Tati Kartini1
Pendidikan Anak Usia Dini
STIT NU Al-farabi Pangandaran
tatikartini@stitnualfarabi.ac.id
Riksa Iqomah2
Manajemen Pendidikan Islam
STIT NU Al-farabi Pangandaran
riksaiqomah@stitnualfarabi.ac.id
Rama Aditya4
Manajemen Pendidikan Islam
STIT NU Al-farabi Pangandaran
ramaaditya@stitnualfarabi.ac.id
Pipin Pitriani
Manajemen Pendidikan Islam
STIT NU Al-farabi Pangandaran
pipinpitriani@stitnualfarabi.ac.id
Modul merupakan bahan ajar yang dapat digunakan oleh guru dalam memberikan materi selama
pembelajaran. Selain itu, modul juga merupakan penunjang bagi kegiatan pembelajaran. Namun demikian,
masih banyak guru yang tidak dapat menyusun modul untuk membantu mereka dalam mengajar dan
mengembangkan potensi diri. Oleh sebab itu, kegiatan pelatihan penyusunan modul ajar berbasis kurikulum
merdeka ini akan memberikan keuntungan bagi guru dan siswa. Guru akan dapat lebih mudah dalam
mempersiapkan bahan ajar dan dapat meningkatkan kualitas keterampilan pendidik dan siswa mendapatkan
materi yang terstruktur dan sistematis. Seminar ini diadakan sebagai program KKN-PAR STIT NU Al-farabi
desa Cibanten dan bagian dari program pengembangan modul ajar dengan mengaitkan unsur kearifan lokal
di daerah pedesaan. Metodologi seminar melibatkan guru-guru deleasi dai lemaa Pendidikan yan ada di desa
cianen sebagai peserta aktif yang secara kolaboratif merancang modul ajar berbasis kearifan lokal. Adapun
metode yang di gunakan dalam pengabdian ini yaitu metode Participatory Action Reseach (PAR). Hasil dari
kegiatan ini menunjukkan bahwa seminar penyusunan modul ajar berbasis kearifan lokal mampu
memberikan manfaat signifikan bagi guru di Desa Cibanten. Guru-guru dapat mengintegrasikan budaya dan
kearifan lokal ke dalam proses pembelajaran, sehingga meningkatkan rasa relevansi dan keterlibatan siswa.
Abstract
Modules are teaching materials that can be used by teachers to provide material during learning. Apart from
that, the module is also a support for learning activities. However, there are still many teachers who cannot
develop modules to help them in teaching and developing their potential. Therefore, this training activity in
preparing teaching modules based on the independent curriculum will provide benefits for teachers and
students. Teachers will be able to more easily prepare teaching materials and can improve the quality of
educators' skills and students will receive structured and systematic material. This seminar was held as a KKN-
PAR STIT NU Al-farabi program in Cibanten village and part of the teaching module development program by
linking elements of local wisdom in rural areas. The seminar methodology involves delegated teachers from
the Education Department in Cianen village as active participants who collaboratively design teaching
modules based on local wisdom. The method used in this service is the Participatory Action Research (PAR)
method. The results of this activity show that the seminar on preparing teaching modules based on local
wisdom is able to provide significant benefits for teachers in Cibanten Village. Teachers can integrate local
culture and wisdom into the learning process, thereby increasing students' sense of relevance and involvement.
1
Sumarsih et al., “Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Di Sekolah Penggerak Sekolah Dasar.”
2
Angga, “Implementasi Kurikulum Merdeka.”
3
Almarisi, “Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran Sejarah Dalam Perspektif
Historis.”
4
Sari, “Teori Kurikulum Merdeka.”
pembelajaran; 2) pelaksanaan pembelajaran; dan 3) penilaian proses pembelajaran. Hal ini sama
layaknya dengan isi dari modul ajar, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi 5.
Sesuai dengan keputusan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi No.
262 tahun 2022 tentang Perubahan atas Keputusan Mendikbudristek No. 56 tahun 2022 tentang
Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran, disebutkan bahwa
Kurikulum merdeka berfokus pada siswa dengan memprioritaskan pertumbuhannya secara
keseluruhan dan mengembangkan hard skill dan karakter siswa. Selain itu disebutkan juga pada
Bab Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah bahwa setiap satuan pendidikan melaksanakan
pembelajaran dengan menyisipkan muatan lokal atau materi kearifan lokal dari pemerintah
daerah sesuai ciri khas daerah masing-masing, salah satu opsi yang tertuang pada surat
keputusan diatas ialah mengorelasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran.
Pilihan muatan lokal yang diintegrasikan dalam pembelajaran sangat berguna bagi siswa
dalam mempersiapkan pengetahuan tentang ekologi serta perilaku dalam melestarikan dan
mengembangkan sumber daya alam dan manusia dalam kehidupan berkelanjutan. Hal ini
berkaitan dengan kearifan lokal yang dimiliki setiap daerah yang memungkinkan untuk
dikembangkan. Upaya memperkenalkan dan melestarikan kearifan lokal dapat dilakukan dengan
cara menghadirkannya melalui proses pembelajaran dengan menyisipkan nilai-nilai tersebut ke
dalam buku pelajaran peserta didik. Kemerdekaan berpikir dan pembelajaran yang
menyenangkan menjadi hal yang ditekankan dalam Merdeka Belajar. Proses pembelajaran yang
menyenangkan membuat siswa dan guru tidak jenuh karena terjadi komunikasi antara peserta
didik dan pendidik. Proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada guru, tetapi peserta didik
5
Di and Tamanan, PENGEMBANGAN MODUL AJAR BERBASIS KURIKULUM IPA SOSIAL TERINTEGRASI KEARIFAN
LOKAL BATIK TERINTEGRASI KEARIFAN LOKAL BATIK BONDOWOSO.
6
Hasibuan, “Peran Modul Berbasis Kearifan Lokal Untuk Mendukung Pendidikan Merdeka Belajar.”
juga aktif untuk bertanya, menjawab, berbicara di depan umum, tidak hanya mendengarkan
penjelasan dari guru dan siswa di berikebasan dalam pembelajaran penjas yang mereka sukai 7.
Nyatanya masih banyak guru merasa bingung dan tidak terbiasa mengembangkan bahan
ajar atau modul guna menyesuaikan materi yang ada pada buku dari pusat menjadi materi yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru merasa pengembangan bahan ajar atau modul
adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan meskipun mereka mengikuti banyak pelatihan
secara online. Namun, hal itu menjadi suatu kendala juga bagi mereka karena merasa tidak leluasa
untuk bertanya dan memahami isi materi. Adapun kendala yang dialami oleh siswa dalam
pembelajaran adalah belum tersedianya modul ajar yang mengaitkan kearifan lokal setempat
dengan materi pembelajaran, serta modul ajar Proyek IPAS yang tersedia belum mencakup
keseluruhan materi yang dipermasalahkan siswa serta kurangnya peralatan alat-alat praktikum
IPA untuk menunjang kompetensi tersebut. Maka dari itu masih banyak sekolah yang
melaksanakan proses pembelajaran hanya memanfaatkan buku yang disediakan oleh pemerintah
saja seperti buku teks (buku paket). Tentu proses pembelajaran yang hanya menggunakan buku
teks dan buku perpustakaan saja, kuranglah lengkap, karena bahan ajar kurang sesuai dengan
karakteristik peserta didik dan tidak dikaitkan dengan kondisi kontekstual lingkungan peserta
didik berada. Kendala yang dihadapi oleh Pendidik menyebabkan resiko pada output yang
didapatkan oleh peserta didik, tuntutan untuk menuntaskan kurikulum menyebabkan materi
pembelajaran menjadi tidak maksimal untuk disampaikan kepada peserta didik 8.
Kegiatan pengabdian melalui program simposium dan diskusi panel penentuan hari jadi
Desa Cibanten merupakan hasil analisis dan penyamaan persepsi antara kelompok KKN-PAR STIT
NU Al Farabi Pangandaran dengan tokoh masyarakat dan stakeholder yang ada di Desa Cibanten.
Persamaan persepsi di lakukan melalui observasi dan sosialisasi program yang akan dilaksanakan
dengan harapan dapat menjadi program berkelanjutan.
Participatory Action Research (PAR) adalah metodologi alternatif yang bisa digunakan
untuk proses pemberdayaan masyarakat dan kontekstualisasi keilmuan Islam. KKN harus dapat
memadukan dimensi penelitian, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat. Riset yang
dilakukan adalah riset aksi (dengan paradigma kritis) yang dilakukan secara partisipatoris
(menjadikan masyarakat sebagai subyek dan sumber pembelajaran). KKN harus dapat
memadukan dimensi penelitian, pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat. Selama tiga
7
Gao et al., IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DI SMA NEGERI 1 TANJUNG JABUNG TIMUR.
8
Jojor and Sihotang, “Analisis Kurikulum Merdeka Dalam Mengatasi Learning Loss Di Masa Pandemi Covid-19
(Analisis Studi Kasus Kebijakan Pendidikan).”
pilar Perguruan Tinggi ini berjalan terpisah tanpa ada usaha sinergitas, konsekuensinya adalah
kesulitan dalam menciptakan transformasi sosial. Research yang dilakukan adalah riset aksi
(dengan paradigma kritis) yang dilakukan secara partisipatoris (menjadikan masyarakat sebagai
subjek dan sumber pembelajaran). Karena pembinaan yang dilakukan selama ini menjadikan
masyarakat lemah dan tidak berdaya ketika harus berhadapan dengan berbagai persoalan
kehidupan.
Identifikasi, Observasi dan wawancara merupakan langkah awal yang dilakukan agar rencana dan
solusi sesuai tepat sasaran. Adapun Implementasi program sebagai berikut :
1. Observasi dan kunjungan ke semua Lembaga Pendidikan dari mulai tingkat PAUD, SD
hingga SMP yang ada di Desa Cibanten.
2. Sosialisasi program Seminar penyusunan modul ajar berbasis kearifan local melalui
kurikulum merdeka ke seluruh Lembaga Pendidikan dan perangkat desa yang ada di desa
Cibanten.
3. Pelaksanaan kegiatan seminar Bersama dengan guru-guru dan Dr. Iyus Suryadrajat, M.Pd
(Kabid pembinaan SMP Kabupaten Pangandaran) dan Bp. Ihwan Subekti, S.Pd (Peraih NS
BPB dalam implementasi kurikulum Merdeka) sebagai narasumber yang dilaksanakan
pada hari Selasa tanggal 29 Agustus 2023 bertempat di Aula Desa Cibanten.
4. Produk dari kegiatan program Seminar penyusunan modul ajar berbasis kearifan local
melalui kurikulum merdeka yaitu modul ajar kurikulum merdeka dengan tema kearifan
lokal
Kegiatan Seminar penyusunan modul ajar berbasis kearifan lokal sebagai pengembangan
kurikulum merdeka ini dihadiri oleh 18 Peserta Delegasi 3 orang yang terdiri dari kepala sekolah,
wakil kepala sekolah bagian kurikulum, dan wali kelas dari setiap sekolah tingkat PAUD, SD dan
SLTP yang ada di Desa Cibanten. Kegiatan Seminar ini terdiri dari (1) Pemaparan materi tentang
kurikulum merdeka Secara umum; (2) Pemaparan materi tentang Teknik Penyusuanan modul
ajar dan pengembangannya; (3) Diskusi dan tanya jawab. Pada kegiatan ini, Narasumber
memberikan bimbingan dan bantuan kepada para peserta yang mengalami kesulitan atau
kendala selama penyusunan yang pernah dilakukan di sekolahnya masing-masing.
Gambar 1-4. Kegiatan Seminar penyusunan modul ajar berbasis kearifan lokal sebagai
pengembangan kurikulum merdeka bagi guru Desa Cibanten.
Dalam pelaksanaan seminar penyusunan modul ajar berbasis kearifan lokal sebagai
pengembangan kurikulum merdeka secara langsung, tentu akan memberikan pemahaman secara
detail terkait bagaimana proses penyusunan modul ajar. Penjelasan materi dengan menyertakan
contoh modul ajar yang di paparkan dari narasumber secara detail dapat memudahkan
pemahaman dari apa yang telah di sampaikan. Dengan harapan dapat membantu guru-guru di
Desa Cibanten akan lebih mudah mengimplementasikan dan mengembangkan kurikulum
merdeka melalui modul ajar berbasis kearifan lokal.
Kegiatan ini di mulai pembukaan, pemaparan materi tentang kurikulum secara umum dan
teknis penyusunan modul ajar semua berjalan dengan lancar dan terlihat semua peserta antusias
dalam mendengarkan pemaparan dari tiap materi. Hal ini juga ditunjukkan dari banyaknya
peserta yang bertanya setelah sesi tanya jawab. Dari hasil pengamatan pada kegiatan pelatihan
sebanyak 50% guru-guru belum pernah membuat bahan ajar sebelumnya, dan hal tersebut
menjadi salah satu pemicu rasa keingintahuan peserta saat bertanya jawab, dan termotivasi
untuk belajar membuat sebuah modul ajar apalagi modul ajar berbasis kearifan lokal.
Hasil diskusi dan tanya jawab di akhir setelah evaluasi disampaikan oleh peserta bahwa
kegiatan seminar penyusunan ini sangat bermanfaat dan merasa terbantu. Dari materi yang telah
di sampaikan oleh narasumber rencananya oleh peserta akan diimplementasikan di setiap
Sekolah tempat mereka mengajar. Kami selaku tim KKN mencoba untuk membuat modul ajar
sesuai dengan arahan dari narasumber kemudian hasil dari modul ajar tersebut kami berikan
kepada seluruh sekolah yang ada di desa Cibanten.
Gambar 5-11. Hasil modul ajar yang kami buat
Salah satu fungsi modul ajar adalah untuk mengurangi beban guru dalam menyajikan
konten sehingga guru dapat memiliki banyak waktu untuk menjadi tutor dan membantu siswa
pada proses pembelajaran (Maulinda, 2022) sejalan dengan pendapat (Ramadan & Ain, 2022)
mengatakan bahwa dengan adanya modul membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran,
meningkatkan profesionalisme guru, meningkatkan kompetensi guru, meningkatkan rasa
percaya diri guru, serta memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya.