Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya
Ahdi Yanie
Email ahdi.excel@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan akhir dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti adalah untuk menumbuhkembangkan keagamaan melalui pemberian,
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Shalat Berjamaah
sehingga menjadi manusia muslim yang harus berkembang keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah SWT. Penelitian ini berdasarkan rumusan
permasalahan 1) Bagaimanakah penggunaan model problem based learning
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti?, 2) Apakah
penggunaan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar
pada materi shalat berjamaah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti? Penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus dilaksanakan
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik atau alat untuk
pemantauan atau evaluasi adalah observasi dan tes. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa 1) Setelah menjelaskan materi shalat berjamaah, guru
mendemonstrasikan atau memperagakan tata cara shalat berjamaah di depan
kelas, peserta didik memperhatikan, kemudian peserta didik diminta untuk
menirukan. Setelah paham, peserta didik mempraktekkan shalat berjamaah. 2)
Penggunaan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik kelas VII SMPN 9 Amuntai Tahun Pelajaran 2021/2022
Kata kunci : Model Problem Based Learning (PBL), motivasi, meningkatkan
hasil belajar, model
PENDAHULUAN
Keberhasilan pendidikan sebagian besar di cita-citakan dan di
prioritaskan oleh suatu bangsa termasuk Indonesia. Berbagai upaya dilakukan
oleh pemerintah, para akademis, praktisi pada bidang pendidikan serta telah
dilakukan penambaham anggaran untuk berbagai program pengembangan
inovasi pendidikan. Pendidikan itu sendiri adalah pengetahuan keterampilan
yang dilalui dengan tahapan-tahapan tertentu sedagkan menurut UU
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1, yaitu sebagai berikut:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
708
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman” .
Dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”. Dengan mengetahui kedudukan penting guru di
dalam pendidikan perlu adanya kemampuan guru dalam merencanakan dan
mengatur pelaksaan pembelajaran, menurut Djamarah (2014: 5) Salah satu
upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa adalah dengan
menggunakan strategi dalam pembelajaran yang dapat memecahkan masalah.
Sebagaimana yang dijelaskan Fathurrohman Pupuh dan Suryana Aa
(2012:16) “UU Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8, secara eksplisit
menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Namun pada kenyataannya
hingga saat ini tidak semua guru optimal dalam menjunjung tinggi empat
kompetensi tersebut padahal sebagai guru profesinal seharusnya empat
kompetensi tersebut harus sudah dikuasai, kesenjangan ini terlihat dari saat
peneliti melaksanakan pembelajaran di SMPN 9 Amuntai masih ada sebagian
guru yang menggunakan paradigma lama atau masih konvensional sehingga
masih dijumpai di lapangan terdapat kesenjangan dalam pelaksanaannya,
antara apa yang diharapkan kurikulum dengan pusat pembelajaran, yaitu
siswa. Guru memberi penjelasan mengenai materi sejelas-jelasnya dengan
harapan siswa dapat memahami materi yang disampaikan (siswa dapat
menghapal semua materi) sesuai dengan semua redaksi yang ada di buku
referensi. Dengan melihat pelaksanaan ajar guru yang masih konvensional itu
tentu pembelajaran hanya berpusat pada penyampaiannya gurunya saja atau
bisa dibilang sumber belajar hanya terdapat di guru dengan metode ceramah,
siswa hanya menerima dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh
gurunya saja. Hal itu membuat siswa menjadi kurang aktif berperan di dalam
kegiatan pembelajaran. Siswa hanyalah subjek pembelajaran bukanlah objek
pembelajaran sehingga proses pembelajaran yang terjadi hanyalah satu arah
saja. Sedangkan pembelajaran hendaknya ditujukan untuk memupuk minat
dan pengembangan siswa yang sesuai dengan kehidupan siswa itu sendiri.
709
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya
710
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya
711
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan (action
reseach), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab
menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan
bagaimana hasil yang di inginkan dapat dicapai.
Dalam penelitian tindakan ini guru sebagai peneliti, penanggung jawab
penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian
ini adalah meningkatkan hasil belajar di kelas dimana guru secara penuh
terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi. Dalam penelitian ini peneliti mengajak seorang teman sejawat di
sekolah dalam melakukan evaluasi akhir pembelajaran guna menjaga
kevalidan data serta sebagai sharing communication. Kehadiran peneliti
sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga Peserta didik tidak tahu kalau diteliti.dengan cara ini diharapkan
didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang
diperlukan.
712
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya
713
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya
HASIL PENELITIAN
Pada pembahasan ini akan diuraikan hasil pembelajaran pada pra siklus
atau sebelum perbaikan dan setelah perbaikan yaitu pada siklus I dan siklus II.
Pra siklus
Pra siklus dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2021 Berdasarkan data
hasil nilai yang diperoleh siswa pada tes formatif sebelum perbaikan yaitu
siswa yang mendapat nilai 70 hanya 5 siswa yang dinyatakan lulus KKM.
Berdasarkan dari hasil data nilai tes formatif sebelum perbaikan pada
714
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya
5
2
1 1
0
0
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
Series 1
715
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya
716
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya
Tabel 4.9
Berdasarkan dari hasil data nilai tes formatif Siklus II pada grafik di
atas dapat dikatakan bahwa penulis sudah berhasil dalam pembelajaran
meskipun belum secara keseluruhan yang dikatakan tuntas dengan
prosentase 90% dengan jumlah peserta didik 20. Dengan melihat standar
ketuntasan yaitu nilai ketuntasan diatas 70%. Sedangkan 2 peserta didik yang
mendapatkan nilai kurang dari 70 dinyatakan tidak tuntas dan perlu
dilaksanakan tindak lanjut berupa pemberian tugas.
Pengamatan
Dalam Siklus II adalah peserta didik aktif dalam mengikuti
pembelajaran serta dalam melaksanakan diskusi pada kerja kelompok.
Ternyata melalui pendekatan model problem based learning dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik telah sesuai dengan rencana yang
telah diharapkan.
Refleksi
Siklus II terlihat peserta didik sudah sesuai dengan skenario yang
direncanakan. Beberapa hal yang ditemukan pada tahap ini sangat memuaskan
karena peningkatan keaktifan peserta didik dan lebih percaya diri dalam
mengutarakan pertanyaan dan pendapat. Dan guru sudah mengoptimalkan
penyampaian materi . Proses pembelajaran siklus ke II dinilai baik karena sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Adapun kelebihan Siklus II adalah sebagai berikut, Kegiatan pembelajaran
lebih variatif. Penggunaan model dan metode pembelajaran tepat. Peserta didik
memiliki tingkat pemahaman lebih tinggi. Peningkatan perolehan nilai kelas
memuaskan. Adapun kekurangan Siklus II adalah sebagai berikut, guru
kesulitan untuk fokus membagi perhatian pada kelompok belajar. Peserta
didik masih ada terlihat jenuh terhadap materi pembelajaran. Analisa Data
dan Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Siklus I
Dari hasil pengolahan data peserta didik sebelum perbaikan atau pra
siklus pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti materi
shalat berjamaah dengan model pembelajaran problem based learning pada
717
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya
718
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya
tingkat ketuntasan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, model problem based learning dengan
berbagai bentuknya dapat membantu peserta didik untuk lebih mudah belajar
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti khususnya untuk
materi yang berkaitan pembahasan shalat berjamaah. Hal ini terbukti dengan
pemahaman dan praktek shalat berjamaah semakin baik. Bahkan proses
kegiatan belajar peserta didik dapat lebih meningkat dan lebih efisien.
Penggunaan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik kelas VII SMPN 9 Amuntai Tahun Pelajaran 2021/2022, hal ini
terbukti Hasil tes formatif yang diperoleh peserta didik SMPN 9 Amuntai kelas
VII mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan materi
pokok shalat berjamaah bahwa, pada Pra Siklus dari 20 peserta didik hanya ada
5 peserta didik (25%) saja yang tuntas. Kemudian penulis melakukan perbaikan
pembelajaran Siklus I dan hasilnya 12 peserta didik atau 60% yang sudah
memenuhi KKM dengan kata lain masih ada 8 peserta didik yang belum tuntas,
untuk itu peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran lagi dengan
mengadakan Siklus II. Pada siklus II ini hasil tes formatif peserta didik kelas VII
meningkat menjadi 18 peserta didik atau 90% yang memenuhi KKM.
Sedangkan 2 peserta didik yang mendapatkan nilai kurang dari 70 dinyatakan
tidak tuntas dan perlu dilaksanakan tindak lanjut berupa pemberian tugas.
DAFTAR PUSTAKA
Amir. M. Taufiq. (2013). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning:
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Djamarah dan Aswan Zain. (2014). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cpita.
Fathurrohman, Pupuh dan Suryana, Aa. (2012). Guru Profesional. Bandung: PT
Refika Aditama.
Sa’ud, Udin Syaefudin. (2011). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Shoimin, Aris. (2014). Model Pembelajaran Inovatif dalam kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Pasal 1 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
. (2003). Undang-Undang Nomor 24 Pasal 1 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Surawan. 2020. Dinamika Dalam Belajar : Sebuah Kajian Psikologi Penelitian.
Yogyakarta : K-Media.
719