Anda di halaman 1dari 10

1.

Menjadi seorang Guru Bahasa Indonesia terkadang “berbeda” jika dibandingkan dengan guru mata
pelajaran yang lain. Guru Bahasa Indonesia sering dipandang sebelah mata oleh siswa. Hal ini
disebabkan Guru Bahasa Indonesia mengajar materi bahasa Indonesia pada siswa atau orang
Indonesia itu sendiri yang sudah lancar berbahasa Indonesia. Kemukakan beberapa pemahaman
Anda tentang peran Guru Bahasa Indonesia, sertakan contoh, referensi (tahun: halaman), dan
gambar! (2 lembar)
Jawab:
Orientasi pembelajaran bahassa Indonesia adalah kemampuan dan ketrampilan siswa menggunakan bahasa
Indonesia dalam berbagai tujuan dan kebutuhan baik dalam konteks sosial maupun pengkajian dan
penerapan ilmu pengetahuan. Untuk mengemban tujuan ini, pembelajaran bahasa harus dilaksanakan secara
Integrative antara pengetahuan bahasa dan ketrampilan berbahasa. Pengetahuan bahasa berfungsi
mencendekiakan bahasa Indonesia dalam rangka pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa ilmu
pengetahuan, dan ketrampilan berbahasa yang diisyarati oleh berbagai aspek sosiokultural akan
mengangkat bahasa Indonesia menjadi bahasa yang berbudaya (Tolla, 1996: 12-13). Untuk mencapai tujuan
itu, program pembelajaran disajikan dalam butir-butir pembelajaran yang diikat oleh tema-tema, bukan
pokok-pokok bahasan seperti program pembelajaran terpisah dari konteks penggunaan bahasa yang
sesungguhnya.
Bahasa merupakan sarana pergaulan dan perhubungan yang mempertalikan manusia dalam kebudayaan
yang saling menghargai dan saling menghormati (Taha, 2012: 1). Maka tujuan pembelajaran bahasa
berupaya mengembangkan komunikasi siswa (Syafi’ie, 1994). Dengan demikian, perhatian guru harus lebih
dipusatkan kepada penggunaan bahasa untuk berkomunikasi. Murid dibimbing untuk dapat menggunakan
bahasa bukan sekedar mengetahui tentang bahasa. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan kepada peningkatan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Indonesia, baik secara lisan maupun tulis. Namun kenyataanya, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
sampai saat ini belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan kurikulum 2006 yang berdasarkan
peningkatan kemampuan berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia lebih banyak menekankan
pengetahuan bahasa dan berorientasi pada gramatika karena adanya anggapan yang keliru, yaitu kita pada
umumnya sudah memiliki kemampuan atau ketrampilan berbahasa yang baik dan benar. Sehingga hal yang
perlu dipelajari dan diajarkan di sekolah adalah pengetahuan dan teori bahasa. Bukan ketrampilan
berbahasa.
Maka pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah sering kali dipandang sebelah mata, karena dianggap
pelajaran yang gampang. Padahal nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah saja tidak bisa menjadi
acuan kalau kamu mahir dan mengerti bahasa nasional kita. Jadi belajar Bahasa Indonesia tidak sekedar”ini
Budi” dan “ini ibu Budi”. Dengan demikian banyak yang masih meremehkan profesi guru Bahasa
Indonesia, padahal guru Bahasa Indonesia memegang peran penting dalam penanaman rasa cinta terhadap
bangsa Indonesia melalui bahasa. Seperti saya misalnya untuk apa mengambil program studi pendidikan
Bahasa Indonesia. Mungkin banyak yang beranggapan seperti koordinator bidang saya di sekolah bilang”
buat apa belajar Bahasa Indonesia? Kan sudah lancar bicara Bahasa Indonesia”. Ternyata pas saya jalani
perkuliahan ini saya memperoleh pengetahuan Bahasa Indonesia mulai dari cara pelafalan bunyi yang benar
dalam Bahasa Indonesia, struktur dan tata bahasa serta lain sebagaimnya. Selain juga mempelajari
kebahasaan dan kesusastraan, di program ini juga mempelajari ilmu kependidikan. Dengan program kuliah
ini lah akan lahir pengajar-pengajar profesional yang tidak hanya bisa sebagai pengajar di lembaga
pendidikan formal, tapi juga lembaga pendidikan informal.
Dengan demikian supaya kita guru Bahasa Indonesia tidak di pandang sebelah mata oleh siswa kita sendiri
haruslah membuat pola ajaran baru agar siswa kita tidak bosan dalam belajar Bahasa Indonesia. Kemudian
guru bahasa Indonesia dapat sebagai pengelola pengajaran dengan menciptakan kondisi dan situasi sebaik-
baiknya, sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdaya guna dan berhasil guna. Serta mari kita
sebagai guru bahasa Indonesia dapat menjadi penilaian hasil belajar siswa yang mana guru bahasa
Indonesia senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa
dalam kurun waktu pembelajaran.

Referensi :
- https://edukasi.kompas.com>News>Edukasi: Gita Gutawa jadi “Guru Super” Ajar Bahasa Indonesia, Apa…
- Https://www.hipwee.com>opini> mahasiswa – sastra – ind… Mahasiswa Sastra Indonesia Di pandang Sebelah
Mata?
- https://core.ac.uk>dowload>pdf Problematika Profesi Guru dan Solusinya bagi …
- http://file.upi.edu >Direktori>FPBS>PEMBEL.. Pembelajaran Bahasa Indonesia Secara Terpadu.
- http://eprints.unm.ac.id>1>Faktor-Faktor yang … Faktor_Faktor Yang Mempengaruhi Kepasifan dan
Kesulitan ….

2. Bagaimana cara menjadi Guru Bahasa Indonesia yang ditunggu, menjadi idola para siswa di tengah
derasnya arus perubahan kurikulum? Sertakan teori (nama, tahun: halaman), contoh kasus,
gambar, dan solusi terbaik yang harus dilakukan oleh pihak sekolah dan Guru (Bahasa Indonesia)!
(4 lembar)
Jawab:
Guru adalah profesi yang mulia menjadi seorang guru berarti harus siap menjadi panutan. Semua yang ada
pada diri seorang guru merupakan hal yang bisa ditiru peserta didik.
Menjadi guru yang disukai murid atau bahasa masa kininya idola siswa pastinya menjadi suatu kebanggaan
tersendiri bagi setiap guru. Guru yang baik pasti akan menjadi guru favorit siswa. Peran guru Ketika
disekolah sebagai orang tua bagi siswa. Di mana guru harus berperan sebagai sosok panutan siswanya agar
suasana belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Siapa yang
tidak mau menjadi guru yang diidolakan oleh siswa.

Sepertinya semua guru akan mengharapkan hal ini. Dalam konteks pedagogis dan professional guru,
pemahaman dan kemampuan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran merupakan suatu yang special
untuk siswanya (Zulhafizh, 2020;Ganbarzehi, 2014). Namun, pemahaman dan kemampuan guru saja tidak
cukup untuk menambah minat siswa dalam mengikuti pembelajaran ada konteks lain yang ternyata dapat
menambah dan menurunkan semangat siswa yaitu penampilan guru. Penampilan yang dimaksud yaitu
dirinya (secara fisik dan psikis), kemampuan pembekalan dan profesionalnya yang diperhitungkan seorang
guru dalam usaha menghasilkan pengajaran yang menarik, bermakna dan memberikan tantangan bagi
siswa. Gaya mengajar itulah bentuk penampilan guru saat mengajar (Erwin Widiasworo, Rahasia menjadi
Guru Idola (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 38.4 Muhaimin, menjadi Guru Favorit, 56.
Minat disini adalah minat belajar yang mana maksudnya adalah interaksi biasa berhubungan dengan daya
gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda dan kegiatan (Crow dan
Crow, 1996:31).

Dengan derasnya arus perubahan kurikulum seperti mendidik murid di tengah derasnya digitalisasi dan
pasca kondisi pandemi Covid-19 bukanlah hal mudah. Sebagai generasi milenial, saya sebagai seorang
pendidik memiliki pengalaman di mana saya berada pada zaman sebelum teknologi berkembang begitu
pesat. Saya menyadari banyaknya perbedaan-perbedaan dalam kegiatan pembelajaran dan pengalaman
belajar di sekolah baik saat masih duduk di bangku sekolah sebagai siswa maupun sebagai guru. Mengapa
saya utarakan karena hal ini merupakan kegelisahan saya juga guru-guru lain saat menghadapi peserta didik
di zaman teknologi masa kini. Saat mengetahui realitas pendidikan di mana peserta didik banyak yang
mengalami menurunnya pengetahuan dan ketrampilan siswa baik secara spesifik maupun saat pandemic,
serta cultural shock akibat budaya belajar daring yang menuntut untuk menggunakan teknologi. Serta
pengendalian terhadap murid yang berada di rumah sulit dijangkau oleh guru merupakan rentetan tantangan
pendidikan. Sehingga adanya perubahan kurikulum menjadi deretan tugas yang harus dilakukan oleh guru.
Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, guru tidak bisa membawa murid ke masanya dahulu.
Tetapi kita sebagai guru harus upaya bangkit lebih kuat. Menjadi dekat dengan murid di mana sekarang kita
berada di zamannya mereka (is my dream) tentunya dengan sebuah batasan dan memegang adab agar kita
guru tidak kehilangan marwahnya. Menciptakan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan, melepas
penat dari masalah yang ada di rumah adalah cita-cita. Sehingga bukan saja masalah perubahan kurikulum
tetapi juga media, metode, ataupun strategi pembelajaran yang tepat dan menarik. Kekhawatiran mengenai
kemampuan dan pengetahuan akademis yang menurun bukanlah satu-satunya masalah dalam pendidikan.
Karakter dan akhlak yang mengalami kemunduran merupakan tantangan bagi guru. Peserta didik lebih
mudah menyerap dan meniru dari yang mereka sukai.
Sebagai guru yang pembelajar adalah guru yang penuh dinamika, inovatif, kreatif, berwawasan luas dan
berkarya nyata yang dapat dilihat oleh siswanya. Untuk membangun gairah belajar siswa, guru harus
mencari pola-pola baru yang dapat dijadikan idola bagi siswa-siswanya. Menurut Dr. HM. Taufiqi, SP.,
M.Pd. (2014: 3 – 4), untuk menjadi guru idola, perlu melakuan beberapa tips, agar para siswa tertarik dan
mengidolakan kita:
- Gunakan wajah iklan; wajah guru yang berseri akan menjadi magnet bagi siswa.
Miliki 3 H (Hand, Head, Heart) Hand; tangan harus memiliki life skill yang terampil. Head; guru harus
cerdas dan banyak ide dan gagasan. Heart; guru mempunyai hati yang ikhlas dan penuh dengan cinta.
- Jadilah sapi ungu; guru harus bisa tampil beda dari kebanyakan guru. Sapi yang umum putih, hitam dan
coklat, jika ada sapi ungu pasti menarik perhatian.
- Milikilah nilai tambah; guru harus menjadi manusia 10+1 (sepuluh tambah satu). Harus ada satu
prestasi yang menonjol, misalnya penyanyi, penulis dll.

- Guru berkompetensi

- Guru mengetahui perbedaan siswa satu dengan lainnya.


Akan tetapi tahukah kita bahwa semakin minta diidolakan siswa, maka akan semakin jauh kita dari kriteria
guru yang layak diidolakan siswa? Jika menjadi guru tidak ada yang namanya profesinalisme lagi, yang ada
hanyalah menuruti apa yang siswa mau dan yang diinginkan oleh siswa. Menjadi guru yang diidolakan oleh
siswa juga bukan berarti menuruti semua yang siswa mau atau inginkan. Karena jika guru menuruti semua
keinginan siswa bisa jadi malah membuat keluar dari tujuan dan kegiatan proses belajar mengajar.maka
Apa yang dapat guru lakukan untuk menjadi guru yang diidolakan oleh siswa adalah:
a. Guru yang menguasai materi pelajaran.
Memepersipakan materi sebelum pembelajaran merupakan kewajiban mutlak yang harus dilakukan oleh
seorang guru. Adanya persiapan yang matang akan mempengaruhi keberhasilan belajar.
b. Dalam mengajar guru selalu menggunakan strategi pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan
(PAIKEM).
Setiap materi memiliki cara penyampaian yang beragam. Guru jangan hanya terpaku dengan satu metode
saja, misalnya hanya ceramah. Juga gunakan metode yang menyenangkan, yaitu yang membuat siswa aktif
dan melakukan sendiri. Misalnya dengan menggunakan metode eksperimen/praktikum, dengan pengamatan
langsung/pembelajaran alam sekitar, dengan metode cerdas cermat, dengan pembelajaran yang memakai alat
bantu “audio-visual”, dengan permainan atau game, dan lain-lain.
c. Guru yang mamu memberikan motivasi belajar pada muridnya.
Pemberian dorongan untuk siswa dapat dilakukan pada saat penyampaian tujuan pembelajaran atau pada saat
pertengahan pembelajaran atau diakhir pelajaran. Disaat itulah perlu disampaikan untuk apa dia mempelajari
materi itu, dan apa kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar siswa dapat memahami manfaat
langsung dari mempelajari materi tersebut. Apabila pada saat proses pembelajaran anak mengalami
kelelahan dan kebosanan, ciptakanlah suasana menyenangkan.
d. Guru yang mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif.
Proses belajar mengajar akan kondusif, jika Guru sudah menguasai materi pelajaran dan pastilah dalam
menyampaikan materi tersebut dengan enak dan mudah dipahami oleh siswa serta guru tersebut akan dapat
memberikan penilaian yang obyektif.
e. Menjadi guru yang humoris.
Menjadi guru yang humoris merupakan salah satu syarat agar pembelajaran tidak membosankan. Karena
pada pelajaran tertentu terkadang membutuhkan konsentrasi yang serius, disaat masalah terpecahkan perlu
diselingi dengan cerita-cerita humor yang dapat mencairkan suasana. Hal ini akan terjadi jikalau seorang
guru tersebut memiliki ketrampilan khusus dalam memunculkan gelak tawa siswanya.
f. Menyelangi pembelajaran dengan game.
Memberikan permainan atau game kepada siswa pada saat pembelajaran sangatlah dibutuhkan agar
pembelajaran seperti bermain. Game disini digunakan untuk mengenalkan kepada siswa bahwa belajar
bahasa Indonesia itu asik, kreatif, dan menyenangkan.
g. Guru yang memberikan hak dan kebutuhan muridnya.
Setelah terjadi proses mengamati, pengalaman belajar peserta didik berikutnya yang difasilitasi guru adalah
pengalaman belajar Namanya. Pengalaman belajar tersebut dimaknai sebagai menanya dan mempertanyakan
terhadap hal-hal yang diamati. Terjadinya kegiatan ‘menanya’ oleh siswa dapat disebabkan oleh karena
belum dipahaminya hal-hal yang diamati, atau dapat pula karena ingin mendapatkan informasi tambahan
tentang hal-hal yang diamati. Agar proses menanya oleh peserta didik semakin hari berjalan semakin lancar
dan berkualitas, guru dapat memfasilitasi dengan pancingan pertanyaan-pertanyaan yang berfungsi
mengiring peserta didik untuk mempertanyakan hal-hal yang diamati.
h. Guru yang menjaga wibawa.
Guru yang berwibawa akan tercermin dari tingkah akunya atau sikapnya di dalam kelas atau di luar kelas.
i. Guru yang mampu menjadi contoh atau suri tauladan.
Menjadi contoh atau suri tauladan merupakan yang pertama dan utama sebagai seorang guru. Katanya orang
Jawa guru itu adalah digugu dan ditiru.
j. Guru memahami psikologi perkembangan anak.
Guru yang dpat memahami psikologi perkembangan anak dapat mengetahui sebab mengapa seorang siswa
berbuat sesuatu, sehingga apabila siswa melakukan suatu kesalahan maka guru tersebut dengan cepat dan
tanggap dapat mengubah siswa tersebut supaya beralih kepada perbuatan yang baik yang hendak dicapai dari
tujuan pendidikan.
k. Guru yang memahami gaya belajar siswa.
Guru yang memahami gaya belajar anak dapat menentukan gaya belajar yang dikuasai oleh siswa tertentu,
sehingga setiap siswa dapat memahami setiap yang diajarkan oleh guru berdasarkan gaya belajar anak
tersebut. Perlu kita ketahui kembali bahwa ada tiga jenis gaya belajar anak yang diantaranya adalah Audio,
Visual dan kinestetik.
l. Guru yang selalu berpenampilan menarik dan murah senyum serta sabar.
Menjaga penampilan yang menarik bagi seorang guru merupakan suatu keharusan, karena kalau seorang
guru berpenampilan menarik dan rapi akan membuat siswa merasa betah dengan guru. Apalagi kalau guru
tersebut ditambah dengan murah senyum yang tulus kepada siswa, maka para siswa akan menyukai guru
tersebut.
m. Guru yang mendidik dengan hati dan menginspirasi.
Mendidik atau mengajar bukan hanya dianggap sebagai pekerjaan atau profesi, lebih dari itu juga dimaknai
sebagai pengabdian dan ibadah. Murid bukan hanya sebagai obyek, tetapi juga insan seperti anak, yang tidak
hanya dididik juga didoakan.
n. Memberikan penghargaan kepada siswa.
Pemberian penghargaan kepada siswa yang memiliki kuantitas dan kualitas pertanyaan investigatif yang
baik. Dengan begitu, siswa mempersepsi kegiatan menanya sebagai suatu kegiatan yang bermanfaat. Kalau
kita perhatikan karakter siswa semasa sekolah, maka pastilah mereka sangat menyukai apabila dapat
penghargaan dari gurunya, baik penghargaan yang sifatnya berwujud maupun tidak berwujud. Karena itu,
seorang guru hendaknya merespons apa yang disukai seorang anak. Guru harus bisa memberikan hadiah-
hadiah tersebut pada kesempatan yang tepat.
o. Guru yang selalu terkini / up to date
Guru yang terkini dapat berkembang lebih cepat dari pada yang lain, karena guru yang mengajar dengan
memiliki wawasan yang luas dan menggunakan cara-cara singkat dalam pemecahan masalah. Hal ini bisa
diperoleh jika seorang guru terus mencari informasi-informasiterbary. Misalnya saja, kemampuan analisis
seorang guru dapat berkembang jika selalu berusaha memecahkan soal-soal yang sifatnya menalar.

a.

Anda mungkin juga menyukai