Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan
dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak Sumber
Daya Manusia yang berkualitas. Pendidikan yang dimaksud disini bukan
bersifat nonformal melainkan bersifat formal, meliputi proses belajar
mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Peningkatan kualitas pendidikan
dicerminkan oleh prestasi belajar siswa. Sedangkan keberhasilan atau prestasi
belajar siswa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang bagus. Karena
kualitas pendidikan yang bagus akan membawa siswa untuk meningkatkan
prestasi belajar yang lebih baik.
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan
persyaratan mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana
untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut adalah pendidikan, sehingga
kualitas pendidikan harus senantiasa di tingkatkan. Proses pendidikan terarah
pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan keterampilan,
pengembangan sikap, dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan
pengembangan diri peserata didik. Sehingga tujuan pendidikan tidak hanya
untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap keperibadian,
serta aspek sosial emosional disamping keterampilan-keterampilan lainnya.

Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses


pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.
Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya
yang berkualitas. Manusia yang berkualitas dapat dilihat dari segi pendidikan.
Hal ini terkandung dalam tujuan pendidikan nasional, bahwa pendidikan
nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, selain beriman, bertakwa pada Tuhan
2

Yang Maha Esa serta sehat jasmani dan rohani, juga memiliki kemampuan
dan keterampilan.

Konsep pendidikan pada dasarnya membuat siswa memiliki


kompetensi tamatan sesuai jenjang sekolah, yaitu pengetahuan, nilai, sikap,
dan kemampuan melaksanakan tugas atau mempunyai kemampuan untuk
mendekatkan dirinya dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan
budaya, dan kebutuhan daerah. Sementara itu, kondisi pendidikan di negara
kita dewasa ini, lebih diwarnai oleh pendekatan yang menitikberatkan pada
model belajar konvensional seperti ceramah sehingga kurang mampu
merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Suasana
belajar seperti itu, semakin menjauhkan peran pendidikan dalam upaya
mempersiapkan warga negara yang baik dan masyarakat yang cerdas (Djahiri,
1993)
Pendidikan di Indonesia mengalami pergantian beberapa kurikulum.
Kurikulum yang saat ini dianut Indonesia adalah Kurikulum 2013. Perubahan
kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013 adalah salah satu inovasi dalam
bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara
menyeluruh. Peningkatan kualitas ini dapat dilihat dari bentuk penguasaan
kompetensi sebagai target dan indikator keberhasilan belajar siswa di sekolah.

Salah satu karakteristik Kurikulum 2013 yang mempunyai ciri-ciri


proses pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
serta sumber belajar tidak terbatas pada guru tetapi dapat dilengkapi dengan
berbagai sumber lain yang relevan, menuntut setiap guru untuk lebih kreatif
dan inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran. Penggunaan model
pembelajaran yang bervariatif dapat menunjang keberhasilan belajar siswa.

Di era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang
berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini hanya dapat diperoleh dari
proses belajar yaitu melalui pendidikan. Pendidikan dewasa ini bukan hanya
untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya
3

pemahaman kepada peserta didik. Pemahaman yang dimaksud bukanlah


pemahaman dalam arti sempit yaitu menghafal materi pelajaran, namun
pemahaman dalam arti luas yaitu lebih cenderung menekankan pada kegiatan
proses pembelajaran yang meliputi menemukan konsep, mencari dan lain
sebagainya serta peserta didik dituntut untuk dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Namun sayangnya, praktek pembelajaran yang
demikian masih belum diterapkan secara keseluruhan, sehingga tujuan dan
hasil pendidikan belum sesuai dari apa yang diharapkan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan
pendidikan matematika pada khususnya, perlu adanya pengembangan dan
pemahaman di bidang pendidikan antara lain terkait dengan model
pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Hal ini terkait
dengan pendidikan matematika yang selama ini tidak berhasil meningkatkan
kualitas pemahaman siswa tentang konsep – konsep dan aturan – aturan
matematika, karena kita salah atau tidak memilih model pembelajaran,
sehingga dalam makalah ini akan disajikan salah satu model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika.

Salah satu alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang


dipaparkan di atas adalah model pembelajaran yang tepat bagi siswa serta
dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Hudojo (Purmiasa, 2002: 104)
mengatakan bahwa model pembelajaran akan menentukan terjadinya proses
belajar mengajar yang selanjutnya menentukan hasil belajar. Berhasil
tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada pendekatan, metode, serta
teknik mengajar yang dilakukan oleh guru. Untuk itu, guru diharapkan
selektif dalam menentukan dan menggunakan model pembelajaran. Dalam
proses belajar mengajar guru harus menguasai prinsip–prinsip belajar
mengajar serta mampu menerapkan dalam proses belajar mengajar. Prinsip –
prinsip belajar mengajar dalam hal ini adalah model pembelajaran yang tepat
untuk suatu materi pelajaran tertentu.
Pada saat proses belajar–mengajar berlangsung di kelas, akan terjadi
4

hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu
akan mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana
pengaruh tingkah lakunya terhadap motivasi belajar siswa. Selama pelajaran
berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh
positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar mana yang
memberi kesan positif pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat
membantu kejelasan konsep selama ini, metode dan model pembelajaran
mana yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan suatu pembelajaran
sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam belajar.
Hal tersebut memperkuat anggapan bahwa guru dituntut untuk lebih
kreatif dalam proses belajar-mengajar, sehingga tercipta suasana belajar yang
menyenangkan pada diri siswa yang pada akhirnya meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang
dimilikinya, mengubah tingkah laku ke arah yang lebih baik. Pendidikan juga
dapat mencetak manusia menjadi sumber daya manusia yang handal dan
terampil di bidangnya. Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian
peristiwa yang kompleks. Peristiwa tersebut merupakan suatu rangkaian
kegiatan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai
pribadi yang utuh. Selain itu dalam dunia pendidikan, proses belajar mengajar
merupakan proses yang bisa diterapkan. Mengajar dan belajar merupakan
proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan.
Aunurrahman (2010) menjelaskan bahwa keberhasilan proses
pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-
model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas
keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.
Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan
untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil
belajar dan prestasi yang optimal.
5

Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar


siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang
diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus
menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasa disebut metode mengajar.
Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap
guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep
dan cara-cara mengimplementasikan model-model tersebut dalam proses
pembelajaran.
Kata penemuan sebagai metode mengajar merupakan penemuan yang
dilakukan oleh siswa. Siswa menemukan sendiri sesuatu yang baru, ini tidak
berarti yang ditemukannya benar-benar baru. Metode penemuan merupakan
komponen dari suatu bagian praktik pendidikan yang seringkali
diterjemahkan sebagai mengajar heuristik, yakni suatu jenis mengajar yang
meliputi metode-metode yang dirancang untuk meningkatkan rentangan
keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi kepada proses, mengarahkan
pada diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai
kegiatan belajar. Metode penemuan adalah poses mental dimana siswa
mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental yang
dimaksud adalah mengamati, mencerna, menggolong-golongkan, membuat
dugaan, menjelaskan, mengukur dan membuat kesimpulan.

Proses pembelajaran tidak hanya menekankan pada hafalan dan latihan


penguasaan soal-soal ujian. Namun proses pembelajaran, diarahkan pada
pembentukan semangat, motivasi, kreativitas, keuletan, kepercayaan diri, dan
yang paling penting adalah pembentukan kesadaran, disiplin, tanggung jawab,
dan budaya belajar yang baik. Proses pembelajaran yang demikian
dikembangkan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, kebutuhan,
karakteristik, dan gaya belajar peserta didik.

Indonesia merupakan salah satu ciri negara yang sedang membangun.


Dengan pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang
sudah maju untuk melakukan suatu pembangunan sangatlah diperlukan
6

Sumber Daya Manusia (SDM) yang cerdas dan terampil di bidangnya


masing-masing. Kecerdasan dan keterampilan tersebut dapat dikembangkan
dengan adanya pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
memacu pengelola pendidikan untuk melakukan usaha guna meningkatkan
mutu pendidikan. Ketika pendidikan ingin dikatakan bermutu atau maju
prestasinya dapat dilihat secara objektif dan jelas. Basis pendidikan yang
mengarah pada perkembangan teknologi salah satunya adalah matematika.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki


peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam
pelajaran sekolah lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Pelajaran
matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang
pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa pelajaran matematika
merupakan pelajaran yang sulit. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar,
diperlukan kualitas pengajaran yang memadai yaitu pengajaran matematika
yang diarahkan untuk membantu siswa menggunakan daya intelektualitasnya
dalam belajar.

Seperti yang dikatakan oleh Morris Kline (Simanjuntak L, 1993:64)


bahwa jatuh bangunnya suatu negara dewasa ini bergantung dari kemajuan di
bidang matematika. Karena pentingnya hal tersebut maka banyak negara yang
telah maju, menjadikan matematika sebagai suatu basis dalam pembangunan
negaranya. Namun apabila melihat kondisi pendidikan di Indonesia dari
dahulu sampai pada saat ini masih sangat memprihatinkan, hal ini dapat
dilahat dari rendahnya prestasi belajar matematika pada setiap jenjang
pendidikan. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa yang
memperoleh nilai pada Ujian Akhir Nasional (UAN). Khususnya mata
pelajaran matematika, nilai siswa SMP pada tahun ajaran 2005/2006 di bawah
standar nilai kelulusan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar
4,25 sehingga sangat dibutuhkan suatu upaya dari seorang pendidik agar
masalah tersebut dapat diatasi dan juga dapat meningkatkan prestasi belajar.
7

Dalam upaya meningkatkan prestasi siswa terhadap matematika sangat


dibutuhkan trik atau metode yang harus dikuasai dan dilakukan oleh setiap
pendidik, khususnya pendidik pelajaran matematika. Hal ini perlu dilakukan
karena sebagian besar siswa menganggap bahwa matematika adalah suatu
pelajaran yang sulit untuk dipahami dan membosankan sehingga dapat
menyebabkan banyak sekali siswa tidak menyukai pelajaran matematika pada
akhirnya dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa.
Seperti yang dikatakan oleh Suyatno (Asmin, 2003:1) bahwa hal yang banyak
dapat menyebabkan siswa tidak menyukai pelajaran matematika adalah
penyampaian guru yang cenderung bersifat monoton, hampir tanpa variasi
kreatif.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik


mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja
sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih
menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam
pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari
guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran
cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa
jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada
siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi,
metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang
direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu
pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya,
kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik
(siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta
mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya


manusianya. Kualitas sumber daya manusia itu tergantung pada kualitas
pendidikannya. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan
8

masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu,
pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan suatu bangsa.

Saat ini telah dikembangkan berbagai model pembelajaran yang


mengarah dan relevan dengan misi kurikulum 2013. Kurikulum 2013
merupakan konsep kurikulum yang dikembangkan Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia untuk menyempurnakan Kurikulum Satuan
Tingkat Pendidikan (KTSP).

Didalam kurikulum 2013 dianjurkan pendekatan dan strategi belajar


yang tidak hanya memberdayakan siswa, tetapi juga menekankan pada
pemecahan masalah, bisa dijalankan dalam berbagai konteks pembelajaran,
mengarahkan siswa untuk menjadi pembelajar mandiri, mengaitkan
pembelajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda serta
menyenangkan dengan berbagai media yang digunakan. Dengan maksud
belajar akan mencapai hasil yang maksimal (Nurhadi, 2005:34).

Kurikulum sekolah menggunakan berbagai metode yang bermuara pada


pencapaian tujuan pendidikan yang merupakan hal penting.Situasi belajar
mengajar dipandang sebagai suatu sistem terkecil yang disebut instruksional,
meliputi komponen tujuan, bahan, metode dan evaluasi untuk mengetahui
tingkat keberhasilan tujuan yang telah dirumusakan. Dalam pencapaian tujuan
pendidikan ini memerlukan berbagai cara agar tujuan yang diinginkan dapat
tercapai sesuai yang diinginkan.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Proses
pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghafal informasi; otak akan dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya
itu untuk menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika
9

anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka
miskin akan aplikasi.

Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran tidak terkecuali


dengan matematika. Terkadang orang menganggap bahwa matematika itu
merupakan suatu momok atau hantu yang sangat menakutkan sehingga
membuat paradikma yang tak seharusnya tentang matematika.Bila memiliki
kemampuan untuk mau berusaha maka tidak ada sesuatu yang tidak mugkin
bahkan matematika dapat kita taklukkan seperti mata pelajaran yang lainnya.

Mata pelajaran sains tidak dapat mengembangkan kemampuan anak


untuk berpikir secara kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran
berpikir yang ada tidak digunakan secara baik dalam setiap proses
pembelajaran di dalam kelas. Mata pelajaran matematika, tidak dapat
mengembangkan kemampuan siswa bila hanya dalam teori-teori saja tanpa
dilakukuan latihan-latihan untuk mencoba mengerjakan tugas atau
membuktikan rumus-rumus yang ada dalam matematika.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.

Ada beberapa hal yang perlu kita kritisi dari konsep pendidikan
menurut undang-undang tersebut. Pertama pendidikan adalah usaha sadar
yang terencana, hal ini berarti proses pendidikan di sekolah bukanlah proses
yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses
yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa
diarahkan pada pencapaian tujuan.

Kedua, proses pendidikan sekolah yang terencana itu diarahkan untuk


10

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti


pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak
semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar yang terjadi pada diri
anak. Dengan demikian antara proses dan hasil belajar haruslah berjalan
secara seimbang.

Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta


didik dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu
harus berorientasi kepada siswa.

Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak


memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.

Tujuan pendidikan ialah agar semua peserta didik mampu menguasai


dan menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah diperoleh selama
dalam lingkup pendidikan. Pencapaian tujuan ini tidaklah mudah dan
diperlukan berbagai metode, pendekatan, dan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang disampaikan.

Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah di tetapkan


dan dirancang secara sistematis. Dengan demikian metode dalam rangkaian
pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Keberhasilan dari
pengimplementasian stategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru
atau pendidik dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran, karena
suatu strategi pembelajaran hanya akan tercapai dan diimplementasikan
melalui penggunaan metode yang sesuai dengan bahan pelajaran.

Selain itu keberhasilan tujuan tersebut tidak lepas juga pada guru
pembimbing dan pembina di lapangan.Dengan demikian peran dan tugas guru
menjadi semakin penting sejalan dengan tuntutan pembangunan nasional di
bidang pendidikan.Seperti yang telah ditetapkan dalam ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat No. II/MPR/1998 tentang GBHN menyatakan:
11

Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia,


berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk
meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa dan kualitas sumber daya
manusia, mengembangkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi
luhur, memiliki pengetahuan, keahlian dan ketrampilan.

Begitu pun dengan guru, guru menjadi bagian penting dalam suatu
proses pembelajaran. Kemampuan mengelola proses pembelajaran di kelas
dibutuhkan secara mutlak oleh guru guna terciptanya proses pembelajaran
yang efektif dan tidak membosankan. Untuk menciptakan situasi kelas yang
efektif dan tidak membosankan tentunya dibutuhkan kecakapan khusus dari
guru. Seperti yang disampaikan Joni (Dalam Dimyati dan Mujiono, 2009:
287) bahwa, guru adalah orang yang tahu persis situasi dan kondisi
diterapkannya kurikulum yang berlaku. Selain itu guru bertanggung jawab
atas terciptanya hasil belajar yang diinginkan.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan
untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah model metode pembelajaran
demonstrasi. Yang dimaksud metode demonstrasi adalah salah satu cara
mengajar, di mana guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal,
mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievalusi oleh guru.
Setiap orang selalu punya kewajiban untuk melakukan tugas tertentu
seperti halnya seorang guru di tuntut agar menjalankan kewajiban itu sepenuh
tanggung jawab. Setiap kewajiban berisi tugas dan setiap tugas harus di
laksanakan.  Tugas yang di laksanakan akan dianggap selesai apabila tujuan
yang hendak dicapai sudah terwujud. Seorang guru tersebut harus merasa
yakin bahwa jalan yang harus ditempuhnya untuk sampai kepada tujuan dapat
dilakukan dengan cara atau metode yang tepat dan cocok untuk diterapkan
kepada peserta didiknya.
Dalam proses pembelajaran siswa di kelas khususnya mata pelajaran
12

matematika masih sering dijumpai masalah-masalah terkait mata pelajaran ini.


Seperti, masih minimnya motivasi siswa, yang berakibat rendahnya nilai yang
diperoleh. Permasalahan semacam ini memang sudah menjadi masalah yang
klasik. Maka menjadi sebuah keharusan guru selalu aktif mencari terobosan
baru terkait dengan metode yang diajarkan dikelas. Karena mata pelajaran
matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting dengan tidak
mengesampingkan mata pelajaran yang lain.
Oleh karena itu, pendekatan metode pembelajaran yang bisa
menyelesaikan permasalahan di atas sangat diperlukan. Ada banyak metode
pembelajaran yang terdapat diberbagai sumber untuk digunakan dalam proses
pembelajaran di kelas. Adapun cara atau metode yang terbaik untuk
diterapkan itu banyak sekali tergantung pada karakteristik peserta didik
masing-masing, salah satunya adalah metode demonstrasi. Metode
demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif dalam membantu anak
didik untuk menjawab kebutuhan belajarnya dengan usaha sendiri berdasarkan
fakta dan data yang jelas dan benar yang diperolehnya dari demonstrasi.

Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah suatu upaya pembelajaran


atau proses belajar dengan cara praktek menggunakan peragaan yang di
tujukan pada siswa dengan tujuan agar semua siswa lebih mudah dalam
memahami dan mempraktekkan  apa yang telah diperolehnya dan dapat
mengatasi suatu permasalahan yang terjadi sehubungan dengan yang sudah
didemonstrasikan.
Metode demonstrasi ini merupakan metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,
situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan
(Sanjaya, 2006: 52). Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan
mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat
dalam proses, serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang
diharapkan. Metode demonstrasi menurut Bahri & Zain (2006: 91) memiliki
kelebihan dalam proses pembelajaran yaitu, dapat membuat pengajaran
13

menjadi lebih jelas dan lebih kongkret sehingga menghindari verbalisme


(pemahaman secara kata-kata atau kalimat), siswa lebih mudah memahami
apa yang dipelajari, proses pengajaran lebih menarik, serta siswa dirangsang
untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan, dan coba
untuk melakukannya sendiri. Dalam metode demonstrasi diharapkan setiap
langkah pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat
dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang benar dapat pula
dimengerti materi yang disajikan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang
dapat dirumuskan adalah:
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan metode pembelajaran demonstrasi?
1.2.2 Apa saja langkah-langkah menggunakan metode pembelajaran
demonstrasi?
1.2.3 Apakah kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran
demonstrasi?
1.2.4 Bagaimana penerapan metode pembelajaran demonstrasi dalam mata
pelajaran matematika?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
pembuatan makalah ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian metode pembelajaran demonstrasi.
1.3.2 Untuk mengetahui langkah-langkah penggunaan metode pembelajaran
demostrasi.
1.3.3 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode demostrasi.
1.3.4 Untuk mengetahui penerapan metode demostrasi dalam mata pelajaran
matematika.

1.4 Manfaat
14

Manfaat yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini adalah:


1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian metode pembelajaran
demonstrasi.
1.4.2 Mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah penggunaan metode
pembelajaran demostrasi.
1.4.3 Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan metode
demostrasi.
1.4.4 Mahasiswa dapat mengetahui penerapan metode demostrasi dalam mata
pelajaran matematika.

Anda mungkin juga menyukai