Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses

pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan

berpikirnya. Implikasinya pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah masih

jauh dari harapan. Guru-guru masih menerapkan metode mengajar secara

tradisional, yang berorientasi pada pengukuran kognitif siswa saja. Sedangkan

dalam paradigma belajar konstruktivisme pembelajaran harus dapat mengukur

tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk mencapai tiga

pengukuran hasil belajar tersebut, kegiatan belajar di kelas tidak cukup hanya

menerapkan metode ceramah saja atau metode pembelajaran tutur dan kapur (talk

and chalk). Akibatnya akan menimbulkan kekurang tertarikan siswa terhadap

mata pelajaran dan mengurangi semangat peserta didik mengikuti kegiatan

pembelajaran. siswa yang sebelumnya tidak menyukai mata pelajaran tertentu

akan menjadi kurang termotivasi. Oleh karena itu, guru harus kreatif membuat

strategi mengajar yang dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dan

menyenangkan.1

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2 Tujuan pendidikan yaitu untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang

1
Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), hlm. 41.
2
Piet A. Sahetian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan
Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 1.
2

berkulitas tersebut salah satunya di peroleh melalui proses pembelajaran di

sekolah. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai

edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa. Interaksi yang

bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum

pengajaran dilakukan.3

Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan

penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan

oleh faktor guru. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin

kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan dapat

tercapai sebuah tujuan.4 Para guru tentunya menginginkan kelas dimana siswa-

siswanya mempunyai motivasi intrinsik yaitu motivasi dari dalam jiwa, tetapi

pada kenyataannya seringkali tidak demikian, karena itu guru harus menghadapi

tantangan untuk membangkitkan motivasi siswa, membangkitkan minatnya,

menarik dan mempertahankan perhatiannya, mengusahakan agar siswa mau

mempelajari materi-materi yang diberikan.5

Proses belajar yang diselenggarakan secara formal disekolah-sekolah,

tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara

terencana, baik dalam aspek pola pikir, pengetahuan, keterampilan, maupun sikap

dan mentalitas. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi

3
Syaiful Bhari Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 1.
4
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Pers, 2012),
hlm. 75.
5
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Menpengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
hlm. 173.
3

oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri atas siswa, guru, petugas

perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, majalah ,

rekaman video atau audio, dan sejenisnya), dan berbagai sumber belajar dan

fasilitas (proyektor overhead, perekam pita audio dan video, radio, televisi, dan

lain-lain).6

Untuk itu seorang guru dituntut memiliki kompetensi pedagogik yaitu

memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dalam

penggunaan media pembelajaran.7 Karena bagaimanapun sebagai seorang guru

tentunya harus bisa mengubah siswanya agar memiliki motivasi yang tinggi dalam

dirinya untuk belajar. Sehingga pemanfaatan media sosial dalam suatu

pembelajaran sangatlah penting untuk bagaimana memancing pola pikir siswa

untuk berkembang apalagi dengan kemampuan guru dalam memanfaatkan media

pembelajaran tersebut. Selain itu, dalam pemanfaatan media pembelajaran dengan

mengkombinasikan dengan kinerja guru maka ini sangat penting untuk bagaimana

memotivasi siswa untuk belajar, sehingga yang meyakinkan siswa untuk belajar

dengan baik.

Pada dasarnya kinerja guru dapat diterima sebagai media dalam melakukan

proses pendidikan, termasuk membantu proses belajar mengajar, yang juga

melibatkan pencarian referensi dan sumber informasi. Penyampaian materi

melalui daring dapat bersifat interaktif sehingga peserta belajar mampu

berinteraksi dengan komputer sebagai media belajarnya. Sebagai salah satu

contoh siswa yang menggunakan pembelajaran media elektronik atau menjalin


6
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 1
7
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada
Press 2010), hlm. 1.
4

hubungan (browsing, chatting, vidiocall) melalui media elektronik, dalam hal ini

komputer dan internet nantinya akan memperoleh hasil belajar yang lebih efektif

dan baik dari pada pembelajaran konvensional. Penggunaan media pembelajaran

dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

efektivitas serta kualitas proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat

meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, sehingga dari kualitas pembelajaran

yang baik mampu menjawab kinerja guru yang sesungguhnya.

Dimana berbicara mengenai kinerja guru tidak terlepas dari pembelajaran,

jika bericara mengenai pembelajaran maka kita akan berbicara mengenai

pendidikan. Namun jika berbicara mengenai pendidikan maka tidak terlepas dari

beberapa persoalan dalam dunia pendidikan. Masalah pendidikan merupakan

masalah yang dinamik, sehingga isu yang selalu muncul (recurrent issues) di

negara-negara maju maupun yang sedang berkembang. Pendidikan

diselenggarakan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai

dengan kebutuhan pembangunan dan pasar kerja. Di samping itu lebih ideal lagi

untuk mencerdaskan bangsa dalam rangka mengangkat derajat dan martabat

mereka sebagai manusia. Dalam bahasa Qur’an disebut sebagai Khaira Ummat

(Manusia utama).8 Dengan demikian berarti pendidikan merupakan aset besar

dalam pembangunan umat, ikut menentukan kualitas muslim manusia termasuk

“hitam putihnya” dinamika ekonomi, politik, ekologi, sosial budaya, dan masalah-

masalah hidup dan kehidupan manusia.9

8
Moh. Tolchah Hasan, Diskursus Islam dan Pendidikan (Sebuah Wacana Kritis),
(Jakarta: Bina Wiraswasta Insan Indonesia, 2000), hlm. 89.
9
Lihat Muhammad Yasin, Rekonstruksi Pendidikan Islam (Alternatif Solusi Di Pentas
Millenium III) dalam Jurnal “Madania” Edisi I No. 4 Juni 1999, STAIN Kediri. hlm. 41.
5

Faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal

adalah guru. Bagi peserta didik, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan

menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur yang sangat

mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur peserta didik dan

fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan

kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar

mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil

pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu

kinerjanya.10

Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung

berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai

ujung tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan

sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin

pada kompetensi guru. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat

tergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Guru merupakan

perencana, pelaksana sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas, maka

peserta didik merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses untuk

mencapai tujuan pendidikan.11

Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan

merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum

yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina siswa. Dalam meraih

mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam
10
Eco Mulyasa.Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya,
2012), hlm. 5.
11
Ibid., hlm. 4-5.
6

melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk

mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik

menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Kenyataan

ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama

memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas

siswa dalam proses pembelajaran.

Guru pada prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi

guna meningkatkan kinerjanya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk berkreasi

sebagai upaya meningkatkan kinerjanya tidak selalu berkembang secara wajar dan

lancar disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang muncul dalam

pribadi guru itu sendiri maupun yang terdapat di luar pribadi guru. Motivasi

kinerja guru pun dipersoalkan ketika memperbicangkan masalah peningkatan

mutu pendidikan. Dalam kaitan ini motivasi kinerja yang nyata adalah kinerja

yang menetapkan standar-standar tertinggi yang harus dicapai oleh seseorang dan

standar yang diterapkan melampaui yang diminta dan diharapkan orang lain.

Dengan demikian Whitmore dalam Hamzah memberikan pendapatnya bahwa

kinerja adalah suatu perbuatan yang diperlihatkan seseorang melalui keterampilan

yang nyata.12

Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas profesionalisme dan motivasi

kinerja guru. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan guru bermutu yang dapat

memberikan perubahan terhadap pendidikan secara berksesinambungan. Isu yang

menjadi perhatian di dunia pendidikan setelah pengesahan Undang-Undang

12
Hamzah dan Nina. Teori Kinerja dan Pengukurannya. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
hlm. 86.
7

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Desember 2005 adalah soal

sertifikasi guru. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang program

pembangunan nasional yang berisi pembentukkan badan akreditasi dan sertifikasi

mengajar di daerah. Tujuan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut sebagai

upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas tenaga kependidikan secara

nasional.13

Selain Undang-Undang tentang guru dan dosen yang membicarakan

tentang pentingnya seseorang selalu berkretif dan berusaha dalam menjalankan

tugas-tugasnya, Islam juga sangat memperhatikan aktifitas kerja, bahkan Islam

lebih sempurna untuk menyuruh seseorang untuk bekerja lebih giat dan pokus

terhadap pekerjaannya sebagaimana firman Allah dalam Q.S. At-Taubah (9) : 105.

       


      
  
Terjemahnya:
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu
kerjakan.14

Sedangkan hadis yang membahas tentang motivasi bekerja adalah sebagai

berikut :

13
Masnur Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hlm. 4.
14
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Mushaf an Rusydi
Cahaya Qur’an, 2006), hlm. 203.
8

Artinya:
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-khathtahab berkata:
aku mendengar Rasulullah bersabda: amalan-amalan itu hanya
tergantung pada niatnya. Dan seorang itu hanya dibalas berdasarkan apa
yang dia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-
Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang
hijrah untuk dunia atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya
kepada apa yang ia niatkan. (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadis, Abu
‘Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin
bardizbah Al Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin
Muslim Al Qusyairi An Naisaburiy dalam kitab Shahih keduanya,
15
dua kitab paling Shahih).

Dari penjelasan ayat serta hadis di atas maka jelas bahwa dalam Islam (Al-

Qur’an dan Al-Hadis) sangat memperhatikan orang yang bekerja bahkan Islam

sangat tegas dalam pekerjaan sehingga seseorang tersebut dengan sungguh-

sungguh ingin berkerja sesuai dengan apa yang telah diberikan pekerjaan tersebut.

Sertifikasi guru merupakan program yang menjanjikan bagi guru. Pemerintah

bermaksud meningkatkan motivasi kinerja guru, juga ingin meningkatkan taraf

hidup guru. Peningkatan mutu kinerja guru ini telah tersebar di seluruh daerah di

Indonesia dengan standar pemberian sertifikat atau sertifikasi.

15
Fadhilatusy Syaikh Al ‘Allamah Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, Syarah Al
Arba’in An-Nawawiyah, Penerjemah oleh Abu Abdillah Al Watesi, (Banyumas: Buana Ilmu
Islami, 2012), hlm. 10.
9

Olehnya itu, guru dituntut bagaimana seorang guru mampu memanfaatkan

media pembelajaran ini sangatlah penting mengingat perkembangan pendidikan

tidak terlepas dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga guru

dituntut mampu memanfaatkan kinerja sebagai guru yang professional dalam

bidangnya mampu juga memanfaatkan media pembelajaran dengan baik.

Mengingat hubungan kinerja guru dengan media pembelajaran memiliki

keterkaitan yang sangat kuat yang harus dimiliki oleh seorang guru yang baik.

Begitu juga yang peneliti temukan di lokasi penelitian bahwa peningkatan

kinerja guru pendidikan agama Islam ditandai dengan adanya kemampuan guru

dalam memanfaatkan media pembelajaran, namun yang terjadi di lokasi penelitian

ternyata kebanyakan kinerja guru tidak memahami media pembelajaran dengan

baik hal ini sangatlah berbeda dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, Penilaian

Kinerja Guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam

rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama

guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan

pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang

dibutuhkan sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16

Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 16

Sekolah sebagai sistem tersusun dari komponen konteks, input, proses, output,

dan outcome. Konteks berpengaruh pada input, input berpengaruh pada proses,

proses berpengaruh pada output, serta output berpengaruh pada outcome. Dalam

sebuah sistem, terbentuk sub-sub sistem yang secara sinergis saling mendukung.
16
Ibid.
10

Salah satu komponen penting yang harus diperhatikan secara terus

menerus dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah guru. Guru dalam

konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini

disebabkan karena guru menjadi “garda terdepan” dalam proses pelaksanaan

pendidikan. Guru adalah sosok yang berhadapan langsung dengan peserta didik

dalam menstransformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidik

putra bangsa dengan nilai – nilai konstruktif. Guru mengemban misi dan tugas

yang berat, sehingga profesi guru dipandang sebagai tugas mulia.

Uraian di atas menunjukkan bahwa guru memegang peranan sentral dan

strategis dalam proses pembelajaran di sekolah. Selagi masih ada proses

pendidikan keberadaan guru sangat dibutuhkan. Hal tersebut sesuai dengan salah

satu filosofi pendidikan yang dikemukakan oleh Proser yang dikutip oleh Slamet,

P.H, yaitu “pendidikan akan efektif apabila para guru berpengalaman dan mampu

mentranmisikan kepada peserta didik.” Dengan demikian kebutuhan guru yang

berkualitas sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya

juga berkaitan dengan program sekolah penggerak.

Program sekolah penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi

Pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat,

mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila. Program

sekolah Penggerak mendorong satuan pendidikan melakukan transformasi diri

untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah dan mengembangkan hasil

belajar peserta didik secara holistik dalam upaya mewujudkan Profil Pelajar

Pancasila. Upaya pengembangan hasil belajar peserta didik secara holistik


11

disatuan pendidikan dapat diwujudkan apabila kepala sekolah dan guru memiliki

kapasitas dan kompetensi yang menjadi kunci dalam melakukan restrukturisasi

dan reformasi pendidikan. Pada Sekolah Penggerak, kapasitas dan kompetensi

tersebut akan ditingkatkan melalui pelatihan dan pendampingan. Program Sekolah

Penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang

mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM

yang unggul (kepala sekolah dan guru). Program Sekolah Penggerak merupakan

penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. Program Sekolah

Penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah

untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program dilakukan bertahap dan terintegrasi

dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indonesia menjadi program sekolah

penggerak.

Program sekolah penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi

Pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat,

mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila. Program

sekolah penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara

holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali

dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru). Program sekolah penggerak

merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. Program

sekolah penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluruh kondisi

sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program dilakukan bertahap dan

terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indonesia menjadi

program sekolah penggerak. Berdasarkan penjelasan yang dikemukan di atas


12

maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian berkaitannya dengan

masalah di atas dengan mengangkat judul: “Pemanfaatan Media Pembelajaan

Terhadap Kinerja Guru PAI pada Sekolah Penggerak SDN 198 dan SDN 295

Maluku Tengah

B. Rumusan Masalah

Melalui latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam

permasalahan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemanfaatan media pembelajaran terhadap kinerja guru PAI

pada sekolah penggerak SDN 198 dan SDN 295 Maluku Tengah?

2. Factor pendukung dan penghambat pemanfaatan media pembelajaran

terhadap kinerja guru PAI pada sekolah penggerak SDN 198 dan SDN 295

Maluku Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dalam rumusan masalah di atas, maka

penelitian ini bertujuan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pemanfaatan media pembelajaran terhadap kinerja guru

PAI pada sekolah penggerak SDN 198 dan SDN 295 Maluku Tengah.

2. Untuk mengetahui factor pendukung dan penghambat pemanfaatan media

pembelajaran terhadap kinerja guru PAI pada sekolah penggerak SDN 198

dan SDN 295 Maluku Tengah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pembaca

yaitu sebagai berikut:


13

1. Manfaat ilmiah

a) Untuk digunakan sebagai dasar memecahkan masalah yang timbul

yang berhubungan dengan pemanfaatan media pembelajaran terhadap

kinerja guru PAI sekolah penggerak di SDN 198 dan SDN 295 Maluku

Tengah.

b) Memberikan bahan masukan dan bahan pertimbangan kepada instansi

terkait dalam pengambilan kebijakan selanjutnya.

2. Manfaat praktis

Sebagai bahan acuan bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut,

dalam tahap hal yang sama.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran dan membatasi

masalah yang akan diteliti, maka perlu ditegaskan istilah-istilah yaitu sebagai

berikut:

1. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu

siswa melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses yang

terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus

dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan

oleh guru sebagai pemberi pelajaran.

2. Kata media sering kita dengar dan kita ucapkan, akan tetapi pemahaman

masing-masing orang tentang media terkadang berbeda-berbeda. Kata media

berasal dari bahasa latin yakni medius yang secara harfiahnya berarti “tengah”,

pengantar atau perantara. Dalam bahasa Arab media disebut wasail bentuk
14

jamak dari wasilah yang artinya juga “tengah”.17 Secara umum media

merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti perantara atau pengantar.

Dengan demikian, media merupakan alat bantu apa saja yang dapat dijadikan

sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.18 Media mengajar

merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk

mendorong siswa belajar. Bentuk perangsang di sini dapat berupa media

audio, visual, maupun media audio visual. Seperti papan, bagan, gambar, film,

televisi, LCD dan internet.

3. Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok dalam

melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya sesuai

standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam rangka

mencapai tujuan organisasi.

17
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru, hlm.6.
18
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 121.

Anda mungkin juga menyukai