PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi manusia. Dengan
bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lain. Dalam komunikasi,
manusia saling bertukar informasi. Untuk itu, manusia perlu memiliki bahasa.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar (SD),
peserta didik diharapkan mampu belajar bahasa Indonesia dengan baik. Oleh
karena itu, guru sebagai kunci utama keberhasilan dan ketidakberhasilan dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia tersebut.
Salah satu keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh pendekatan yang
digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Banyak pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan dan guru harus cermat dalam memilih
pendekatan mana yang cocok digunakan untuk lingkungannya. Makalah ini berisi
pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa.
A. Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud pembelajaran dan pendekatan?
B. Ragam pendekatan di sekolah dasar?
C. Penerapan pendekatan?
B. Tujuan
Sebagai calon pendidik, kita sepatutnya memiliki pemahaman tentang
pendekatan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hal – hal yang dijelaskan dalam kurikulum mata pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia itu adalah sebagai berikut :
2
- Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena
itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi.
- Dalam materi ini, tujuan pengajaran disajikan dalam komponen
kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Dalam pelaksanaan
pembelajaran, komponen kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan
disajikan secara terpadu tetapi, dalam kegiatan pembelajaran. guru dapat
fokus pada salah satu komponen.
- Pembelajaran kebahasaan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman penggunaan bahasa.
- Pembelajaran bahasa mencakup aspek menyimak, mewicara, membaca,
dan menulis. Keempat aspek tersebut sebaiknya mendapat porsi yang
seimbang. Dalam pelaksanaanya sebaiknya dilakukan secara terpadu.
- Perbandingan bobot pembelajaran bahasa dan sastra sebaiknya seimbang
dan dapat disajikan secara terpadu, ; misalnya wacana sastra dapat
sekaligus dipakai sebagai bahan pembelajaran bahasa.
- Bahan pelajaran pemahaman diambil dari bahan menyimak dan membaca,
yang meliputi pengembangan kemampuan untuk menyerap gagasan,
pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang dilisankan atau ditulis.
Bahan pelajaran pemahaman mencakup pula karya sastra Indonesia asli
ataupun terjemahan.
- Bahan pelajaran bahsa dan sastra Indonesia untuk kelas 1 dan 2 sekolah
dasar mencakup pula bahan pelajaran IPA dan IPS.
- Sumber belajar siswa dapat berupa (1) buku – buku pelajaran yang
diwajibkan, buku pelajaran yang pernah dipakai yang masih sesuai, buku
pelengkap, buku bacaan, bunga rampai, kamus, ensiklopedi, (2) media
cetak: surat kabar, majalah, (3) media elektronik: radio, kaset, televisi,
video, (4) lingkungan: alam, sosial, budaya, (5) narasumber, (6)
pengalaman dan minat siswa serta, (7) hasil karya siswa.
3
B. Orientasi Pembelajaran
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SD diorientasikan untuk
mencapai tujuan mulai dari tujuan pendidikan nasional, kurikulum, silabus,
pembelajaran guru, sampai tujuan siswa adalah tujuan–tujuan yang perlu
dicapai dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Hubungan orientasi
tujuan itu tergambar pada bagan berikut.
Tujuan
Pendidikan
Kurikulum
Silabus
Pembelajaran
4
SD merupakan kegiatan guru dan siswa dalam mencapai tujuan yang
dirumuskan dalam silabus.
Guru Siswa
5
berikutnya. Siswa sebagai bagian dari suatu budaya dipandang memiliki
pengetahuan dan pengalaman untuk merespons setiap kegiatan budaya
(stimulus). Apapun (stimulus) yang disampaikan oleh guru, direspons oleh
siswa sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman setaip siswa.
Keragaman respons yang disampaikan oleh siswa terhadap stimulus yang
disampaikan oleh guru adalah ukuran yang baik dan benar dalam
mendialogkan suatu budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Guru Siswa
Stimulus Multirespons
6
c. Pembelajaran Model Transformasi
Pembelajaran model transformasi berpandangan bahwa pembelajaran
adalah kegiatan pembentukan suatu budaya oleh suatu generasi. Tugas
utama guru adalah “bagaimana” cara memotivasi suatu generasi (siswa)
dapat membentuk suatu budaya baru yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan saat ini. Guru dipandang sudah berhasil apabila guru dapat
mengondisikan siswa dalam memenuhi tuntutan kebutuhanya masing –
masing. Siswa dipandang salah apabila siswa tidak dapat memenuhi
tuntutan kebutuhannya.
Dasar psikologi pembelajaran model transformasional adalah
psikologi humanistik dan transpersonal. Miller dan Seller (1985)
menyebutkan all phenomenom are part of an interconnected whole
…which emphasize personal fulfilment at the ego (humanistic) and
spiritual (transpersonal) level. Akibatnya interaksi terbentuk model
interaksi multidimensional.
Satu stimulus dapat menghasilkan multirespons (respons beragam)
atau multistimulus stimulus beragam, dapat menghasilkan satu respons.
Setiap kegiatan interaksi diarahkan sebagai upaya pemenuhan tuntutan
kebutuhan (needs) individu maupun sosial dalam satuan ekologi.
1 Multirespons
Stimulus
Multistimulus 1
Respons
7
be defined as the activities which are intended to bring about language
learning. Dalam pengajaran Bahasa, lingkungan kebahasaan yang diciptakan
diorientasikan untuk meningkatkan kualitas perilaku berbahasa siswa.
Pengajaran bahasa yang dilaksanakan di suatu jenjang penidikan,
termasuk di sekolah dasar dapat dciptakan sehingga pencapaian tujuan dapat
diupayakan secara optima. Ada sejumlah model pengajaran bahasa, antara lain:
model Spolsky, Ingran, dan Mackey (Stern, 1983) dapat diimplementasikan
dalam pengajaran bahasa Indonesia. Berikut disajikan model – model tersebut :
1. Model Pengajaran Bahasa Menurut Sporsky
Pengajaran
Bahasa
8
lingkup (deskripsi) bahasa, dan (4) sosiolinguistik untuk mendasari
pengunaan bahasa dalam masyarakat.
2. Model Pengajaran Bahasa Menurut Ingran
Dalam model ini, lingkup medan (area) tanggung jawab antara
ilmuwan, guru, dan kebahasaan (linguistik) yang dipraktikkan dalam
pengajaran di kelas serta ilmu (linguistik, psikolinguistik,
sosiolinguistik,psikologi dan sosiologi) yang menjadi dasar penentuan
prinsip–prinsip belajar–mengajar bahasa dan metodologi yang dipandang
cocok untuk pengajaran bahasa (pendekatan, metode teknik, silabus, dan
tujuan/hasil yang ingin dicapai). Dengan pertimbangan tersebut, seorang
guru pengajar bahasa dapat merumuskan rencana pembelajaran untuk
dipraktikkan di kelas.
3. Model Pengajaran Bahasa Menurut Mackey
Dalam model pengajaran bahasa yang diajukan oleh Mackey,
kebijakan pemerintah dijadikan salah satu variabel yang perlu
dipertimbangkan. Ada lima variabel lain yang harus dijadikan
pertimbangan dalam mendesain pengajaran bahasa, yakni (1) guru (apa
yang dikerjakan), (2) metode dan materi, (3) siswa (pembelajaran), (4)
pengajaran (apa yang diciptakan untuk siswa belajar) dan (5)
sosiostruktural (apa yang memengaruhi terhadap lingkungan belajar).
Hubungan dari masing – masing variabel tersebut ditunjukkan pada
diagram berikut :
Kebijaksanaan
Pemerintahan
Kebijaksanaan Masyarakat
Pendidikan
Kebijaksanaan
Bahasa
9
Kurikulum
Pengajaran
Guru Pembelajaran
10
dan konteks komunikasi. Menurut Littlewood (1981), pendekatan
komunikatif didasarkan pada pemikiran bahwa:
(1) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih
luas tentang bahasa. Hal ini terutama menyebabkan orang melihat
bahwa bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan kosakata, tetapi
juga pada fungsi komunikatif bahasa.
(2) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas
dalam pembelajaran bahasa. Hal itu menimbulkan kesadaran
bahwa mengajarkan bahasa tidak cukup dengan memberikan
kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk bahasa asing, tetapi siswa
harus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk-
bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi
dalam situasi dan waktu yang tepat.
Dengan kata lain, ciri-ciri yang telah diperlihatkan di atas telah jelas
memperlihatkan beberapa perbedaan pokok antara pendekatan komunikatif
dengan pendekatan secara tradisional, yang merupakan hal terpenting.
a. Teori bahasa : Pendekatan komunikatif berdasarkan teori bahasa
menyatakan bahwa pada hakikatnya bahasa adalah suatu sistem
yang mengekspresikan makna, yang menekankan pada dimensi
semantik dan komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa.
Oleh karena itu, yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan
komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa.
b. Teori belajar : Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini
adalah teori pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Teori ini
beranggapan bahwa proses belajar lebif efektif apabila bahasa
diajarkan secara alamiah, sehingga proses belajar yang efektif
dilakukan melalui komunikasi langsung dalam bahasa yang
dipelajari.
c. Tujuan : Karena kebutuhan siswa yang utama dalam belajar bahasa
berkaitan dengan kebutuhan berkomunikasi, maka tujuan umum
11
pembelajaran bahasa adalah mengembangkan kemampuan siswa
untuk berkomunikasi.
d. Silabus : Silabus harus disusun searah dengan tujuan pembelajaran
dan tujuan-tujuan yang dirumuskan dan materi-materi yang dipilih
harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
e. Tipe kegiatan : Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan
pendekatan komunikatif, pembelajaran dipajankan pada situasi
komunikasi yang nyata, seperti tukar menukar informasi, negosiasi
makna, atau kegiatan lain yang sifatnya riil.
f. Peran Guru : Dalam pembelajaran ini, guru hanya berperan sebagai
fasilitator proses komunikasi, partisipan tugas dan teks,
penganalisis kebutuhan, konselor, dan manajer proses belajar.
g. Peran Siswa : Dalam pembelajaran ini, pembelajar berperan
sebagai pemberi dan penerima, negosiator, dan interaktor,
sehingga siswa tidak menguasai bentuk-bentuk bahasa, tetapi juga
bentuk dan maknanya dalam kaitannya dengan konteks
pemakainya.
h. Peran materi : Dalam pembelajaran ini, materi harus disusun dan
disajikan dalam peran sebagai pendukung usaha untuk
meningkatkan kemahiran berbahasa dalam bentuk tindak
komunikasi nyata.
2. Pendekatan keterampilan proses
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran
bahasa dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses
perolehan sehingga siswa mampu menemukan dan mengembangkan fakta
dan konsep serta menumbuh kembangkan sikap dan nilai. Dengan
demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak
penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta pertumbuhan dan
pengembangan sikap dan nilai. Seluruh irama dan gerak atau tindakan
12
dalam proses belajar-mengajar tersebut akan menciptakan kondisi cara
belajar siswa aktif.
Langkah-langkah kegiatan keterampilan proses di antaranya
mengobservasi atau mengamati; termasuk di dalamnya: menghitung,
mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang/waktu; membuat
hipotesis, merencanakan penelitian/eksperimen, mengendalikan variabel,
menginterpretasi atau menafsirkan data, menyusun kesimpulan sementara,
meramalkan, menerapkan, dan mengomunikasikan.
Ciri utama pembelajaran bahasa dengan keterampilan proses adalah
prosedur pembelajaran yang digunakan difokuskan pada peningkatan
potensi siswa dalam proses berbahasa. Dalam pembelajaran di kelas, siswa
dikondisikan oleh guru untuk mempraktikkan proses berbahasa.
3. Pendekatan pembelajaran terpadu
Pendekatan pembelajaran terpadu adalah seperangkat asumsi yang
berisikan wawasan dan aktivitas berpikir dalam merencanakan
pembelajaran dengan memadukan pengetahuan, pengalaman’ dan
keterampilan sebagai area isi kegiatan belajar-mengajar. Fogarty (1991)
dalam buku “How to Integrate the Circula” menyatakan pembelajaran
terpadu merupakan :
a. The vertical spiral represents the “Spiralling” curricula built into
most text materials as content.
b. The horizontal band represents the breadth and depth of learning in
a given subject.
c. The circle represents the integration of skills, themes, concepts,
and topic across disciplines.
Pendekatan terpadu dalam bidang bahasa hampir sama dengan
pendekatan “Whole Language”, yang pada dasarnya pembelajaran bahasa
senantiasa harus terpadu, tidak terpisahkan antara keterampilan berbahasa
(menyimak, berbicara, membaca, menulis) dengan komponen kebahasaan
(tatabunyi, tatamakna, tatabentuk, tatakalimat) juga aspek sastra. Di
13
samping itu, untuk kelas-kelas rendah pendekatan terpadu ini
menggunakan jenis pendekatan lintas bidang studi, yang artinya
pembelajaran bahasa Indonesia dapat disatukan dengan mata pelajaran lain,
seperti: Pendidikan Agama, Matematika, Sains, Ilmu Pengetahuan Sosial,
Kesenian, dan Pendidikan Jasmani.
4. Pendekatan Whole Language
Whole Language Approach adalah suatu pendekatan terhadap
pembelajaran bahasa secara utuh. Artinya, dalam pengajaran bahasa kita
mengajarkannya secara kontekstual, logis, kronologis, dan komunikatif
serta menggunakan setting yang riil dan bermakna. Dalam Whole
Language Approach terdapat hubungan yang interaktif antara
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Belajar bahasa harus
terinteraksi ke dalam bahan terpisah dari semua aspek kurikulum. Artinya,
pembelajaran bahasa yang terpadu dengan perkembangan motorik, sosial,
emosional, dan kognitif juga pengalaman anak, media, dan lingkungan
anak.
Melalui Whole Language Approach, kemampuan dan keterampilan
anak dalam berbicara, mendengar, membaca, menulis, dapat
dikembangkan secara operasional dan menyeluruh. Kemampuan dari setiap
aspek keterampilan berbahasa itu ditandai oleh hal-hal berikut.
Mendengarkan
Kemampuan mendengar meliputi:
(1) kemampuan untuk meramalkan dan memahami apa yang
didengar;
(2) kemampuan untuk membedakan suara-suara yang
didengarnya;
(3) kemampuan untuk menggabungkan suara-suara/kata-kata
dengan pengalaman, objek, ide atau perasaan;
(4) kemampuan mengenal dan membuat kata-kata dari irama yang
berupa sajak;
14
Berbicara
Anak belajar berbicara dengan cara berinteraksi dengan
lingkungannya. Selain itu, lingkungan memberikan pelajaran pula
terhadap tingkah laku, ekspresi, dan penambahan pembendaharaan
kata. Kemampuan berbicara dipengaruhi oleh perkembangan anak.
Anak usia TK membutuhkan perbaikan dan pengembangan untuk
berbicara. Oleh karena itu, guru harus menghargai dan menerima
bahasa anak dan memberikan contoh sehingga menjadi pendengar
yang baik. Mendengar dan berbicara adalah hal yang tidak
dipisahkan karena itu banyak cara yang dapat diterapkan.
Membaca
Menurut Lee Teu Peng bahwa kegiatan di TK sebenarnya
dirancang untuk mempersiapkan membaca daripada mengajar anak
membaca. Membaca adalah menerjemahkan simbol ke dalam
suara yang dikombinasi dengan kata-kata, disusun sehingga kita
dapat belajar memahaminya dan kita dapat membuat katalog.
Belajar membaca adalah suatu perkembangan yang alami apabila
anak:
(1) mempunyai banyak pengalaman menyenangkan dengan
membaca;
(2) memahami bahwa ide-ide dan kejadian penting waktunya
direkam dalam cetakan;
(3) memahami orang lain dapat membagi pengalamannya melalui
cetakan dan mereka dapat membagi pengalaman dengan orang
lain;
(4) senang dengan ide-ide dari suatu teks dan bahasa yang ide-
idenya diekspresikan. Bahan untuk membaca awal harus sesuai
dengan bahasa dan pengalaman anak. Belajar membaca terjadi
ketika anak menulis, mengamati, berpikir, berkata, bermain,
bekerja, membaca, mendengarkan dengan anak lain.
15
Menulis
Menulis memerlukan kemampuan motorik halus, koordinasi mata
dan tangan, cara memegang peralatan menulis, cara dasar
penulisan persepsi huruf dan bahasa cetak. Ada 4 tahapan
perkembangan menulis yaitu tahap pertama, anak belajar bahwa
hurufhuruf itu membentuk kata-kata untuk keperluan
berkomunikasi, anak tetap saja menulis sekalipun orang tua
menganggapnya main-main, sebab hal itu merupakan upaya anak-
anak untuk berkomunikasi melalui tulisan sekalipun tidak
dipahami orang lain. Tahap kedua, anak mulai memahami huruf,
bunyi dengan konsonan dalam posisinya sebuah kata. Pembaca
dapat memahaminya apabila anak membacakan apa yang telah dia
tulis. Tahap ketiga, anak mulai mengeja bunyi kata menurut
struktur kata. Tahap keempat, periode transisi yakni anak mulai
mengikuti aturan-aturan bagi standar ejaan. Setelah itu anak akan
mendemonstrasikan pengetahuannya tentang ketatabahasaan dan
standar ejaan.
Peran pendidik dalam meningkatkan kemampuan bahasa pada
siswa antara lain: pertama, menyediakan berbagai kesempatan
untuk melakukan kegiatan yang baik untuk berinteraksi sosial dan
bercakap-ccakap di antara siswa. Khusus untuk jenjang TK dan SD
perlu disiapkan bahan-bahan dan tempat untuk meningkatkan
perkembangan bahasa seperti sudut baca yang berisi buku-buku
cerita sesuai dengan karakteristik anak, alat-alat bermain, gambar,
puzzle, kartu permainan, huruf yang pakai magnet.
Kedua, menyediakan berbagai pendekatan dan menyediakan
kesempatan untuk mengembangkan keterampilan bahasa anak
melalui pengalaman yang bermakna seperti menyimak,
mendengar, membaca cerita, dan berkomunikasi.
16
Melalui pendekatan Whole Language, kemampuan dan
keterampilan anak dalam berbicara, mendengar, membaca, dan
menulis dapat dikembangkan secara operasional dan menyeluruh.
Melalui pendekatan ini minat baca anak telah dipupuk sedini
mungkin. Demikian pula kaitannya dengan keterampilan bahasa
lainnya. Pada akhirnya anak dapat berkomunikasi dengan baik,
baik melalui bahasa lisan maupun tulisan
5. Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif dalam pembelajaran bahasa menghendaki
kesatuan, keterpaduan, dan kebulatan yang utuh dalam mengemas
pembelajaran bahasa. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran lebih
bermakna bagi siswa. Dengan kata lain, pendekatan integratif merupakan
ancangan kebijakan pembelajaran bahasa secara terpadu, tidak terpilah-
pilah, baik terpadu secara internal dalam lingkup intrabidang studi atau
terpadu secara eksternal dalam lingkup antarbidang studi. Hal ini dilandasi
oleh asumsi bahwa aspek-aspek bahasa selalu digunakan secara terpadu.,
tidak terpisah aspek demi aspek.
Dalam implementasi pendekatan integrative, hendaknya kita
memperhatikan hal-hal berikut: (1) pembelajaran kosakata dan struktur
harus selalu dikemas dalam konteks pemakaian yang sesungguhnya, (2)
setiap aspek bahasa diajarkan dalam payung tema tertentu, (3) dengan
mengacu pada tema, pembelajaran bahasa Indonesia sebenarnya dapat
diintegrasikan dengan bidang studi (lintas bidang studi).
6. Pendekatan Tematik
Pendekatan tematik sesungguhnya memiliki asumsi yang sama dengan
pendekatan integratif dalam hal mengemas pembelajaran bahasa secara
bulat dan utuh. Strategi pembelajaran yang berlandaskan pendekatan
tematik dapat melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam
pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses, waktu, kurikulum, konten,
17
dan lain-lain. Strategi pembelajaran tematik lebih mengutamakan
pengalaman belajar siswa, yang dilakukan secara bersahabat,
menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi siswa. Dalam menanamkan
konsep atau pengetahuan dan keterampilan, siswa tidak harus di-drill,
tetapi ia belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang sudah dipahaminya. Bentuk pembelajaran ini
dikenal dengan pembelajaran terpadu dan pembelajarannya sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan siswa.
Pendekatan tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:
Berpusat pada siswa. .
Memberikan pengalaman langsung pada siswa.
Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas karena terjadi
pengintegrasian.
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran.
Bersifat fleksibel.
Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran bahasa dengan
pendekatan tematik, antara lain:
kebermaknaan dan keutuhan kemasan pembelajaran;
pertimbangan kecukupan alokasi waktu dengan ruang lingkup dan
keluasan bahan ajar;
pilihan tema yang dekat dan familier dengan anak;
pengutamaan terhadap pencapaian kompetensi dasar daripada
temanya.
Langkah-langkah perancangan pembelajaran bahasa dengan
pendekatan tematik hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
18
1) Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari
setiap mata pelajaran.
2) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi
tersebut untuk setiap kelas dan semester.
3) Buatlah “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”.
Dalam langkah ini, penyusun memperkirakan dan menentukan
kompetensi-kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran yang
cocok dikembangkan dengan sebuah tema.
19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang
hakikat bahasa, pengajaran dan belajar bahasa yang dipergunakan sebagai
landasan dalam merancang, melaksanakan, dan menilai proses belajar-
mengajar bahasa.
Ada beberapa pendekatan yang selayaknya dipahami oleh guru-guru
sekolah dasar, baik guru kelas maupun guru bidang studi, yaitu pendekatan
pendekatan tematik, pendekatan tujuan, pendekatan, komunikatif,
pendekatan “Whole Language”, pendekatan kontekstual, pendekatan terpadu,
pendekatan CBSA, dan keterampilan proses, dan masih banyak lagi
pendekatan yang lainnya.
B. Saran
Penulis berharap agar penyajian makalah ini dapat diperhatikan
dengan saksama, karena melalui makalah ini, penulis menjelaskan beberapa
poin penting dari Pembelajaran dan Pendekatan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Sekolah Dasar. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu diharapkan agar pembaca dapat kiranya
membaca materi yang berkaitan, pada referensi lainnya agar dapat lebih
memahami Pendekatan dan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
20