Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

DESAIN PEMBELAJARAN IPS SD

Tentang:

‘’ Perkembangan dan Perbandingan Kurikulum IPS SD ‘’

Oleh :

Kelompok 1

1. Anis Sundaeni (19129004)


2. Elfina Nainggolan (19129014)
3. Fitria Cahyani (19129020)
4. Khairul Hafizh (19129012)
5. Nana Meisah Putri (19129043)
6. Nurmalia Cahaya Murni (19129147)

Dosen Pengampu:

Arwin, S.Pd., M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kelompok 1 bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu tersusunnya makalah ini.

Pada kesempatan ini kami akan menjelaskan tentang “Perkembangan dan


Perbandingan Kurikulum IPS SD‘’. Dalam penulisan maupun isi dari makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kelompok menerima dengan hati terbuka
atas semua kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Agustus 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….…….. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….…. 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………… 1
C. Tujuan…………………………………………………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………….. 2

A. Perkembangan Kurikulum IPS SD………………………………………………. 2

B. Perbandingan Kurikulum IPS SD (KTSP 2006, Kurikulum 2013, dan

Kurikulum Merdeka)……………………………………………………………… 7

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………... 23

A. Kesimpulan………………………………………………………………………….. 23

B.Saran …………………………………………………………………………………. 23

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran
yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan
setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan
lapangan kerja.
Di Indonesia sendiri sering mengalami perubahan kurikulum. Lama waktu dalam
satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan
yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan
menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara
menyeluruh.
Kurikulum menjadi pedoman bagi seorang tenaga pendidik untuk memberikan
materi dan ilmu yang baik terhadap peserta didik, kurikulum juga mempunyai
perkembangan dan itulah kenapa pentingnya peran kurikulum harus di pahami.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perkembangan Kurikukulum Pada pembelajaran IPS SD?

2. Bagaimana Perbandingan Kurikulum IPS SD (KTSP 2006, Kurikulum 2013, dan


Kurikulum Merdeka)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan Kurikukulum Pada pembelajaran IPS
SD.
2. Untuk mengetahui bagaimana Perbandingan Kurikulum IPS SD (KTSP 2006,
Kurikulum 2013, dan Kurikulum Merdeka).

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kurikulum IPS SD


1. Pengertian kurikulum

Dari segi bahasa, kurikulum berasal dari bahasa Latin, curriculum yang semula
berarti a running course or race course, yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh
pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal hingga akhir. Selain itu kata kurikulum
juga terdapat dalam bahasa Prancis, courier yang artinya to run yang berarti berlari.

Menurut pandangan lama, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah. Sedangkan menurut pandangan baru
ialah kurikulum yaitu segala usaha dan kegiatan sekolah untuk mempengaruhi anak
belajar, baik didalam kelas, halaman sekolah maupun di luar sekolah.

Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidika Nasional Pasal 1


ayat 19 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Dari berbagai pendapat diatas dapat kami simpulkan kurikulum adalah


serangkaian rencana pembelajaran mengenai mata pelajaran , metode pembelajaran
dan tujuan pembelajaran yang di tempuh oleh siswa yang telah di sesuaikan dengan
jenjang pendidikan masing masing.

2. Tujuan dan Ruang lingkup kurikulum IPS SD


a. Tujuan kurikulum IPS SD, sebagai berikut :
1. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam
kehidupannya kelak di masyarakat
2. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan
menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di
masyarakat

2
3. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga
masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian
4. Membekali anak didik dengan kesadaran , sikap mental yang positif dan
keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari
kehidupan tersebut
5. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu
pengetahuan dan teknologi.

b. Ruang lingkup kurikulum IPS SD,yaitu :

1. Manusia , tempat dan lingkungan


2. Waktu, keberlanjutan dan perubahan
3. Sistem sosial dan budaya
4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

3. Perkembangan kurikulum IPS SD

a. Kurikulum IPS SD Tahun 1975-2006

Kurikulum ilmu pengetahuan sosial (IPS) sekolah dasar tahun 2006 yang
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22
tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006, mempunyai karakteristik tersendiri karena
kurikulum IPS yang mulai berlaku tahun pelajaran 2006 itu tidak menganut istilah
pokok bahasan, namun cukup simpel yakni Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar, hal ini jauh lebih sederhana dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya
dan jam pelajaran relatif lebih sedikit perminggu\nya. Semuanya ini memberikan
peluang yang luas bagi guru sebagai pengembang kurikulum untuk berkreasi
dalam pengembangan kurikulum yang mengacu pada pembelajaran IPS yang
PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Di tangan
gurulah kurikulum ini dapat hidup dan berkembang karena pengembangan materi
kurikulum akan baik apabila sesuai dengan tingkat perkembangan nalar siswa,

3
perbedaan perseorangan / individu dan kemampuan daya serap siswa, suasana
pembelajaran yang kondusif, serta sarana dan sumber belajar yang tersedia.

Berbeda dengan kurikulum sebelumnya,kurikulum tahun 2006 lebih simpel


dan efektif.Namun memilki nuansa yang padat dan memiliki paradigma baru
dalam pembelajaran IPS.Hal ini di harapkan agar guru dapat mandiri,mau dan
mampu menentukan sendiri pendekatan,metode dan alat evaluasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang dihadapi.Dengan
demikian ,nyata sekali bahwa peran guru bsebagai perencana dan pelaksana
kegiatan belajar dan mengajar sangat penting dan keterlibatan atau keikutsertaan
secara aktif kedua belah pihak , yaitu guru dan siswa akan mewarnai kegiatan
belajar dan mengajar yang diharapkan.

Selain hal tersebut, apabila kita simak uraian materi pada kurikulum
pendidikan IPS SD tahun 2006 bersifat hanya memberi rambu-rambu untuk
kedalaman dan keluasan materi dalam mnencapai kompetensi dasar yang
diharapkan,di sini aspirasi setempat (muatan lokal) dapat dituangkan dalam proses
pembelajaran IPS terpadu.Di dalam kompetendi dasar, terdapat kata kerja
operasional yang menunjukkan cara pembelajaran yang disarankan.Apabila
ditelaah maka kata kerja operasional tersebut mengacu pada cara belajar aktif
misalnya membuat menunjukkan, menceritakan, mencari menggunakan
mengamati dan menggambar.

Materi pelajaran ilmu pengetahuan sosial sekolah dasar terdiri dari materi
Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Materi IPS SD tidak tampak secara
nyata, namun tertata secara terpadu dalam standar kompetensi yang dimulai sejak
kelas satu sampai dengan kelas enam. Pembelajaran IPS pada kelas 1 sampai
kelas 3 dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas 4 sampai
kelas 6 dilaksanakan melalui pendekatan pelajaran .

Berbeda halnya dengan kurikulum IPS 1994 materi pelajaran ditata secara
lebih terpadu dan lebih sederhana dari pada materi kurikulum IPS 1986 dan
kurikulum IPS 1975 yang masih tampak berdiri s\endiri – sendiri, namun

4
dalam kurikulum IPS tahun 2006 tertata dalam standar kompetensi dari kelas 1
sampai kelas 6. Materi kurikulum IPS 1994 merupakan korelasi antara berbagai
ilmu atau disiplin ilmu penunjangnya. Dibandingkan dengan kurikulum
sebelumnya, yakni kurikulum IPS 1986, 1975 dan 1968, yang belum tampak
korelasi adalah kurikulum IPS 1986 dimana materi IPS masih berdiri sendiri –
sendiri secara terpisah dan merupakan broad-field antara ilmu bumi, sejarah, dan
pengetahuan kewarganegaraan.

Dalam kurikulum 1975 unsur pendidikan kewarganegaraan dalam IPS mulai


dipisahkan dan dijadikan bidang studi tersendiri dengan nama Pendidikan Moral
Pancasila (PMP). Dalam kurikulum 1994 antara IPS dan PMP tetap terpisah
hanya PMP mengalami perubahan nama menjadi pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKN). PPKN diajarkan sejak kelas 1, sedangkan IPS
diajarkan mulai kelas 3.

Ditinjau dari segi tujuan kurikuler, kurikulum 1964 lebih menekankan unsur
tujuan pendidikan kewargaan negara/moral. Bahkan bahkan dalam kurikulum
1968 lebih menonjol. Unsur tersebut dalam Kurikulum 1975, 1986 dan 1994
terwadahi dalam bidang studi PMP/PPKN. Dari segi penyusunan tujuan kurikuler,
kurikulum 1994 sama dengan kurikulum 1986, yakni 4 tujuan kurikuler IPS ,
masing-masing 1 tiap kelas dan 3 tujuan kurikuler Sejarah Nasional masing-
masing 1 tiap kelas.

Dari segi lingkup bahan pengajaran, kurikulum 1994 tetap menggunakan


pendekatan spiral (yakni pengajaran yang dimulai dari lingkungan terdekat dan
sederhana sampai kepada lingkunganyang makinluas dan kompleks ). Yang pada
dasarnya pendekatan ini diterapkan pada kurikulum 1964, 1968, 1975 dan 1986.
Khusus untuk sejarah nasional, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
periodisasi yaitu penyampaian bahan pelajaran dimulai dari zamankuno sampai
dengan sejarah kontemporer. Dalam kurikulum 1994 materi sejarah nasional
ditambah dengan sejarah lokal sedangkan dalam kurikulum 1986, 1975, dan 1968
materi sejarah nasional terdapat pula bidang studi pendidikan sejarah perjuangan
bangsa (PSBB).

5
Dari segi materi Kurikulum, secara umum dapat dikatakan bahwa sejak
Kurikulum 1964 dengan Kurikulum 1986 memperlihatkan perkembangan materi
yang semakin padat dan sarat, namun dalam Kurikulum 1994 materi mulai
disederhanakan dan diserahkan kepada guru selaku pengembang kurikulum untuk
memperluas dan memperdalam materi. Hal ini terlihat hanya terdapat 29 pokok
bahasan, sedangkan dalam kurikulum 1986 terdapat 39 pokok bahasan. Sebagai
perbandingan jumlah pokok bahasan pada Kurikulum 1964 sebanyak 18,
Kurikulum 1968 sebanyak 19 dan Kurikulum 1975 sebanyak 29 pokok bahasan.

Dari segi alokasi waktu yang disediakan pada dasarnya antara kurikulum
1986 dengan kurikulum 1994 jumlah waktu yang disediakan tidak mengalami
perbedaan yang berarti, namun dalam kurikulum IPS 2006 alokasi waktu relatif
sedikit yakni 3 jam dalam waktu 1 minggu (3 X 35 menit). Perbedaan yang esensi
terletak pada jumlah pokok bahasan karena kurikulum 1986 padat dan sarat
dengan materi sehingga kedalaman dan keluasan materi cenderung dibatasi
sedangkan kurikulum 1994 kedalaman dan keluasan materi diserahkan
sepenuhnya kepada guru selaku pengembang kurikulum dan kurikulum 2006
lebih simpel lagi.

b. Rancangan Kurikulum IPS SD 2013

Karakteristik kurikulum 2013 adalah tematik integratif dan berbasis sains.


Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui
penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi. Kompetensi yang ingin
dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap ( attitude ), keterampilan
( skiil ), dan pengetahuan ( knowledge ).

Rancangan Kurikulum 2013 sangat jauh berbeda dengan kurikulum-


kurikulum sebelumnya. Ditinjau dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum
KTSP di SD terdapat 10 mata pelajaran namun pada rancangan Kurikulum 2013
mata pelajaran SD dikurangi menjadi 6 mata pelajaran. Pada Kurikulum 2013 IPS
tidak terdaftar sebagai mata pelajaran.

6
IPS di SD bukan dihilangkan atau dihapus namun IPS diintegrasikan dengan
mata pelajaran yang lain seperti B. Indonesia dan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang diajarkan secara terpadu sesuai dengan tema yang dibahas,
inilah yang dimaksud dengan tematik integratif.

Menteri Pendidikan memberikan tiga alternatif pengintegrasian. Pertama,


nama pelajaran IPS sama sekali tidak dimunculkan, namun muatannya muncul di
pelajaran-pelajaran lain. Kedua, IPS dimunculkan mulai kelas 4 SD sampai 6 SD.
Ketiga, IPS akan dimunculkan sebagai pelajaran tersendiri untuk kelas 5 dan 6 SD.
Intinya, yang dihapuskan adalah nama pelajarannya namun substansi pelajaran
IPS tidak ada satu pun yang dihilangkan.

Meski mata pelajaran berkurang, namun jumlah jam pelajaran justru


bertambah. Jam belajar siswa SD bertambah rata-rata empat jam per minggu.
Untuk kelas 1 SD, jam belajar bertambah dari 26 menjadi 30 jam, kelas 2 SD dari
27 menjadi 32 jam, kelas 3 SD dari 28 menjadi 34 jam, dan kelas 4, 5, 6 SD dari
32 menjadi 36 jam.

B. Perbandingan Kurikulum IPS SD (KTSP 2006, Kurikulum 2013, dan Kurikulum


Merdeka)
1. KTSP 2006
a. Pengertian KTSP

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan


dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional
Pendidikan (BNSP).

b. Konsep Dasar KTSP


Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan
bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

7
(BNSP). KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai
berikut:
1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diverifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan
peserta didik.

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:

1) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan


karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta
didik.
2) Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar
kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota dan
departemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan
tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi
dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
4) KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan
sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma
baru pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan
pendidikan dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar
setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola
sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai
dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan
pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan

8
pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan
memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukan sikap tanggap
pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan
kualitas, efisien dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu
wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan
satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi,
tuntunan dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan
kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung
kelompok-kelompok terkait dan meningkatkan pemahaman masyarakat
terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah
memiliki “full authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan
pembelajaran sesuai dengan visi, misi dan tujuan tersebut, sekolah dituntut
untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan
pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta
mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala
sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupakan
lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah
setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD),
pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan
orang tua peserta didik dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang
menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang
pendidikan yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi,
misi dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program-
program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.
c. Tujuan KTSP

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan


memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

9
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah


dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
mengembangkan kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.
3) Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan
dicapai.

Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola


pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah
yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu diterapkan oleh
setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagai berikut:

a. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi


dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk memajukan lembaganya.
b. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
c. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa
yang terbaik bagi sekolahnya.
d. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih
efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat sekitar.
e. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masingmasing
kepada pemerintah, orangtua peserta didik dan masyarakat pada umumnya,
sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan
mencapai sasaran KTSP.

10
f. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolahsekolah lain
untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upayaupaya inovatif dengan
dukungan orangtua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
g. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan
yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasikan dalam KTSP.

d. Landasan KTSP
1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
3. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
4. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lususan.
5. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas No. 22
dan 23 tahun 2006.

e. Pendidikan IPS pada kurikulum 2006 dalam KTSP

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun


2006 tanggal 23 Mei 2006 ditetepakan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Sekolah Dasar, yang mempunyai karakteristik tersendiri karena kurikulum IPS
yang mulai berlaku tahun ajaran 2006 itu tidak menganut istilah pokok bahasan,
namun menggunakan istilah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Hal ini
jauh lebih sederhana dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya dan jam
pelajaran relatif lebih sedikit per minggunya. Hal ini memberikan peluang yang
luas bagi guru sebagai pengembang kurikulum untuk berkreasi dalam
pengembangan kurikulum yang mengacu pada pembelajaran IPS yang PAKEM
(Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan). Kurikulum Pendidikan IPS SD
tahun 2006 hanya memberi rambu-rambu untuk kedalaman dan keluasan materi
dalam mencapai kompetensi dasar yang diharapkan.

Kurikulum 2006 atau dikenal dengan Model KTSP (Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan) yakni model umum yang berisi kerangka acuan dan model
kurikulum lengkap yang langsung diaplikasikan ke dalam satuan pendidikan.

11
Kurikulum 2006 atau KTSP merupakan modifikasi dari model kurikulum yang
sudah ada.

Standar kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/diobservasikan


untuk menunjukan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
mata pelajaran. Sedangkan yang menjadi Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI, antara lain:

1) Kemampuan memahami identitas diri dan keluarga, serta sikap saling


menghormati daam kemajemukan keluarga.
2) Kemampuan mengenal lingkungan rumah dan peristiwa penting di
lingkungan keluarganya.
3) Kemampuan memahami peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis
4) Kemampuan memahami kedudukan dan peran anggota keluarga
5) Kemampuan mengenal lingkungan dan melaksankan kerjasama di sekitar
rumah dan sekolah.
6) Kemampuan memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang
7) Kemampuan memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku
bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
8) Kemampuan memahami sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan
kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
9) Kemapuan mendeskripsikan kejayaan masa lau,keragaman kenampakan
alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia.
10) Kemampuan memahami perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih
kemerdekaan.
11) Kemampuan memahami kenampakan alam dan keadaan sosial negara
tetangga (Asia Tenggara), Asia, dan dunia.
12) Kemampuan memahami peranan bangsa Indonesia di era globalisasi.

Berikut ini merupakan ciri-ciri dari kurikulum 2006 (KTSP):

1) Pada kurikulum 2004 dinamakan Pengetahuan Sosial yang sudah terintegrasi


dengan Bidang Studi PPKn atau disebut juga dengan Mata Pelajaran PKPS,

12
sedangkan dalam kurikulum 2006 dinamakan Mata Pelajaran IPS (kembali
lagi seperti pada Kurikulum 1994)
2) Kurikulum 2006 merupakan kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksankan oleh masing-masing satuan pendidikan (sekolah)
3) Sekolah/guru mempunyai kelulusan penuh untuk menjabarkan kompetensi
menjadi beberapa indikator atau mengembangkan indikator sendiri.
4) Kurikulumm 2006 bersifat memberi rambu-rambu untuk menentukan materi
kemudian pendalaman dan keluasan materi sepenuhnya ditentukan oleh guru.
Di sini aspirasi setempat (Muatan Lokal) dapat dituangkan.
5) Lebih menuntut kreativitas sekolah/guru untuk menyusun model pendidikan
yang sesuai dengan kondisi local
6) Bahan kajian IPS untuk kelas I sampai III tidak diajarkan sebagai mata
pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi diintegrasikan (dipadukan) ke dalam
mata pelajaran yang relevan secara tematis
7) Untuk kelas IV sampai dengan kelas VI, tema –tema yang telah ditetapkan
seperti:
a. Kelas IV Semester 1, tema: “Alam dan Potensi Daerahku” Semester 2,
tema: “Kesejaahteraan Masyarakat Daerahku”
b. Kelas V Semester 1, tema: “Kejayaan Negeriku” Semester 2, tema:
“Tantangan Bangsaku”
c. Kelas VI Semester 1, tema: “Indonesia di Tengah-tengah Dunia” Semester
2, tema: “Indonesia di Era Globalisasi
8) Kurikulum IPS 2006 hanya memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar,
sedangkan hasil belajar, indikator, dan materi tidak tercantum. Hal ini
menuntut guru dapat secara mandiri untuk mengembangkan indikator sendiri
9) Metode mengajar, penilaian dan sarana pengajaran guru diharapkan dapar
mandiri, mau dan mampu menentukan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi yang dihadapi
10) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

13
berpartisipasi. Guru hendaknya memberikan inspirasi kepada peserta didik
untuk mengembangkan diri
11) Pengorganisasian materi menggunakan pendekatan kemasyarakatan yang
meluas (expending community approach) yakni dimulai dari hal-hal yang
terdekat dengan siswa (keluarga) ke hal yang lebih jauh (global)
12) Pembelajaran dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan
pendekatan terpadu (integrated approach) dan pendekatan belajar kontekstual
untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, sikap, serta
keterampilan sosial. Pendekatan tersebut menggunakan metode Inkuri,
eksploratif, pemecahan masalah.
13) Dalam pembelajarn Ilmu Pengetahuan Sosial perlu didikuti dengan Praktik
Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Praktik belajar ini merupakan inovasi
pembelajarn yang dirancang untuk membantu siswa agar memahami fakta,
peristiwa, konsep, dan generalisasi melalui praktik belajar secara empirik,
yang disebut dengan Praktik Kesadaran Lingkungan.
14) Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat menggunakn berbagai
media yang mempunyai potensi untuk menambah wawasan dan konteks
belajar serta meningkatkan hasil belajar.
15) Penilaian Berbasis Kelas dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
diarahkan untuk mengukur pencapaian indikkator hasil belajar.
16) Alokasi waktu tiap komoetensi dasar dapat diorganisasikan guru sesuai
dengan alokasi yang diperlukan.

2. Kurikulum 2013 (K13)


a. Pengertian Kurikulum 2013 (K13)
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam bahasa Latin curerer
yaitu pelari, dan curere yang artinya tempat berlari. Pada awalnya kurikulum
adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai
dengan finis. Kemudian pengertian kurikulum tersebut digunakan dalam dunia
pendidikan, dengan pengertian sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah

14
mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan di
lembaga pendidikan.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang baru dan dilaksankan secara
bertahap pada satuan pendidikan mulai tahun ajaran baru 2013/2014. Setelah satu
tahun berjalan secara bertahap, kurikulum baru dilaksanakan secara serentak di
seluruh satuan pendidikan mulai tahun ajaran baru 2014/2015.
Kurikulum 2013 adalah implementasi dari UU no. 32 tahun 2013.
Kurikulum 2013 merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) dan KTSP. Namun, di dalam kurikulum 2013 lebih
fokus pada kompetensi sikap, pengetahuan, danketerampilan secara terpadu,
sebagaimana yang tertulis pada UU 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang terdapat pada pasal 35, dimana kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Kurikulum 2013 adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan
berbasis sains yang diberikan oleh suatu lembaga pelaksana pendidikan dengan
tujuan untuk menciptakan generasi emas Indonesia, dengan menggunakan system
yang berkualitas sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas.
Kurikulum 2013 juga fokus pada ketiga aspek penting dalam
pembelajaran, yaitu menghasilkan peserta didik yang berakhlak mulia (afektif),
berketrampilan (psikomotorik), dan berpengetahuan (kognitif) yang berhubungan
satu sama lain. Sehingga dengan adanya kurikulum 2013 kali ini, siswa
diharapkan menjadi lebih kreatif, inovatif, dan produktif.

b. Komponen Kurikulum 2013


Kurikulum sebagai suatu sistem pada keseluruhan yaitu memiliki lima
komponen utama yang saling berkaitan antara suatu dengan yang lainnya yakni:
1. Tujuan Kurikulum

15
Dalam prespektif pendidikan nasional, pada tujuan pendidikan nasional
dapat dilihat dengan seacara jelas dalam Undang-undang No 20 tahun 2003
yaitu tentang sistem pendidikan nasional, bahwa: “pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.

2. Materi Kurikulum
Materi Kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Dalam undang-
undang pendidikan yang tentang sistem pendidikan nasional telah ditetapkan,
bahwa “Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai
tujuan penyelenggara suatu pendidikan yang bersangkutandalam rangkan
upaya pencapaian tujuan penyampaian pendidikan nasional”
3. Metode
Metode adalah cara untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya
mencapai tujuan. Suatu metode disini mengandung pengertian terlaksananya
kegiatan seorang pendidik dan peserta didik dalam proses kegiatan belajar
mengajar.
4. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masingmasingnya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Mata pelajaran yang terpisah-pisah
b) Mata ajaran berkolerasi
c) Bidang studi
d) Progam yang berpusan dengan anak
e) Inti masalah
f) Ecletic progame
5. Evaluasi

16
Evaluasi disini merupakan suatu komponen dari kurikulum, karena
kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang
penyelenggaraan tentang pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa.
Berdasarkan informasi itu dapat diambil keputusan tentang kurikulum itu
sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diupayakan.

c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013


Tidak dipungkiri kandungan yang termuat dalam kurikulum 2013 banyak memuat
pembaharuan dalam bidang pendidikan untuk memenuhi tuntutan perkembangan
jaman. Pelaksanaan pembelajaran pada pelaksanaan kurikulum 2013 memiliki
karakteristik yang berbeda dari pelaksanaan kurikulum 2006. Berdasarkan hasil
analisis terhadap kondisi yang diharapkan terdapat maka diperoleh 14 prinsip utama
pembelajaran yang perlu guru terapkan.
Berikut adalah 14 prinsip pembelajaran kurikulum 2013 yang sesuai dengan
karakteristik siswa:
1) Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu.
2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber.
3) Dari pendekatan tekstual menuju proses penggunaan pendekatan ilmiah.
4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi.
5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.
6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tanggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi.
7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.
8) Peningkatan dan keseimbangan antara hardskills dan softskills.
9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai
pembelajaran sepanjang hayat.
10) Pembelajaran yang menerapkan nilia-nilai ketelatenan, membangun kemauan, dan
mengembangakan kreatifitas siswa dalam prosesnya pembelajaran.
11) Pembelajaran berlangsung dirumah, sekolah dan masyarakat.

17
12) Semua adalah guru, siapa saja adalah siswa dan dimana saja adalah kelas.
13) Pemanfaatan TIK untuk efesiensi dan efektifitas pembelajaran.
14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang siswa.

Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan


kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini
mencakup sejumblah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang
dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk
perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.

d. Implementasi Kurikulum 2013

1. Prosedur Implementasi Kurikulum 2013


Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam
pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal
tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai
kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Oleh karena itu,
pembelajaran menyenangkan, efektif, dan bermakna dapat dirancang oleh setiap
guru dengan prosedur sebagai berikut:
a) Pemanasan apresepsi
Pemanasan dan apresepsi perlu dilakukan untuk menjajaki pengetahuan
peserta didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang
menarik, dan mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru.
b) Explorasi
Explorasi merupakan tahapan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan
bahan dan mengaitkanya dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta
didik.
c) Konsolidasi pembelajaran
Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam
pembentukan kompetensi dan karakter, serta menghubungkanya dengan
kehidupan peserta didik.
d) Pembentukan sikap, kompetensi dan karakter

18
Pembentukan sikap, kompetensi dan karakter peserta didik dapat
dilakukan dengan mempraktekkan pembelajaran secara langsung, agar peserta
didik dapat membangun sikap, kompetensi dan karakter baru dalam kehidupan
sehari-hari.
e) Penilaian formatif
Penilaian formatif perlu dilakukan untuk perbaikan dengan cara
menganalisis kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalahmasalah
yang dihadapi guru dalam membentuk karakter dan kompetensi peserta didik.

e. Tahapan Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogic modern dalam


pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
(scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana yang dimaksud meliputi,
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
menciptakan untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau
situasi tertentu, sangan mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
diaplikasikan secara procedural.
a) Mengamati (Observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang,
dan mudah pelaksanaanya.
b) Menanya (Questioning)
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan
pengetahuanya. Pada saat guru bertanya pada saat itu pula dia membimbing
peserta didiknya belajar dengan baik.
c) Menalar (Associating)
Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru

19
dan peserta didik harus lebi aktif daripada guru. Penalaran adalah proses
berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat di
observasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
d) Mencoba (Experiment)
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik
harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau
substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam misalnya,
peserta didik harus memahami konsepkonsep rukun-rukun Islam dan kaitanya
dalam kehidupan seharihari.
e) Membentuk Jejaring/pembelajaran kolaboratif (Networking)
Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari
sekedar tekhnik pmbelajaran di kelas. Kolaborasi esensinya merupakan
filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai
kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja
dirancang rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai
tujuan bersama.

3. Kurikulum Merdeka

a. Pengertian Kurikulum Merdeka

Era evolusi 4.0 saat ini dalam dunia pendidikan ada beberapa perubahan-
perubahan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menunjang kemajuan negara
dalam dunia pendidikan. Saat ini, Kurikulum 2013 akan diubah lagi atau
disempurnakan dengan kurikulum baru yaitu Kurikulum Merdeka. Kurikulum
Merdeka merupakan gagasan dalam transformasi pendidikan Indonesia untuk
mencetak generasi masa depan yang unggul. Hal tersebut sejalan dengan apa yang
diutarakan oleh Saleh (2020) bahwa Merdeka Belajar merupakan program untuk
menggali potensi para pendidik dan peserta didik dalam berinovasi meningkatkan
kualitas pembelajaran di kelas. Kurikulum Merdeka ini diimplementasikan di
beberapa Sekolah Penggerak dari hasil seleksi sebelumnya. Kemudian untuk saat
ini, Kurikulum Merdeka dikembangkan untuk diterapkan di semua sekolah sesuai
dengan kesiapan dan kondisi sekolahnya masing-masing.

20
Kurikulum Merdeka lahir dan digagas oleh pemerintahan baru dengan
Mendikbudristek sekarang. Sudah barang tentu, opini masyarakat akan kembali
menyeruak pada pemikiran bahwa ganti menteri akan ganti kurikulum. Namun,
bukan itu esensi sebenarnya dari perubahan Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum
Merdeka. Kurikulum Merdeka hadir untuk menyempurnakan implementasi
Kurikulum 2013. Guru mengalami kesulitan dalam implementasi Kurikulum 2013
dalam hal penyusunan RPP, implementasi pembelajaran saintifik, dan penilaian
pembelajaran. Kemudian hasil kajian dari Maladerita, dkk. (2021) yang
menjelaskan bahwa dalam penerapan Kurikulum 2013 terlalu rumit dalam hal
penerapan. Selanjutnya dikuatkan oleh penelitian dari Krissandi dan Rusmawan
(2019) bahwa penerapan Kurikulum 2013 terkendala dari pemerintah, instansi
sekolah, guru, dan orang tua siswa, serta siswa sendiri. Karena hal tersebut, maka
pemerintah membuat terobosan dengan adanya Kurikulum Merdeka.

Kurikulum merdeka adakah kurikulum dengan pembelajaran intrakulikuler


yang beragam dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup
waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki
keleluasan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Projek untuk
menguatkan pencapaian profil belajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema
tertentu yang ditetapkan oleh pemerinta. Projek tersebut tidak diarahkan untuk
mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten
mata pelajaran.

b. Keunggulan Kurikulum Merdeka


Melalui Kurikulum Merdeka, pemerintah mengajak guru untuk menciptakan
berbagai kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran sehingga mampu
melaksanakan konsep Merdeka Belajar untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila.
Kurikulum Merdeka ini memberikan keleluasaan satuan pendidikan dalam
menentukan kurikulum sesuai dengan kondisi sekolahnya masing-masing (Sapitri,
2022). Adapun kekhasan Kurikulum Merdeka, yaitu :
1) Adanya Capaian Pembelajaran

21
2) Adanya Alur Tujuan Pembelajaran;
3) Modul Ajar
4) Guru merancang pembelajaran permiggu dengan 20% project dari intrakurikuler
contoh perminggu mata pelajaran PKn 4 jam, maka 3 jam intrakurikuler dan 1
jam kokurikuler
5) Bisa sistem block. Contoh: Mata Pelajaran jumlah jamnya 144 jam per tahun.
Maka Pengaturan jam dikembalikan kepada guru untuk berkreasi. Semester ini
bisa ada PKn, semester berikutnya tidak ada tidak menjadi masalah yang penting
tercapai setiap jumlah jam pelajaran total pertahun
6) Mata pelajaran IPA dan IPS disatukan menjadi IPAS
7) Berbasis proyek tetapi tidak mengurangi intrakurikuler
8) Mata Pelajaran SBdP hanya bisa diajarkan satu bidang saja, misalnya seni rupa,
seni tari, atau seni suara
9) Pembelajaran harus berdiferensia
10) Setiap kelas dibagi beberapa Fase, Kelas 1 Fase A, Kelas 2 Fase A, Kelas 3 Fase
B, Kelas 4 Fase B, Kelas 5 Fase C, dan Kelas 6 Fase C. Jika siswa tidak mampu
mencapai capaian pembelajaran di kelas 1, maka siswa dapat menyelesaikan
capaian pembelajaran di fase berikutnya. Kurikulum Merdeka ini secara holistik
mengukur kompetensi peserta didik (Nurcahyo, 2020).
Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga
pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta
didik. Dalam Kurikulum Merdeka, mata pelajaran IPA dan IPS digabung
menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS). Harapannya
adalah dapat memicu anak untuk dapat mengelola lingkungan alam dan sosial
dalam satu kesatuan. Selain itu, pada Kurikulum Merdeka, terdapat
Pembelajaran Berbasis Proyek untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila yang
dilakukan minimal 2 kali dalam satu tahun ajaran.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

kurikulum adalah serangkaian rencana pembelajaran mengenai mata pelajaran ,


metode pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang di tempuh oleh siswa yang telah di
sesuaikan dengan jenjang pendidikan masing masing.

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan


oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).

Kurikulum 2013 adalah implementasi dari UU no. 32 tahun 2013. Kurikulum 2013
merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
dan KTSP dan lebih fokus pada kompetensi sikap, pengetahuan, danketerampilan secara
terpadu.

Kurikulum merdeka adakah kurikulum dengan pembelajaran intrakulikuler yang


beragam dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu
untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.

Kurikulum yang digunakan sekarang adalah penyempurnaan dari kurikulum


sebelumnya, oleh karena itu setiap kurikulum pasti memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing, dan untuk itu pemerintah terus berupaya untuk memajukan pendidikan
Indonesia melalui inovasi-inovasi, perubahan kurikulum seiring dengan pergantian
menteri pendidikan.

B. Saran
Semoga dengan terselesainya makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi kami
pribadi sebagai penyusun makalah ini serta kita semua, umumnya. Dan semoga menjadi
acuan, dan alternatif terbangunnya paradigma kreatif dankonstruktif terhadap proses
pembelajaran. Kami yakin bahwa makalah yang kami susun ini masih banyak
kekurangan didalamnya. Oleh kerena itu, kami mengharap kepada para pembaca makalah

23
ini untuk memberikan saran serta kritik, karena ini merupakan suatu hal berharga dan
sangat berarti dalam penyempurnaan makalah ini.

24
Daftar Pustaka

Hemalik, O. (2007). Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulu 2013. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nurcahyo, L. 2020. “Pendekatan Konsep Merdeka Belajar Dalam Pembelajaran Seni Rupa Di
Era Industri 4.0.” Seminar Nasional Seni Dan Desain. 143–50.

Nurhalim, M. (2011). Analisis Perkembangan Kurikulum di Indonesia. Jurnal Insania, 16.

Saleh, Meylan. 2020. “‘Merdeka Belajar Di Tengah Pandemi Covid-19.’” Prosiding Seminar
Nasional Hardiknas 1:51–56.

Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan. Jakarta:

Kencana

Sardjiyo, dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sukmadinata Nana Syaodih. 2010. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT emaja Rosdakarya.

Trisnawati, D. (2012). 14 Prinsip Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Bandung: Refika


Adiama.

25

Anda mungkin juga menyukai