Anda di halaman 1dari 12

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SHALAT


BERJAMAAH MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
DIKELAS VII SMPN 9 AMUNTAI

Ahdi Yanie
Email ahdi.excel@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan akhir dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti adalah untuk menumbuhkembangkan keagamaan melalui pemberian,
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Shalat Berjamaah
sehingga menjadi manusia muslim yang harus berkembang keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah SWT. Penelitian ini berdasarkan rumusan
permasalahan 1) Bagaimanakah penggunaan model problem based learning
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti?, 2) Apakah
penggunaan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar
pada materi shalat berjamaah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti? Penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus dilaksanakan
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik atau alat untuk
pemantauan atau evaluasi adalah observasi dan tes. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa 1) Setelah menjelaskan materi shalat berjamaah, guru
mendemonstrasikan atau memperagakan tata cara shalat berjamaah di depan
kelas, peserta didik memperhatikan, kemudian peserta didik diminta untuk
menirukan. Setelah paham, peserta didik mempraktekkan shalat berjamaah. 2)
Penggunaan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik kelas VII SMPN 9 Amuntai Tahun Pelajaran 2021/2022
Kata kunci : Model Problem Based Learning (PBL), motivasi, meningkatkan
hasil belajar, model

PENDAHULUAN
Keberhasilan pendidikan sebagian besar di cita-citakan dan di
prioritaskan oleh suatu bangsa termasuk Indonesia. Berbagai upaya dilakukan
oleh pemerintah, para akademis, praktisi pada bidang pendidikan serta telah
dilakukan penambaham anggaran untuk berbagai program pengembangan
inovasi pendidikan. Pendidikan itu sendiri adalah pengetahuan keterampilan
yang dilalui dengan tahapan-tahapan tertentu sedagkan menurut UU
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1, yaitu sebagai berikut:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

708
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman” .
Dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”. Dengan mengetahui kedudukan penting guru di
dalam pendidikan perlu adanya kemampuan guru dalam merencanakan dan
mengatur pelaksaan pembelajaran, menurut Djamarah (2014: 5) Salah satu
upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa adalah dengan
menggunakan strategi dalam pembelajaran yang dapat memecahkan masalah.
Sebagaimana yang dijelaskan Fathurrohman Pupuh dan Suryana Aa
(2012:16) “UU Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8, secara eksplisit
menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Namun pada kenyataannya
hingga saat ini tidak semua guru optimal dalam menjunjung tinggi empat
kompetensi tersebut padahal sebagai guru profesinal seharusnya empat
kompetensi tersebut harus sudah dikuasai, kesenjangan ini terlihat dari saat
peneliti melaksanakan pembelajaran di SMPN 9 Amuntai masih ada sebagian
guru yang menggunakan paradigma lama atau masih konvensional sehingga
masih dijumpai di lapangan terdapat kesenjangan dalam pelaksanaannya,
antara apa yang diharapkan kurikulum dengan pusat pembelajaran, yaitu
siswa. Guru memberi penjelasan mengenai materi sejelas-jelasnya dengan
harapan siswa dapat memahami materi yang disampaikan (siswa dapat
menghapal semua materi) sesuai dengan semua redaksi yang ada di buku
referensi. Dengan melihat pelaksanaan ajar guru yang masih konvensional itu
tentu pembelajaran hanya berpusat pada penyampaiannya gurunya saja atau
bisa dibilang sumber belajar hanya terdapat di guru dengan metode ceramah,
siswa hanya menerima dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh
gurunya saja. Hal itu membuat siswa menjadi kurang aktif berperan di dalam
kegiatan pembelajaran. Siswa hanyalah subjek pembelajaran bukanlah objek
pembelajaran sehingga proses pembelajaran yang terjadi hanyalah satu arah
saja. Sedangkan pembelajaran hendaknya ditujukan untuk memupuk minat
dan pengembangan siswa yang sesuai dengan kehidupan siswa itu sendiri.

709
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Berdasarkan pengamatan di beberapa sekolah dilihat bahwa keaktifan


peserta didik ketika mengikuti pembelajaran juga masih rendah atau kurang
termotivasi termasuk siswa di SMPN 9 Amuntai khususnya materi shalat
berjamaah, kebanyakan siswa yang aktif adalah siswa yang tingkat kecerdasan
intelektual tinggi sedangkan siswa yang lainnya perlu usaha dorongan yang
lebih kuat dari guru untuk membuat siswa tersebut aktif. Maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas siswa belum dapat berpikir kritis dalam proses
pembelajaran sehingga kebanyakan siswa di kelas ini menjadi pasif dan
mendapat hasil belajar yang rendah.
Terkait rendahnya hasil belajar siswa, maka diadakan suatu upaya
untuk menganalisis penyebab dari rendahnya hasil belajar siswa tersebut lalu
diperlukan tindakan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dapat
dilakukan oleh seorang guru dengan mengembangkan profesionalisme dalam
dirinya dengan memahami kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dengan melakukan sebuah
inovasi pada pembelajaran yang dilakukan oleh seorang adalah suatu hal
yang akan memberikan dampak positif. Sejalan dengan pendapat Sa’ud (2011,
hlm. 8) “inovasi dalam pendidikan yaitu suatu perubahan yang baru, serta
berbeda dari biasanya dan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan demi
mencapai sutu tujuan yang telah ditentukan”. Inovasi dalam pembelajaran
dapat dilakukan dengan penambahan media atau penerapan suatu model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Dengan
adanya upaya pemerintah dalam meningkatkan taraf pendidikan Indonesia
yaitu diberlakukannya kurikulum 2013 yang masih dalam pengembangannya
masih melalui berbagai revisi, pembelajaran yang awalnya bersifat teacher
centered yaitu berpusat pada guru sekarang lebih menekankan pembelajaran
student centered yang berpusat pada siswa yang dikemas sedemikian rupa
selain memperhatikan konsep pembelajaran materinya kuruikulum 2013 juga
menekankan pada pendidikan karakter sehingga menyediakan pembelajaran
yang lebih interaktif didukung dengan penggunaan beragam model atau
metode pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajarnya. Selain pembaharuan
kurikulum, perlu juga adanya pembaharuan dalam penerapan model
pembelajaran ataupun cara mengajar guru, dan pandangan baru yang bisa
mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional dalam mencetak
generasi penerus bangsa yang sesuai dengan harapan.
Beranjak dari hal tersebut sudah saatnya guru untuk merubah
paradigma mengajar yang masih bersifat teacher centered menjadi student
centered yang bermakna. Hal ini dikarenakan kemampuan berpikir kritis
adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa mengevaluasi
bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari bahasa orang lain.

710
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu melakukan tindakan karena


pendidik yang profesional adalah yang dapat memahami tugas dan
mengaitkan pembelajaran dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari
di lingkungan terdekat siswa sebagai contoh konkret. Guru diharapkan
memilih model pembelajaran yang tepat dengan memperhatikan beberapa
faktor seperti keadaan siswa, materi pembelajaran yang akan dibahas, dan
mampu merubah suasana kelas dalam proses pembelajaran untuk
merangsang siswa menjadi aktif, kreatif, interaktif, dan berbobot untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu model yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran terpusat
melalui memunculkan masalah-masalah yang relevan pada saat proses
pembelajaran. Terpusat karena berisi skenario, tema, unit yang menerapkan
kembali pada pembelajaran yang diinginkan. Tujuan dalam proses
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran ini adalah kemampuan
siswa dalam menyelesaikan masalah, menguraikan masalah, dan merevisinya
ketika melakukan presentasi sehingga akan menambah informasi sesuai
kompetensinnya. Salah satu metode yang banyak diadopsi dan banyak
digunakan oleh guru untuk menunjang pendekatan pembelajaran learned
centered (student centered) dan yang dapat memberdayakan peserta didik dalam
proses pembelajaran adalah dengan model Problem Based Learning (M. Taufik
Amir, 2013, hlm. 12).
Problem Based Learning (PBL) memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengungkapkan gagasan atau pendapatnya secara eksplisit, memberi
pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan
gagasan tentang suatu fenomena. Model Problem Based Learning yaitu
pengembangan kurikulum yang pelaksanaan pembelajarannya setiap siswa
ditempatkan dalam posisi yang memiliki hak peranan aktif dalam
menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi sehingga banyak
memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang
dimiliki. Sejalan dengan pendapat Duch dalam Shoimin (2014, hlm. 130)
menyatakan bahwa “Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis
masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan
nyata sebagai konteks untuk para pserta didik belajar berpikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan”. Apalagi
jika model PBL tersebut diterapkan dalam Materi Pokok Indahnya
Kebersamaan dalam Shalat Berjamaah selain sangat memungkinkan untuk
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, model

711
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

ini juga menantang siswa agar belajar mengumpulkan informasi secara


individu mapun bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi
masalah yang nyata, dengan demikian pemahaman siswa di dalam kelas
dapat diaplikasikan secara langsung di lapangan dimana siswa karena materi
pokok tersebut erat kaitannya dengan lingkungan terdekat siswa.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa pembelajaran
Problem Based Learning dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh
siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang
apa yang telah diketahui melalui pemikiran atau pengalamannya dan apa
yang perlu diketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Melalui model
Problem Based Learning, siswa dapat mempelajari materi dengan baik dan
termotivasi dalam pembelajaran sehingga proses belajar akan lebih efektif dan
bermakna. Dengan adanya latar belakang masalah yang telah diuraikan maka
peneliti mengambil judul ”Meningkatkan Hasil Pembelajaran Shalat
Berjamaah Melalui Model Problem Based Learning Dikelas VII SMPN 9
Amuntai”

METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan (action
reseach), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab
menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan
bagaimana hasil yang di inginkan dapat dicapai.
Dalam penelitian tindakan ini guru sebagai peneliti, penanggung jawab
penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian
ini adalah meningkatkan hasil belajar di kelas dimana guru secara penuh
terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi. Dalam penelitian ini peneliti mengajak seorang teman sejawat di
sekolah dalam melakukan evaluasi akhir pembelajaran guna menjaga
kevalidan data serta sebagai sharing communication. Kehadiran peneliti
sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga Peserta didik tidak tahu kalau diteliti.dengan cara ini diharapkan
didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang
diperlukan.

712
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas menurut Suharsimi Arikunto


(2008: 16)
Tempat penelitian ditetapkan dikelas VII SMP NEGERI 9 AMUNTAI
Kecamatan Amuntai Tengah. Penelitian ini dilakukan pada semester 1 tahun
ajaran 2021/2022. Peserta didik kelas VII terdiri dari 20 orang, 8 orang Peserta
didik laki-laki dan 12 orang Peserta didik perempuan. Penelitian dilakukan
ditempat tersebut karena terdapat permasalahan dalam pembelajaran yaitu
pada materi Shalat berjamaah. Dimana dibawah 50% Peserta didik kelas VII
tidak mampu menyelesaikan soal dengan baik, sehingga nilai yang diperoleh
tidak mencapai KKM yang diharapkan yaitu 70.
Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini yaitu :
Keaktifan dalam belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan
dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Keaktifan siswa dalam belajar komputer tampak dalam kegiatan :
memperhatikan pelajaran (visual activities), berdiskusi (oral activities),
mendengarkan materi yang disampaikan (listening activities), mencatat materi
(writing activities), menggambar (drawing activities), melakukan praktik
menggunakan internet (motor activities), menanggapi masalah masalah (mental
activities), sikap selama pelajaran (mental activities), dan juga emosi selama
pelajaran berlangsung (emosional activities).
Faktor hasil belajar Peserta didik dengan melihat hasil evaluasi belajar
Peserta didik di akhir pembelajaran.
Teknik Pengumpulan Data Dokumentasi, dari asal katanya dokumen,
yang artinya barang – barang tertulis. Di dalam melaksanakan model
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda – benda tertulis seperti buku – buku,
majalah, dokumen, peraturan – peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya.2 Model Tes yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan
jawaban – jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau secara lisan atau
secara perbuatan. Model Observasi sebagai alat pengumpul data banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya
suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan.5
Teknik Analisis Data menggunakan data peserta didik yaitu data
perencanaan, data pelaksanaan, data pengamatan, dan data refleksi. Untuk

713
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

menjawab permasalahan dalam penelitian ini maka dapat dilakukan dengan


cara sebagai berikut :
Untuk menghitung nilai rata – rata
Menghitung nilai rata – rata digunakan rumus :
Rata-rata nilai = Nilai seluruh kelas
Jumlah Siswa
Menghitung Ketuntasan Belajar
Daya Serap perorangan Seorang peserta didik dikatakan tuntas
belajar apabila mencapai skor minimal 70 % atau mendapat nilai
minimal 70.
Dengan perhitungan ketuntasan belajar Individu :
Jumlah yang diperoleh tiap peserta didik x 100%
Nilai maksimal
Daya Serap Klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika kelas tersebut telah
mencapai minimal 85% peserta didik yang mendapat nilai 70 atau
lebih.
Dengan perhitungan ketuntasan belajar klasikal :
Jumlah peserta didik yang tuntas belajar x 100%
Jumlah seluruh peserta didik
Indikator Keberhasilan
Terjadinya Peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi shalat
berjamaah melalui model problem based learning. Dikatakan meningkat jika
nilai rata-rata yang diperoleh > 70 dan peserta didik yang mendapat >70
minimal 85% dari jumlah keseluruhan

HASIL PENELITIAN
Pada pembahasan ini akan diuraikan hasil pembelajaran pada pra siklus
atau sebelum perbaikan dan setelah perbaikan yaitu pada siklus I dan siklus II.
Pra siklus
Pra siklus dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2021 Berdasarkan data
hasil nilai yang diperoleh siswa pada tes formatif sebelum perbaikan yaitu
siswa yang mendapat nilai 70 hanya 5 siswa yang dinyatakan lulus KKM.

Grafik Hasil Tes Formatif


Pra Siklus
1 1 13 3 1 1
20
0
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
Series 1

Berdasarkan dari hasil data nilai tes formatif sebelum perbaikan pada

714
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

tabel di atas dapat dikatakan bahwa penulis belum berhasil dalam


pembelajaran. Mengingat hanya 25% atau 4 siswa dari jumlah siswa 20 yang
dapat dinyatakan tuntas. Sedangkan 75% atau 15 siswa dari 20 siswa tidak
tuntas. Sehingga penulis berupaya memperbaiki proses pembelajaran yang
lebih baik pada siklus I dengan membuat dan menyusun rencana perbaikan
pembelajaran yang lebih sempurna.
Pelaksanaan Siklus I
Pada tahap ini penulis melakukan 4 tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hal ini dilakukan guna memperoleh
hasil belajar yang lebih baik dari sebelum dilakukan perbaikan.
Perencanaan
setelah melaksanakan pembelajaran dan menganalisa masalah maka
hasil yang diperoleh melalui model problem based learning mampu mengatasi
proses perbaikan pembelajaran dalam siklus I.
Pelaksanaan
Penulis dapat menyajikan data yang diperoleh dari pelaksanaan
pembelajaran Siklus I pada tanggal 12 Agustus 2021. Hasil yang diperoleh
pada pelaksanaan siklus I dengan memfokuskan pada model problem based
learning dan penugasan.
Analisa Data Siklus I
Dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai 50-59 sebanyak 1
siswa, yang mendapat nilai 60-69 sebanyak 7 siswa, yang mendapat nilai 70-79
sebanyak 9, dan yang mendapat nilai 80-89 sebanyak 2 siswa, dan yang
mendapat nilai 90-100 sebanyak 1 siswa.

Grafik Hasil Tes Formatif


Siklus I
10 9
7

5
2
1 1
0
0
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100

Series 1

Berdasarkan hasil data nilai tes formatif setelah diadakan perbaikan


(siklus 1) dapat dikatakan bahwa ada peningkatan dalam hasil pembelajaran.
Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya hasil tes formatif, yang semula
ketuntasannya hanya 4 siswa (25%) menjadi 12 siswa (60%).
Pengamatan
Pengamatan proses pembelajaran yang difokuskan pada kegiatan
guru pada saat melaksanakan proses belajar rmengajar serta kegiatan selama

715
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

mengikuti proses belajar mengajar.


Refleksi
Pada tahap refleksi ini dilaksanakan dengan cara melakukan
konsultasi dengan pengamat dan Kepala Sekolah dan untuk mencatat semua
temuan yang muncul pada pembelajaran Siklus I, baik itu kekurangan atau
kelebihan. Peneliti lebih menitikberatkan pada model pembelajaran melalui
model problem based learning
Adapun kelebihan pada Siklus I adalah sebagai berikut:
Melalui pendekatan model problem based learning dapat meningkatkan
minat siswa dalam mengikuti pelajaran.
Keaktifan siswa meningkat.
Proses pembelajaran lebih variatif.
Adapun kekurangan pada Siklus I adalah sebagai berikut:
1) Sebagian siswa jenuh dengan pelaksanaan praktikum
2) Guru menggunakan model belum maksimal sehingga pembelajaran
kurang menarik perhatian siswa.
3) Siswa terlihat merasa takut dalam mengutarakan pertanyaan
Pelaksanaan Siklus II ini penulis melakukan 4 tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hal ini dilakukan guna
memperoleh hasil belajar yang lebih baik dari sebelum dilakukan perbaikan.
Perencanaan
Siklus II berdasarkan dan hasil evaluasi dan analisa pada pembelajaran
Siklus I dengan menitik beratkan pada pusat pembelajaran pada guru.
Merancang kembali skenario atau kegiatan pembelajaran Siklus II dengan
menggunakan media atau alat dalam menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning. Guru mempersiapkan kliping tentang struktur
susunan orang shalat berjamaah. Menyiapkan alat evaluasi
Pelaksanaan
Penulis dapat menyajikan data yang diperoleh dari pelaksanaan
pembelajaran Siklus II pada tanggal 19 Agustus 2021. Hasil yang diperoleh
pada pelaksanaan siklus II dengan memfokuskan pada media atau alat
melalui model pembelajaran Problem Based Learning.
Analisa Data Siklus II
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat dalam bentuk diagram sebagai
berikut:

716
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Grafik Hasil Tes Formatif Siklus II


8 7
6
6 5
4
2
2
0 0
0
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100

Tabel 4.9

Berdasarkan dari hasil data nilai tes formatif Siklus II pada grafik di
atas dapat dikatakan bahwa penulis sudah berhasil dalam pembelajaran
meskipun belum secara keseluruhan yang dikatakan tuntas dengan
prosentase 90% dengan jumlah peserta didik 20. Dengan melihat standar
ketuntasan yaitu nilai ketuntasan diatas 70%. Sedangkan 2 peserta didik yang
mendapatkan nilai kurang dari 70 dinyatakan tidak tuntas dan perlu
dilaksanakan tindak lanjut berupa pemberian tugas.
Pengamatan
Dalam Siklus II adalah peserta didik aktif dalam mengikuti
pembelajaran serta dalam melaksanakan diskusi pada kerja kelompok.
Ternyata melalui pendekatan model problem based learning dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik telah sesuai dengan rencana yang
telah diharapkan.
Refleksi
Siklus II terlihat peserta didik sudah sesuai dengan skenario yang
direncanakan. Beberapa hal yang ditemukan pada tahap ini sangat memuaskan
karena peningkatan keaktifan peserta didik dan lebih percaya diri dalam
mengutarakan pertanyaan dan pendapat. Dan guru sudah mengoptimalkan
penyampaian materi . Proses pembelajaran siklus ke II dinilai baik karena sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Adapun kelebihan Siklus II adalah sebagai berikut, Kegiatan pembelajaran
lebih variatif. Penggunaan model dan metode pembelajaran tepat. Peserta didik
memiliki tingkat pemahaman lebih tinggi. Peningkatan perolehan nilai kelas
memuaskan. Adapun kekurangan Siklus II adalah sebagai berikut, guru
kesulitan untuk fokus membagi perhatian pada kelompok belajar. Peserta
didik masih ada terlihat jenuh terhadap materi pembelajaran. Analisa Data
dan Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Siklus I
Dari hasil pengolahan data peserta didik sebelum perbaikan atau pra
siklus pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti materi
shalat berjamaah dengan model pembelajaran problem based learning pada

717
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

kelas VII SMPN 9 Amuntai Tahun Pelajaran 2021/2022 Desa Pinangkara


kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara menunjukkan
bahwa dari 20 peserta didik yang mencapai tuntas belajar hanya ada 12
peserta didik atau 60%, berarti ada 8 peserta didik atau 40% peserta didik
yang belum tuntas maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran.
Setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I. Yang semula hanya
ada 5 peserta didik yang nilainya sesuai KKM pada pra siklus, sekarang di
siklus I ada 12 peserta didik yang nilainya sesuai KKM atau diatas KKM.
Peningkatan hasil belajar peserta didik karena peneliti dalam
melaksanakan perbaikan pembelajaran menggunakan metode ini
ditunjukkan prosentase ketuntasan meningkat dari 25% menjadi 60 %.
Siklus II
Berdasarkan pengolahan data dan diskusi dengan pengamat dan
kepala Sekolah serta pembimbing, untuk menuntaskan hasil belajar peserta
didik peneliti mengadakan perbaikan pada siklus II yang hasilnya
menunjukkan peningkatan lebih baik lagi, pada perbaikan siklus I dari 20
peserta didik yang mendapat nilai ≥ 70 keatas yang semulanya 12 peserta
didik atau 60% dan pada siklus II meningkat menjadi 18 peserta didik atau 90
% mencapai tingkat ketuntasan.
Dari peningkatan hasil belajar peserta didik yang lebih baik pada
siklus II ini dikarenakan dalam kegiatan proses perbaikan pembelajaran
menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran yang
menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi pembelajaran.
Selain itu perbaikan juga dilakukan pada metode pengajaran selain
metode demonstrasi, seperti ceramah, penugasan, tanya jawab supaya proses
pembelajaran tidak monoton dan kelas yang dihadapi menjadikan suasana
hidup.
Analisa Data Akhir
Berdasarkan analisa data di atas, dapat disimpulkan bahwa
peningkatan hasil belajar peserta didik tersebut karena peneliti dalam
melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan
model problem based learning dalam pembelajaran, dengan menggunakan
model ini ketuntasan hasil belajar peserta didik yang ditunjukkan dengan
prosentase ketuntasan meningkat dari 25% menjadi 60 %.
Berdasarkan pengolahan data dan diskusi dengan pengamat dan kepala
Sekolah serta pembimbing, untuk menuntaskan hasil belajar peserta didik
peneliti mengadakan perbaikan pada siklus II yang hasilnya menunjukkan
peningkatan lebih baik lagi, pada perbaikan siklus I dari 20 peserta didik
yang mendapat nilai ≥ 70 keatas yang semulanya 12 peserta didik atau 60%
dan padasiklus II meningkat menjadi 18 peserta didik atau 90% mencapai

718
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

tingkat ketuntasan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, model problem based learning dengan
berbagai bentuknya dapat membantu peserta didik untuk lebih mudah belajar
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti khususnya untuk
materi yang berkaitan pembahasan shalat berjamaah. Hal ini terbukti dengan
pemahaman dan praktek shalat berjamaah semakin baik. Bahkan proses
kegiatan belajar peserta didik dapat lebih meningkat dan lebih efisien.
Penggunaan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik kelas VII SMPN 9 Amuntai Tahun Pelajaran 2021/2022, hal ini
terbukti Hasil tes formatif yang diperoleh peserta didik SMPN 9 Amuntai kelas
VII mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan materi
pokok shalat berjamaah bahwa, pada Pra Siklus dari 20 peserta didik hanya ada
5 peserta didik (25%) saja yang tuntas. Kemudian penulis melakukan perbaikan
pembelajaran Siklus I dan hasilnya 12 peserta didik atau 60% yang sudah
memenuhi KKM dengan kata lain masih ada 8 peserta didik yang belum tuntas,
untuk itu peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran lagi dengan
mengadakan Siklus II. Pada siklus II ini hasil tes formatif peserta didik kelas VII
meningkat menjadi 18 peserta didik atau 90% yang memenuhi KKM.
Sedangkan 2 peserta didik yang mendapatkan nilai kurang dari 70 dinyatakan
tidak tuntas dan perlu dilaksanakan tindak lanjut berupa pemberian tugas.

DAFTAR PUSTAKA
Amir. M. Taufiq. (2013). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning:
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Djamarah dan Aswan Zain. (2014). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cpita.
Fathurrohman, Pupuh dan Suryana, Aa. (2012). Guru Profesional. Bandung: PT
Refika Aditama.
Sa’ud, Udin Syaefudin. (2011). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Shoimin, Aris. (2014). Model Pembelajaran Inovatif dalam kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Pasal 1 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
. (2003). Undang-Undang Nomor 24 Pasal 1 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Surawan. 2020. Dinamika Dalam Belajar : Sebuah Kajian Psikologi Penelitian.
Yogyakarta : K-Media.

719

Anda mungkin juga menyukai