cibanten. Anggota kelompok KKN
melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan beberapa guru setempat untuk mengadakan
kegiatan seminar tersebut.

Kegiatan Seminar penyusunan modul ajar berbasis kearifan lokal sebagai pengembangan
kurikulum merdeka ini dihadiri oleh 18 Peserta Delegasi 3 orang yang terdiri dari kepala sekolah,
wakil kepala sekolah bagian kurikulum, dan wali kelas dari setiap sekolah tingkat PAUD, SD dan
SLTP yang ada di Desa Cibanten. Kegiatan Seminar ini terdiri dari (1) Pemaparan materi tentang
kurikulum merdeka Secara umum; (2) Pemaparan materi tentang Teknik Penyusuanan modul
ajar dan pengembangannya; (3) Diskusi dan tanya jawab. Pada kegiatan ini, Narasumber
memberikan bimbingan dan bantuan kepada para peserta yang mengalami kesulitan atau
kendala selama penyusunan yang pernah dilakukan di sekolahnya masing-masing.

Gambar 1-4. Kegiatan Seminar penyusunan modul ajar berbasis kearifan lokal sebagai
pengembangan kurikulum merdeka bagi guru Desa Cibanten.

Dalam pelaksanaan seminar penyusunan modul ajar berbasis kearifan lokal sebagai
pengembangan kurikulum merdeka secara langsung, tentu akan memberikan pemahaman secara
detail terkait bagaimana proses penyusunan modul ajar. Penjelasan materi dengan menyertakan
contoh modul ajar yang di paparkan dari narasumber secara detail dapat memudahkan
pemahaman dari apa yang telah di sampaikan. Dengan harapan dapat membantu guru-guru di
Desa Cibanten akan lebih mudah mengimplementasikan dan mengembangkan kurikulum
merdeka melalui modul ajar berbasis kearifan lokal.

Kegiatan ini di mulai pembukaan, pemaparan materi tentang kurikulum secara umum dan
teknis penyusunan modul ajar semua berjalan dengan lancar dan terlihat semua peserta antusias
dalam mendengarkan pemaparan dari tiap materi. Hal ini juga ditunjukkan dari banyaknya
peserta yang bertanya setelah sesi tanya jawab. Dari hasil pengamatan pada kegiatan pelatihan
sebanyak 50% guru-guru belum pernah membuat bahan ajar sebelumnya, dan hal tersebut
menjadi salah satu pemicu rasa keingintahuan peserta saat bertanya jawab, dan termotivasi
untuk belajar membuat sebuah modul ajar apalagi modul ajar berbasis kearifan lokal.
Hasil diskusi dan tanya jawab di akhir setelah evaluasi disampaikan oleh peserta bahwa
kegiatan seminar penyusunan ini sangat bermanfaat dan merasa terbantu. Dari materi yang telah
di sampaikan oleh narasumber rencananya oleh peserta akan diimplementasikan di setiap
Sekolah tempat mereka mengajar. Kami selaku tim KKN mencoba untuk membuat modul ajar
sesuai dengan arahan dari narasumber kemudian hasil dari modul ajar tersebut kami berikan
kepada seluruh sekolah yang ada di desa Cibanten.
Gambar 5-11. Hasil modul ajar yang kami buat

Salah satu fungsi modul ajar adalah untuk mengurangi beban guru dalam menyajikan
konten sehingga guru dapat memiliki banyak waktu untuk menjadi tutor dan membantu siswa
pada proses pembelajaran (Maulinda, 2022) sejalan dengan pendapat (Ramadan & Ain, 2022)
mengatakan bahwa dengan adanya modul membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran,
meningkatkan profesionalisme guru, meningkatkan kompetensi guru, meningkatkan rasa
percaya diri guru, serta memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI


Dengan adanya kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Cibanten, maka peserta
dalam hal ini guru-guru menyadari betapa pentingnya menambah pemahaman dan pengetahuan
dengan seiring perubahan dan perkembangan zaman dalam dunia pendidikan. Hasil dari
pelatihan ini dapat dimanfaatkan bagi guru-guru untuk menambah wawasan, pengetahuan, serta
pengalaman dalam penyususnan dan penggunanaan modul ajar di Lembaga pendidikan.
Pelaksanaan kegiatan seminar ini telah dilaksanakan dan berjalan dengan sangat baik. Partisipasi
dan keaktifan dari peserta juga sangat baik. Namun demikian, masih terdapat beberapa
kekurangan. Oleh karena itu tim kami menyarankan perlu adanya pelatihan yang kegiatan
selanjutnya terkait dengan penyusunan modul ajar, dengan durasi waktu yang lebih banyak
mengingat waktu yang disediakan dirasa kurang untuk berdiskusi dan penyelesaian modul ajar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih diberikan kepada pihak Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada
Masyarakat (LPPM) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama (STITNU) Al Farabi
Pangandaran, pihak pemerintah Desa Cibanten Kecamatan Cijulang, Dinas pendidikan Kabupaten
Pangandaran, Akademisi implementasi kurikulum merdeka dan tak lupa ucapan terimakasih
kepada peserta seminar Bapak/Ibu Guru delegasi dari setiap sekolah di Desa Cibanten yang
membantu secara informasi dan telah memberikan kesempatan kepada mahasiswa KKN-PAR
STIT NU Al Farabi Pangandaran tahun 2023 untuk mengadakan suatu seminar penyusunan modul
ajar. Tentu hal ini salah satu implementasi dari hasil yang diperoleh di bangku perkuliahan
dengan harapan dapat meningkatkan kualitas tenaga pendidik di Desa Cibanten.
REFERENSI
Almarisi, Ahmad. “Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran Sejarah
Dalam Perspektif Historis.” MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, Dan Ilmu-Ilmu Sosial 7,
no. 1 (2023): 111–17. https://doi.org/10.30743/mkd.v7i1.6291.
Angga, Dkk. “Implementasi Kurikulum Merdeka.” Jurnal Basicedu 6, no. 4 (2022): 5877–89.
Daeng, Kembong, Bakhrani A Rauf, and Sakinah Fitri. “PKM Penyusunan Modul Pembelajaran
Bahasa Indonesia Bagi Guru Bahasa Indonesia Tingkat SMP Di Kabupaten Majene,” n.d., 524–
28.
Di, Bondowoso, and Smkn Tamanan. PENGEMBANGAN MODUL AJAR BERBASIS KURIKULUM IPA
SOSIAL TERINTEGRASI KEARIFAN LOKAL BATIK TERINTEGRASI KEARIFAN LOKAL BATIK
BONDOWOSO, 2023.
Gao, Ying, Jianwei Zhao, Chengzhi Qin, Qingjiang Yuan, Jiangwei Zhu, Yingjie Sun, Chenggang Lu,
et al. IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DI SMA NEGERI 1 TANJUNG JABUNG
TIMUR. Aleph. Vol. 87, 2023.
https://repositorio.ufsc.br/xmlui/bitstream/handle/123456789/167638/341506.pdf?se
quence=1&isAllowed=y%0Ahttps://repositorio.ufsm.br/bitstream/handle/1/8314/LOEB
LEIN%2C LUCINEIA
CARLA.pdf?sequence=1&isAllowed=y%0Ahttps://antigo.mdr.gov.br/saneamento/proees.
Hasibuan, Heri Aftitah. “Peran Modul Berbasis Kearifan Lokal Untuk Mendukung Pendidikan
Merdeka Belajar.” Prosiding Pendidikan Dasar 1, no. 1 (2022): 292–301.
https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.201.
Jojor, Anita, and Hotmaulina Sihotang. “Analisis Kurikulum Merdeka Dalam Mengatasi Learning
Loss Di Masa Pandemi Covid-19 (Analisis Studi Kasus Kebijakan Pendidikan).” Edukatif :
Jurnal Ilmu Pendidikan 4, no. 4 (2022): 5150–61.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3106.
Salamah, Evi Rizqi, Zuni Eka Tiyas Rifayanti, Wulan Trisnawaty, and Subaidah Subaidah.
“Pelatihan Penyusunan Modul Ajar Siswa Sekolah Dasar Berbasis Kurikulum Merdeka.”
Rengganis Jurnal Pengabdian Masyarakat 3, no. 1 (2023): 28–35.
https://doi.org/10.29303/rengganis.v3i1.307.
Sari, Aprima. “Teori Kurikulum Merdeka,” 2022, 10–28.
Sumarsih, Ineu, Teni Marliyani, Yadi Hadiyansah, and Asep Herry Hernawan. “Analisis
Implementasi Kurikulum Merdeka Di Sekolah Penggerak Sekolah Dasar” 6, no. 5 (2022):
8248–58.

Anda mungkin juga menyukai