A. Latar Belakang
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diajarkan di Sekolah Dasar
adalah keterampilan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang sifatnya
berkelanjutan, sehingga pembelajarannya pun diperlukan secara
berkesinambungan sejak di sekolah dasar. Hal ini didasarkan pada pemikiran
bahwa kemampuan menulis di sekolah dasar merupakan bekal belajar menulis di
jenjang berikutnya. Oleh karena itu, kemampuan menulis perlu mendapat
perhatian yang optimal sehingga dapat memenuhi target kemampuan menulis
yang diharapkan.
Penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern sekarang
ini, ternyata keterampilan menulis kurang mendapat perhatian. Namun demikian
ternyata banyak orang yang kekurangan ide atau bisa jadi idenya banyak tetapi
tetap saja kesulitan dalam menulis. Dunia informasi telah berkembang demikian
pesat dengan pesatnya perkembangan dunia informasi khususnya
perkembangan kegiatan tulis menulis,tentu menuntut kita agar mengembangkan
tradisi menulis. Tradisi menulis dapat diartikan sebagai sutu kebiasaan untuk
menyatakan gagasan atau pendapat secara tertulis. Disekolah materi menulis
sebagai salah satu keterampilan berbahasa Indonesia kurang ditangani sungguhsungguh akibatnya kemampuan berbahasa Indonesia siswa menjadi kurang
memadai.
Agar target kemampuan menulis dapat tercapai secara optimal maka upaya yan
dapat dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran yang menarik, bermakna,
dan sesuai dengan dunia siswa sehingga potensi menulis dapat berkembang
secara optimal. Namun sampai saat ini target kemampuan menulis lulusan
sekolah dasar masih jauh dari harapan. Keluhan tentang rendahnya kemampuan
baca tulis lulusan sekolah dasar terus diupayakan pemecahannya. Oleh sebab
itu, upaya demi upaya yang telah dirancang, dikembangkan, dan dilaksanakan
untuk mencari jalan keluarnya. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah
meningkatkan efektifitas pengajaran menulis.
B. Hakikat dan Proses Menulis
1. Hakikat Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut yang di dalamnya
mengandung pesan yang dibawa penulis. Pesan yang dibawa oleh penulis
melalui gambar huruf-huruf disebut karangan. Karangan sebagai ekspresi
pikiran, gagasan, pendapat, pengalaman disusun secara sistematis dan logis
(Sutari, 1997:26).
Menurut Nurudin menyebutkan bahwa menulis adalah segenap rangkaian
kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.
Menurut Rusyana menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola
bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan.
Suparno (2007:13) mendefinisikan bahwa menulis sebagai suatu kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai
alat atau medianya. Dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur
yang terlibat: penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan,
saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis adalah
kegiatan mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau pesan melalui
bahasa tulis yang berupa lambang-lambang grafik.
2. Proses Menulis
Menulis merupakan kegiatan yang bersifat produktif. Menulis merupakan
kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan
dimulai dari pengenalan lambang lambang -lambang bunyi, merangkai bunyi
menjadi suku kata. Menulis adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan secara
bertahap diawali dari aktivitas pramenulis, menulis draft, merevisi,
menyunting, dan mempublikasikan.
1) Pra menulis (prewriting)
Pada tahap ini kegiatannya berupa siswa memilih topik, siswa mengumpulkan
dan menyesuaikan ide-ide, siswa mengidentifikasi pembacanya, siswa
mengidentifikasi tujuan menulis siswa memilih bentuk yang sesuai berdasarkan
pembaca dan tujuan menulis, dengan aktifitas pengarang persiapan menulis
cerita, menggambar, membaca, memikirkan tulisan, menyusun gagasan dan
mengembangkan rencana.
2) Pengedrafan (drafting)
Pada tahap ini siswa menulis draf kasar, siswa siswa menulis pokok-pokok yang
menarik pembaca, siswa lebih menekankan isi dari pada mekanik, dengan
aktifitas pengarang merangkaikan gagasan dalam sebuah tulisan tanpa
memperhatikan kerapian atau mekanik.
3) Merevisi (revising)
Pada tahap ini siswa membagi tulisanya kepada kelompok, siswa mendiskusikan
tulisanya kepada temannya, siswa membuat perbaikan sesuai komentar teman
dan gurunya, siswa membuat perubahan subtantif dan bukan sekedar perubahan
minor antara draf pertama dan kedua. setelah mendapat saran saran dari orang
lain pengarang dapat membuat beberapa perubahan dan perubahan itu dapat
melibatkan orang lain.
4) Mengedit (editing )
Pada tahap ini siswa mebaca ulang tulisanya, siswa membantu baca ulang
tulisan temannnya, siswa mengidentifikasi kesalahan mekanisme dan
membetulkannya.
5) Mempublikasikan (publishing)
Pada tahap ini siswa mempublikasikan tulisannya dalam bentuk yang sesuai,
siswa membagi tulisanya yang sudah selesai kepada teman sekelasnya.
Tujuan
Tujuan
Tujuan
Tujuan
Tujuan
Tujuan
penugasan
altruistik
persuasif
informasional
pernyataan diri
kreatif penulis
Dikte merupakan cara yang paling efektif untuk mengetahui penguasaan siswa
tentang lambang bunyi.
2. Penguasaan ejaan dan tanda baca
Guru bisa menggunakan teknik dikte, pilihan ganda, atau perbaikan ejaan yang
salah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan ejaan dan tanda
baca.
3. Kemampuan memilih kata
Tes dalam hal ini sebenarnya merupakan semacam tes kosa kata yang lebih
menekankan pada kemampuan siswa dalam menggunakan kata secara tepat
dalam kalimat.
D. Strategi dan Model Pembelajaran
Komponen-komponen dalam strategi pembelajaran (Dick & Carey):
1.
2.
3.
4.
5.
Strategi pembelajaran menurut Gerlach & Ely ada dua jenis, yaitu expository
approach dan inquiry approach. Setelah itu, guru mengecek penerimaan,
ingatan, dan pemahaman siswa-siswa mengenai informasi yang telah
diterimanya. Guru dapat mengulangi penjelasannya, bahkan dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk praktek penerapan konsep
atau prinsip yang telah dijelaskannya pada serangkaian contoh.
Model model pengembangan pembelajaran ketrampilan menulis di SD, yaitu
1. Model Pengembangan MMP
Model pengembangan MMP (Membaca Menulis Permulaan) ini ditunjukan untuk
praktikkan di kelas I dan II. Model-model pengmbangan ini dilandasi oleh
pendekatan-pendekatan pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di SD.
a) Menjiplak dan Menuliskan huruf
b) Mengisi Suku Kata atau Huruf
c) Menuliskan Kalimat dengan Huruf Tegak Bersambung
2. Model Pengembangan Menulis Informal
Dasar-dasar pengembangan menulis informal adalah setiap kegiatan menulis
harus melalui langkah-langkah (proses) menulis yang bertahap, tetapi sebuah
tulisan dapat dihasilkan oleh penulisnya. Berikut ini adalah model pembelajaran
menulis informal. Dalam konteks ini, model pembelajan menulis informal itu
disebut CITRA (Cari Ide Tuliskan Tanpa Ragu). Variabel dari model Citra adalah
sebagai berikut:
a) Model Pembelajaran Citra 1
Model Pembelajaran Citra 1 ditunjukkan untuk meningkatkan ketrampilan siswa
menuliskan ide atau kata-kata kunci dalam kegiatan curah pendapat. Langkahlangkah pembelajaran model ini adalah:
Periksa hasil tulisan siswa, dalam hal ini ide atau kata kunci yang tidak
berhubungan yang menjadi fokus pemeriksaan. Artinya guru memeriksa
ide atau kata kunci yang tidak berhubungan dengan topik. Itulah yang
dikomentari oleh guru.
Kluster Penceritaan, yaitu topik diuraikan menjadi tiga pilihan awal, tengah
dan akhir.
Kluster 5W + 1H, yaitu topik diuraikan dengan menjawab pertanyaan
What (apa), Who (siapa), When (kapan),Where (dimana), Why (mengapa),
dan How (bagaimana).
Kluster Penginderaan, yaitu topik dipilah menjadi lima pilahan berdasarkan
pengalaman
penginderaan, see(penglihatan), smell (penciuman), touch (perabaan), he
ar (pendengaran), dan taste (pengecapan). Hasil penginderan tersebut
dituliskan dalam diagram.
Periksa diagram (kluster) yang sudah dikerjakan oleh siswa. Komentari halhal yang tidak sesuai dengan topik.
3.
a.
Menulis itu lebih baik dipahami sebagai ketrampilan, bukan sebagai ilmu.
Sebagai ketrampilan, menulis membutuhkan latihan, latihan, dan latihan.
Sebagai ilmu komposisi, Menulis mengajarkan ada sekian jenis paragraf dengan
contoh-contonhnya, ada sekian macam deskripsi, sekian macam narasi, sekian
macam eksposisi dan masing-masing disertai dengan contoh-contohnya, ada
kalimat inti dan sebagainya, yang kesemuanya itu tidak membuat siswa dapat
menulis. Terlalu banyak aturan akan membuat siswa gamang menulis. Seperti
halnya latihan berenang, tidak dimulai dengan teori. Seorang yang ingin belajar
berenang langsung disuruh menceburkan diri ke dalam air. Di situ ia dapat mulai
dengan bermain-main air, menggerak-gerakkan kaki di dalam air, belajar berani
mengambang di air dengan cara berpegangan pada pipa di pinggir kolam dan
seterusnya. Dengan demikian, menulis pun dapat dimulai tanpa harus tahu
tentang teori-teori menulis. Seseorang yang ingin belajar menulis langsung saja
terjun di kegiatan menulis yang sebenarnya. Ia dapat saja menulis hal-hal yang
sederhana tanpa harus memeperdulikan apakah tulisannya memenuhi
persyaratan komposisi atau tidak. Tulisan yang dibuatnya harus selesai semua.
Ia boleh menulis bagian mana saja yang desenanginya dan melanjutkannya
kapan saja dan dimana saja. Artinya, Penyelesaian karangan itu tidak terbatas
pada jam sekolah.
b.
Tidak ada satu titik awal yang pasti dari mana pelajaran menulis harus dimulai.
Dalam pembelajaran sebuah ilmu ada titik mulai yang paling logis. Tetapi tidak
demikian dengan mengajarkan menulis, kita dapat memulainya dari bagian
manapun yang kita sukai. Kita dapat memulainya dengan mengajak siswa
menulis cerita, laporan, deskripsi, puisi, atau apa saja. Perlu diingat, kata kunci
dalam pembelajaran menulis adalah mengajak siswa menulis. Dengan
menggunakan kata kunci seperti itu siswa dapat kita bawa kedalam situasi yang
menyenangkan yang dapat membuat siswa mulai menulis. Misalnya, Anda
sebagai guru menuliskan kata air dipapan tulis. Kemudian anda bertanya kepada
siswa, Apakah mereka punya pengalaman menarik dengan air. Pasti jawabannya
beragam. Anda dapat mendaftar setiap ide tentang air itu dipapan tulis.Sesudah
itu, anda bertanya lebih lanjut, apakah mereka dapat menceritakan pengalaman
masing-masing kepada teman sebangkunya. Guru dapat meminta kepada siswa
yang mendengarkan cerita teman sebangkunya itu mencatat apa yang
didengarnya. Setelah cerita selesai sipencatat dapat menunjukan hasil
catatanya. Itulah hasil kolaborasi antar teman sebangku. Boleh saja cerita itu
kemudian dikembangkan lagi secara imajinatif atau dibiarkan begitu saja. Yang
pasti pada saat itu pada saat itu guru sudah berhasil mengajak para siswanya
mengarang yang dimulai dari mana pun. Kesan yang tertanam dari diri siswanya
mengarang yang dimulai dari manapun. Kesan yang tertanam dalam diri siswa
dari kiat yang telah digunakan guru dalam pembelajaran mengarang seperti itu
bahwa mengarang itu mudah.
c.
Pelajaran menulis itu merupakan proses nonlinear, artinya tidak harus ada uruturutan tertentu dari a sampe ke z. Sebab kegiatan menulis merupakan proses
yang berputar-putar dan berulang-ulang. Dalam proses seperti itu tidaklah
menjadi soal jika metari yang sama diberikan dua atau tiga kali sebab dalam
setiap pengulangan akan selalu ada perubahan, disamping dengan sendirinya
akan berlangsung pula proses-proses internalisasi, konsolidasi, dan verifikasi
yang akan menghasilkan kebiasaan dan keterampilan yang semakin lama
semakin menuju ke tingkat yang lebih sempurna pada diri siswa. Maka guru juga
harus memiliki sistem penilaian yang berbeda dengan cara penilaian
konvensional. Disini guru mengadakan kesepakatan terlebih dahulu dengan
siswa. Menilai karangan dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan proses
harus ada kesesuaian antara kriteria penulisan guru dengan pikiran, kreasi,
keinginan, dan gaya yang digunakan siswa. Menilai karangan merupakan hak
guru, tapi siswa juga mempunyai hak untuk menghargai kreasinya. Oleh sebab
itu siswa boleh ditanya apa sikapnya terhadap tulisan yang dihasilkannya.
4.
Hal ini dapat melalui permainan menulis yang biasa disebut menulis berantai
atau menulis berkelompok sebagai berikut:
Tentukan mana saja yang masuk kelompok satu, dua dan seterusnya.
Sesudah itu kertas dikumpulkan dan guru membacakan isi setiap kertas.
Ini akan menjadi proses pembelajaran menulis yang menarik, karena adanya
kesalahan yang dibuat oleh siswa, biasanya tentang kesalahan koherensi, yaitu
keterhubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat sebelum atau
sesudahnya.
b.
Kuis
Minimal ada tiga kuis yang dapat digunakan dalam setahunnya, yaitu kuis tanda
baca, kuis tata paragraf, dan kuis tanda kutip, tanda baca, dan tata paragraf
sekaligus.
c.
Penggunaan metode ini membutuhkan buku yang berisi banyak dan berbagai
macam tulisan yang dapat dijadikan master atau model pegangan. Sebuah
model yang dipilih guru dibaca bersama-sama dikelas. Kemudian baca pula
analisis model itu (setiap model disertai sedikit analisis mengenai bagus
tidaknya tulisan itu dan menelusuri jalan pikiran penulisnya ketika menciptakan
tulisan itu, melihat sistematika penulisannya, dll). Kemudian guru mrngajak
siswa memikirkan objek lain yang kira-kira dapat dituliskan dengan pola, gaya
atau cara yang dipakai dalam model itu. Selanjutnya, siswa menuliskan idenya
yang sejalan dengan model yang dibahas.
e.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara melatih siswa menulis buku harian. Yang
berisi tentang pengalaman, kesan atau pikiran yang menarik. Selain dengan
menulis majalah dinding (Mading). Dapat pula dengan kliping. Dalam kliping
siswa akan mengumpulkan tulisan-tulisan yang mereka sukai yang sesuai
dengan bakat dan kepribadian mereka.
D. Lingkup Pembelajaran
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek
sebagai berikut.
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis.
F. Rambu-rambu Pembelajaran
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor,
guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Dan dalam memberi kebebasan guru juga harus memberikan
rambu-rambu pembatas antara lain:
(1) Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, baik kategori standar maupun mandiri,
(4) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket
dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan
dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu
secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
(5) Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0%-40%, SMP/MTs/SMPLB 0%50% dan SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK 0%-60% dan waktu kegiatan tatap muka
mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
(6) Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara
dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan
satu jam tatap muka.Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan
dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan
untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan
criteria kettuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan
rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber
daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.