Anda di halaman 1dari 30

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DI SEKOLAH JENJANG

SD/SMP/SMA

Adi Rizaldi,1 Mughni Azizzah,2


1
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(ridwanadirizaldi6@gmail.com)
2
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(mughniazizzah19@gmail.com)

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memperoleh informasi
tentang penerapan kurikulum merdeka di sekolah jenjang SD/ SMP/ SMA . Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan
subjek tentang situasi dan data yang diperoleh selama pengamatan dan pertanyaan
sehingga menjadi informasi yang berguna dan mudah dipahami oleh pembaca. Penelitian
ini menjelaskan dan memberi gambaran mengenai implementasi kurikulum merdeka di
sekolah jenjang SD/ SMP/ SMA. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi
kurikulum di sekolah jenjang SD/ SMP/ SMA dalam tahap ujicoba dan sedang berlangsung,
dengan memberikan beberapa pilihan sehingga sekolah memiliki sesuao dengan kondisi
sekolah masing-masing. Kunci keberhasilan dari adanya penerapan kurikulum di sekolah
adalah sumber daya manusia yang kompeten dalam hal ini guru. Guru harus memiliki
kemauan untuk merubah mindset sehingga dapat melakukan perubahan dan kurikulum
merdeka dapat diterapkan. Selain itu juga ada sarana dan prasarana sebagai penunjang
penerapan kurikulum ini terlaksana dengan maksimal.

ABSTRACT
The purpose of this study was to identify and obtain information about the implementation
of an independent curriculum in elementary/junior/high school levels. The method used in
this research is descriptive qualitative method, which describes the subject about the
situation and data obtained during observations and questions so that it becomes useful
information and is easily understood by readers. This study explains and provides an
overview of the implementation of the independent curriculum in elementary/junior/high
school levels. The results of this study indicate that the implementation of the curriculum in
elementary / junior high / high school levels is in the pilot phase and is ongoing, by
providing several options so that schools have something in accordance with the conditions
of their respective schools. The key to the success of implementing the curriculum in schools
is competent human resources, in this case teachers. Teachers must have the will to change
their mindset so that they can make changes and an independent curriculum can be applied.
In addition, there are also facilities and infrastructure to support the implementation of this
curriculum to be carried out optimally.

Keyword: Impelementasi, Kurikulum, Merdeka, Sekolah

1
1. PENDAHULUAN

Kurikulum Merdeka Belajar merupakan kebijakan kurikulum yang

dikeluarkan Kemdikbudristekdikti untuk pembelajaran peserta didik di sekolah.

Kebijakan merdeka belajar menjadi langkah untuk mentransformasi pendidikan

demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia yang

memiliki Profil Pelajar Pancasila. Kurikulum ini juga dikenal dengan

pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal

agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan

menguatkan kompetensi.

Perubahan ini bermula saat masa pandemi COVID-19 yang menyebabkan

banyaknya kendala dalam proses pembelajaran di satuan Pendidikan yang

memberikan dampak signifikan. Kurikulum 2013 yang digunakan pada masa

sebelum pandemi menjadi satu satunya kurikulum yang digunakan satuan

pendidikan dalam pembelajaran. Masa pandemi 2020 s.d. 2021

Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan penggunaan Kurikulum 2013 dan

Kurikulum Darurat (Kur-2013 yang disederhanakan) menjadi rujukan

kurikulum bagi satuan pendidikan. Masa pandemi 2021 s.d. 2022

Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan penggunaan Kurikulum 2013,

Kurikulum Darurat, dan Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak (SP) dan

SMK Pusat Keunggulan (PK).

Masa sebelum dan pandemi, Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan

penggunaan Kurikulum 2013 kemudian Kurikulum 2013 disederhanakan

menjadi kurikulum darurat yang memberikan kemudahan bagi satuan

pendidikan dalam mengelola pembelajaran jadi lebih mudah dengan substansi

materi yang esensial. Kurikulum Merdeka di SP/SMK-PK menjadi angin segar

dalam upaya perbaikan dan pemulihan pembelajaran yang diluncurkan

pertama kali tahun 2021.

Pemulihan pembelajaran tahun 2022 s.d. 2024, Kemendikburistek

mengeluarkan kebijakan bahwa sekolah yang belum siap untuk menggunakan

2
Kurikulum Merdeka masih dapat menggunakan Kurikulum 2013 sebagai dasar

pengelolaan pembelajaran, begitu juga Kurikulum Darurat yang merupakan

modifikasi dari Kurikulum 2013 masih dapat digunakan oleh satuan pendidikan

tersebut. Kurikulum Merdeka sebagai opsi bagi semua satuan pendidikan yang

di dalam proses pendataan merupakan satuan pendidikan yang siap

melaksanakan Kurikulum Merdeka. Dan tahun 2024 menjadi penentuan

penerapan kebijakan kurikulum nasional berdasarkan evaluasi terhadap

kurikulum pada masa pemulihan pembelajaran. Maka, tulisan ini mencoba

mengurai bagaimana implementasi kurikulum merdeka di sekolah jenjang SD/

SMP/ SMA? Dan kendala yang dihadapi oleh sekolah.

2. METODE

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada hal yang

terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Hal terpenting dari suatu barang atau

jasa berupa kejadian atau fenomena atau gejala sosial, hal tersebut bermakna

dibalik kejadian yang bisa dijadikan pelajaran berharga bagi suatu

pengembangan konsep teori.1 Jenis penelitian ini yang digunakan adalah

kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah suatu studi yang digunakan dalam

mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material

yang ada diperpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah

dan sebagainya.2 Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah mencari

informasi yang sesuai dengan judul, kemudian mencari dan menemukan bahan

bacaan yang diperlukan dan mengklasifikasi bahan bacaan tersebut, selanjutnya

1 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2014), 22
2Milya Sari dan Asmendri, “Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian
Pendidikan IPA”, Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA 6, no 01, (2020), 43

3
meriview bacaan yang sudah dibaca dan terakhir mulai menulis penelitian ini

sampai menemukan kesimpulannya.3

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Dasar Pemikiran Penyusunan Panduan Kurikulum Merdeka Belajar
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No 20 Tahun 2003). Kerangka dasar dan

struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh Pemerintah

dan dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok satuan

pendidikan.

Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan di Indonesia dengan

memperhatikan peningkatan iman dan takwa, nilai pancasila, potensi, kecerdasan

dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, serta tuntutan

perkembangan teknologi. Di pendidikan dasar dan menengah wajib memuat

pendidikan agama, pendidikan pancasila, pendidikan kewarganegaraan, bahasa,

matematika, ilmu pengetahuan alam dan sosial, seni dan budaya, pendidikan

jasmani dan olahraga, keterampilan, dan muatan lokal.4

Merdeka belajar merupakan proses pendidikan untuk menciptakan suasana-

suasana pembelajaran yang membahagiakan dan menggembirakan. Merdeka

belajar menuntut para guru, peserta didik, serta orang tua membangun suasana

yang bahagia di lingkungan mereka. Merdeka Belajar mengembalikan literasi

pendidikan kepada khittahnya sebagai momentum yang strategis untuk

mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional. Terwujudnya proses pembelajaran bagi

peserta didik secara aktif perlu mengembangkan potensi dirinya, agar literat dalam

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan peserta didik dalam mengembalikan pendidikan pada

khittahnya. Hal ini mampu memerdekakan guru dalam mengajar, memberi ruang

3 Milya Sari dan Asmendri, “Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian
Pendidikan IPA”, Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA 6, no 01, (2020), 44-4
4 Chumi Zahroul Fitriyah dan Rizki Putri Wardani, “Paradigma Bagi Guru Sekolah Dasar”,

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 12, no 03, (2022), 237

4
kreativitas siswa dalam belajar sehingga tercipta suasana belajar yang

menyenangkan. Literasi pendidikan selalu mempersilakan rasa ingin tahu, terjadi

komunikasi dialogis, ada ruang kreativitas, mampu berkolaborasi untuk meraih

kepercayaan diri. Guru yang memerdekakan proses pembelajaran dimana guru

yang bisa membuat siswa merdeka berifikir, siswa merdeka berkreativitas, siswa

merdeka berimajinasi, siswa merdeka berekspresi. Menciptakan strategi

pembelajaran yang memerdekakan membuat aktivitas belajar mengajar lebih

menekankan pada keterampilan berfikir kritis, analisis, membandingkan,

generalisasi, memprediksi, dan menyusun hipotesis. Menggali siswa agar berfikir

divergen, siswa dapat memecahkan masalah pada proses pembelajaran. Inilah yang

perlu dibangun oleh semua pihak untuk mengembalikan pendidikan pada

khittahnya.5

Materi Kurikulum Merdeka diawali dengan pengertian serta landasan

hukum yang mendasari pengembangan kurikulum. Kurikulum baru yang

digagas oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim kini sudah sudah

memasuki tahap penerapan di sebagian besar satuan pendidikan.

Kurikulum baru tersebut disebut sebagai Kurikulum Merdeka. Kurikulum

merdeka di jalankan berdasar pengembangan peserta didik, agar

tercapainya jiwa serta nilai nilai yang terdapat pada pancasila dapat

tertanam dalam kehidupannya. Serta pada Kurikulum ini mengutamakan

pengembangan profil peserta didik sebagai profil pelajar Pancasila.

Kurikulum merdeka tidak serta merta diterapkan langsung di setiap instansi

pendidikan, melainnkan bertahap. Sehingga kurikulum tersebut belum

secara langsung diwajibkan secara nasional. Kurikulum baru tersebut

disususn berbasis kompetensi dan bukan sekedar konten. Sehingga dapat

menyajikan system pembelajaran.6

5 Desrianti dan Yuliana Nelisma, “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Perpektif


Manajemen Pendidikan Islam”, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 4, no 02, (2022), 160-161
6 Sudarmiani dkk, “Pendampingan Implementasi Kurikulum Merdeka Bagi Guru SMP di

Madiun”, Jurnal Pengabdian Mandiri 1, no 8, (2022), 3-4

5
3.2 Tahapan implementasi kurikulum merdeka di sekolah jenjang

SD/SMP/SMA

Implementasi perubahan kebijakan pendidikan, termasuk kurikulum,

adalah suatu proses pembelajaran yang panjang sehingga pemerintah

memberikan kesempatan kepada pendidik dan satuan pendidikan untuk

mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai dengan kesiapan

masing-masing. Seperti halnya peserta didik belajar sesuai dengan tahap

kesiapan belajar mereka, pendidik dan satuan pendidikan juga perlu belajar

mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai dengan kesiapan

masing-masing, dan berangsur-angsur semakin mahir dalam

menggunakannya.

Konsep merdeka belajar sangatlah berbeda dengan kurikulum yang

pernah ada dan digunakna oleh Pendidikan formal di Indonesia. Konsep

Pendidikan baru ini sangat memperhitungkan kemampuan dan keunikan

kognitif individu para siswa. Ada dua poin terpenting dalam Pendidikan,

yaitu merdeka belajar dan guru penggerak. Merdeka belajar berarti guru

dan muridnya memiliki kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk

belajar dengan mandiri dan kreatif.

Kebebasan guru terdiri dari beberapa hal yaitu :

• Kebebasan berinovasi untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan

menggunkaan pembelajaran aktif, efektif dan efisien.

• Belajar dan mandiri yaitu mengenmbangkan kreativitas dalam

menyiapkan desain pembelajaran, mampu terampil dalam setiap

keadaan, memiliki sikap benar-benar mandiri tidak berbasis pada

peraturan yang berlaku dan mampu menerjmahkan kurikulum sebelum

diajarkan ke siswa.

6
• Kreatif yaitu menciptakan sesuatu yang unik, mampu menciptakan ide

baru, fleksibel, mudah bergaul, menyenangkan dan suka melakukan

eksperimen.7

Tahapan implementasi kurikulum bukanlah suatu peraturan atau

standar yang ditetapkan Pemerintah. Tahapan ini dirancang untuk

membantu pendidik dan satuan pendidikan dalam menetapkan target

implementasi Kurikulum Merdeka. Kesiapan pendidik dan satuan

pendidikan tentu berbeda-beda, oleh karena itu tahapan implementasi ini

dirancang agar setiap pendidik dapat dengan percaya diri mencoba

mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Kepercayaan diri yang

dimaksud merupakan keyakinan bahwa pendidik dapat terus belajar dan

mengembangkan kemampuan dirinya untuk melakukan yang terbaik dalam

mengimplementasikan kurikulum, dan yang lebih penting lagi adalah

dalam mendidik. 8

a. Tahapan implementasi kurikulum merdeka pada semua jenjang

1) Perancangan kurikulum operasional satuan Pendidikan


Dalam penyelenggaraannya, kurikulum operasional sekolah perlu

menjadi dokumen yang hidup menjadi referensi dalam keseharian,

direfleksikan, dan terus dikembangkan. Penyusunan dokumen kurikulum

operasional sekolah dari awal, hendaknya dimulai dengan memahami

secara utuh kerangka dasar kurikulum yang ditetapkan oleh Pemerintah,

antara lain Tujuan Pendidikan Nasional, Profil Pelajar Pancasila, SNP,

Struktur Kurikulum, Prinsip Pembelajaran dan Asesmen, serta Capaian

Pembelajaran.9

7 Ana Widyastuti, Merdeka Belajar dan IMplementasinya, (Jakarta : Resna Anggria Putri, 2022),
6-7
8 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di Satuan
Pendidikan, 2022
9 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Proses Penyusunan Kurikulum Operasional Di

Satuan Pendidikan, Sekolah Penggerak

7
Panduan pengembangan kurikulum operasional di satuan pendidikan

merupakan dokumen yang berisi prinsip dan contoh strategi untuk

memandu satuan pendidikan mengembangkan kurikulum operasionalnya.

Kurikulum operasional dikembangkan dan dikelola dengan mengacu

kepada struktur kurikulum dan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah

dan menyelaraskannya dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik,

satuan pendidikan, dan daerah. 10

Mengembangkan kurikulum satuan pendidikan berdasarkan

contoh dari Kemendikbudristek dengan cara memodifikasi

pengorganisasian dan perencanaan pembelajaran berdasarkan

analisis dan refleksi terhadap kondisi, sarana, prasarana dan tenaga

pendidik serta kependidikan di satuan pendidikan dengar melibatkan

melibatkan perwakilan siswa, orangtua, atau masyarakat.11


Prinsip penyusunan kurikulum operasional di satuan pendidikan:

• Berpusat pada peserta didik

• Kontekstual

• Esensial

• Akuntabel

• Melibatkan berbagai pemangku kepentingan.12

Mengembangkan kurikulum satuan pendidikan yang

kontekstual dan sesuai aspirasi warga satuan pendidikan serta hasil

analisis dan refleksi diri satuan Pendidikan menstrukturkan

pembelajaran sesuai visi-misi dan konteks satuan pendidikan,

10 Windi Hastasasi dkk, Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan,


(Jakarta : Saad Ibrahim, 2022), 1
11 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 4
12 Windi Hastasasi dkk, Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan,

(Jakarta : Saad Ibrahim, 2022), 5

8
dengan melibatkan perwakilan peserta didik, orangtua, dan

masyarakat.13

2) Perancangan alur tujuan pembelajaran

Pada tahap awal menggunakan contoh alur tujuan pembelajaran

yang disediakan oleh Kemendikbudristek, kemudian melakukan

penyesuaian terhadap alur tujuan pembelajaran yang disediakan oleh

Kemendikbudristek berdasarkan kebutuhan peserta didik. Dilanjut

pada perombakan terhadap alur tujuan pembelajaran yang

disediakan berdasarkan berdasarkan kebutuhan peserta didik.

Selanjutnya mengembangkan alur tujuan pembelajaran secara

mandiri dengan merujuk pada Capaian Pembelajaran. Koordinator

kurikulum di satuan pendidikan memimpin proses perancangan,

memonitor implementasi, dan memimpin proses pengembangan dan

evaluasi alur tujuan pembelajaran sehingga pengembangan alur

tujuan pembelajaran menjadi bagian dari sistem perencanaan dan

evaluasi kurikulum satuan Pendidikan.14

3) Perencanaan pembelajaran dan asesmen

Pada tahap awal, menggunakan contoh perencanaan

pembelajaran dan asesmen yang disediakan oleh kemendikburistek,

kemudian melakukan penyesuaian terhadap contoh perencanaan

pembelajaran dan asesmen yang telah disediakan berdasarkan

13 Windi Hastasasi dkk, Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan,


(Jakarta : Saad Ibrahim, 2022), 4

14 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 4

9
kebutuhan peserta didik. 15
Pada tahap perencanaan pembelajaran

meliputi ruang lingkup satuan pendidikan dan ruang lingkup kelas. 16

Pada tahap persiapan, diharapkan melakukan perombakan

terhadap contoh perencanaan pembelajaran adan asesmen yang telah

disediakan berdasarkan kebutuhan peserta didik. Dan terakahir

adalah melakukan pengembangan perencanaan pembelajaran dan

asesmen berdasarkan peserta didik.17

4) Penggunaan dan pengembangan perangkat ajar

Pada tahap awal menggunakan buku teks dan modul ajar,

kemudian guru dapat memilih materi dari buku tersebut serta bahan

ajar lainnya agar sesuai konteks lokal dan kebutuhan peserta didik.

Selanjutnya guru dapat mengkombinasikan berbagai perangkat ajar

menyesuaikan dengan konteks lokal dan kebutuhan peserta didik. 18

5) Perencanaan projek penguatan profil pelajaran Pancasila

Tahap awal yaitu menggunakan modul projek yang telah

disediakan, kemudian penyesuaian terhadap modul projek yang

sesuai konteks lokal, kebutuhan, serta minat peserta didik dengan

melibatkan pendapat dan ide-ide peserta didik. Tahap akhir adalah

mengembangkan ide dan modul projek sesuai konteks lokal,

15 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 5
16 Windi Hastasasi dkk, Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan,

(Jakarta : Saad Ibrahim, 2022), 10


17 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 5
18 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 5

10
kebutuhan, serta minat peserta didik dengan melibatkan pendapat

dan ide-ide peserta didik.19

6) Impementasi projek penguatan profil pelajar Pancasila

Profil Pelajar Pancasila adalah karakter dan kemampuan yang

dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap

individu peserta didik melalui budaya sekolah, pembelajaran

intrakurikuler, projek penguatan profil Pelajar Pancasila, maupun

ekstrakurikuler.20 Pada tahap awal, cara menerapakan projek

penguatan pancasila dengan jumlah yang lebih sedikit atau lebih

banyak dari yang dianjurkan kemudian sesuaikanlah jumlah yang

sudah dianjurkan.

Pada projek berorientasi pada menghasilkan produk seperti

makanan, minuman, jadi belum menitikberatkan pada pemahaman

tentang konsep penyelesaian masalah. Projek ini bisa diawali dengan

identifikasi masalah yang dipandu atau diarahkan lebih banyak oleh

guru kemudian difalilitasi sehingga kegiatan projek mulai

berorientasi pada pemahaman tentang konsep penyelesaian masalah.

Kemudian masalah yang lebih banyak dilakukan berdasarkan inisiatif

atau mitra komunitas yang terlibat sebagai fasilitator atau

narasumber sehingga kegiatan projek siswa dan difasilitasi guru dan

berorientasi pada pemahaman tentang konsep penyelesaian masalah

sesuai tema.21

7) Penerapan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik

19 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 5
20 Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Pada Program Sekolah
Penggerak dan SMK PK, Versi 25 Juni 2021, 33
21 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 5

11
Pada tahap awal, guru menggunakan metode pengajaran yang

bervariasi namun masih didominasi oleh peran seperti instruktur

yang mengarahkan kegiatan peserta didik sepanjang proses

pembelajaran, kemudian guru menggunakan metode pengajaran

yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik, serta metode yang

sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pada tahap selanjurnya adalah menggunakan metode

pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik, serta

sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan peserta didik,

peran guru sebagai fasilitator lebih dominan, ditunjukkan dengan

dengan memberikan lebih banyak kesempatan untuk siswa belajar

mandiri, bertanggung jawab atas proses belajar mereka. Dan tahap

terakhir guru membedakan metode pembelajaran sesuai dengan

kebutuhan, capaian/performa, dan minat siswa, disini guru lebih

terampil berperan sebagai fasilitator dengan memberikan lebih

banyak kesempatan untuk peserta didik belajar mandiri dan

bertanggung jawab atas proses belajar mereka.22

8) Keterpaduan penilaian dalam pembelajaran

Pada tahap awal, guru melakukan asesmen pada awal

pembelajaran namun tidak digunakan untuk merancang

pembelajaran ataupun untuk mengidentifikasi peserta didik yang

membutuhkan perhatian lebih, disini guru hanya menggunakan

asesman yang disediakan dalam buku teks atau modul ajar,

kemudian melakukan asesmen formatif pada awal pembelajaran dan

hasilnya digunakan untuk mengidentifikasi peserta didik yang

membutuhkan perhatian lebih. Tahap selanjutnya adalah guru

22 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 6

12
melakukan asesmen untuk mendapatkan umpan balik tentang

kebutuhan belajar peserta didik dan menentukan tidak lanjutnya, dan

terakhir adalah guru mampu melakukan penyesuaian pembelajaran

sepanjang proses pembelajaran agar semua peserta didik mencapai

tujuan pembelajaran. Satuan pendidikan mengembangkan kebijakan

yang mendorong guru untuk menggunakan hasil asesmen dalam

merancang kurikulum dan pembelajaran.23

9) Pembelajaran sesuai tahap belajar peserta didik (Pendidikan dasar

dan menengah)

Berdasarkan asesmen formatif di awal pembelajaran, guru

mengajar seluruh siswa di kelasnya sesuai dengan fase Capaian

Pembelajaran mayoritas siswa di kelasnya. Kemudian mulai dengan

membagi kelompok menurut capaian belajar mereka. Dengan

demikian, setiap siswa dapat belajar sesuai dengan capaian

belajarnya. Sekolah menyelenggarakan berbagai program seperti

pelajaran tambahan untuk siswa yang belum siap belajar sesuai

dengan kelasnya dan untuk siswa yang membutuhkan pengayaan

atau tantangan lebih.24

10) Kolaborasi antar guru untuk keperluan kurikulum dan pembelajaran

Pada tahap awal, guru berkolaborasi untuk keperluan

pembelajaran intrakurikuler, namun sudah berkolaborasi untuk

keperluan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Kemudian

berkolaborasi dalam proses perencanaan pembelajaran di awal atau

akhir semester, kemudian dalam proses pembelajaran sepanjang

23 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 7
24 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 7

13
semester misalnya melalui diskusi tentang kemajuan belajar peserta

didik, berbagi praktik baik, berbagi info tentang perangkat ajar, dan

sebagainya. Selanjutnya guru berkolaborasi untuk keperluan projek

penguatan profil pelajar Pancasila, dan terlibat dalam pengembangan

kurikulum operasional satuan pendidikan. Satuan pendidikan

memiliki kebijakan dan mekanisme yang mendorong kolaborasi guru

untuk Kegiatan Belajar intrakurikuler dan juga projek misalnya

melalui observasi kolas, kegiatan refleksi pembelajaran, kegiatan

berbagk praktik baik dan sebagainya.25

11) Kolaborasi dengan orang tua/keluarga dalam pembelajaran

Guru memberikan informasi tentang kemajuan belajar peserta

didik kepada orangtua/wali pada saat penerimaan rapor dan saat

peserta didik mengalami masalah belajar. Kemudian guru

berkoordinasi dengan guru lain untuk mememberikan informasi

tentang kemajuan belajar peserta didik kepada orangtua/wali pada

saat penerimaan rapor dan secara berkala dalam proses belajar.

Komunikasi cenderung satu arah dari pihak satuan pendidikan/ guru

kepada orang tua/wali, misalnya guru memberikan saran kepada

orangtua/wali, misalnya guru memberikan saran kepada

orangtua/wali tentang apa yang sebaiknya dilakukan untuk

mendukung proses belajar peserta didik.

Tahap selanjutnya adalah berkomunikasi cenderung dua arah di

mana pihak satuan pendidikan/guru dan orang tua/ wall, mencari ide

dan kesepakatan tentang apa yang sebaiknya dilakukan bersama

untuk mendukung proses belajar peserta didik. Kemudian guru

berkomunikasi dengan guru lain tentang kemajuan belajar peserta

25 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 8

14
didik kepada orangtua/wali pada saat penerimaan rapor dan secara

berkala dalam proses belajar. Ada saluran komunikasi yang berkala

untuk orang tua memberikan umpan balik terhadap kurikulum dan

pembelajaran. Orang tua berkesempatan untuk terlibat dalam

pembelajaran, misalnya menjadi narasumber dalam intrakurikuler

dan/atau dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila.

Komunikasi melibatkan tiga pihak, yaitu guru, siswa dan orang tua

untuk mendiskusikan tahapan belajar dan tindak lanjut yang perlu

dilakukan untuk mendukung proses belajar siswa.26

12) Kolaborasi dengan masyarakat/komunitas/industry

Pada tahap awal satuan pendidikan sudah merancang pelibatan

masyarakat/ komunitas/industri dalam proses pembelajaran

intrakurikuler maupun projek penguatan profil pelajar Pancasila,

namun belum terlaksana. Kemudian melibatkan masyarakat/

komunitas/industri hanya untuk mendukung kegiatan yang tidak

berkelanjutan atau kegiatan yang tidak berkaitan dengan

pembelajaran intrakurikuler maupun projek penguatan profil pelajar

Pancasila.

Selanjutnya melibatkan masyarakat/komunitas/industri untuk

kegiatan yang lebih panjang jangka waktunya. Dan terakhir satuan

pendidikan melibatkan masyarakat/ komunitas/industri secara

berkelanjutan untuk mendukung pembelajaran intrakurikuler dan

projek penguatan profil pelajar Pancasila.27 Komunitas/industri yang

26 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 9

27 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 10

15
dilibatkan lebih beragam sesuai tujuan pembelajaran intrakurikuler

dan projek penguatan profil pelajar Pancasila

13) Refleksi, evaluasi dan peningkatan kualitas implementasi kurikulum

Refleksi dan pemberian umpan balik dilakukan secara terus

menerus dalam keseharian belajar mengajar. Penting bagi guru untuk

dapat melakukan refleksi mandiri terhadap kriteria kesuksesan yang

telah ditetapkan (tujuan belajar, Capaian Pembelajaran, profil Pelajar

Pancasila). Evaluasi peningkatan kualitas implementasi kurikulum

dapat dilakukan bisa setiap hari, setiap unit belajar, setiap semester

dan setiap tahunnya.28

Pada tahap awal refleksi dan evaluasi implementasi kurikulum

dan pembelajan dilakukan secara satu arah dari pimpinan satuan

pendidikan, dan belum berbasis data. Kemudian dilakukan sebagian

guru, refleksi dan evaluasi tersebut belum berbasis data, melainkan

penilaian masing-masing guru berdasarkan pengalaman pribadi atau

pandangan rekan sejawat. Sebagian guru menyesuaikan perencanaan

pembelajaran berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi tersebut.

Kemudian pada tahapan berkembang, yaitu refleksi dan

evaluasi implementasi kurikulum dan pembelajaran dilakukan

sebagian guru. Hasil refleksi (pengalaman dan persepsi guru serta

rekan sejawat) dilengkapi dengan data hasil belajar peserta didik,

serta masukan orangtua/ wall. Rapor Pendidikan juga mulai

digunakan data untuk refleksi dan evaluasi.

Pada tahapan mahir refleksi dan evaluasi implementasi

kurikulum dan pembelajaran dilakukan mayoritas atau semua guru.

Hasil refleksi (pengalaman dan persepsi guru) dilengkapi dengan

data Rapor Pendidikan. Guru-guru dalam tim kecil (berdasarkan

28 Windi Hastasasi dkk, Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan,


(Jakarta : Saad Ibrahim, 2022), 47-48

16
kelompok mata pelajaran dalam satu fase, guru kelas dalam satu fase,

dan/atau berbagai mata pelajaran dalam satu fase/ level) berdiskusi

dan berkolaborasi untuk melakukan perencanaan pembelajaran

berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi. Satuan pendidikan telah

memiliki kebijakan mengenai refleksi dan evaluasi kurikulum

(contohnya melalui komunitas belajar, partemuan rutin guru,

kebijakan tentang penulisan rapor dan pemberian umpan balik

kepada peserta didik).29

b. Tahapan implementasi kurikulum merdeka pada jenjang SD

1) Beragam waktu dan tempat. Proses belajar bukan hanya di ruang

kelas, namun dapat diciptakan proses pembelajaran yang tak terbatas

oleh ruang dan waktu. Aktivitas belajar dapat dilakukan di mana saja

dengan siapa saja dan kapan saja, tidak ada yang membatasinya.

Ruang, waktu, umur dan jumlah kekayaan tidak dapat membatasi

seseorang untuk melakukan proses belajar. Banyak orang merasakan

kebebasan pada saat dia melakukan proses belajar. Ia bisa mencari

tahu tentang apa saja, serta mampu melakukan eksperimen tentang

apa saja, hanya untuk memuaskan keingintahuan dan rasa kehausan

akan ilmu pengetahuan.

2) Free Choice. Dipilih peserta didik sesuai perangkat, program/teknik

belajar sesuai peserta didik, mempraktikkan cara belajar yang paling

nyaman sehingga kemampuannya terus terasah.

3) Personalized Learning. Menyesuaikan pelajar dalam memahami materi,

memecahkan jawaban sesuai dengan kemampuannya.

4) Berbasis proyek. Peserta didik diajak menerapkan keterampilan yang

sudah dipelajari dalam berbagai situasi. Jadi pengalamannya akan

29 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 11

17
terasa untuk nantinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di

lingkungannya.

5) Pengalaman lapangan. Link and match di dunia pekerjaan sangatlah

penting. Saat ini banyak sekali materi yang diajarkan di bangku

sekolah dan perkuliahan yang tidak sesuai dengan dunia kerja.30

c. Tahapan implementasi kurikulum merdeka pada jenjang SMP

1) Persiapan guru dalam menerapkan kurikulum merdeka

Persiapannya mulai dari perangkat pembelajaran, media dan

kesiapan guru dalam memulai pembelajaran, khususnya

pengetahuan guru tentang konsep dari kurikulum merdeka.31

2) Pengorganisasian muatan pembelajaran berdasarkan pendekatan

mata pelajaran

Untuk pembelajaran tematik, dapat menggunakan contoh

jadwal yang sama, namun setiap materi di mata pelajaran konteksnya

dikaitkan dengan tema. Alokasi projek penguatan profil pelajar

Pancasila dialokasikan sekitar 25% (dua puluh lima persen) dari total

beban belajar per tahun. Projek tidak dilakukan di tiap alokasi waktu

mata pelajaran (intrakurikuler), tetapi terpisah.32

3) Jumlah jam mata pelajaran

Jika dilihat dari jumlah jam pelajaran, Kurikulum merdeka

belajar/kurikulum prototipe tidak menetapkan jumlah jam pelajaran

perminggu seperti yangselama ini berlaku pada kurikulum 2013.

Pada kurikulum prototipe, jumlah jam pelajaran ditetapkan pertahun.

Hal ini membuat setiap sekolah memiliki kemudahan untuk

mengatur pelaksanaan kegiatan pembelajarannya masing- masing.

30 Bambang Sutadi, Implementasi Merdeka Belajar di Sekolah Dasar, (Magelang : Ananta Vidya),
41-42
31 Larlen, “Persiapan Guru Bagi Proses Belajar Mengajar”, Jurnal Pena 3, no 1, (2013), 87
32 Windi Hastasasi dkk, Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan,
(Jakarta : Saad Ibrahim, 2022), 51

18
Suatu mata pelajaran bisa saja tidak diajarkan pada semester ganjil

namun diajarkan pada semester genap atau dapat juga sebaliknya.

Sebagai contoh mata pelajaran IPA di kelas VIII hanya diajarkan pada

semester ganjil saja. Hal ini diperbolehkan sepanjang jam pelajaran

pertahunnya terpenuhi.33

4) Penilaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka

Hal lain yang dilakukan guru dalam rangka pelaksanaan

kurikulum merdeka yaitu evaluasi pada proses pembelajaran dan

penilaiannya. Dalam kurikulum merdeka penilaiannya adalah

dengan mengadakan refleksi dan asesmen pada setiap modul ajar,

mengidentifikasi apa saja yang sudah tercapai hasilnya dan apa yang

perlu diperbaiki, menindaklanjuti dengan memodifikasi modul ajar

selanjutnya.34

d. Tahapan implementasi kurikulum merdeka pada jenjang SMA

1) Pendampingan minat dan bakat

Pada tahap awal, satuan Pendidikan hanya memberikan

konsultasi kepada peserta didik yang mengajukan peminatan

konsultasi. Kemudian memberikan konsultasi bagi peserta didik

secara berkelompok dengan mengalokasikan waktu dan komunikasi

masih satu arah atau bersumber dari guru.

Pada tahap perkembangan, satuan Pendidikan memberikan

konsultasi dan informasi tentang wawasan profesi secara individu

atau berkelompok dengan mengalokasikan waktu khusus atau sesuai

dengan kebutuhan peserta didik. Selanjutnya memberikan konsultasi

dan informasi tentang wawasan profesi secara individu atau sesuai

dengan kebutuhannya dengan mengalokasikan waktu khusus dan

33 Shofia Hattarina, “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Lembaga Pendidikan,


Seminar Nasional Sosial Sains, Pendidikan, Humaniora (SENASSDRA) 1, 188
34 Siti Nur Afifah, “Problematika Penerapan Kurikulum Merdeka Dalam Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Falah Deltasari Sidoarjo”, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2022, 60-61

19
mengadakan berbagai kegiatan untuk membuka wawasan tentang

profesi.35

2) Pemilihan mata pelajaran untuk kelas XI dan XII.

Pada tahap awal, satuan pendidikan memberikan kesempatan

peserta didik untuk menentukan mata pelajaran pilihan melalui

pendataan, pada tahap ini tidak ada mekainsme penggantian mapel.

Selanjutnya peserta didik menentukan mata pelajaran pilihan melalui

pendataan berdasarkan ketersediaan SDM dan sarana prasarana,

disini adanya mekanisme pergantian mapel di kelas 12.

Pada tahap persiapan, satuan pendidikan memberikan

kesempatan peserta didik untuk menentukan mata pelajaran pilihan

melalui pendataan dan mengupayakan proses konfirmasi kepada

peserta didik, kemudian menginformasikan pilihan dan

mengupayakan kolaborasi pembukaan kelas dengan satuan

pendidikan lain dan melakukan masa percobaan selama kurang lebih

2 minggu pada awal kelas 11 atau mekanisme pergantian mapel

pilihan di kelas 12.36

e. Kesamaan merdeka belajar di Indonesia dengan Firlandia

Sebagai pakar Pendidikan, Allan mengatakan bahwa Firlandia negara

dengan system Pendidikan terbaik nomor satu di dunia. Ia membagi

konsep “Dream School” Firlandia untuk pendidikan di Indonesia sebagai

berikut :

1) Konsep Pendidikan “Dream School” di Firlandia diterapkan dengan

berbasiskan siswa. Di Firlandia, asas Pendidikan yang diusung adaah

35 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 12
36 Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di
Satuan Pendidikan, 2022, 12

20
menjadi pembelajar. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya pusat

informs di dalam kelas, akan tetapi menjadi pendamping. Dalam

konsep ini, guru menjadi fasilitator dan pengembnag karakter

siswanya, guru memiliki peran penting dalam penentu kebijakan

Pendidikan selain pemerintah.

2) Di Firlandia peran guru sangat penting, guru terbuka terhadap

perubahan dan menjadi penentu kualitas Pendidikan. Di begara

tersebut, selain guru yang berperan penting, kurikulum yang holistik

merupakan konsep Pendidikan yang memberi kesempatan seluas-

luasnya bagi anak untuk dapat mengembangkan minat dan bakatnya.

3) Mengedepankan nilai-nilai baik yang membentuk perilaku dan sikap

positif. Firlandia percaya bahwa semua anak memiliki keunggulan

masing-masing selama diberi kesempatan, anak-anak tetpa belajar

matematika dan bahasa sebagai pengetahuan dasar, tapi lebih

mengedepankan pendidikan yang menanamkan nilai-nilai pada

anak-anak.

4) Untuk menghadapi masa depan, ada keterampilan abad 21 yang

harus anak-anak miliki yaitu bgaimana menumbuhkan kreativitas,

membangun kerja sama dan berkolaborasi, berpikir kritis dan

membangun komunikasi.37

3.3 Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah


Penerapan Kurikulum Merdeka tidak dilaksanakan secara serentak dan massif.

Hal ini sesuai kebijakan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan

Teknologi (Kemendikburistek) yang memberikan keleluasaan kepada satuan

pendidikan dalam mengimplementasikan kurikulum.

Hasil pendataan yang dilakukan oleh Kemendikburistek Surat Keputusan (SK)

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Nomor

37 Ana Widyastuti, Merdeka Belajar dan IMplementasinya, (Jakarta : Resna Anggria Putri, 2022),
8-10

21
044/H/KR/2022 yang ditandatangani 12 Juli 2022 adalah untuk menetapkan lebih

dari 140.000 satuan pendidikan yang menerapkan Kurikulum Merdeka pada tahun

ajaran 2022/2023.38

3.3.1 Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka

Implementasi Kurikulum Merdeka menerapkan beberapa strategi.

Strategi ini diawali dengan pendataan yang dilakukan oleh

Kemendikburistek dimaksudkan untuk melihat kesiapan satuan

pendidikan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.

Harapan dari pendataan ini adalah Kemendikburistek dapat melihat

sejauh mana kesiapan satuan pendidikan yang nantinya akan

mengimplementasikan Kurikulum Merdeka kedepannya dan tidak

memaksakan implementasi secara masif.39

1) Strategi pertama, Rute Adopsi Kurikulum Merdeka Secara

Bertahap, pendekatan strategi ini adalah bagaimana memfasilitasi

satuan pendidikan mengenali kesiapannya sebagai dasar

menentukan pilihan Implementasi Kurikulum Merdeka serta

memberikan umpan balik berkala (3 bulanan) untuk memetakan

kebutuhan penyesuaian dukungan Implementasi Kurikulum

Merdeka dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah

2) Strategi kedua, Menyediakan Asesmen dan Perangkat Ajar (High

Tech), pendekatan strategi yang menggunakan teknologi

informasi dan komunikasi yang berfungsi dalam menyediakan

beragam pilihan asesmen dan perangkat ajar (buku teks, modul

ajar, contoh projek, contoh kurikulum) dalam bentuk digital yang

dapat digunakan satuan pendidikan dalam melakukan

pembelajaran berdasarkan Kurikulum Merdeka.

38 Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian


Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi NOMOR 044/H/KR/2022 Tentang Satuan Pendidikan
Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Tahun Ajaran 2022/2023
39 https://kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id/detail-ikm/

22
3) Strategi ketiga, Menyediakan Pelatihan Mandiri dan Sumber

Belajar Guru (High Tech), pendekatan strategi yang juga

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang

berfungsi dalam melakukan pelatihan mandiri Kurikulum

Merdeka yang dapat diakses secara daring oleh guru dan tenaga

kependidikan untuk memudahkan adopsi Kurikulum Merdeka

disertai sumber belajar dalam bentuk video, podcast, atau ebook

yang bisa diakses daring dan didistribusikan melalui media

penyimpanan (flashdisk).

4) Strategi keempat, Menyediakan Narasumber Kurikulum Merdeka

(High Touch), pendekatan strategi yang digunakan dalam

menyediakan narasumber kurikulum merdeka dari Sekolah

Penggerak/SMK PK yang telah mengimplementasikan Kurikulum

Merdeka. Pengimbasan bisa dilakukan dalam bentuk webinar

atau pertemuan luring yang diadakan pemerintah daerah atau

satuan pendidikan. Pertemuan luring bisa dilakukan dalam

bentuk seminar tatap muka, lokakarya, maupun pertemuan

lainnya yang dilakukan di daerah maupun di satuan pendidikan.

5) Strategi kelima, Memfasilitasi Pengembangan Komunitas Belajar

(High Touch), komunitas belajar dibentuk oleh lulusan Guru

Penggerak maupun diinisiasi pengawas sekolah sebagai wadah

saling berbagi praktik baik adopsi Kurikulum Merdeka di internal

satuan pendidikan maupun lintas satuan pendidikan.

3.3.2 Pilihan Implementasi Kurikulum Merdeka

Implementasi Kurikulum Merdeka memberikan pilihan sebagai

keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk menentukan pilihan

berdasarkan angket kesiapan IKM yang mengukur bagaimana

kesiapan guru dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan

Kurikulum Merdeka. Pada angket pendataan yang dikembangkan

23
dan diisi oleh guru dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan

tidak ada pilihan yang paling benar, semua akan menyesuaikan

dengan kesiapan satuan pendidikan. Angket kesiapan memberikan

pilihan yang paling sesuai terkait kesiapan satuan pendidikan,

dimana semakin sesuai maka semakin efektif Implementasi

Kurikulum Merdeka yang akan dilaksanakan di satuan pendidikan.40

1) Pilihan pertama adalah Mandiri Belajar, pilihan yang

memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan saat

menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka,

tanpa mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang

diterapkan pada satuan pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7 dan 10.

2) Pilihan kedua yaitu Mandiri Berubah, pilihan yang memberikan

keleluasaan kepada satuan pendidikan saat menerapkan

Kurikulum Merdeka dengan menggunakan perangkat ajar yang

sudah disediakan pada satuan pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7

dan 10.

3) Pilihan ketiga yang merupakan Mandiri Berbagi, pilihan yang

memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan dalam

menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan

sendiri berbagai perangkat ajar pada satuan pendidikan PAUD,

kelas 1, 4, 7 dan 10.

3.3.3 Kendala Implementasi kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka yang dirancang lebih sederhana dan

fleksibel diharapkan akan membuat guru fokus pada materi esensial

dan peserta didik lebih aktif sesuai dengan minatnya. Guru juga akan

mudah mendampingi peserta didik untuk mewujudkan tujuan

pembelajarannya. Kebijakan untuk menerapkan Kurikulum Merdeka

40 https://kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id/detail-ikm/

24
merujuk pada Permendikbud Ristek No. 5 Tahun 2022 mengenai

Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini,

Jenjang Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah;

Permendikbud Ristek No. 7 Tahun 2022 tentang Standar Isi pada

Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan

Pendidikan Menengah; Permendikbud Ristek No. 56 Tahun

2022: mengenai Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka

Pemulihan Pembelajaran; dan Keputusan Kepala BSNP

No.008/H/KR/2022 Tahun 2022 tentang Capaian Pembelajaran pada

Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan

Pendidikan Menengah, pada Kurikulum Merdeka.

Kebijakan-kebijakan tersebut, diharapkan penerapan

Kurikulum Merdeka dapat benar-benar berjalan seperti yang

diinginkan. Namun kenyataannya masih banyak guru terkendala

dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Berdasarkan data terbaru

yang dirilis oleh Kemendikbudristek, ada 60% guru yang masih

terbatas menguasai teknologi. Hal itu terbukti dari betapa tidak

efektifnya pembelajaran jarak jauh dua tahun terakhir. Pembelajaran

daring berjalan seadanya saja. Akibatnya, anak-anak mengalami

learning loss yang cukup dalam. Jika mengacu pada data

Kemendikbudristek tersebut, artinya hanya sekitar 40% saja guru

yang dapat mempelajari Kurikulum Merdeka tanpa mengalami

kendala. Selain itu, Kendala tersebut dapat berasal dari sumber daya

manusia (SDM) atau sarana dan prasarana. Berbagai kendala tersebut

di antaranya terkait kompetensi guru, literasi, referensi, dan akses

internet.

a. Segi Sumber Daya Manusia (SDM)

Beberapa guru misalnya sebagai sumber daya manusia

(SDM) dalam pelaksanaan kurikulum masih

25
mengandalkan buku paket, baik buku siswa maupun buku guru

sebagai satu-satunya sumber belajar. Sedangkan sumber belajar

lainnya dianggap tidak penting. Hal ini yang membuat guru

kurang melakukan aktivitas untuk meningkatkan literasi. Padahal

kegiatan membaca sebenarnya bukan hanya semata-mata

ditujukan kepada peserta didik. Guru harus aktif melakukan

literasi. Sebagai pendidik, melakukan kegiatan literasi adalah

sebuah keharusan. Guru dituntut untuk selalu update dengan

perkembangan zaman. Mau tidak mau, suka tidak suka, guru

harus rajin membaca, khususnya terkait dengan materi yang

diajarkan kepada peserta didik. Kurangnya literasi akan berefek

pada minimnya referensi. Keterbatasan guru dalam memperoleh

referensi pelaksanaan merdeka belajar dapat menjadi kendala

guru untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang sesuai

dengan kebutuhan peserta didik.

b. Segi Sarana dan Prasarana

Sulitnya akses digital atau internet juga menjadi kendala

dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Jaringan internet yang

tidak stabil akan menyulitkan guru mengakses materi yang

menjadi sumber belajar. Bahkan beberapa sekolah masih ada

yang belum memiliki fasilitas digital dan internet yang

memadai.

Di era digital seperti sekarang sekolah harus berpacu

untuk melaksanakan pembelajaran berbasis digital. Beberapa

sekolah yang sudah melaksanakan sistem ini

mengharuskan guru dalam proses pembelajaran untuk selalu

terkoneksi dengan jaringan internet. Di sisi lain, sekolah memang

sudah menyediakan fasilitas internet. Namun sejumlah guru

terkadang masih menemui kesulitan dalam akses teknologi.

26
Belum lagi sarana sekolah yang belum memadai untuk

melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. sehingga

menyulitkan guru untuk mememenuhi standar kelulusan yang

ditetapkan pemerintah.

Namun yang tak kalah penting adalah kompetensi guru

yang belum memadai. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2005 disebutkan bahwa kompetensi guru terdiri dari kompetensi

profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan

kompetensi kepribadian. Keempat kompetensi tersebut

merupakan standar kompetensi yang wajib dimiliki guru agar

mereka dapat mentransfer ilmunya kepada peserta didik dengan

benar. Dalam praktiknya, tidak semua guru menguasai berbagai

aspek yang terdapat dalam keempat kompetensi guru.

Pada akhirnya, bahwa impelemntasi kurikulum merdeka

di sekolah akan terlaksana dengan maksimal apabila dimulai dari

para pendidik dalam hal ini guru. Sebab yang paling mendasar

untuk diperhatikan dari penerapan kurikulum baru ini adalah

kesiapan para guru untuk mengubah paradigma tentang praktik

mengajar di kelas. Guru dituntut dapat berpikir dan bertindak

merdeka untuk melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada

murid, sebagaimana diamanatkan kurikulum tersebut. Sehingga

kodrat, minat, bakat, dan potensi peserta didik yang beragam

dapat bertumbuh secara optimal. Sebagaimana disinggung di

awal, bahwa guru adalah pihak yang paling berperan untuk

melaksanakan amanat sebuah kurikulum, maka semestinya, yang

pertama sekali dipersiapkan adalah guru, bukan kurikulum.

Ketika pola pikir guru secara bertahap telah berubah, maka

guru-guru dapat memahami maksud dan tujuan Kurikulum

Merdeka serta mampu mengaplikasikannya. Sehingga

27
pembelajaran yang bermutu dan bermakna akan tersaji di kelas.

Kebutuhan belajar siswa yang beragam akan terpenuhi. Kodrat,

minat, dan bakat anak akan bertumbuh dengan baik. Pun siswa,

mereka akan gembira dan merdeka belajar tanpa merasa takut

dan tertekan. Para guru juga akan mampu mengembangkan

kurikulum operasional satuan pendidikan sesuai dengan

karakterisktik dan kebutuhan sekolah dan peserta didik sebagai

terjemahan dari Kurikulum Merdeka. Guru juga akan mampu

menyusun modul ajarnya sendiri, dapat memberikan asesmen

yang baik untuk memetakan kemampuan siswa sebagai dasar

untuk perbaikan pada pembelajaran selanjutnya, serta guru tidak

lagi terkendala untuk menugasi siswa dengan proyek-proyek

berkualitas yang merangsang siswa untuk belajar.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan pembahasan ini adalah penerapan krikulum merdeka di

sekolah masih dalam tahap ujicoba dan akan terus dilakukan sampai tahun 2024.

Pelaksanaan ini juga tidak secara keseluruhan. Pemerintah memberikan pilihan

terhadap kesiapan dan kesanggupan sekolah. ada tiga jalur yang bisa dipilih.

Jalur mandiri belajar, mandiri berubah dan mandiri bergerak.

Namun dalam penerapannya, meski sekolah sudah diberi pilihan

untuk memilih kurikulum mana yang sesuai dengan kondisi sekolah, akan tetapi

sumber daya dan sarana yang disekolah belum memadai. Banyak di antara guru

yang belum siap mengikuti perubahan ini, karena keterbatasan kompetensi dan

sarana yang dimiliki. Pemerintah dalam hal ini seharusnya tidak hanya

melakukan perubahan terhadap kurikulum, namun juga melakukan persiapan

matang dengan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini guru.

Sebab, guru merupakan promotor dan tolak ukur sukses atau tidaknya penerapan

kurikulum merdeka.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ana Widyastuti, Merdeka Belajar dan IMplementasinya, (Jakarta : Resna Anggria Putri,
2022).

Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementrian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Panduan Pengembangan Kurikulum
Operasional Pada Program Sekolah Penggerak dan SMK PK, Versi 25 Juni 2021.

Chumi Zahroul Fitriyah dan Rizki Putri Wardani, “Paradigma Bagi Guru Sekolah
Dasar”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 12, no 03, (2022).

Desrianti dan Yuliana Nelisma, “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar


Perpektif Manajemen Pendidikan Islam”, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
4, no 02, (2022).

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:


Alfabeta, 2014).

https://kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id/detail-ikm/

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Proses Penyusunan Kurikulum Operasional


Di Satuan Pendidikan, Sekolah Penggerak

Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi NOMOR
044/H/KR/2022 Tentang Satuan Pendidikan Pelaksana Implementasi
Kurikulum Merdeka Pada Tahun Ajaran 2022/2023

Larlen, “Persiapan Guru Bagi Proses Belajar Mengajar”, Jurnal Pena 3, no 1, (2013).

Milya Sari dan Asmendri, “Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam


Penelitian Pendidikan IPA”, Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA
6, no 01, (2020).

Shofia Hattarina, “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Lembaga


Pendidikan, Seminar Nasional Sosial Sains, Pendidikan, Humaniora
(SENASSDRA) 1.

Siti Nur Afifah, “Problematika Penerapan Kurikulum Merdeka Dalam Mata


Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Falah Deltasari Sidoarjo”,
UIN Sunan Ampel Surabaya, 2022.

Sudarmiani dkk, “Pendampingan Implementasi Kurikulum Merdeka Bagi Guru


SMP di Madiun”, Jurnal Pengabdian Mandiri 1, no 8, (2022).

29
Windi Hastasasi dkk, Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Satuan
Pendidikan, (Jakarta : Saad Ibrahim, 2022).

30

Anda mungkin juga menyukai