Anda di halaman 1dari 12

PRINSIP DAN MODEL KURIKULUM MUATAN LOKAL

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan


Lokal

Dosen Pengampu : Dr. Deasylina Da Ary, S.Pd., M.Sn.

disusun oleh :

Istianah Baroroh

NIM 1401417375

Rombel I

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada seluruh umat-Nya. Salawat dan salam tercurah untuk baginda Rasulullah SAW
yang menjadi teladan untuk umat seluruh alam.

Alhamdulillah, saya telah menyelesaikan tugas makalah yang sangat sederhana ini,
sebagai pemenuhan tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal. Dengan
selesainya makalah ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Dr. Deasylina Da
Ary, S.Pd., M.Sn selaku dosen mata kuliah ini yang telah memberikan tugas makalah tentang
prinsip dan model kurikulum muatan lokal, karena dengan diberikannya tugas makalah ini,
saya dapat memperluas pengetahuan mengenai prinsip dan model kurikulum muatan lokal
dan melatih membuat karya tulis makalah.

Segala daya dan upaya saya lakukan untuk menyusun makalah ini, akan tetapi dengan
keterbatasan waktu, tenaga dan sedikitnya pengalaman, tentunya masih banyak kekurangan di
dalamnya, untuk itu saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, serta kritik dan saran sangat
penulis harapkan untuk menyempurnakan langkah saya kedepan.

Semarang, 20 Maret 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari lingkungan alam, lingkungan sosial,
dan lingkungan budaya. Ketergantungan manusia pada ketiga lingkungan tersebut akan
membentuk suatu kehidupan dengan ciri-ciri tertentu yang disebut dengan pola
kehidupan. Pengenalan dan pengembangan lingkungan pada pola kehidupan melalui
pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan
pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik.
Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan sebagai pedoman
untuk menyusun target dalam proses belajar mengajar. Karena dengan adanya kurikulum
maka akan memudahkan setiap pengajar dalam proses belajar mengajar. Berbagai bahan
ajar yang dirancang tersebut dengan norma-norma yang berlaku sekarang, diantaranya
harus sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, GBHN, UU SISDIKNAS, PP No. 27 dan 30,
adat istiadat dan sebagainya.
Program tersebut akan dijadikan pedgman bagi tenaga pendidik maupun peserta didik
dalam pelaksanaán proses pembelajaran agar dapat mencapai cita-cita yang diharapkan
sesuai dengan yang tertera pada tujuan pendidikan. Jadi, kurikulum ialah suatu program
pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang
diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma
yang berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0412/U/1987 Tanggal 11 Juli 1987
tentang Penerapan Muatan Lokal Sekolah Dasar kemudian disusul dengan penjabaran
pelaksanaannya dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No.
173/C/Kep/M/1987 Tanggal 7 Oktober 1987, Dalam sambutannya Mendikbud
menyatakan: "Dalam hal ini harus diingat bahwa adanya 'muatan lokal' dalam kurikulum
bukan bertujuan agar anak terjerat dalam lingkungannya semata-mata. Semua anak
berhak mendapat kesempatan guna lebih terlibat dalam mobilitas yang melampaui batas
lingkungannyan sendiri" (Umar Tirtarahardja dan La Sula, 2000: 274).
Adapun yang dimaksud dengan muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan
media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan
lingkungan budaya serta kebutuhan daerah. Yang dimaksud dengan isi adalah materi
pelajaran atau bahan ajar yang dipilih dar lingkungan dan dijadikan program untuk
dipelajari siswa di bawah bimbingan guru. Sedangkan media penyampaian adalah metode
dan berbagai alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan isi muatan lokal
yang diambil dan dan menggunakan sumber lingkungan yang dekat dengan kehidupan
peserta didik lingkungan sosal dan lingkungan masyarakat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap
pengembangan kurikulum yang didalamnya mencakup pengembangan isi atau materi
pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem
evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali
peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolog Selain tu perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga dimantaatkan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja prinsip pengembangan kurikulum muatan lokal?
2. Bagaimana model konsep kurikulum lokal?

1.3. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Mengidentifikasi prinsip pengembangan kurikulum muatan lokal
2. Menganalisis model konsep kurikulum lokal
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL


Dalam pengembangan kurikulum, terdapat prinsip-prinsip yang berkembang dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, dalam dalam impolementasi kurikulum pada
lembaga pendidikan akan menggunakan prinsip–prinsip yang berbeda dengan kurikulum
yang digunakan oleh lembaga pendidikan lainnya.
Dalam buku Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan, M. Joko Susilo mengutip
pernyataan Oemar Hamalik yang menjelaskan mengenai prinsip pengembangan
kurikulum ada delapan macam, diantaranya:
1. Prinsip berorientasi pada tujuan
Yaitu pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Untuk itu, pengembangan kurikulum muatan local bertujuan untuk mencapai
kelestarian kebudayaan daerah serta peningkatan potensi dan kemampuan
daerah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup. Misalnya, pada
suatu sekolah perlu dirancang kegiatan secara terpadu supaya dapat
mendukung terlaksananya kerikumlum di sekolah tersebut.
2. Prinsip Relevansi
Yaitu diartikan sebagai kesesuaian. Kurikulum muatan lokal yang
dikembangkan harus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
zaman. Sehingga dalam kurikulum memiliki kecocokan antara satu komponen
dengan komponen lainnya.
3. Prinsip efisiensi dan efektifitas
Yaitu segala hal yang yang mendukung proses pengembangan kurikulum
harus dipergunakan secara efektif dan efisisen agar dapat mencapai hasil yang
optimal. Hal ini dapat dengan mengusahakan dalam pengembangan kurikulum
dapat menggunakan biaya, waktu secara optimal, efektif, dan efiesien.
4. Prinsip fleksibilitas (keluwesan)
Yaitu kurikulum yang dikembangkan hendaknya luwes, yaiitu dapat
disesuaikan berdasarkan tuntutan dan keadaan dengan keadaan kondisi sekitar
dan bersifat tidak kaku. Kurikulum harus dilaksanakan sesuai kondisi yang
ada pada lapangan. Misalnya sepeti dalam Kurikulum harus menyediakan
berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
5. Prinsip Kontinuitas (berkesinambungan)
Yaitu berarti perkembangan kurikulum dilakukan berkesinambungan.
Terdapat hubungan yang bermakna antara aspek–aspek, materi dan bahan
kajian. Prinsip ini sangat penting dikarenakan untuk mencegah terjadinya
pengulangan-pengulangan materi pelajaran yang menjadikan program
pengajaran tidak efektif dan efisien. Dalam pembelajaran bahan yang
diajarkan juga saling mempunyai hubungan antara materi satu dengan yang
lain. Oleh karena itu, perlu diusahakan agar materi tersampaikan dengan baik.
6. Prinsip Keseimbangan
Yaitu pengembangan kurikulum dalam keseimbangan memperhatikan
kesesuaian, tidak berlebihan antara kebutuhan dengan fungsinya.
Keseimbangan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar, sarana
prasarana baik didalam maupun diluar sekolah pendidikan.
7. Prinsip Keterpaduan
Yaitu kurikulum dirancang dan dilaksanakan secara terpadu. Dalam proses
perencanaan dan pelaksanaaannya harus terpadu dan melibatkan banyak
pihak. Selain itu makna terpadu berkaitan dengan keterpaduan muatan lokal
dan pengembangan diri secara terpadu.
8. Prinsip Mutu
Yaitu Pengembangan kurikulum harus berlandaskan pada pendidikan yang
bermutu, hal ini dapat ditentukan dari derajat mutu guru beserta fasilitas yang
bermutu juga. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan tujuan
pendidikan yang diharapkan. Sehingga semakin tinggi mutu guru maka akan
semakin tinggi tercapainya siswa yang bermutu pula.

Dengan adanya prinsip-prinsip pengembangan kurikulum muatan lokal


diharapkan dapat menjadi pedoman dan dapat dikembangakan tanpa mengabaikan
potensi serta kemampuan siswa. Sehingga bakat minat siswa dapat tetap mengedepankan
tujuan pengembangan kurikulum muatan lokal pada umumnya.
1.2. MODEL KONSEP KURIKULUM MUATAN LOKAL
Tujuan dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan muatan lokal dalam kurikulum yaitu
terdiri dari tujuan langsung dan tak langsung. (Abdullah Idi, 1999: 180) Tujuan langsung
diantaranya yaitu bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid, sumber belajar di
daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, murid dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang
ditemukan di sekitarnya, serta murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan
lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya.

Sedangkan tujuan tak langsung diantaranya yaitu murid dapat meningkatkan


pengetahuan mengenal daerahnya, murid diharapkan dapat menolong orangtuanya dan
menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, serta murid
menjadi akrab dengan lingkungan dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungan
sendiri. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut dimana bahan muatan lokal
sifatnya mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka peranan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran dalam muatan lokal ini sangat menentukan.

Kreativitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran menjadi dasar dalam konsep


kurikulum muatan lokal yang terinternalisasi tidak hanya untuk peserta didik namun juga
bagi pendidiknya. Guru hendaknya dapat menggunakan sumber daya yang ada di
lingkungan dalam pelaksanaan pembelajaran, agar pembelajaran menjadi optimal dan
kontekstual. Pembelajaran kontekstual dapat menciptakan pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) dengan menggunakan berbagai
variasi metode, sumber dan alat/media pembelajaran.

Seperti penjelasan diatas, kurikulum muatan lokal tidak dapat dipisahkan dari upaya
menjembatani peserta didik dengan tatanan sosial yang melingkupinya. Sehubungan
dengan hal tersebut, muatan lokal yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah
khususnya di Sekolah Dasar juga senantiasa berjalan untuk mewariskan dan
mentransformasikan nilai-nilai budaya yang telah melekat dalam kesadaran terdalam
masyarakat lokal.

Hal ini sejalan dengan pandangan yang dikemukakan Sudjana, sebagaimana di kutip
Nasarudin Anshory dan Pembayun, yang mengemukakan syarat muatan lokal, yakni:

a) kekhasan lingkungan alam, lingkungan sosial budaya daerahnya;


b) menunjang kepentingan pembangunan daerahnya dan pembangunan nasional
pada umumnya;
c) sesuai dengan kemampuan, minat, sikap, dan perhatian siswa;
d) didukung oleh Pemerintah Kabupaten setempat dan atau oleh masyarakat, baik
dan segi program, dana, sarana, maupun fasilitas;
e) tersedia tenaga pengelola pelaksanaan serta sumber-sumber lain sehingga
dapat dilaksanakan di sekolah;
f) dapat dilaksanakan, dibina, dikembangkan secara berkelanjutan, baik oleh
pengelola tingkat nasional maupun tingkat daerah;
g) sesuai dan selaras dengan kemajuan dan inovasi pendidikan, kebutuhan
masyarakat, minat dan kebutuhan siswa, serta masyarakat pada umumnya.
Dalam mengembangkan model konsep kurikulum berbasis muatan lokal,
dapat dilakukan dengan dua model pengembangan.

Kedua Model yang dimaksud yaitu model konsep pengembangan kurikulum muatan
lokal yang melekat ke seluruh mata pelajaran dan model konsep pengembangan
kurikulum berbasis muatan lokal yang berbentuk kegiatan atau program yang terpisah
dari mata pelajaran pada umumnya.
1. Model konsep pengembangan kurikulum muatan lokal dengan cara internalisasi ke
seluruh mata pelajaran
Konsep pengembangan muatan lokal pada seluruh mata pelajaran dapat
dilakukan dengan cara mengembangkan indikator-indikator yang diawali dengan
budaya, tradisi, nilai lokal dan diakhiri budaya global di setiap mata
pelajaran.Dalam melaksanakan konsep pengembangan muatan lokal dengan cara
intermalisasi ke seluruh mata pelajaran, indikator yang dikembangkan oleh guru
tetap mengikuti kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran yang sudah
ditetapkandalam kurikulumnasional, akan tetapi dimasukkan dengan nilai-nilai
budaya, tradisi, nilai local dan diakhiri budaya global pada masing-masing indikator
pelajarannya.
2. Model konsep pengembangan kurikulum muatan lokal melalui mata pelajaran
muatan lokal tertentu atau program tertentu yang terpisah dengan mata Pelajaran
Dalam pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
a) substansi yang akan dikembangkan, materinya tidak menjadi bagian dari
kelompok mata pelajaran yang telah dikemukakan;
b) merupakan mata pelajaran wajib yang diselenggarakan melalui pembelajaran
intra kurikuler atau masuk dalam struktur kurikulum;
c) bentuk penilaiannya kuantitatif;
d) sekolah harus menyusun standar kompetensi, kompetensi dasar dan silabus;
e) substansinya dapat berupa program keterampilan produk dan jasa;
f) setiap madrasah harus mengembangkan lebih dari satu jenis muatan lokal;
g) peserta didik dapat mengikuti lebih dari satu muatan lokal.
Menurut Muhaimin dalam buku Pengembangan Model, kurikulum muatan lokal ini
dapat memuat empat mata pelajaran yaitu;
1) Bahasa daerah
Bahasa daerah ini bertujuan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya
masyarakat setempat dalam wujud komunikasi dan apresiasi sastra;
2) Pendidikan lingkungan hidup bertujuan untuk menanamkan rasa cinta terhadap
lingkungan hidup dalam bentuk kegiatan pembelajaran, pola hidup bersi dan
menjaga keseimbangan ekosistem;
3) Bahasa Inggris bertujuan untuk mengenalkan budaya masyarakat lokal; dan
4) Komputer bertujuan untuk mengembangakn keterampilan penggunanan alat
teknologi secara teknis.

Menurut Muhammad Nasir dalam Jurnal Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal


dalam Konteks Pendidikan Islam di Madrasah, bahwasannya dari empat mata pelajaran
muatan lokal yang ditawarkan oleh Muhaimin tersebut pada dasarnya hanya ada dua
yang termasuk mata pelajaran muatan lokal yaitu bahasa daerah dan pendidikan
lingkungan hidup. Bahasa Inggris dan Pendidikan komputer tidak termasuk pada mata
pelajaran muatan lokal dengan alasan substansi kajian. Dari kedua mata pelajaran ini
lebih menekankan pada kajian yang bersifat global dan berlaku untuk semua.
Selain pengembangan kurikulum muatan lokal melalui mata pelajaran muatan lokal
yang masih menjadi bagian dari intra kurikuler, sekolah juga dapat mengembangkan
kurikulum muatan lokal dalam model konsep kurikulum muatan lokal melalui kegiatan
pengembangan diri dalam bentuk ekstrakurikuler dan bimbingan konseling. Sekolah
dapat mengembangkan program ekstrakurikuler dan kegiatan bimbingan konseling yang
terkait dengan budaya, tradisi dan keunggulan lokal daerah. Di antara kegiatan yang
dimaksud adalah a) kegiatan ekstrakurikuler meliputi pengembangan bakat dan minat
siswa seperti kgiatan keagamaan, senin tari dan musik, keterampilan dan lain-lain; b)
bimbingan konseling yang meliputi bimbingan karir, bimbingan studi lanjut, bimbingan
pribadi dan bimbingan sosial.
BAB III

PENUTUP

1.1. KESIMPULAN
Pendidikan sebagai upaya manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi lebih
baik dan dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat. Dalam
proses ini, masuknya nilai-nilai baru menjadi tidak terelakkan. Akan tetapi, harus tetap
diingat bahwa selain misi transformatif, pendidikan juga berperan sebagai wadah
konservasi nilai-nilai luhur yang diwariskan secara turun temurun sebagaimana terdapat
dalam budaya dimana peserta didik berada. Dalam kaitan ini, pendidikan jangan sampai
mencerabut peserta didiknya dari akar kultural yang dimilikinya. Dalam konteks inilah,
kemudian keberadaan kurikulum muatan lokal menemukan signifikansinya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, kreativitas guru menjadi dasar dalam konsep
kurikulum muatan local, maka dari itu guru dituntut dapat menggunakan sumber daya
yang ada di lingkungan dalam pelaksanaan pembelajaran, agar pembelajaran menjadi
optimal dan kontekstual.
DAFTAR PUSTAKA

Nafisah, Durrotun. 2016. Jurnal: Peran Pendidikan Muatan Lokal Terhadap


Pembangunan Karakter Bangsa. Madiun: IKIP PGRI.

Muktadir, Abdul. 2018. Bahan Ajar Muatan Lokal Berbasis Cerita Rakyat Untuk
Pendidikan Karakter di SD. Bengkulu: Universitas Bengkulu.

Mustarsyidah, Anni. 2008. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal di Sekolah


Dasar Negei Purwodadi 2 Blimbing Kabupaten Malang. Malang: Institut Universitas Islam
negeri.

Nasir, Muhammad. 2013. Jurnal: Pengembangan Kurikilum Muatan Lokal dalam


Konteks Pendidikan Islam di Madrasah Vol. 10. Samarinda: STAIN.

Mansur, Nurdin. 2012. Jurnal Urgensi Kurikulum Muatan Lokal Dalam Pendidikan.
Aceh: Unversitas Syiah Kuala.
Dakir, Haji. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai