BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses
tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk mencapai tiga
pengukuran hasil belajar tersebut, kegiatan belajar di kelas tidak cukup hanya
menerapkan metode ceramah saja atau metode pembelajaran tutur dan kapur (talk
akan menjadi kurang termotivasi. Oleh karena itu, guru harus kreatif membuat
strategi mengajar yang dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dan
menyenangkan.1
1
Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), hlm. 41.
2
Piet A. Sahetian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan
Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 1.
2
sekolah. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai
edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa. Interaksi yang
pengajaran dilakukan.3
penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan
oleh faktor guru. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
tercapai sebuah tujuan.4 Para guru tentunya menginginkan kelas dimana siswa-
siswanya mempunyai motivasi intrinsik yaitu motivasi dari dalam jiwa, tetapi
pada kenyataannya seringkali tidak demikian, karena itu guru harus menghadapi
tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara
terencana, baik dalam aspek pola pikir, pengetahuan, keterampilan, maupun sikap
dan mentalitas. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi
3
Syaiful Bhari Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 1.
4
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Pers, 2012),
hlm. 75.
5
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Menpengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
hlm. 173.
3
oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri atas siswa, guru, petugas
perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, majalah ,
rekaman video atau audio, dan sejenisnya), dan berbagai sumber belajar dan
fasilitas (proyektor overhead, perekam pita audio dan video, radio, televisi, dan
lain-lain).6
tentunya harus bisa mengubah siswanya agar memiliki motivasi yang tinggi dalam
mengkombinasikan dengan kinerja guru maka ini sangat penting untuk bagaimana
memotivasi siswa untuk belajar, sehingga yang meyakinkan siswa untuk belajar
dengan baik.
Pada dasarnya kinerja guru dapat diterima sebagai media dalam melakukan
hubungan (browsing, chatting, vidiocall) melalui media elektronik, dalam hal ini
komputer dan internet nantinya akan memperoleh hasil belajar yang lebih efektif
dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
pendidikan. Namun jika berbicara mengenai pendidikan maka tidak terlepas dari
masalah yang dinamik, sehingga isu yang selalu muncul (recurrent issues) di
dengan kebutuhan pembangunan dan pasar kerja. Di samping itu lebih ideal lagi
mereka sebagai manusia. Dalam bahasa Qur’an disebut sebagai Khaira Ummat
“hitam putihnya” dinamika ekonomi, politik, ekologi, sosial budaya, dan masalah-
8
Moh. Tolchah Hasan, Diskursus Islam dan Pendidikan (Sebuah Wacana Kritis),
(Jakarta: Bina Wiraswasta Insan Indonesia, 2000), hlm. 89.
9
Lihat Muhammad Yasin, Rekonstruksi Pendidikan Islam (Alternatif Solusi Di Pentas
Millenium III) dalam Jurnal “Madania” Edisi I No. 4 Juni 1999, STAIN Kediri. hlm. 41.
5
Faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal
adalah guru. Bagi peserta didik, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan
menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur yang sangat
mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil
kinerjanya.10
ujung tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan
tergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Guru merupakan
peserta didik merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses untuk
yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina siswa. Dalam meraih
mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam
10
Eco Mulyasa.Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya,
2012), hlm. 5.
11
Ibid., hlm. 4-5.
6
menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Kenyataan
Guru pada prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi
guna meningkatkan kinerjanya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk berkreasi
sebagai upaya meningkatkan kinerjanya tidak selalu berkembang secara wajar dan
lancar disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang muncul dalam
pribadi guru itu sendiri maupun yang terdapat di luar pribadi guru. Motivasi
mutu pendidikan. Dalam kaitan ini motivasi kinerja yang nyata adalah kinerja
yang menetapkan standar-standar tertinggi yang harus dicapai oleh seseorang dan
standar yang diterapkan melampaui yang diminta dan diharapkan orang lain.
yang nyata.12
kinerja guru. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan guru bermutu yang dapat
12
Hamzah dan Nina. Teori Kinerja dan Pengukurannya. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
hlm. 86.
7
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Desember 2005 adalah soal
nasional.13
lebih sempurna untuk menyuruh seseorang untuk bekerja lebih giat dan pokus
terhadap pekerjaannya sebagaimana firman Allah dalam Q.S. At-Taubah (9) : 105.
berikut :
13
Masnur Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hlm. 4.
14
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Mushaf an Rusydi
Cahaya Qur’an, 2006), hlm. 203.
8
Artinya:
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-khathtahab berkata:
aku mendengar Rasulullah bersabda: amalan-amalan itu hanya
tergantung pada niatnya. Dan seorang itu hanya dibalas berdasarkan apa
yang dia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-
Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang
hijrah untuk dunia atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya
kepada apa yang ia niatkan. (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadis, Abu
‘Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin
bardizbah Al Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin
Muslim Al Qusyairi An Naisaburiy dalam kitab Shahih keduanya,
15
dua kitab paling Shahih).
Dari penjelasan ayat serta hadis di atas maka jelas bahwa dalam Islam (Al-
Qur’an dan Al-Hadis) sangat memperhatikan orang yang bekerja bahkan Islam
sungguh ingin berkerja sesuai dengan apa yang telah diberikan pekerjaan tersebut.
hidup guru. Peningkatan mutu kinerja guru ini telah tersebar di seluruh daerah di
15
Fadhilatusy Syaikh Al ‘Allamah Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, Syarah Al
Arba’in An-Nawawiyah, Penerjemah oleh Abu Abdillah Al Watesi, (Banyumas: Buana Ilmu
Islami, 2012), hlm. 10.
9
tidak terlepas dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga guru
keterkaitan yang sangat kuat yang harus dimiliki oleh seorang guru yang baik.
kinerja guru pendidikan agama Islam ditandai dengan adanya kemampuan guru
baik hal ini sangatlah berbeda dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Kinerja Guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam
guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan
Sekolah sebagai sistem tersusun dari komponen konteks, input, proses, output,
dan outcome. Konteks berpengaruh pada input, input berpengaruh pada proses,
proses berpengaruh pada output, serta output berpengaruh pada outcome. Dalam
sebuah sistem, terbentuk sub-sub sistem yang secara sinergis saling mendukung.
16
Ibid.
10
konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini
pendidikan. Guru adalah sosok yang berhadapan langsung dengan peserta didik
putra bangsa dengan nilai – nilai konstruktif. Guru mengemban misi dan tugas
pendidikan keberadaan guru sangat dibutuhkan. Hal tersebut sesuai dengan salah
satu filosofi pendidikan yang dikemukakan oleh Proser yang dikutip oleh Slamet,
P.H, yaitu “pendidikan akan efektif apabila para guru berpengalaman dan mampu
belajar peserta didik secara holistik dalam upaya mewujudkan Profil Pelajar
disatuan pendidikan dapat diwujudkan apabila kepala sekolah dan guru memiliki
Penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang
mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM
yang unggul (kepala sekolah dan guru). Program Sekolah Penggerak merupakan
untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program dilakukan bertahap dan terintegrasi
penggerak.
holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali
dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru). Program sekolah penggerak
sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program dilakukan bertahap dan
Terhadap Kinerja Guru PAI pada Sekolah Penggerak SDN 198 dan SDN 295
Maluku Tengah
B. Rumusan Masalah
Melalui latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
pada sekolah penggerak SDN 198 dan SDN 295 Maluku Tengah?
terhadap kinerja guru PAI pada sekolah penggerak SDN 198 dan SDN 295
Maluku Tengah?
C. Tujuan Penelitian
PAI pada sekolah penggerak SDN 198 dan SDN 295 Maluku Tengah.
pembelajaran terhadap kinerja guru PAI pada sekolah penggerak SDN 198
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
kinerja guru PAI sekolah penggerak di SDN 198 dan SDN 295 Maluku
Tengah.
2. Manfaat praktis
Sebagai bahan acuan bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut,
E. Definisi Operasional
masalah yang akan diteliti, maka perlu ditegaskan istilah-istilah yaitu sebagai
berikut:
terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus
dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan
2. Kata media sering kita dengar dan kita ucapkan, akan tetapi pemahaman
berasal dari bahasa latin yakni medius yang secara harfiahnya berarti “tengah”,
pengantar atau perantara. Dalam bahasa Arab media disebut wasail bentuk
14
jamak dari wasilah yang artinya juga “tengah”.17 Secara umum media
merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti perantara atau pengantar.
Dengan demikian, media merupakan alat bantu apa saja yang dapat dijadikan
merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk
audio, visual, maupun media audio visual. Seperti papan, bagan, gambar, film,
standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam rangka
17
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru, hlm.6.
18
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 121.