Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam masyarakat. Urgensi
bahasa mencakup segala bidang kehidupan, karena suatu yang dihayati, diamati, dan
dirasakan oleh seseorang dapat dipahami oleh orang lain, apabila telah diungkapkan
dengan bahasa, baik lisan maupun tulisan.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi oleh karena itu,
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan.
Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar
serta kemampuan memperluas wawasan. Siswa tidak hanya diharapkan mampu
memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung tetapi juga dapat
memahami informasi yang disampaikan secara terselubung atau tidak secara langsung.
Tarigan (1983:1) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa mencakup 4 segi
yaitu menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis. Dalam kegiatan menulis, maka
sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosakata,
keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui
latihan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kegiatan
menulis bertujuan untuk mengungkapkan fakta, pesan sikap dan isi pikiran secara jelas
dan efektif kepada para pembacanya.
Keterampilan menulis adalah suatu proses berpikir atau menuangkan ide yang
dituangkan dalam bentuk tulisan. Ide tersebut kemudian dikembangkan dalam wujud
rangkaian kalimat, selain itu menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dip
ergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan
orang lain. Dalam menulis banyak hal yang perlu diperhatikan salah satunya adalah
penggunaan bahasa, agar orang lain dapat membaca tulisan yang ditulis maka dituntut
adanya bahasa yang mudah dip ahami. Oleh karena itu, keterampilan ini membutuhkan
perhatian dan keseriusan dariseluruh instrumen penyelenggara pendidikan terutama
guru dan kurikulum yang mendukung.
Menulis merupakan wujud kemahiran berbahasa yang memiliki manfaat besar
bagi kehidupan manusia, khususnya siswa. Dengan menulis siswa dapat menuangkan

1
segala keinginan hati, sindiran, kritikan dan lainnya. Tulisan yang baik dan berkualitas
merupakan manifestasi dan keterlibatan aktivitas berpikir atau bernalar yang baik. Hal
ini dimaksudkan bahwa seorang penulis harus mampu mengembangkan cara-cara
berpikir rasional. Pada saat melakukan aktivitas menulis, siswa dituntut berpikir untuk
menuangkan gagasannya berdasarkan skemata, pengetahuan, dan pengalaman yang
dimiliki secara tertulis. Aktivitas tersebut memerlukan kesungguhan untuk mengolah,
menata, mempertimbangkan secara kritis gagasan yang akan dicurahkan dalam bentuk
tulisan atau karangan.
Keterampilan menulis merupakan serangkaian aktivitas berpikir menuangkan
gagasan untuk menghasilkan suatu bentuk tulisan secara lebih mendalam. Akhadiah
(1994:2-3) menyatakan bahwa aktivitas menulis yang dimaksud adalah aktivitas untuk
mengekspresikan ide, gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam lambang-lambang
kebahasaan. Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa menulis sebagai proses
melalui tiga tahap yakni tahap pramenulis, menulis, dan pascamenulis. Pada tahap
pramenulis yang dilakukan menulis adalah menyusun draf sampai batas menulis
kerangkan tulisan, selanjutnya tahap menulis draf kasar dan yang terakhir tahap pasca
menulis yang meliputi tahap revisi, menyunting, dan mengikuti uji coba.
Aspek menulis difokuskan agar siswa mampu mengekspresikan berbagai
pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam menyusun karangan, menulis surat,
meringkas buku, dan menulis catatan tertentu berdasarkan materi pembelajaran.
Sedangkan pada kemampuan bersastra, standar kompetensi aspek menulis dijadikan
satu dengan aspek keterampilan lainnya, yakni siswa mengapresiasi ragam sastra siswa
melalui mendengarkan dan menanggapi cerita pendek, menulis prosa sederhana,
memerankan drama anak tanpa teks, dan menulis puisi bebas (Depdiknas, 2006:16).
Realitas menunjukan bahwa keterampilan menulis belum optimal dikuasai oleh
siswa. Mereka menganggap bahwa menulis merupakan sesuatu yang mudah untuk
dilakukan sehingga sering dipandang kurang penting. Akan tetapi, menulis juga sering
dianggap sesuatu kegiatan yang menjenuhkan dan membosankan. Oleh karena itu,
perlulah kiranya guru mencari dan menerapkan metode dan strategi dalam upaya
meningkatkan keterampilan keterampilan menulis.
Seringkali kita temukan berbagai permasalahan dalam pembelajaran menulis di
kalangan siswa. Sepertiyang terjadi pada siswa kelas Kelas XII SMK Negeri 1 Pasie
Raja Kabupaten Aceh Selatan, Semester 1 Tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini tampak
dari tugas menulis cerpen yang diberikan guru kepada 33 siswa di kelas tersebut, yaitu

2
12 siswa yang mencapai batas ketuntasan dengan KKM yang ditentukan sekolah
sebesar 70. Organisasi isinya meloncat-loncat sehingga menampakkan penalaran bahasa
yang kurang logis, terdapat banyak kesalahan bahasa yang meliputi diksi, ejaan, pilihan
kata, dan kalimat. Dari data yang ada menunjukkan bahwa pada karangan tersebut
hanya sekitar 36 % siswa yang mendapatkan nilai 70 ke atas (sebagai batas ketuntasan)
dan sisanya hanya mendapatkan nilai dibawah 70.
Rendahnya presentase kemampuan menulis cerpen siswa menjadi salah satu
petunjuk bahwa terdapat kelemahan dalam proses belajar. Hal ini merupakan titik awal
peneliti dalam mengidentifikasi permasalahan belajar dan berupaya mencari jalan
keluar dari permasalahan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
dengan para siswa dip eroleh fakta bahwa bagi mereka aktivitas menulis terutama
menulis cerpen hanya dilakukan saat mendapatkan tugas dari guru sehingga karangan
yang berupa cerpen seakan-akan dibuat hanya untuk dibaca oleh guru. Adapun prosedur
yang selama ini dilakukan guru dalam pembelajaran cerpen meliputi: (1) pemberian
tema kepada siswa, (2) tugas menulis cerpen berdasarkan tema yang telah
ditentukan,(3) batas waktu 2x30 menit dan cerpen harus dikumpulkan meskipun
terdapat siswa yang belum selesai, (4) guru melakukan evaluasi dengan membaca
cerpen hasil kerja siswa tanpa harus diketahui oleh siswanya, dan (5) guru
mengembalikan cerpen kepada siswatanpa adanya latihan untuk menulis cerpen dengan
tahapan maupun proses yang seharusnya dilakukan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti berusaha untuk memberikan
alternatif strategi pembelajaran menulis yang kreatif dan inovatif dengan memanfaatkan
fasilitas yang ada. Peneliti menggunakan strategi 3M (meniru, mengolah,
mengembangkan) karena sebagian besar siswa kesulitan dalam menuangkan ide
maupun gagasan untuk menulis cerpen terlebih mengembangkan ide tersebut. Diskusi
kelompok pada nyatanya tidak terlalu berhasil untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis cerpen terlebih sebagian besar siswa belum mengetahui hakikat cerpen
pada umumnya. Strategi pembelajaran yang ditawarkan dilandasi oleh strategi copy the
master. Ide ini diperkuat pendapat bahwa strategi copy the master adalah strategi
pemodelan yang dekat dengan calon penulis terutama calon penulis cerpen atau dalam
hal ini adalah siswa. Adanya model yang dekat dengan siswa berarti memudahkan
siswa untuk memulai kegiatan menulis cerpen. Strategi copy the master tersebut
selanjutnya oleh Ismail Marahimin dikembangkan menjadi strategi menulis cerpen yang
diberi nama strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan). Adapun kelebihan

3
strategi 3M ini terletak pada proses peniruan cerpen yang tidak hanya sebatas meniru
secara lateral, namun terdapat tahap pengolahan dan perbaikan sehingga akan
dihasilkan cerpen baru.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan melakukan penelitian yang
berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Melalui Penggunaan Strategi 3M
(Meniru, Mengolah, dan Mengembangkan) pada Siswa kelas XII SMK Negeri 1 Pasie
Raja Kabupaten Aceh Selatan

B. Rumusan Masalah
1. Apakah penerapan strategi 3M dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis
cerpen pada siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Pasie Raja?
2. Apakah penerapan strategi 3M dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen
pada siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Pasie Raja?

C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1. Meningkatkan proses pembelajaran menulis siswa, ditandai dengan timbulnya
keaktifan siswa yang meliputi rasa semangat, motivasi serta minat yang tinggi dalam
mengikuti pembelajaran menulis ditandai dengan aktif bertanya maupun
memberikan tanggapan, aktif mengerjakan tugas serta menjawab pertanyaan guru
melalui penerapan strategi 3M.
2. Meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas XII SMK Negeri 1 Pasie
Rajadi ditandai dengan hasil pekerjaan siswa yang telah mencapai angka yang
sesuai standar KKM 70 ke atas melalui penerapan strategi 3M.

D. Manfaat Hasil Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai:
a. Bahan kajian dalam meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen.
b. Memberikan sumbangan wawasan dan pengetahuan mengenai pembelajaran
menulis cerpen.

4
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1. Memberi kemudahan bagi siswa dalam menuangkan ide maupun gagasan
kedalam bentuk cerpen.
2. Meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa dengan menjadikan suasana
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
b. Bagi guru
1. Mengatasi kesulitan pembelajaran menulis cerpen yang dialami guru.
2. Sebagai bahan acuan untuk membuat pembelajaran menulis cerpen lebih
kreatif dan inovatif.
3. Dapat menambah pengetahuan peneliti dalam penelitian yang terkait dengan
pembelajaran menulis cerpen.
4. Dapat memperoleh pengalaman dan wawasan nyata tentang penerapan teknik
pembelajaran dengan menggunakan strategi 3M untuk meningkatkan
kemampuan menulis cerpen

5
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Menulis
Menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat,
didengar, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Menurut Tarigan
(1994: 4) menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam
kegiatan menulis sang penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa dan
kosa kata. Dalam kehidupan modern ini jelas bahwa keterampilan menulis sangat
dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa keteramplan
menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.
Salah satu keterampilan berbahasa yang dip ergunakan untuk berkomunikasi secara
tidak langsung atau tidak secara tatap muka dengan orang lain ialah menulis. Dalam
kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa,
dan kosakata selain itu menulis adalah menurunkan atau melukiskan lamb anglambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga
orang lain dapat membaca lambang- lamb ang grafik tersebut.
Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1999: 8),
menyebutkan pengertian menulis: (1) merupakan suatu bentuk komunikasi, (2)
merupakan proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang
akan disampaikan, (3) adalah bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap,
dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang
menyertai percakapan, (4) merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi
dengan alat-alat penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca, (5) merupakan bentuk
komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang
dibatasi oleh jarak tempat dan waktu.
Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1999: 2)
mengungkapkan bahwa menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik
serta mengungkapkannya secara tersurat. Secara lebih lanjut mereka menyatakan bahwa
menulis merupakan suatu proses. Sehingga dalam menulis seseorang harus melewati
beberapa tahap antara lain, tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.
Dengan kata lain kemampuan menulis lebih sulit dikuasai karena kemampuan

6
menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa
itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Keterampilan menulis tidak akan datang
secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur
(Henry Guntur Tarigan, 1993: 4).
Menulis seperti juga ketiga keterampilan berb ahasa lainnya, merupakan suatu
proses perkembangan. Ahmad Rofiudin dan Darmiyati zuhdi (2001: 53) menyatakan
bahwa dalam menulis seorang penulis tidak akan secara langsung dan tiba-tiba bisa
menulis, melainkan harus mengituti tahap-tahap dalam menulis. Adapun tahap-tahap
tersebut adalah tahap pramenulis dan tahap penulisan. Sedangkan Henry Guntur
Tarigan, (1993: 8) mengemukakan bahwa menulis menuntut pengalaman, waktu,
kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung
menjadi seorang penulis. Menulis menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara
logis, diekspresikan dengan jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya, menuntut
penelitian yang terinci, observasi yang seksama, pembedaan yang tepat dalam
pemilihan judul, bentuk, dan gaya
Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulis
menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan
pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Salah satu jenis
kegiatan menulis adalah menulis kreatif, menulis cerpen termasuk salah satu kegiatan
menulis kreatif. Tulisan kreatif merupakan tulisan yang bersifat apresiatif dan ekspresif.
Apresiatif maksudnya melalui kegiatan menulis kreatif orang dapat mengenali
menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritisberbagai hal
yang dijumpai dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri dan
memanfaatkan berbagai hal tersebut ke dalam kehidupan nyata. Ekspresif dalam arti
bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman
atau berb agai hal yang menggejala dalam diri kita, untuk dikomunikasikan kepada
orang lain, melalui tulisan kreatif sebagai sesuatu yang bermakna. Salah satu teks
bersifat kreatif adalah teks cerpen seperti penulisan cerpen.
Dari definisi-definisi menulis di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
kemampuan menulis adalah kemampuan untuk mengemukakan gagasan melalui media
bahasa berupa tulisan. Dapat pula dikatakan bahwa menulis adalah suatu aktivitas aktif
produktif yang dilakukan dengan mengorganisasikan gagasan secara sistematik dan
mengungkapkannya secara tersurat. Kemampuan menulis diperoleh melalui latihan
yang terus menerus. Sedangkan menulis cerpen memiliki arti bahwa kemampuan

7
seseorang mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan kreatif yang bersifat apresiatif
dan ekspresif.

2. Hakikat Pembelajaran
Winkel (1995: 36) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan
nilai sikap. Lebih lanjut, Oemar Hamalik (2001: 36) menyatakan bahwa belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Pembelajaran merupakan
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, materil, fasilitas,
perlengkapan, dan pro sedur yang saling mempengaruhi tujuan pembelajaran (Oemar
Hamalik, 2001: 57). Tujuan pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan tingkah
laku tentunya ke arah yang lebih baik.
Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak bisa dip isahkan dari
istilah kurikulum dan pengertiannya. Hubungan keduanya dapat dip ahami sebagai
berikut: pengajaran merupakan wujud pelaksanaan (implementasi)kurikulum, atau
pengajaran ialah kurikulum dalam kenyataan implementasinya. Mengenai peristilahan
dan makna dari sudut bahasa, pengajaran berarti perihal mengajarkan sesuatu. Kata
pengajaran menyiratkan adanya orang yang tugasnya mengajar, di sekolah umumnya
disebut guru. Pengajaran lebih luas pengertiannya daripada mengajar(teaching).
Pengajaran sebagai suatu proses, buah atau hasilnya adalah belajar (learning), yaitu
terjadinya peristiwa belajar di dalam diri siswa. Peristiwa belajar pada siswa ini
menunjukkan adanya sikap, minat, perhatian, perasaan, percaya diri dan lainnya
sebagainya.
Istilah pembelajaran mengacu ke segala daya upaya bagaimana membuat
seseorang belajar, bagaimana menghasilkan terjadinya peristiwa belajar di dalam diri
orang tersebut. Pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti istilah pengajaran, meskipun
kedua istilah itu sering digunakan bergantian dengan arti yang sama dalam wacana
pendidikan dan perkurikuluman. Pembelajaran mengandung makna kegiatan memilih,
menetapkan, dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai
hasil pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
pembelajaran pada hakikatnya ialah pelaksanaan dari kurikulum sekolah untuk
menyampaikan isi atau materi mata pelajaran tertentu kepada siswa dengan segala daya
upaya, sehingga siswa dapat menunjukkan aktivitas belajar.

8
Jadi jelas bahwa dalam menyusun perangkat pembelajaran seorang guru harus
berlandaskan kurikulum yang berlaku nasional. Pada tahun 2004 yang diberlakukan
adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan kemudian pada tahun 2006 dirubah
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka agar pelaksanaannya
tidak mengalami kesulitan yang terlalu besar, maka perlu persiapan sebelum
pelaksanaan pembelajaran menulis yang didasarkan atas kurikulum yang berlaku.

3. Hakikat Pembelajaran Menulis di SMK


Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam dunia
pendidikan. Menurut Tarigan (1983: 1) keterampilan berbahasa mencakup 4 segi yaitu
menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speacking Skill), Membaca (Reading Skill), dan
Menulis (Writing Skill). Menulis merupakan kegiatan melahirkanpikiran dan perasaan.
Menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan
pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Menulis merupakan
suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif (Tarigan 1982: 4). Kegiatan menulis
bertujuan untuk mengungkapkan fakta, pesan sikap dan isi pikiran secara jelas dan
efektif kepada para pembacanya. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan
tentang materi kebahasaan saja, tetapi juga materi kesastraan. Kedua materi tersebut
direncanakan dan mendapat bagian yang sama sehingga pengajarannya juga harus
seimbang. Sebagi contohnya dalam pembelajaran menulis cerpen, secara tidak langsung
materi pembelajaran menulis cerpen merupakan satu kesatuan dari materi kebahasaan
dan materi sastra.
Pembelajaran menulis di sekolah diakui masih sangat minim dan kurang
aktraktif. Pembelajaran menulis di sekolah sering dianaktirikan. Pembelajaran menulis
dianggap tidak penting, menghabiskan waktu, dan tidak dapat mendongkrak nilai ujian
nasional. Sebab, soal-soal yang terkait dengan materi mengarang mapun menulis dalam
ujian nasional dirasa sangat sedikit. Menulis adalah kegiatan yang memberdayakan diri
sendiri dan orang lain. Karena ide, pemikiran, hal baru, sejarah, ataupun cerita dapat
disampaikan kepada orang lain secara lebih luas melalui media tulisan. Kesempatan
besar untuk menyebarkan ide dan pemikiran perlu didukung dengan kemampuan
menuliskan dan menyampaikan dalam bentuk tulisan secara baik. Itu artinya ide yang
tertulis diharap dapat ditangkap, dan dimengerti oleh audiens yang dikehendaki atau
dituju. Ide dan pemikiran yang dicurahkan dalam tulisan perlu ditetapkan tujuannya,
baik tujuan menulis, dan kepada siapa tulisan ini ditujukan. Dengan demikian,

9
penggunaan bahasa, istilah, dan ide yang akan disampaikan sesuai.
Pembelajaran mengandung makna kegiatan memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran
yang diinginkan. Sehingga dalam pembelajaran menulis ini berarti kegiatan yang
dilakukan mencakup memilih, menetapkan, dan mengembangkan sebuah karangan baik
karangan kebahasaan maupun karangan sastra seperti cerpen. Pembelajaran menulis
cerpen berdasarkan kurikulum KTSP untuk SMA/SMK/MA Kelas XII Semester 1
mencakup 2 kompetensi dasar yaitumengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang
lain ke dalam cerpen dan menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam
cerpen.

4. Penilaian Pembelajaran Menulis


Ismail Marahaimin (2004: 16) menyatakan bahwa pelajaran menulis memang
rasanya tidak diberikan di sebagian besar sekolah-sekolah kita, mulai dari Sekolah
Dasar sampai perguruan tinggi. Di antara yang memberikan pelajaran tersebut terdapat
sebagian yang memberikan teori tentang menulis sekalipun buku-buku pegangan
tentang pembelajaran menulis masih langka. Namun, Dewasa ini pembelajaran menulis
mulai ditingkatkan di sebagian sekolah.
Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran menulis, dilakukan dengan dua cara
penilaian yaitu: penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
a. Penilaian Proses Pembelajaran
Nana Sudjana (2006: 59) menyatakan bahwa keberhasilan proses belajar-
mengajar dapat dilihat dari efisiensi, keefektifan, relevansi, serta produktivitas.
Penilaian proses pembelajaran dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Guru
mengukur sampai berapa jauh tingkat keberhasilan pembelajaran melalui pengamatan
terhadap minat dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, maupun respon
yang diberikan dalam dengan menanggapi konsep menulis fungsional yang diberikan.
Penilaian dilakukan menggunakan ceklist pada lembar pengamatan. Pembelajaran dapat
dikatakan berhasil apabila anak memiliki minat dan perhatian yang cukup tinggi dalam
melakukan kegiatan menulis.
b. Penilaian Hasil Belajar
Zaini Mahmuoed dalam Burhan Nurgiyantoro (2001: 305) menyatakan bahwa
penilaian yang bersifat holistik memang diperlukan. Akan tetapi, agar guru dapat
menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi yang lebih terinci tentang

10
kemampuan siswa untuk keperluan diagnostik-edukatif, penilaian hendaknya sekaligus
disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. Penilaian hasil belajar dilaksanakan
apabila pembelajaran telah selesai.Penilaian ini dilakukan melalui tes tertulis.
Keberhasilan pembelajaran dapat ditunjukkan dengan meningkatkan partisipasi siswa
pada kurun waktu tertentu yang ditunjukkan pada nilai ulangan harian atau nilai tes
hasil belajar. Apabila nilai anak meningkat, maka hal tersebut merupakan indikasi
bahwa pembelajaran telah berhasil. Sebaliknya apabila nilai anak tidak meningkat,
bahkan menurun, hal ini merupakan indikasi bahwa pembelajaran tidak berhasil.

5. Cerita Pendek (Cerpen)


a. Pengertian Cerita Pendek (Cerpen)
Banyak pengertian serta aliran sastra yang muncul dalam cerita pendek. Burhan
Nurgiyantoro (1995: 11) menyatakan bahwa cerpen merupakan cerita khas yang
mampu mengemukakan secara lebih banyak dari sekedar apa yang diceritakan.
Sedangkan menurut Edgar Allam Poe dalam Burhan Nurgiyantoro (1995: 10)
menyatakan bahwa cerpen merupakan sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali
duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Sedangkan Menurut Doktor
H.B. Jassin dalam Korie Layun Sampan (1995: 10) menyatakan bahwa cerpen adalah
cerita yang pendek yang harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, dan
penyelesaian. Secara umum penulisan kreatif cerpen sama dengan menulis bisaa, pada
umumnya. Unsur kreativitas mendapat tekanan dan perhatian besar karena hal ini
sangat penting peranannya dalam pengembangan proses kreatif seorang
penulis/pengarang dalam karya-karyanya, kreativitas ini dalam ide maupun hasil
akhirnya (Titik, 2003: 31).
Karya kreatif merupakan interpretasi evaluatif yang dilakukan pengarang
terhadap kehidupan yang kemudian direfleksikan melalui medium bahasa pilihan. Jadi
sumber penciptaan karya sastra tidak lain adalah kehidupan kita secara keseluruhannya.
Karya kreatif bisa saja merupakan penemuan kembali kekuatan dan kelemahan kita di
masa lalu, keberhasilan kita kini, atau juga kegagalan kita dalam menyongsong masa
depan. Oleh karena itu di dalam karya sastra menyuguhkan nilai kehidupan, yakni nilai-
nilai yang bermakna bagi kehidupan, yang mengarahkan dan meningkatkan kualitas
hidup kita sebagai manusia. Menulis merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif.
Menulis cerpen pada hakikatnya merujuk pada kegiatan mengarang, dan
mengarang termasuk tulisan kreatif yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil rekaan

11
atau imajinasi pengarang. Menulis cerpen merupakan cara menulis yang paling selektif
dan ekonomis.
Cerita dalam cerpen sangat kompak, tidak ada bagiannya yang hanya berfungsi
sebagai embel-embel. Tiap bagiannya, tiap kalimatnya, tiap katanya, tiap tanda
bacanya, tidak ada bagian yang sia-sia, semuanya memberi saham yang penting untuk
menggerakkan jalan cerita, atau mengungkapkan watak tokoh, atau melukiskan
suasana. Tidak ada bagian yang ompong, tidak ada bagian yang berlebihan
(Diponegoro 1994: 6).
Dalam hal kreativitas menulis cerpen, Tamsir dalam Endraswara (2003: 239)
memberikan petunjuk bahwa penulis ibarat kamerawan yang membidik perjalanan
panjang kehidupan manusia atau sesuatu yang dimanusiakan. Pendapat itu memberikan
gambaran bahwa penulis cerpen harus tanggap terhadap lingkungan dan perubahan
waktu. Pengalaman pribadi, pengamatan atas kejadian-kejadian di sekitar kita, dari
membaca buku atau menonton film, bahkan dari mimpi bisa menjadi ide cerita yang
mampu menggerakkan imajinasi untuk berkreasi membuat cerpen.
Cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan
cerita tersebut atau banyak sedikitnya tokoh yang terdapat di dalam cerita itu,
melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan
oleh bentuk karya sastra tersebut. Cerita pendek adalah wadah yang bisaanya dipakai
oleh pengarang untuk menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang
paling menarik perhatian pengarang. Jadi sebuah cerita senantiasa memusatkan
perhatiannya pada tokoh utama dan permasalahannya yang paling menonjol dan menjadi
tokoh cerita pengarang, dan juga mempunyai efek tunggal, karakter, alur, dan latar yang
terbatas.
Cerpen memuat penceritaan kepada satu peristiwa pokok, peristiwa pokok itu
tidak selalu berdiri sendiri ada peristiwa lain yang sifatnya mendukung peristiwa pokok.
Cerpen adalah karakter yang dijabarkan lewat rentetan kejadian-kejadian.
Sebagai salah satu bagian dari karya sastra, cerita pendek (cerpen) memiliki
banyak pengertian. Berikut pendapat beberapa ahli tentang pengertian cerita pendek
(cerpen). Jacob Sumardjo (2001: 91) mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah seni,
keterampilan menyajikan cerita, yang di dalamnya merupakan satu kesatuan bentuk
utuh, manunggal, dan tidak ada bagian-bagian yang tidak perlu, tetapi juga ada bagian
yang terlalu banyak. Semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti. Adapun Edgar
Allan Poe dalam Nurgiyantoro (1995: 10) mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah

12
cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisarantara setengah sampai
dua jam-suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk novel. Berdasarkan
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian cerpen adalah cerita fiksi
(rekaan) yang memiliki tokoh utama yang sedikit dan keseluruhan ceritanya membentuk
kesan tunggal, kesatuan bentuk, dan tidak ada bagian yang tidak perlu.
Wiyanto (2005: 96) mengemukakan bahwa menulis cerpen harus banyak
berkhayal karena cerpen memang karya fiksi yang berbentuk prosa. Peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam cerpen hanya direkayasa pengarangnya. Demikian pula para pelaku
yang terlibat dalam peristiwa itu. Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa pun
hanya direka-reka oleh pengarangnya. Oleh karena itu, cerpen (dan semua cerita fiksi)
disebut cerita rekaan.
Sifat umum cerpen ialah pemusatan perhatian pada satu tokoh saja yang
ditempatkan pada suatu situasi sehari-hari, tetapi yang ternyata menentukan (perubahan
dalam perspektif, kesadaran baru, keputusan yang menentukan). Tamatnya seringkali
tiba-tiba dan bersifat terbuka (open ending). Cerpen sering mempergunakan (pengaruh
dari film) dan bahasanya sederhana tetapi sugestif.
Dari beberapa pendapat tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa cerita
pendek adalah cerita fiksi yang bentuknya pendek dan ruang lingkup permasalahannya
menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang menarik perhatian
pengarang, dan keseluruhan cerita memberi kesan tunggal. Menulis cerpen merupakan
proses kreatif yang melahirkan pikiran, perasaan, secara ekspresif dan apresiatif.
Peristiwa, pelaku, waktu, tempat, dan suasana yang terjadi dalam cerpen hanya bersifat
rekaan atau khayal.
b. Unsur-Unsur Pembangun Cerpen
Cerpen tersusun atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan erat
antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara unsur-unsur pembangun cerita
tersebut membentuk totalitas yang bersifat abstrak. Koherensi dan keterpaduan semua
unsur cerita yang membentuk sebuah totalitas amat menentukan keindahan dan
keberhasilan cerpen sebagai suatu bentuk ciptaan sastra. Unsur-unsur dalam cerpen
terdiri atas: tema, alur atau plot, tokoh penokohan,latar (setting), sudut pandang (point
of view), dan gaya bahasa.
Tompkins dan Hoskinson (dalam Akhadiah 1994: 312) berpendapat bahwa
unsur-unsur sebuah cerpen antara lain sebagai berikut.

13
1) Tema
Yaitu gagasan inti dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi
sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi.
Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan
atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk
bercerita.
Tema merupakan sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada para
pembacanya. Sesuatu itu bisaanya adalah masalah kehidupan, komentar pengarang
mengenai kehidupan atau pandangan hidup sang pengarang dalam menempuh
kehidupan luas ini. Pengarang tidak dituntut menjelaskan temanya secara gamblang dan
final, tetapi bisa saja hanya menyampaikan sebuah masalah kehidupan dan akhirnya
terserah pembaca untuk menyikapi danmenyelesaikannya. Cerpen yang baik dan besar
bisaanya menyajikan berbagai persoalan yang kompleks. Namun, selalu memiliki pusat
tema, yaitu pokok masalah yang mendominasi masalah lainnya dalam cerita itu.
2) Alur/ Plot
Alur yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek
tertentu. Banyak anggapan keliru mengenai plot. Sementara orang menganggap plot
adalah jalan cerita. Dalam pengertian umum, plot adalah suatu permufakatan atau
rancangan rahasia guna mencapai tujuan tertentu. Rancangan tentang tujuan itu
bukanlah plot, akan tetapi semua aktivitas untuk mencapai yang diinginkan itulah plot.
Secara lebih jelas plot adalah sesuatu yang membuat cerita berjalan dengan
irama atau gaya dalam menghadirkan ide dasar. Semua peristiwa yang terjadi di dalam
cerita pendek harus berdasarkan hukum sebab-akibat, sehingga plot jelas tidak mengacu
pada jalan cerita, tetapi menghubungkan semua peristiwa.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa alur adalah hubungan sebab akibat. Alur
atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis
dalam pengertian ini, alur merupakan suatu jalur temp at lewatnya rentetan peristiwa
yang tidak terputus-putus oleh sebab itu, suatu kejadian dalam suatu cerita menjadi
sebab akibat kejadian yang lain. Kejadian atau peristiwa-peristiwa itu tidak hanya
berupa perilaku yang tampak seperti pembicaraan atau gerak gerik, tetapi juga
menyangkut perubahan tingkah laku tokoh yang bersifat non fisik, seperti perubahan
cara berpikir, sikap kepribadian dan sebagainya. Alur cerita rekaan terdiri dari alur
buka, alur tengah, alur puncak dan alur tutup.
Dilihat dari cara penyusunannya bagian-bagian alur tersebut, alur atau plot

14
cerita dapat dibedakan menjadi alur lurus, alur sorot balik (flash back), dan alur
campuran. Disebut alur lurus apabila cerita disusun mulai dari awal diteruskan dengan
kejadian-kejadian berikutnya dan berakhir pada pemecahan masalah. Apabila cerita
disusun sebaliknya, yakni dari bagian akhir dan bergerak ke muka menuju titik awal
cerita disebut alur sorot balik. Sedangkanalur campuran yakni gabungan dari sebagian
alur lurus dan sebagian alur sorot balik.
Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa alur atau plot adalah jalinan
peristiwa secara beruntutan dalam cerita dengan memperhatikan hubungan sebab akibat
sehingga cerita itu merupakan kesatuan yang padu, bulat dan utuh.
3) Latar/ Setting
Yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita.
Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena
latar harus bersatu dengan tema dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang baik,
padat, dan berkualitas. Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak
integral dengan tema dan plot.
Latar atau landasan tumpu (setting) cerita adalah lingkungan tempat peristiwa
terjadi.
Latar dibedakan menjadi dua yaitu latar sosial dan latar fisik (latar material)
latar sosial mencakupi penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial
dan sikapnya, adat istiadat, cara hidup, bahasa dan lain-lain. Adapun yang dimaksud
latar fisik adalah latar di dalam wujud fisik.
Latar tidak hanya sebagai background saja, tetapi juga dimaksudkan untuk
mendukung unsur cerita lainnya. Penggambaran tempat, waktu dan situasi akan
membuat cerita tampak lebih hidup logis. Latar juga dimaksudkan untuk membangun
atau menciptakan suasana tertentu yang dapat menggerakan perasaan dan emosi
pembaca serta menciptakan mood atau suasana batin pembaca
4) Penokohan dan Perwatakan
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata
hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya
sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter
tokoh tersebut. Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi
sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat
batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara,

15
diantaranya melalui: (1) tindakan, ucapan dan pikirannya; (2) tempat tokoh tersebut
berada; (3) benda-benda di sekitar tokoh; (4) kesan tokoh lain terhadap dirinya; (5)
deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang
Perwatakan dalam suatu fiksi bisaanya dapat dipandang dari dua segi. Pertama
mengacu pada orang atau tokoh yang bermain dalam cerita, yang kedua adalah
mengacu kepada pembauran dari minat, keinginan, emosi, dan moral yang membentuk
individu yang bermain dalam suatu cerita. Tokoh adalah yang melahirkan peristiwa.
Ada dua cara memperkenalkan tokoh dan perwatakan tokoh dalam fiksi yaitu secara
analitik dan secara dramatik. Secara analitik yaitu pengarang langsung memaparkan
tentang watak tokoh atau karakter tokoh, pengarang langsung menyebutkan bahwa
tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang dan sebagainya. Secara dramatik
yaitu penggambaran perwatakan yang tidak diceritakan langsung, tetapi hal itu
disampaikan melalui pilihan nama, melalui penggambaran fisik / postur tubuh, cara
berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain, lingkungannya dan sebagainya dan
melalui dialog.
5) Sudut Pandang Penceritaan
Diantara unsur-unsur pembangun cerpen yang tidak bisa ditinggalkan adalah
pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini
merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita.
Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik bercerita. Sudut pandangan ini ada
beberapa jenis, tetapi yang umum adalah sebagai berikut. (1) Sudut pandangan orang
pertama. Lazim disebut point of view orang pertama. Pengarang menggunakan sudut
pandang aku atau saya. Di sini yang harus diperhatikan adalah pengarang harus netral
dengan aku dan saya nya. (2) Sudut pandang orang ketiga, bisaanya pengarang
menggunakan tokoh ia, atau dia. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya. (3)
Sudut pandang campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapatpengarang
dan tokoh-tokohnya. Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi komentar dan tafsiran,
sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan kejadian yang diceritakan.
(4) Sudut pandangan yang berkuasa. Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan
si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang
berkuasa ini membuat cerita sangat informatif. Sudut pandang ini lebih cocok untuk
ceritacerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang menggunakan teknik
ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan berkuasa akan menjadikan cerpen
terasa menggurui.

16
6) Gaya
Gaya erat hubungannya dengan nada cerita. Gaya merupakan pemakaian bahasa
yang spesifik dari seorang pengarang. Dengan kata lain gaya adalah pribadi pengarang
itu sendiri. Dan sebagai pribadi, ia berada secara khas di dunia ini. Gaya adalah cara
khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan. Dengan cara yang khas itu kalimat-
kalimat yang dihasilkannya menjadi hidup. Karena itu, gaya bahasa dapat menimbulkan
perasaan tertentu, dapat menimbulkan reaksi tertentu, dan dapat menimbulkan
tanggapan pikiran pembaca. Semua itu menyebabkan karya sastra menjadi indah dan
bernilai seni.
7) Amanat
Amanat dapat diartikan pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral dan nilai-nilai
kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang lewat cerita. Amanat pengarang
terdapat secara implisit dan eksplisit di dalam karya sastra. Dari tema cerita tergambar
amanat yang ingin sampaikan oleh pengarang.
Menurut Wiyanto (2005: 84) amanat adalah unsur pendidikan, terutama
pendidikan moral, yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca lewat karya
sastra yang ditulisnya. Unsur pendidikan ini tentu saja tidak disampaikan secara
langsung. Pembaca karya sastra baru dapat mengetahui unsur pendidikannya setelah
membaca seluruhnya.
Cerpen yang baik memiliki keseluruhan unsur-unsur yang membangun jalan
cerita yang memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi tema,
penokohan, alur/ plot, latar/ seting, gaya bahasa, dan sudut pandang penceritaan. Suroto
(1990: 88) berpendapat bahwa cerpen pada dasarnya dibangun atas unsur-unsur tema,
amanat, perwatakan dan penokohan, latar, alur, gaya, serta amanat.
Berdasarkan pendapat tentang unsur-unsur pembangun cerpen di atas dapat
disimpulkan bahwa unsur-unsur pembangun cerpen terdiri atas tema, perwatakan,
seting, rangkaian peristiwa/alur, amanat, sudut pandang, dan gaya. Adapun semua unsur
tersebut berjalinan membentuk makna baru.
6. Menulis Cerpen
a. Hakikat Menulis Cerpen
Menurut Widyamartaya (1990: 9) menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan
seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh pengarang. Korrie Layun
Sampan (1995:22) menyatakan sesungguhnya pengarang yang berbakat tidak pernah

17
menunggu datangnya inspirasi atau ilham, tetapi mencarinya. Hal tersebut juga
seharusnya dapat diterapkan pada semua kalangan penulis dengan harapan seorang
yang akan menulis akan bisa menulis tanpa menunggu datangnya ilham atau inspirasi,
melainkan menvcari inspirasi guna dikembangkan.
Dengan demikian menulis cerpen pada hakikatnya sama dengan menulis kreatif
sastra yang lain. Menulis kreatif sastra adalah pengungkapan gagasan, perasaan, kesan,
imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dalam bentuk karangan. Tulisan yang
termasuk kreatif berupa puisi, fiksi, dan non fiksi. Sedangkan menurut Roekhan (1991:
1) menulis kreatif sastra pada dasarnya merupakan proses penciptaan karya sastra.
Proses itu dimulai dari munculnya ide dalam benak penulis, menangkap dan
merenungkan ide tersebut (bisaanya dengan cara dicatat), mematangkan ide agar jelas
danutuh, membahasakan ide tersebut dan menatanya (masih dalam benak penulis), dan
menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra. Jadi menulis kreatif sastra adalah
suatu proses yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan, kesan, imajinasi, dan
bahasa yang dikuasai seseorang dan pikiran seseorang dalam bentuk karangan baik
puisi maupun prosa.
Dasar penulisan kreatif atau creative writting sama dengan menulis bisaa,
pada umumnya. Unsur kreativitas mendapat tekanan dan perhatian besar karena dalam
hal ini sangat penting peranannya dalam penggembangan proses kreatif seorang
penulis/pengarang dalam karya-karyanya, kreativitas ini dalam ide maupun akhirnya.
Kreativitas dapat di artikan sebagai perilaku yang berbeda dengan perilaku umum,
kecenderungan jiwa untuk menciptakan sesuatu yang baru lain dari yang umum,
bentuk berpikir yang cenderung njlimet dan menentang arus. Pengertian kreativitas
dapat juga mengacu pada pengertian hasil yang baru, berbeda dengan yang pernah ada
(Titik, dkk. 2003: 31).
Terdapat empat unsur dalam kreativitas yakni: (1) keterampilan berpikir kritis,
(2) kepekaan emosi, (3) bakat, dan (4) daya imajinasi. Sedangkan untuk proses
penulisan cerpen dimulai dari (1) munculnya ide dalam benak penulis, (2) menangkap
dan merenungkan ide tersebut (3) mematangkan ide agar menjadi jelas dan utuh. (4)
membahasakan ide tersebut dan menatanya (ini masih dalam benak penulis), dan
diakhiri dengan (5) menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra Dalam
penulisan kreatif sastra terdapat tiga unsur penting yakni: (1) kreativitas, (2) bekal
keterampilan bahasa, dan (3) bekal keterampilan sastra, kreativitas sangat penting
untuk memacu munculnya ide-ide baru, menangkap dan mematangkan ide,

18
mendayagunakan bahasa secara optimal, dan mendayagunakan bekal sastra untuk
dapat menghasilkan karya-karya sastra yang berwarna baru.
Tujuan kreatif yakni tujuan tulisan yang bertujuan untuk mencapai nilai-nilai
artistik dan nilai-nilai kesenian. Terdapat dua tujuan yang dapat dicapai melalui
pengembangan penulisan kreatif, yakni yang bersifat apresiatif dan yang bersifat
ekspresif. Apresiatif maksudnya bahwa melaluikegiatan penulisan kreatif orang dapat
mengenal, menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis
sebagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya
sendiri, ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau
mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri
kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain dalam dan melalui tulisan kreatif,
sebagai sesuatu yang bermakna. Kedua tujuan tersebut sekaligus memberikan peluang
bagi pembentukan pribadi kreatif. Dalam kaitan ini, kepribadian hendaknya dipahami
tidak hanya sebagai kumpulan sejumlah unsur kepribadian. Berdasarkan kenyataan
harus diakui bahwa ciri-ciri yang melekat pada pribadi yang kreatif antara ciri yang
satu dengan yang lainnya tidak bisa dipisahkan secara tegas. Ciri-ciri pribadi kreatif
tersebut adalah(1) keterbukaan terhadap pengalaman baru; (2) keluwesan dalam
berpikir; (3) kebebasan dalam mengemukakan pendapat; (4) kaya imajinasi; (5)
perhatian yang besar terhadap kegiatan cipta mencipta; (6) Keteguhan dalam
mengajukan pendapat atau pandangan dan; (7) Kemandirian dalam mengambil
keputusan (Sayuti 2002: 2).
Proses kreatif adalah perubahan organisasi kehidupan pribadi. Jadi, proses
kreatif itu bersifat personal. Setiap pengarang memiliki daya juang kreatif yang tidak
dimiliki oleh orang lain. Dari aspek pribadi tersebut kreatifitas merupakan suatu
tindakan yang muncul dari tindakan pribadi yang unik dan khas, sebagai tanggapan
terhadap lingkungannya, tanggapan seseorang penulis (pengarang) terhadap
lingkungan itu akan meno long inisiatif mengulur imajinasi. Pengaluran imajinasi itu
menunjukan bahwa kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang
baru.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa hakikat menulis cerpen
adalah suatu proses penciptaan karya sastra untuk mengungkapkan gagasan, perasaan,
kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dalam bentuk cerpen yang
ditulis dengan memenuhi unsur-unsur berupa alur, latar/ seting , perwatakan, dan tema.

19
b. Tahapan Menulis Cerpen
Sama halnya seperti menulis pada umumnya yang merupakan sebuah proses,
menulis cerpenpun demikian halnya yang harus melewati beberapa tahap. adapun
empat tahap proses kreatif menulis cerpen yaitu: 1) tahap persiapan, 2) tahapinkubasi, 3)
tahap saat inspirasi, 4) tahap penulisan. Pada tahap persiapan, penulis telah menyadari
apa yang akan ia tulis dan bagaimana menuliskannya.
Munculnya gagasan menulis itu membantu penulis untuk segera memulai
menulis atau masih mengendapkannya. Tahap inkubasi ini berlangsung pada saat
gagasan yang telah muncul disimpan, dipikirkan matang-matang, dan ditunggu sampai
waktu yang tepat untuk menuliskannya. Tahap inspirasi adalah tahap dimana terjadi
desakan pengungkapan gagasan yang telah ditemukan sehingga gagasan tersebut
mendapat pemecahan masalah. Tahap selanjutnya adalah tahap penulisan untuk
mengungkapkan gagasan yang terdapat dalam pikiran penulis, agar hal tersebut tidak
hilang atau terlupa dari ingatan penulis (Sumardjo, 2001: 70).
Dari pernyataan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa menulis cerpen
sebagai salah satu kemampuan menulis kreatif mengharuskan penulis untuk berpikir
kreatif dan mengembangkan imajinasinya setinggi dan seluas-luasnya. Dalam menulis
cerpen, penulis dituntut untuk mengkreasikan karangannya dengan tetap
memperhatikan struktur cerpen, kemenarikan, dan keunikan dari sebuah cerpen.
c. Anatomi Cerita Pendek
Setelah mengerti betul definisi cerpen, karakteristik cerpen dan unsur-unsur
pembangun cerpen, maka sejatinya seseorang sudah sangat siap untuk menciptakan
sebuah cerpen. Sebelum menulis cerpen ada baiknya seseorang perlu mengetahui
anatomi cerpen atau bisa juga disebut struktur cerita. Umumnya anatomi cerpen,
apapun temanya, di manapun temp atnya, apapun jenis sudut pandangan tokohnya, dan
bagaimanapun alurnya memiliki anatomi sebagai berikut: 1) situasi (pengarang
membuka cerita), 2) peristiwa-peristiwa yang terjadi, 3) peristiwa-peristiwa memuncak,
4) klimaks, 5) anti klimaks.
Cerpen yang baik adalah yang memiliki anatomi dan struktur cerita yang
seimbang. Kelemahan utama penulis cerpen pemula bisaanya di struktur cerita ini.
Komposisi cerpen dapat dikatakan sebagai berikut: 1) perkenalan, 2) pertikaian, 3)
penyelesaian.
Sebuah cerpen dikatan berhasil memikat pembaca jika dalam penyajian insiden
atau kejadian dalam ceritanya mampu memberikan kejutan atau surprise. Menurut

20
Korrie Layun Rampan (1995: 56 ) kejutan atau surprise merupakan daya tarik yang
membawa kenang-kenagan atau ingatan khusus pada cerita. Teknik kejutan yang paling
populer adalah apa yang disebut dengan surprise ending (kejutan akhir).

7. Pembelajaran Menulis Cerpen di SMA/SMK


Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran adalah
belum maksimalnya penggunaan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran erat
kaitannya dengan tingkat kesiapan anak. Dalam hal ini, diperlukan suatu pertimbangan
khusus tentang bahan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi perkembangan kognitif
dan bahasa sekolah menengah pertama. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini
adalah siswa Kelas XII sekolah menengah atas. Pada periode ini anak mampu
memahami konsep keadilan, kepribadian, dan kebenaran. Pertimbangan dalam
menentukan bahan pembelajaran menulis cerpen bagi anak sekolah menengah adalah
disesuaikan dengan kondisi psikologis siswa yakni, bahan yang sudah mulai
meninggalkan unsur-unsur fantasi dan masuk kepada unsur realitas, mulai mengarah
pada upaya pemahaman melalui hipotesis, dan adanya imp lementasi konsep/prinsip.
Pertimbangan psikologis tersebut diperlukan agar dapat menumbuhkan minat, daya
ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan
pemahaman situasi atau pemecahan problem yang dihadapi. Pemilihan bahan
pembelajaran erat kaitannya dengan tingkat kesiapan anak.
Pertimbangan selanjutnya untuk menentukan bahan pembelajaran menulis
cerpen adalah sudut pandang bahasa. Guru dalam memilih bahan pembelajaran cerpen
dengan mempertimbangkan kosakata yang baru, segi ketatabahasaan,situasi dan
pengertian isi wacana termasuk ungkapan dan referensi yang ada. Ciriciri bahan
pembelajaran yakni menarik, mengandung banyak lakuan, bahagia pada akhir cerita,
tidak terlalu panjang, dan menyenangkan.
Unsur-unsur literer yang membangun cerpen adalah alur, latar, tema,
penokohan, dan gaya yang khas. Alur cerita tersusun dalam urutan yang logis dan
sesuai tuntutan cerita. Latar cerita memiliki ciri-ciri: uiversal, menanamkan kebenaran,
dan perjuangan antara kekuatan baik dan jahat. Penokohan atau penggambaran watak
tokoh memiliki ciri-ciri: meyakinkan, nyata, tindakannya konsisten dengan plot,
penggambarannya sederhana dan langsung. Selain itu juga sedikit memiliki citraan,
penggambaran tokohnya hidup, memiliki suatu yang khas dan menarik, serta nama
tokoh mudah diingat atau mengesankan. Sedangkan gaya pengarang dalam cerita

21
memiliki ciri-ciri: mengesankan, segar, tepat, serta bila dibacakan terlihat menarik.
Berdasarkan keterangan di atas diketahui bahwa materi pembelajaran sastra
tidak hanya mencakup tentang peristiwa sastra atau cipta sastra, melainkan sejumlah
persoalan dan hasil olah pikir dan karya siswa. Hasil tulisan siswa dapat menjadi materi
pembelajaran yang menarik dalam sebuah kelas apresiasi sastra. Selain itu, pertanyaan-
pertanyaan siswa dalam sebuah diskusi, merupakan materi pembelajaran yang
menghidupkan kelas. Materi pembelajaran ditujukan untuk mengembangkan
pengetahuan siswa tentang sastra dan membangkitkan minat siswa untuk menulis
kreatif sastra.

8. Strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan)


a. Pengertian Strategi 3M
Pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen) penting bagi siswa karena cerpen
dapat dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan menuangkan pikiran. Dari hasil
observasi dapat disimpulkan bahwa kondisi sekolah mempengaruhi kegiatan belajar
mengajar. Namun, kondisi tersebut bisa diatasi apabila guru mampu menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan
merencanakan strategi pembelajaran yang menarik. Berdasarkan pertimbangantersebut,
penulis berusaha untuk memberikan alternatif strategi pembelajaran menulis yang
kreatif dan inovatif dengan memanfaatkan fasilitas yang ada.
Strategi pembelajaran tersebut dikembangkan dari strategi copy the master.
Strategi copy the master merupakan sebuah strategi yang diturunkan dari pendekatan
menulis terpimpin, kontekstual, model, dan proses. Sementara itu, ungkapan copy master
tersebut berasal dari pemikiran orang china sebagaimana yang diutarakan Ismail
Marahhimin (2004: 20) bahwa konon pada zaman dahulu di China, orang yang ingin
menjadi pelukis akan diberikan lukisan yang sudah jadi dan baik. Bisaanya lukisan
yang dibuat oleh sang master, yaitu orang yang ahli melukis atau pelukis terkenal. Sang
calon pelukis disuruh melukis dengan meniru model lukisan yang disediakan. Dengan
cara yang demikian ini, calon pelukis akhirnya bisa melukis sendiri, dan mulai
menemukan bentuk khas sesuai dengan kepribadiaannya. Dan strategi pembelajaran
yang demikian yang dinamakan copy the master, yang artinya meniru lukisan sang ahli.
Proses tersebut dapat pula berlaku pada bidang lain termasuk pembelajaran
menulis. Ismail Marahimin (2004: 21) juga menyatakan bahwa copy the master dalam
pembelajaran menulis merupakan model yang paling disukai banyak penulis. Ide ini

22
diperkuat pendapat bahwa strategi copy the master adalah strategi yang mudah karena
dekat dengan penulis. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan copy the master
juga mengalami pengembangan. Copy the master selanjutnya oleh Ismail Marahimin
dikembangkan menjadi strategi 3M (meniru, mengolah, mengembangkan). Namun
demikian, copy the master memiliki perbedaan dengan stategi 3M meskipun Strategi
3M merupakan strategi hasil pengembangan strategi copy the master. Perbedaan
tersebut terletak pada proses yang berkelanjutan pada strategi 3M yaitu proses
mengolah dan mengembangkan, sementara pada copy the master calon penulis hanya
diberi kesempatan untuk meniru hingga sang penulis mampu meniru tulisan yang
dijadikan model.
Kelebihan dari Strategi 3M adalah model yang akan ditiru ini tidak hanya
terbatas pada peniruan lateral, namun ada tahap perbaikan. Tahappeniruan sampai
dengan perbaikan inilah yang menonjol dalam strategi ini. Pada dasarnya strategi ini
menuntut dilakukan latihan-latihan sesuai dengan model yang ditawarkan. Strategi 3M
melalui tiga tahap, yakni tahap meniru, mengolah dan mengembangkan. Tahap meniru
diisi dengan kegiatan membaca, mengidentifikasi, selanjutnya menyadur. Hasil saduran
tersebut akan diolah pada bagian alur dan tokoh. Hasil olah tersebut akan
dikembangkan dalam bentuk dialog, monolog, dan komentar pengarang dan hal inilah
yang menjadi kelebihan pada strategi 3M. Strategi ini mengedepankan proses yang
sesuai dengan kemampuan siswa. Selain itu kreativitas siswa juga dikembangkan pada
tahap yang ketiga yaitu tahap mengembangkan.
Jakob Sumardjo (2001: 91) menyatakan bahwa yang menjadi kriteria cerpen
yang akan dijadikan model yaitu: (1) Cerpen tersebut harus dekat dengan calon penulis,
dalam artian cerpen harus menarik perhatian calon penulis; (2) cerpen tersebut
merupakan suatu kesatuan bentuk, utuh, manunggal, dan mengandung arti.
Sama seperti hanya pada strategi copy the master, strategi 3M juga terdapat
beberapa pendekatan yang menjadi latar belakang filofisnya. Ismail Marahimin (2004:
30) menyatakan bahwa pendekatan yang menjadi latar belakang filosofis metode 3M
tersebut antara lain.
1) Pendekatan Menulis Terpimpin
Pendekatan menulis terpimpin merupakan pendekatan yang memulai
pembelajaran dari hal-hal yang mudah dan sederhana yang sesuai dengan minat siswa.
Keunggulan yang terdapat pada pendekatan menulis terpimpin adalah membuat siswa
menulis dengan mudah.

23
Depdiknas ( dalam Arnita, 2007) menyatakan bahwa pendekatan menulis
terpimpin adalah proses pembelajaran yang dimulai dari ha-hal yang sederhana, dekat
dengan lingkungan serta dapat menarik minat siswa sehingga siswa dapat
menyelesaikan tulisannya dengan mudah.
2) Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang akan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa aktivitas menulis akan lebih bermakna bila dilakukan dengan
berorientasi pada tujuan.
Tujuan menulis adalah menyampaikan apa yang ada dalam gagasannya
kepada pembaca. Dengan demikian pembelajaran menulis yang dilakukan akan lebih
alamiah karena siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari
guru ke siswa. Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran lebih
dipentingkan daripada hasil (Depdiknas, 2002: 1).
3) Pendekatan Analisis Model
Pendekatan analisis model mengasumsikan bahwa keterampilan menulis
berhubungan erat dengan membaca. Menurut Stephen D. Krasen (dalam Hernowo,
2004: 11) menyatakan bahwa hasil riset denga jelas menunjukkan bahwa orang
belajar menulis lewat membaca. Sehingga kemampuan menulis seseorang dipengaruhi
oleh banyaknya wawasan yang diperoleh dari proses ia membaca.
Hal tersebut merupakan sebuah penguatan atas apa yang dicetuskan Ismail
Marahimin (2004: 21) yang menyatakan bahwa pembelajaran menulis haruslah
mencontoh tulisan-tulisan bermutu sebagai model untuk ditiru. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya membaca sebagai langkah awal untuk menulis.
4) Pendekatan Proses
Menurut Siswandi (2006: 7) dalam menulis seseorang dituntut pengalaman,
waktu, kesempatan, latihan, keterampilan khusus, dan pengajaran langsung.
Pendekatan proses dapat diartikan sebagai wawasan pengembangan keterampilan-
keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan mendasar
yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Moejiono dan Dimyati, 1991: 14).
Secara garis besar terdapat tiga tahap yang harus dilalui jika seseorang hendak
menulis, yaitu: (1) tahap perencanaan; (2) tahap penuangan; dan (3) tahap

24
peninjuauan. Dalam penerapan di kelas, siswa akan dituntun oleh guru untuk berlatih
melalui proses menulis tahap demi tahap, sehingga mereka merasa jika proses itu
diikuti dan akan menghasilkan tulisan yang baik.
b. Rancangan Pengajaran Menggunakan Strategi 3M
1) Tujuan Pengajaran
Sesuai dengan kurikulum yang menjadi pegangan dalam penelitian ini, tujuan
pengajaran yang diharapkan adalah peserta didik mampu menulis karangan berdasarkan
kehidupan diri sendiri dalam jenis cerpen.
2) Materi Pengajaran
Pembahasan materi pengajaran dalam stategi ini sebatas pada pengetahuan awal
yang nantinya akan menjadi landasan siswa terkait dengan penulisan cerpen sehingga
materi berfungsi sebagai pengetahuan dasar secara teoritis terhadap sebuah cerpen.
Materi yang akan disajiakan pada pengenalan tersebut mencakup pengertian cerpen,
ciri-ciri cerpen, unsur intrinsik cerpen, serta strategi 3M dalam menulis cerpen.
3) Peranan Siswa, Guru, dan Materi
Peranan siswa dalam penelitian ini adalah sebagai subyek pembelajaran. Guru
berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran, hal ini karena pembelajaran yang
dilakukan tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran. Namun demikian
pada tahap awal guru berkewajiban memberikan pengantar materi pembelajaran tentang
sebuah cerpen kemudian mengarahkan siswa menulis cerpen menggunakan strategi 3M.
Materi yang ada dalam pembelajaran berperan sebagai pengetahuan awal terhadap
pembelaran cerpen yang sedang berlangsung.
c. Tahapan Strategi 3M
Ismail Marahimin (2004: 33) menyatakan bahwa tahapan strategi 3M mengacu
pada beberapa tahapan pembelajaran menulis pada penelitianpenelitian sebelumnya.
Adapun rincian dan penjelasan tahap pada strategi 3M sebagai berikut.
1) Tahap Meniru
Tahap meniru diawali dengan kegiatan pramenulis yakni dengan membaca
cerpen yang dijadikan model. Pada tahap ini siswa akan diberikan satu cerpen yang
dijadikan model yang dekat dengan dunia mereka (siswa). Selanjutnya siswa
mengidentifikasi unsur cerpen dengan mengisi bagan yang telah disediakan. Adapun
bagan tersebut berisi tentang siapa, kapan, bagaimana, dimana, mengapa. Setelah itu
siswa akan menyadur cerpen model dengan mengganti unsur tokoh dan latar yang
sesuai dengan dunia siswa. Adapun yang menjadi ciri-ciri tahap meniru adalah: (1)

25
adanya kegiatan pemahaman unsur-unsur cerpen dengan cara mengidentifikasi unsur-
unsur cerpen; (2) dilanjutkan dengan kegiatan mengganti unsur yang paling mudah
yakni tokoh dan latar; (3) kegiatan terakhir pada tahap meniru yakni menulis dengan
meniru model cerpen.
2) Tahap Mengolah
Pada tahap olah siswa akan mengolah hasil saduran namun hanya beberapa
unsur. Unsur tersebut adalah tokoh, latar, dan alur. Pertimbangan digunakannya tiga
unsur karena unsur tokoh, latar, dan alur adalah unsur yang paling mudah
dikembangkan secara kreatif dan untuk efisiensi waktu pembelajaran. Pada tahap
mengolah tokoh, yang dilakukan siswa yakni dengan menambah tokoh dalam cerita,
mendeskripsikan watak tokoh, dan mengubah cerita secara relatif sama. Sedangkan
pada tahap mengolah alur cerita, kegiatan siswa adalah dengan membuat urutan-urutan
peristiwa baru. Adapun yang menjadi ciri-ciri tahap mengolah adalah: (1) kegiatan
mendeskripsikan tokoh dengan menambah dialog, monolog, dan komentar,(2) kegiatan
mendeskripsikan latar waktu dan tempat, dan (3) kegiatan mengolah peristiwa dalam
alur.
3) Tahap Mengembangkan
Tahap mengembangkan dilakukan siswa setelah tahap mengolah. Pada tahap
ini, siswa akan mengembangkan tema baru, mengembangkan tokoh baru,
mengembangkan latar baru, dan mengembangkan peristiwa yang baru. Adapun rincian
dari setiap unsur yang dikembangkan meliputi: (1) tema dikembangkan secara orisinil
dan unik; (2) mengembangkan tokoh dengan melengkapi dialog, monolog, dan
komentar; (3) mengembangkan latar dengan mendeskripsikan secara rinci; (4)
mengembangkan peristiwa dalam kalimat secara lengkap; (5) menggunakan bahasa
yang komunikatif; (6) menggunakan ejaan yang benar.
Pada tahap mengembangkan memiliki ciri-ciri: (1) kegiatan mengembangkan
tema yang dilakukan oleh siswa sendiri dan (2) kegiatan mengembangkan tokoh, latar,
dan peristiwa.

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian tindakan kelas tentang menulis cerpen merupakan penelitian yang
menarik. Banyaknya penelitian tentang menulis cerpen tersebut dapat dijadikan salah
satu bukti bahwa menulis cerpen-cerpen di sekolah-sekolah sangat menarik untuk
diteliti. Penelitian tersebut dilakukan oleh Farikoh (2003), Tutiyah (2005), Maulana

26
(2005), dan Kusworosari (2007).
Farikoh (2003) melakukan penelitian tentang peningkatan menulis cerpen
dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Metode Karya Wisata
pada siswa Kelas XII MA Ma`hadut Thalabah Babakan Lebaksiu Tegal. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa keterampilan siswa
dalam menulis cerpen dapat ditingkatkan dengan metode karya wisata. Peningkatan ini
dapat terlihat pada daya serap siswa sebelum ada tindakan yaitu 58,66% kemudian
meningkat 10,22% setelah ada siklus I menjadi 69,38%, pada siklus II meningkat
7,25% menjadi 76,63%.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Tutiyah (2005) berjudul Peningkatan
Kemampuan Menulis Cerkak dengan Metode Karya Wisata pada Siswa Kelas XII SMA
Negeri 1 Banjarmangun. Penelitiannya mengkaji tentang metode karya wisata yang
berguna untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerkak. Penelitian yang
telah dilakukan memperoleh hasil peningkatan keterampilan siswa yang signifikan
dengan nilai rata-rata siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus ke siklus I meningkat
sebesar 2,27. Setelah menggunakan metode karya wisata nilai rata-rata keterampilan
siswa dalam menulis cerkak meningkat sebesar 0,51 %.
Kusworo sari (2007) melalukan penelitian dengan judul Peningkatan Menulis
Cerpen dengan Pengalaman Pribadi sebagai Basis Melalui pendekatan Keterampilan
Proses pada Siswa Kelas XII SMK Semarang. Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis cerpen pada
siswa Kelas XII SMK Semarang mengalami peningkatan. Hasil analisis dari data siklus
I dan siklus II mengalami peningkatan. Hasil tes pada siklus I diperoleh hasil rata-rata
kelas sebesar 62,37. Pada siklus II diperoleh hasil rata-rata kelas 73,65. Hal ini
menunjukkan peningkatan dari siklus I dan siklus II. Perilaku siswa Kelas XII SMK
Semarang dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen mengalami perubahan dari
perilaku negatif menjadi perilaku positif.
Penelitian yang dilakukan Maulana (2005), yang berjudul Peningkatan
Keterampilan Menulis Iklan dengan Menggunakan Metode Latihan Terbimbing pada
Siswa Kelas XII SMK Semarang Tahun pelajaran 2004/2005. Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan ternyata ditemukan adanya peningkatan keterampilan menulis
siswa Kelas XII SMK Semarang setelah mengikuti pembelajaran menulis iklan dengan
menggunakan metode latihan terbimbing. Perubahan perilaku siswa juga tampak selama
penelitian berlangsung, siswa sudah berperilaku positif terhadap pembelajaran.

27
Berdasarkan penelitian di atas, diketahui bahwa penelitian tentang menulis
cerpen sudah mulai banyak dilakukan meski masih terbatas, dari penelitian tentang
menulis cerpen di atas menunjukkan adanya peningkatan. masing-masingpenelitian
menggunakan media dan teknik yang berbeda-beda dan menghasilkan peningkatan
yang berbeda-beda pula. Tetapi upaya peningkatan menulis cerpen masih perlu di
kembangkan dan dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu cara peningkatan
keterampilan menulis yang dip ilih oleh penulis adalah peningkatan keterampilan
menulis cerpen melalui penggunaan strategi 3M (meniru, mengolah, mengembangkan).

C. Kerangka Berpikir
Pada dasarnya pengajaran menulis mempunyai tujuan supaya siswa memiliki
keterampilan, pengalaman, dan memanfaatkan keterampilan menulis dalam berbagai
keperluan. Keterampilan menulis cerpen bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Kenyataan yang ada dalam pembelajaran menulis cerpen belum memenuhi tujuan yang
akan dicapai. Pada umumnya siswa belum mampu menyampaikan ide, gagasan, pikiran
dan perasaannya dengan baik dalam sebuah karya sastra khususnya cerpen.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa strategi 3M (meniru,
mengolah, dan mengembangkan) menekankan keseimbangan antara kualitas dalam
pembelajaran menulis cerpen. Strategi 3M dilakukan melalui tahapan prapenulisan
yang berupa pengenalan siswa terhadap cerpen disertai contoh cerpen, tahap penulisan
(mengolah) yang didasarkan atas contoh cerpen yang telah diberikan sebelumnya, dan
proses terakhir proses mengembangkan dimana siswa dituntut untuk dapat
mengembangkan ide atau gagasan dalam membuat cerpen berdasarkan rangkaian proses
yang dilakukan sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan pengadaan strategi 3M
adalah agar siswa dapat terlibat secara langsung proses penulisan cerpen yang dimulai
dari proses prapenulisan hingga sampai proses mengembangkan. Dengan demikian
siswa dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap karangan yang mereka buat. Sebagai
model pembelajaran yang konstruktivistik, strategi 3M dapat memberikan lingkungan
belajar yang berpusat pada siswa. Dengan kegiatan tersebut siswa dapat berpartisipasi
secara aktif dalam pembelajaran, mengkonstuksi konsep-konsep yang terdapat dalam
strategi 3M, sehingga kemampuan menulis cerpen siswa dapat meningkat.

28
Kerangka berpikir

29
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kelas XII SMK Negeri 1 Pasie Raja yang
beralamatkan di Jln. Tapak Tuan-Medan Desa Ujung Padang Rasian Kec. Pasie Raja
Kab. Aceh Selatan Provinsi Aceh. Sekolah ini dipimpin oleh Anas, S. Ag., M.A.
Alasan pemilihan SMK Negeri 1 Pasie Raja sebagai lokasi penelitian adalah karena
memang sekolah ini mengalami permasalahan di dalam pembelajaran menulis,
khususnya menulis cerpen. Alasan lain yaitu sekolah tersebut merupakan salah satu
sekolah yang terbuka dan mau menerima segala bentuk penelitian yang berhubungan
dengan pendidikan, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah dan
profesionalisme guru sekolah tersebut. Selain itu sekolah tersebut belum pernah
digunakan sebagai objek penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan
adanya penelitian ulang.
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yang dimulai dari tahap persiapan
yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 hingga pelaporan hasil pengembangan
pada bulan November 2014.

B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII SMK Negeri 1 Pasie
Raja Kabupaten Aceh Selatan , Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun jumlah
siswa Kelas XII adalah 33 siswa seluruhnya berjenis kelamin laki-laki.
Dipilihnya Kelas XII sebagai responden penelitian didasarkan beberapa
pertimbangan sebagai berikut.
1. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di dalam kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kelas XII semester satu terdapat beberapa
kompetensi dasar, salah satunya yaitu kemampuan mengungkapkan pengalaman
diri sendiri atau orang lain ke dalam cerpen.
2. Siswa Kelas XII memiliki kemampuan menulis cerpen yang rendah. Proses
pembelajaran menulis cerpen yang dilakukan selama ini masih menggunakan
metode ceramah tanpa bantuan media maupun strategi pembelajaran apapun.
3. Kelas XII memiliki keterampilan menulis cerpen rendah. Padahal menulis

30
merupakan tuntutan kurikulum. Maka diperlukan usaha untuk meningkatkan
keterampilan menulis tersebut salah satunya yaitu melalui penggunaan strategi 3M.

C. Sumber Data Penelitian


Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sebagai sasaran penggalian dan
pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut meliputi:
1. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini, yakni
berbagai kegiatan pembelajaran menulis cerpen yang berlangsung di dalam kelas
yang dialami oleh siswa dengan menggunakan strategi 3M.
2. Informan dalam penelitian ini yaitu siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Pasie Raja.
3. Dokumen yang berupa foto kegiatan pembelajaran menulis cerpen, hasil tes siswa,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh guru dan peneliti, serta hasil
angket yang diisi oleh siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Instrumen Tes
Bentuk instrumen tes yaitu tes menulis cerpen. Tes menulis cerpen adalah tes
yang menuntut siswa untuk menulis cerpen. Tes ini bertujuan mengetahui kemampuan
siswa dalam menulis cerpen melalui penggunaan strategi 3M. Alat tes menulis cerpen
berupa lembar tugas berisi perintah kepada siswa untuk menulis cerpen. Waktu yang
digunakan untuk menulis cerpen adalah 60 menit. Kriteria penilaian menulis cerpen
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2. Skor Penilaian Tes Menulis Cerpen
Aspek Skor Maksimal
- Topik Cerpen ( Isi gagasan yang dikemukakan ). 35
- Organisasi Isi dalam Cerpen. 25
- Tata Bahasa. 20
- Gaya: Pilihan Struktur dan Kosa Kata. 15
- Ejaan. 5

Jumlah 100

( Burhan Nurgiyantoro.Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.2001:


306)
Berdasarkan pedoman penilaian penilaian kemampuan menulis cerpen tersebut,
dapat diketahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen berhasil dengan sangat baik,

31
berhasil baik, berhasil cukup baik, kurang berhasil, dan tidak berhasil. Siswa yang
berhasil sangat baik adalah siswa yang memperoleh nilai 85-100, siswa yang berhasil
dengan baik adalah siswa yang memperoleh nilai 75-84, siswa yang berhasil dengan
kategori cukup baik yaitu siswa yang memperoleh nilai 60-74, siswa yang berhasil
dengan kategori kurang baik yaitu siswa yang memperoleh nilai 50-59, dan siswa yang
tidak berhasil yaitu siswa yang memperoleh nilai 0-49.

2. Instrumen Nontes
Teknik nontes alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi
tentang keadaan di kelas tanpa alat tes. Teknik nontes diperlukan untuk mendapatkan
data yang tidak , atau paling tidak secara langsung, berkaitan dengan laku kognitif.
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengambil data melalui pengamatan terhadap
perubahan perilaku siswa pada proses pembelajaran menulis cerpen yang terjadi selama
proses penelitian di Kelas XIISMK Negeri 1 Pasie Raja. Pengamatan terhadap siswa
mencakup kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Tulisan cerpen yang dibuat siswa
hendaknya sesuai dengan struktur atau kriteria menulis cerpen yang baik yang
mencakup aspek isi, organisasi, kosakata, penggunaan bahasa, dam mekanisme
pembuatan. Selain itu, diamati dari keaktifan serta minat siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
b. Wawancara Mendalam ( teknik In-depth Interview )
Pedoman wawancara berisi beberapa pertanyaan untuk siswa sebagai
respondennya. Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan memperoleh data tentang
respon siswa terhadap meteri keterampilan menulis cerpen melalui penggunaan strategi
3M. Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap
pembelajaran yang dilakukan guru selama ini. Adapun yang menjadi topik wawancara
adalah pembelajaran menulis cerpen yang terjadi di Kelas XIISMK Negeri 1 Pasie
Raja.
c. Dokumentasi (Foto)
Metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan
gambar (foto). Dokumentasi merupakan data yang cukup penting sebagai bukti
terjadinya suatu peristiwa. Dalam penelitian ini, peneliti memandang perlu
menggunakan dokumentasi sebagai salah satu data instrumen nontes. Foto yang diambil
sebagai sumber data, dapat memperjelas data yang lain. Hasil dari pengambilan gambar

32
ini dideskripsikan dan dipadukan dengan data lain. Pengambilan gambar dilakukan
pada saat siswa melakukan beberapa aktivitas yaitu menulis cerpen, dan pada saat guru
memberikan bimbingan kepada siswa saat pembelajaran.

E. Uji Validitas Data


Berbagai data yang didapatkan dalam penelitian ini diuji validitasnya dengan
teknik triangulasi sumber, triangulasi metode, serta review informan. Trianggualsi
metode adalah teknik untuk menguji kebenaran dengan membandingkan data yang
diperoleh dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara.
Trianggulasi sumber adalah teknik yang digunakan untuk menguji kebenaran dengan
mengacu pada kebenaran data yang dip eroleh dari satu informan dengan informan lain.
Review informan digunakan untuk mengetahui kevaliditasan hasil wawancara.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif komparatif. Mulyadi (2006: 9) mengatakan bahwa teknik analisis deskriptif
komparatif mencakup analisis kritis komparatif terhadap kelemahan dan kelebihan
kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas
selama penelitian berlangsung, membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan
indikator kinerja
Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi dan wawancara
diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diinterpretasikan kemudian
dihubungkan dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.
Data yang berupa hasil tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data
tersebut dianalisis secara deskriptif komparatif, yakni dengan membandingkan nilai tes
antar siklus dengan indikator kinerja. Analisis dilakukan terhadap nilai yang diperoleh
pada tiga siklus yang telah dilakukan. Data yang berupa nilai tes antar siklus tersebut
dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian yang telah ditetapkan.

G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini dinilai dari aspek-aspek indikasi
ketercapaian dalam pembelajaran. Adapun aspek-aspek yang telahditentukan menjadi
indikator ketercapaian tujuan penelitian ini yaitu aspek proses pembelajaran menulis
cerpen. Selain itu, indikator keberhasilan juga dilihat dari aspek ketuntasan belajar

33
menulis cerpen yang telah ditetapkan oleh sekolah dengan batas ketuntasan minimal
dengan nilai 70.
Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian di atas dirumuskan indikator
sebagai berikut.
Tabel 3. Indikator Keberhasilan untuk Proses Pembelajaran Menulis Cerpen

Aspek yang Diukur Kondisi Kondisi Presentase Indikator Keberhasilan


Awal Akhir Hasil
Capaian
Siklus III
1. Motivasi Belajar Rendah Terjadi >75 % Siswa tertarik dan senang
Siswa. Peningkatan dengan pembelajaran
menulis cerpen.

2. Keaktifan para Rendah


siswa dalam Terjadi Siswa aktif dalam proses
kegiatan belajar >75 %
Peningkatan pembelajaran.
mengaj ar.

3. Keterlaksanaan Rendah Terjadi Pelaksanaan pembelajaran


oleh guru. Peningkatan >75 % sesuai dengan rencana.

Rendah >75 % Pelaksanaan pembelajaran

4. Keterlaksanaan Terjadi sesuai dengan rencana

oleh siswa. Peningkatan tanpa ada hambatan yang


bersumber dari siswa.

Rendah >75 % Terjadi hubungan timbal


5. Interaksi siswa Terjadi antara siswa dengan guru
dengan guru. Peningkatan dalam kegiatan belajar
mengajar.

( Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.2006: 60 )

34
Tabel 4. Indikator Keberhasilan Tindakan untuk Kemampuan Menulis
Cerpen
Aspek yang Diukur Kondisi Kondisi Presentase
Awal Akhir Target
Indikator Keberhasilan
Capaian

Siklus III
Nilai Siswa Mencapai Standar

Ketuntasan Minimal Untuk


Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia, Yaitu 65
Ketuntasan Belajar Didasarkan Atas Aspek
(Hasil Pembelajaran Rendah Tinggi >75 % Penilaian Yang Meliputi:
menulis Cerpen) 1. Topik Cerpen.
2. Organisasi Isi.
3. Tata Bahasa
4. Gaya.
5. Ejaan.

( Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.2006: 62 )

H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal
sampai dengan akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto (2006:
74). Prosedur penelitian ini mencakup tahap-tahap: 1) perencanaan tindakan
(Planning), 2) pelaksanaan tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), 4)
refleksi ( reflecting).

35
Berikut ini pro sedur penelitian ini jika dilukiskan dalam bentuk gambar.

Bagan 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas


( Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto,dkk.Penelitian Tindakan Kelas.2006:
74)

36
Adapun pro sedur penelitian tindakan kelas ini secara rinci akan diuraikan
sebagai berikut:
a. Rancangan Siklus I
1) Tahap Perencanaan, mencakup kegiatan:
a) Penyusunan silabi dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
meteri menulis cerpen I.
b) Merancang skenario pembelajaran membaca cerpen melalui langkahlangkah:
(1) Guru menanyakan pengalaman siswa yang berkaitan dengan kegiatan
menulis dalam kehidupan sehari-hari, misalnya contoh-contoh profesi yang
berkaitan dengan kegiatan menulis, (2) Guru memberikan apersepsi dengan
menggali pengalaman siswa tentang pengertian menulis, pengertian cerpen,
unsur-unsur pembangun cerpen. Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi
dengan temannya tentang hal-hal yang yang dipertanyakan tadi. Guru
memperkenalkan strategi 3M dalam menulis cerpen, (3) Gurumembagi siswa
dalam kelompok belajar kemudian membagikan contoh cerpen, siswa
diminta untuk berdiskusi untuk mencari unsurunsur pembangun cerpen pada
contoh cerpen yang telah dibagiakan, (4) Guru meminta salah satu siswa
membacakan hasil diskusi ke depan kelas, (5) Guru meminta siswa menulis
cerpen berdasarkan unsurunsur pembangun cerpen yang telah didiskusikan
sebelumnya dengan menggunakan strategi 3M.
2). Tahap Pelaksanaan, dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran yang sesuai
skenario pembelajaran dan RPP yang telah dibuat, siklus pertama
pembelajaran dilakukan oleh guru dengan mengenalkan strategi 3M pada
pembelajaran cerpen selain itu juga masih harus melakukan observasi
terhadap proses pembelajaran dengan wawancara kepada beberapa siswa
setelah pembelajaran selesai.
3). Tahap Observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktikvitas
siswa dalam mengikuti pembelajaran). Guna memperoleh data yang akurat
dapat dilakukan dengan wawancara dengan para siswa berkaitan dengan
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

4). Tahap Analisis dan Refleksi, dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan
siswa, hasil observasi, dan hasil wawancara yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil analisis maka akan didapat kesimpulan guna mengetahui

37
apakah strategi 3M yang diterapkan pada siklus I dapat meningkatkan
kualitas proses serta hasil pembelajaran menulis cerpen. Sebagai bahan
acuan keberhasilan proses serta hasil pembelajaran dinyatakan dengan
tercapainya target yang ditetapkan atau bahkan melebihi target yang telah
ditetapkan.

38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal (Pratindakan)


Sebagaimana telah dituliskan di depan,penelitian ini bertujuan untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa Kelas XII
SMK Negeri 1 Pasie Raja. Survei kondisi pratindakan dilakukan guna mengetahui
keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian.
Survei ini dilakukan dengan cara observasi lapangan, wawancara dengan guru dan
siswa, serta angket. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran
menulis cerpen di Kelas XII SMK Negeri 1 Pasie Raja.
Survei dilakukan pada tanggal 11 Agustus 2014 pada jam pelajaran ke 3-4
(pukul 09.30 WIB sampai dengan pukul 10.45 WIB). Survei dilakukan pada saat
pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Adapun jumlah siswa di kelas tersebut
adalah 33 siswa.

B. Deskripsi Kondisi Kelas


Kondisi kelas pada pratindakan menunjukkan keadaan sebagai berikut.
1. Metode Mengajar yang Diterapkan Guru Kurang Menarik.
Dalam mengajar guru menggunakan metode tanya jawab dan tugas. Terkadang
siswa ditugasi untuk membaca sendiri materi modul yang kurang lengkap, setelah itu
siswa ditugasi mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru secara berkelompok.
Meskipun siswa sudah berada dalam kelompok yang telah dibagi guru namun, guru
belum mampu menguasai keadaan kelas yang ramai. Hal ini terbukti dari hasil
observasi terlihat dalam berdiskusi siswa tidak semuanya mengerjakan tugas. Selain itu
masih terdapat siswa yang bermalas-malasan.
Saat mengerjakan tugas yang diberikan guru terlihat masih banyak siswa yang
merasa kesulitan menangkap penjelasan guru. Sebagian besar dari mereka belum
memahami betul mengenai cerpen dan langkah-langkah dalam membuat cerpen.
Berdasarkan hasil survei tersebut, guru dan penelitiberdiskusi dan berkolaborasi
sehingga menghasilkan kesepakan bahwa untuk mengatasi permasalahan dalam
pembelajaran menulis cerpen adalah dengan melakukan tindakan dengan menggunakan
strategi 3M (Meniru, Mengolah, dan Mengembangkan) yang merupakan strategi hasil
pengembangan dari strategi Copy Master.

39
2. Guru Kesulitan dalam Mengelola Kelas.
Sebagian siswa berbicara dengan temannya. Beberapa siswa yang lain sibuk
menyisir rambut, memukul-mukul meja dengan buku, tidur-tiduran ketika
pembelajaran berlangsung meskipun guru berada di dalam kelas.
Hanya sebagian kecil siswa yang tampak memperhatikan guru ketika
pembelajaran berlangsung, terutama siswa yang duduk di deretan terdekat dari posisi
guru ketika mengajar. Ketika guru berpindah ketitik yang lain, siswa yang tadinya
berada pada posisi dekat dengan guru dan terlihat memperhatikan guru, ternyata sama
halnya siswa yang lain yang berbicara dengan temannya. Terkadang guru harus
berdiam diri karena suara guru hampir tidak terdengar karena terlalu ramainya kelas.
Selain itu siswa yang berada jauh dari posisi guru waktu mengajar terlihat tiduran. Hal
ini mengindikasikan bahwa keberadaan guru mengalami kesulitan dalam mengelola
kelas.
Menurut pengakuan siswa yang peneliti wawancarai, siswa mengungkapkan
bahwa sikap guru kurang tegas. Meskipun terkadang guru terlihat tegas namun, guru
lebih sering menuruti kemauan siswanya. Diakui oleh siswa bahwa mereka memang
dekat dengan guru namun, kedekatan mereka justru membuat mereka merasa terbiasa
berkelakuan yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang siswa di dalam kelas pada
umumnya. Hal ini terlihat saat pelajaran berlangsung masih terdapat siswa yang
bercengkerama dengan temannya, tidur-tiduran bahkan memukul-mukul
mejamenggunakan buku. Sehingga saat guru memberikan pertanyaan pada mereka,
merekapun tidak mengerti sama sekali apa yang ditanyakan oleh gurunya.

3. Perhatian, Motivasi, dan Minat untuk Mengikuti pembelajaran Menulis


Cerpen Kurang.
Berdasarkan kegiatan pengamatan yang dilakukan di kelas, wawancara
terhadap siswa dan guru, terlihat bahwa perhatian motivasi, dan minat untuk mengikuti
pembelajaran menulis cerpen kurang. Menurut siswa, pembelajaran menulis adalah
pembelajaran yang tidak menyenangkan. Hal tersebut terlihat dari sikap siswa yang
selalu mengeluh saat diberikan tugas oleh guru untuk menulis cerpen. Perhatian
mereka tidak sepenuhnya tercurah pada pembelajaran menulis cerpen.
Selama pembelajaran menulis cerpen berlangsung, siswa menunjukkan sikap
kurang berminat mengikuti pelajaran. Hanya sesekali guru terlihat memperingatkan
siswa yang perhatiannya tidak terfokus pada proses pembelajaran. Namun, siswa hanya

40
memperhatikan saat guru mereka menugur mereka. Sementara guru berpindah posisi
mereka kembali menunjukkan sikap yang kurang berminat dengan pembelajaran
menulis cerpen.
Posisi guru ketika kegiatan pembelajaran menulis cerpen berlangsung lebih
benyak berada di depan kelas dan hanya sesekali berada di belakang kelas itupun
dilakukan guru hanya saat menegur siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.

4. Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Rendah.


Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat kesulitan dalam
menulis cerpen. Mereka merasa kesulitan dalam merangkai kata dan menuangkan ide
maupun gagasan mereka dalam bentuk tulisan yang dalam hal ini adalah cerpen. Selain
itu, kosa kata yang dimiliki siswa sangat terbatassehingga cukup mempengaruhi
kemampuan siswa dalam mengembangkan idenya untuk dituangkan dalam bentuk
cerpen.
Hal lain yang membuat mereka Merasa kesulitan untuk menulis cerpen yaitu
mereka tidak bisa membuat karangan yang runtut. Dalam pembelajaran menulis cerpen
guru hanya memberikan materi cerpen secara umum dan langsung menyuruh siswa
untuk membuat cerpen sementara siswa belum mengerti dengan jelas apa dan
bagaimana bentuk cerpen tersebut. Penilaian yang dilakukan gurupun belum
menggunakan aspek-aspek penilaian dalam kriteria penilaian tulisan. Guru selama ini
menggunakan penilaian menulis berdasarkan kerapian tulisan, panjang tulisan dan tidak
terlalu banyaknya coretan dalam tulisan siswanya. Sehingga, siswapun saat
mendapatkan tugas menulis termasuk menulis cerpen, mereka lebih mementingkan
memperbanyak tulisan mereka tanpa mengindahkan mekanisme dan langkahlangkah
menulis cerpen. Hal ini peneliti peroleh dari hasil menulis yang dilakukan siswa
sebelum adanya tindakan (pratindakan).
Siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat tulisan berupa cerpen yang
baik, terbukti dari hasil pekerjaan menulis cerpen yang diberikan guru belum memenuhi
batas ketuntasan yang telah ditetapkan sekolah yaitu nilai 70.

C. Deskripsi Hasil Penelitian


Proses penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing terdiri dari
empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan
interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Berikut penjabaran hasil penelitian yang telah

41
dilakukan, yaitu deskripsi tentang peningkatan kualitas pembelajaran menulis cerpen
siswa Kelas XIISMK Negeri 1 Pasie Raja.
Adapun rincian proses penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut.
a. Siklus Pertama
1) Perencanaan Tindakan I
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2014 di ruang guru SMK
Negeri 1 Pasie Raja. Peneliti dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mendiskusiskan
rancangan tindakan pada siklus pertama. Tahap perencanaan tindakan I meliputi
kegiatan sebagai berikut.
a) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis cerpen dengan
menggunakan strategi 3M, yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut.
(1) Guru menanyakan pengalaman siswa yang berkaitan dengan kegiatan menulis
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya contoh-contoh profesi yang berkaitan
dengan kegiatan menulis.
(2) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa tentang
pengertian menulis, pengertian cerpen, unsur-unsur pembangun cerpen. Guru
mempersilakan siswa untuk berdiskusi dengan temannya tentang hal-hal yang
yang dipertanyakan tadi. Guru memperkenalkan strategi 3M dalam menulis
cerpen.
(3) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar kemudian membagikan contoh
cerpen, siswa diminta untuk berdiskusi untuk mencari unsurunsur pembangun
cerpen pada contoh cerpen yang telah dibagiakan.
(4) Guru meminta salah satu siswa membacakan hasil diskusi ke depan kelas.
(5) Guru meminta siswa menulis cerpen berdasarkan unsur-unsur pembangun
cerpen yang telah didiskusikan sebelumnya dengan menggunakan strategi 3M.
b) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
untuk materi menulis cerpen I berdasarkan silabus dari sekolah.
c) Peneliti dan guru mempersiapkan sumber belajar yang berupa contoh
cerpen dari buku dan media massa.
d) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian yang berupa tes dan nontes.
Instrumen tes berupa tes unjuk kerja untuk menilai kemampuan menulis cerpen
siswa. Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan keaktifan, motivasi, dan
perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

42
2) Pelaksanaan Tindakan I
Tindakan I dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2014 selama 2 jam mata
pelajaran. Dalam pelaksanaan tindakan I ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya
kegiatan belajar mengajar. Sedangkan peneliti melakukan observasi atau pengamatan
terhadap proses pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dengan duduk
di sebuah kursi di belakang kelas yang memang sengaja disediakan untuk peneliti guna
mengamati jalannya pembelajaran.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut.
a) Guru masuk kelas, megucapkan salam, menanyakan keadaan siswa, dan melakukan
presensi terhadap siswa.
b) Guru menyampaikan kompetensi dasar, indikator, serta tujuan pembelajaran
menulis cerpen pada pertemuan kali ini.
c) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa tentang pengertian
menulis, pengertian cerpen, unsur-unsur pembangun cerpen. Guru mempersilakan
siswa untuk berdiskusi dengan temanny tentang hahal yang yang dip ertanyakan
tadi. Guru memperkenalkan strategi 3M (meniru, mengolah, dan mengembangkan).
d) Guru membentuk siswa ke dalam kelompok belajar memberikan contoh cerpen
untuk dibaca oleh siswa kemudian dianalisis unsur-unsur pembangun cerpennya
dengan cara diskusi kelompok.
e) Guru meminta salah satu siswa membacakan hasil diskusi ke depan kelas.
f) Siswa diminta meniru unsur-unsur cerpen yang dianalisis , mengolahnya menjadi
kerangka cerpen, kemudian mengembangkan kerangka cerpen
yang telah dibuat menjadi sebuah cerpen yang utuh untuk kemudian dikumpulkan.
g) Guru menutup pelajaran pembelajaran pada pertemuan tersebut karena pelajaran
bahasa Indonesia telah selesai.
3) Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar di kelas dengan materi menulis
cerpen di ruang Kelas XII SMK Negeri 1 Pasie Raja. Pada pelaksanaan tindakan I, guru
mengajarkan materi menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M. pada
pembelajaran sebelumnya yang dilakukan tanpa menggunakan metode maupun strategi
dalam menulis cerpen. Meskipun di awal pembelajaran guru sudah menerangkan
seputar cerpen namun. Pada tindakan I guru telah menerapkan strategi 3M diantaranya
adalah dengan menyuguhkan contoh cerpen untuk dianalisis siswa berdasarkan unsur-
unsur pembangun cerpen yang terdapat di dalamnya, kemudian mereka tiru dengan

43
menganalisis unsur-unsur dalam cerpen yang disediakan sebagai contoh cerpen,
mengolah dengan mengubah unsur-unsur paling sederhana yaitu tema, tokoh, serta alur,
kemudian mengembangkan menjadi sebuah cerpen yang utuh.
Pada awal pertemuan, guru mengadakan apersepsi terhadap siswa tentang
kegiatan yang berhubungan dengan menulis. Guru menyebutkan beberapa tokoh yang
berhasil sukses dari menulis. Hal tersebut dilakukan guru dengan harapan agar siswa
termotivasi dan tertarik untuk menulis.
Guru membentuk siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar kemudian
membagikan contoh cerpen untuk didiskusikan siswa berdasarkan unsur-unsur
pembangun cerpen yang terdapat di dalamnya. Kemudian menyuruh siswa membuat
cerpen dengan meniru unsur-unsur yang telahdidiskusikan sebelumnya. Guru menyuruh
siswa mengumpulkan hasil tulisan mereka sebelum menutup pelajaran pada pertemuan
tersebut.
Sementara itu, peneliti mengadakan observasi sebagai partisipan pasif terhadap
kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Peneliti mengambil posisi duduk di
belakang kelas. Hal ini dilakukan peneliti agar mampu mengamati jalanya pembelajaran
tanpa mengganggu jalannya pembelajaran.
Berdasarkan kegiatan tersebut, secara garis besar dip eroleh gambaran tentang
jalannya kegiatan pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia pada pembelajaran
menulis cerpen sebagai berikut.
a) Guru telah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dijadikan
sebagai pedoman dalam mengajar. RPP tersebut telah sesuai dengan silabus
pembelajaran bahasa Indonesia yang terdapat di dalam kurikulum yang berlaku di
sekolah tersebut, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
b) Guru telah melaksanakan kegiatan menulis cerpen dengan baik. Guru telah mengajar
dengan arah serta tujuan yang jelas dan terencana. Selain itu guru juga telah
berusaha menerapkan strategi 3M dan berusaha mengajak siswa aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari pemberian contoh cerpen yang
kemudian dianalisis siswa secara diskusi dan hasil analisis tersebut dikembangkan
menjadi sebuat cerpen yang utuh.
c) Sebelum memberikan materi menulis cerpen, terlebih dahulu guru menggali
pengalaman siswa mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan menulis.
Hingga pada akhirnya mengerucut pada permasalahan menulis cerpen. Guru
mengamati dan mencatat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran guna

44
menerapkan penilaian yang otentik.
d) Beberapa kelemahan dalam pelaksanaan tindakan I ini, yaitu:
(1) Guru masih terlihat kuwalahan dalam mengendalikan situasi kelas yang ramai dan
gaduh ketika murid-murid berdiskusi. Hal ini sebagai suatu kesalahan guru karena
tidak membagi siswa kedalam kelompok diskusi yang lebih kecil. Diskusi yang
dilakukan tidak teratur karena siswa melakukan diskusi antar meja, antarderet
kolom meja, antarbaris.Hingga terdapat anggota kelompok yang letak temp at
duduknya jauh sehingga membuat gaduh suasana kelas. Ada juga siswa yang
mondarmandir menanyakan jawaban kepada teman mereka.
(2) Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja guru dalam
pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori cukup dalam kinerjanya.
(3) Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti proses pembelajaran
menulis cerpen sebanyak 23 siswa atau sebesar 69,6 % dari keseluruhan siswa yang
mengikuti pembelajaran, yaitu sebanyak 33 siswa. Dari 33 siswa 12 siswa telah
termasuk dalam kategori baik, 11 siswa termasuk dalam kategori cukup, dan
sisanya sebanyak 10 siswa termasuk dalam kategori kurang.
(4) Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang keaktifan dan motivasi
siswa dalam menulis cerpen, terdapat 25 siswa atau sebesar 75,7 % aktif dan
memiliki motivasi terhadap pembelajaran, dengan 16 siswa termasuk dalam kategori
baik, 9 siswa dalam kategori cukup, dan 8 siswa dalam kategori kurang.
(5) Siswa masih kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya. Hal ini
terlihat dari sebagian besar siswa masih terlihat takut dalam mengungkapkan
pendapatnya. Selain itu saat guru memberikan tugas masih terdapat siswa yang tidak
mengetahui tugas yang diberikan guru hingga sang guru harus mengulangi perintah
yang diberikan pada siswanya.
(6) Dari segi hasil tes unjuk kerja dari keseluruhan siswa yaitu 33 siswa hanya 22 siswa
atau sebesar 66,6 % yang mampu menulis cerpen dengan baik dan dikatakan tuntas
belajar dengan KKM yang ditentukan sekolah sebesar 70. Sisanya sebanyak 11
siswa atau sebesar 33,3 % masih perlu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
menulis cerpennya. Mereka belum mampu mencapai batas tuntas minimal dalam
menulis cerpen dan dinyatakan belum lulus.
4) Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dan peneliti melakukan analisis
dan refleksi. Adapun yang menjadi penyebab kelemahan pada siklus I sebagai

45
berikut.
a) Posisi guru selalu berada di depan kelas dan tidak memberikan teguran kepada
siswa yang tidak memperhatikan selama proses pembelajaran. Guru seharusnya
berkeliling guna memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
siswa dapat mengikuti pembelajaran secara aktif.
b) Pembentukan kelompok diskusi terlalu besar. Pembentukan kelompok diskusi
seharusnya dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang kecil dan jarak antar
anggota kelompok tidak berjauhan. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses
pembagian kelompok dan proses diskusi semua siswa dapat aktif dan tidak
terjadi kegaduhan karena harus bertukar tempat duduk.
c) Belum dilakukannya refleksi pascabelajar sehingga guru tidak bisa mengetahui
seberapa jauh tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
d) Guru tidak memberikan motivasi siswa agar mau memperhatikan selama proses
pembelajaran dengan mengemukakan pendapatnya, meberikan komentar dan
tanggapan, serta menjawab pertanyaan dengan lancar dan benar. Motivasi-
motivasi tersebut dapat berupa nasehat-nasehat yang bisa menyadarkan siswa
sehingga mereka mengikuti pelajaran atas dasar keinginan hati mereka bukan
lantaran terpaksa. Selain itu guru harus mampu mengatur waktu sesuai dengan
alokasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Sehingga kegiatankegiatan
dalam rangkaian pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

b. Siklus Kedua
1) Perencanaan Tindakan II
Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 8 September 2014. Peneliti dan guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia mendiskusiskan rancangan tindakan pada siklus kedua.
Peneliti dan guru berdiskusi untuk menganalisis pembelajaran pada siklus I. Analisis
siklus I berupa nilai siswa pada siklus I, kondisi pembelajaran pada siklus I,
mendiskusikan kelebihan dan kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran
dan berupaya melakukan perbaikan kekurangan pada siklus I.
Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, akhirnya disepakati hal-hal yang
sebaiknya dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi menulis cerpen pada siswa.
Hal-hal tersebut yakni:

46
(a) posisi guru selama pembelajaran sebaiknya selalu berkeliling ruang kelas untuk
memonitoring kegiatan siswa agar perhatian siswa terfokus pada proses
pembelajaran. Dengan kata lain guru akan dapat memantau siswa, baik yang duduk
di bagian depan maupun di bagian belakang.
(b) Guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara memotivasi dan membimbing siswanya.
(c) Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang belum ia pahami. Dengan demikian siswa akan melakukan hal-hal yang
dikehendaki guru atas dasar kesadaran dari dalam diri siswa. Guru harus bisa
mengatur waktu sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan sehingga
rangkaian kegiatan pembelajaran dapat sesuai dengan perencanaan.Pembentukan
kelas menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan dalam satu kelompok
diharapkan tempat duduk antar anggota kelompoknya tidak berjauhan. Hal ini
dimaksudkan agar dalam proses pembagian kelompok dan proses diskusi, semua
siswa dapat aktif dan tidak terjadi kegaduhan karena harus bertukar temp at duduk.
(d) Perlu dilakukannya refleksi pascabelajar. Hal ini dimaksudkan agar guru bisa
mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Dengan kata lain setelah adanya refleksi pascabelajar diharapkan
dapat mengurangi kelemahan dan kesalahan terhadap pembelajaran berikutnya.
Kelemahan dan kesalahan dalam pembelajaran tersebut akan diminimalisir dan
diganti dengan cara lain yang dianggap akan lebih efektif dalam proses
pembelajaran.
Berpijak pada hal-hal tersebut, peneliti dan guru kemudian menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi menulis cerpen II berdasarkan silabus
dari sekolah. Selanjutnya peneliti dan guru mempersiapkan sumber belajar yang berupa
contoh cerpen dari buku.
Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis cerpen dengan
menggunakan strategi 3M, yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut.
(1) Guru menanyakan kesan siswa saat pertama kali menulis cerpen menggunakan
strategi 3M.
(2) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa tentang
tahapan-tahapan menulis cerpen dan anatomi cerita pendek. Guru memberikan
materi mengenai tahapantahapan dalam strategi 3M. Guru mempersilakan siswa
untukberdiskusi dengan temannya tentang hal-hal yang yang dipertanyakan tadi.

47
(3) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar yang lebih kecil dari sebelumnya
kemudian membagikan contoh cerpen, siswa diminta untuk menganalisis unsur-
unsur pembangun cerpen pada contoh cerpen yang telah disediakan.
(4) Guru meminta siswa mengolah cerpen dengan meniru unsur cerpen yang paling
sederhana yaitu tema, tokoh, serta alur.
(5) Guru meminta siswa mengembangkan cerpen yang telah mereka olah menjadi
sebuah cerpen dengan mengganti unsurunsur yang paling sederhana dari cerpen
yang dijadikan sebagai contoh.
(6) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil tes unjuk kerja yang berupa cerpen
kemudian guru melakukan analisis dan refleksi pascabelajar sebelum menutup
pelajaran.
2) Pelaksanaan Tindakan II
Tindakan II dilaksanakan pada tanggal 22 September 2014 di ruang Kelas XII
SMK Negeri 1 Pasie Raja. Dalam pelaksanaan tindakan II ini, guru bertindak sebagai
pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar. Sedangkan peneliti melakukan observasi
atau pengamatan terhadap proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaan tindakan II ini, guru mengaplikasikan solusi yang telah
disepakati dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran pada
siklus I. Sedangkan Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dengan duduk di sebuah
kursi di belakang kelas yang memang sengaja disediakan untuk peneliti guna
mengamati jalannya pembelajaran.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut.
a) Guru masuk kelas, megucapkan salam, menanyakan keadaan siswa, dan
melakukan presensi terhadap siswa.
b) Guru menyampaikan kompetensi dasar, indikator, serta tujuan pembelajaran
menulis cerpen pada pertemuan kali ini.
c) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa tentang
tahapan-tahapan menulis cerpen dan anatomi cerita pendek. Guru memberikan
materi mengenai tahapan-tahapan dalam strategi 3M.
d) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar kemudian membagikan contoh
cerpen, siswa diminta untuk menganalisis unsur-unsur pembangun cerpen pada
contoh cerpen yang telah disediakan.
e) Guru meminta siswa mengembangkan kerangka cerpen menjadi sebuah cerpen
dengan meniru, mengo lah, serta mengembangkan unsur-unsur yang terkandung

48
dalam cerpen yang dijadikan sebagai contoh dan disesuaikan dengan tahapan-
tahapan dalam menulis cerpen.
f) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil tes unjuk kerja yang berupa cerpen
kemudian guru melakukan analisis dan refleksi pascabelajar sebelum menutup
pelajaran.
g) Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam.

3) Observasi dan Interpretasi


Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar di kelas dengan materi menulis
cerpen di ruang Kelas XII SMK Negeri 1 Pasie Raja.Pengamatan dilaksanakan pada
tanggal 13 Oktober 2014. Seperti halnya pada siklus I pelaksanaan tindakan II guru
mengajarkan materi menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M. Pada tindakan II
guru masih menerapkan strategi 3M dengan menyuguhkan contoh cerpen untuk ditiru
siswa dan sebagai bahan acuan sebagai kerangka cerpen yang pada akirnya mereka
kembangkan menjadi sebuah cerpen yang utuh.
Pada awal pertemuan, guru menanyakan keadaan siswanya kemudian melakukan
presensi. Selanjutnya guru melakukan apersepsi terhadap siswa seputar pengalaman
menulis siswanya pada pertemuan sebelumnya (siklus I). Guru melakukan refleksi pada
pelaksanaan pembelajaran sebelumnya.
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan guru adalah membentuk siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar yang lebih kecil tanpa adanya pertukaran tempat duduk
diantara siswanya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi kegaduhan saat
pembentukan kelompok diskusi dan pelaksanaan diskusi. Guru kemudian membagikan
contoh cerpen untuk didiskusikan siswa Kemudian menyuruh siswa untuk meniru
unsur-unsur yang terkandung di dalamnya kemunian mengolahnya menjadi sebuah
kerangka cerpen dengan dan terakhir siswa diminta mengembangkan kerangka cerpen
yang telah dibuat menjadi sebuah cerpen yang utuh untuk kemudian dikumpulkan.
Selama proses pembelajaran guru mendampingi siswanya secara bergantian untuk
mengevaluasi keseriusan dan kendala-kendala yang mungkin ada dalam proses
membuat kerangka cerpen dan mengembangkannya ke dalam sebuah cerpen. Kali ini
guru tidak lagi segan untuk mengingatkan dan memberikan motivasi kepada siswanya
yang belum aktif dalam proses pembelajaran. Guru menutup pelajaran pada pertemuan
tersebut.
Sementara itu, peneliti masih berlaku sebagai partisipan pasif terhadap kegiatan

49
pembelajaran yang sedang berlangsung. Peneliti mengambil posisi duduk di belakang
kelas sama seperti pada tindakan pada siklus I. Hal ini dilakukan peneliti agar mampu
mengamati jalanya pembelajaran tanpa mengganggu jalannya pembelajaran.
Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus II ini, diperoleh gambaran tentang
kondisi siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu sebagai berikut.
a) Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti proses
pembelajaran menulis cerpen sebanyak 28 siswa atau sebesar 84,8 % dari
keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu sebanyak 33 siswa. Dari
33 siswa terdapat 18 siswa telah termasuk dalam kategori baik, 10 siswa
termasuk dalam kategori cukup, dan sisanya sebanyak 5 siswa termasuk dalam
kategori kurang.
b) Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang keaktifan dan
motivasi siswa dalam menulis cerpen, terdapat 30 siswa atau sebesar 90,9 %
aktif dan memiliki motivasi terhadap pembelajaran, dengan 20 siswa termasuk
dalam kategori baik, 10 siswa dalam kategori cukup, dan 3 siswa dalam
kategori kurang.
c) Berdasarkan hasil tes unjuk kerja siswa dalam menulis cerpen, diketahui
sebanyak 28 siswa atau sebesar 84,8% telah mampu menulis cerpen dengan baik
dan termasuk dalam kategori tuntas belajar dengan KKM yang telah ditentukan
sekoalah sebesar 70, sedangkan 5 siswa atau sebesar 15,1% belum mencapai
batas ketuntasan.
d) Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja guru dalam
pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori baik dalam kinerjanya.

4) Analisis dan Refleksi


Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2014. Pada siklus ini guru
memberikan materi langkah-langkah dalam membuat cerpen serta langkah-langkah
dalam strategi 3M sehingga siswa paham mengenai cerpen dan menulis cerpen
menggunakan strategi 3M.Proses pembelajaran pada siklus II ini dengan lancar.
Sebagian besar kekurangan pada siklus I sudah dapat diatasi. Namun pada siklus II ini
masih terdapat beberapa kekurangan. Adapun kekurangan dalam siklus II antara lain:
(1) Siswa masih ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapatnya saat diberi pertanyaan
oleh gurunya. Hal ini menjadi indikasi masih terdapat kekurangan pada siklus II ini.
Selain itu, meskipun terdapat peningkatan hasil tulisan siswa, namun masih perlu

50
dilakukan perbaikan dalam hal aspek kriteria penulisan cerpen yang benar.
(2) Selain itu pada pertemuan ini belum terdapat kegiatan saling merevisi tulisan
antarteman. Hal ini penting dilakukan agar siswa tahu dimana letak kesalahan
tulisan yang dibuatnya.
(3) Pembentukan kelompok belum optimal dan masih meninbulkan suasana kelas yang
gaduh. Hal ini dikarenakan dalam menentukan anggota kelompok tidak dilakukan
oleh guru, melainkan siswa mencari anggota kelompok mereka secara mandiri.
c. Siklus Ketiga
1) Perencanaan Tindakan III
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2014. Peneliti dan guru
berdiskusi untuk menganalisis pembelajaran pada siklus II. Analisis siklus II berupa
nilai siswa pada siklus II, kondisi pembelajaran pada siklus II, mendiskusikan
kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan berupaya melakukan
perbaikan kekurangan pada siklus II.
Peneliti dan guru akhirnya menyepakati bahwa untuk siklus III guru akan
membekali siswa dengan materi hakikat menulis cerpen, kriteria penilaian tulisan
cerpen, dan memberikan ciri-ciri dalam strategi 3M dengan harapan agar siswa
mengetahui cara menulis cerpen yang baik dan benar berdasarkan strategi 3M. Guru
harus melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan diskusi kelompok dilakukan untuk
kegiatan saling merevisi tulisan antarteman agar lebih efektif dan efisien.hal itu
dimaksudan agar siswa mengetahui kekurangan serta kelemahan tulisan yang
dibuatnya. Selain itu, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum ia pahami dengan memberikan kesempatan
bertanya pada siswa yang belum pernah bertanya sama sekali pada siklus I maupun
siklus II.
Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis cerpen dengan
menggunakan strategi 3M, yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut.
(1) Guru menanyakan kesan siswa satelah dua kali menulis cerpen dan setelah
mereka mengetahui langkah-langkah membuat cerpen menggunakan
menggunakan strategi 3M.
(2) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa tentang hakikat
serta tujuan menulis cerpen. Guru memberikan materi mengenai ciri-ciri dalam
strategi 3M. Kemudian guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dengan
temannya tentang hakikat menulis cerpen, tujuan menulis cerpen, dan ciri-ciri

51
dalam strategi 3M
(3) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar kemudian membagikan cerpen
hasil tes mereka pada siklus II. Kemudian menyuruh siswa untuk saling merevisi
tulisan antarteman.
(4) Guru memberikan contoh cerpen untuk dianalisis siswa kemudian ditiru,diolah
dan dikembangkan menjadi sebuah cerpen utuh dengan tidak mengulangi
kesalahan dalam menulis cerpen pada siklus II.
(5) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil tes unjuk kerja yang berupa cerpen
kemudian guru melakukan analisis dan refleksi pascabelajar.
(6) Guru menutup pelajaran.
Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
materi menulis cerpen III berdasarkan silabus dari sekolah. Peneliti dan guru menyusun
instrumen penelitian yang berupa tes dan nontes. Instrument tes berupa tes unjuk kerja
untuk menilai kemampuan menulis cerpen siswa. Sedangkan instrumen non tes dinilai
berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati sikap
siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung.
2) Pelaksanaan Tindakan III
Tindakan III dilaksanakan pada tanggal 4 November 2014. Dalam pelaksanaan
tindakan III ini, guru tetap bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar
mengajar. Guru mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk
mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran pada siklus II. Sedangkan Peneliti
tetap bertindak sebagai partisipan pasif dengan duduk di sebuah kursi di belakang kelas
yang memang sengaja disediakan untuk peneliti guna mengamati jalannya
pembelajaran.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut.
a) Guru masuk kelas, membuka pelajaran dengan megucapkan salam, menanyakan
keadaan siswa, dan melakukan presensi terhadap siswa.
b) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa tentang hakikat
serta tujuan menulis cerpen. Guru memberikan materi mengenai ciri-ciri dalam
strategi 3M. Guru menanyakan kesan siswa satelah dua kali menulis cerpen
setelah mengetahui langkah-langkah membuat cerpen menggunakan
menggunakan strategi 3M.
c) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar kemudian membagikan cerpen
hasil tes mereka pada siklus II. Kemudian menyuruh siswa untuk saling

52
merevisi tulisan antarteman.
d) Guru memberikan contoh cerpen untuk dianalisis siswa kemudian ditiru,diolah
dan dikembangkan menjadi sebuah cerpen utuh dengan tidak mengulangi
kesalahan dalam menulis cerpen pada siklus II.
e) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil tes unjuk kerja yang berupa cerpen
kemudian guru melakukan analisis dan refleksi pascabelajar. Kemudian guru
menutup pelajaran dengan mengucap salam.
3) Observasi dan Interpretasi
Peneliti tetap bertindak sebagai partisipan pasif dengan duduk di sebuah kursi
di belakang kelas yang memang sengaja disediakan untuk peneliti guna mengamati
jalannya pembelajaran seperti halnya pada siklus-siklus sebelumnya.
Seperti halnya pada siklus I dan siklus II pelaksanaan tindakan III masih
mengajarkan materi menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M. Pada tindakan II
guru masih menerapkan strategi 3M dengan menyuguhkan contoh cerpen untuk ditiru
siswa dan diolah sebagai bahan acuan sebagai kerangka cerpen yang kemudian mereka
kembangkan menjadi sebuah cerpen yang utuh.
Pada awal pertemuan, guru menanyakan keadaan siswanya kemudian
melakukan presensi. Selanjutnya guru melakukan apersepsi terhadap siswa seputar
pengalaman menulis siswanya pada pertemuan sebelumnya (siklusI). Guru melakukan
refleksi pada pelaksanaan pembelajaran sebelumnya.
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan guru adalah membentuk siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar yang lebih kecil tanpa adanya pertukaran tempat duduk
diantara siswanya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi kegaduhan saat
pembentukan kelompok diskusi dan pelaksanaan diskusi. Guru membagikan hasil
tulisan siswa pada siklus II untuk dianalisis oleh siswanya secara acak. Guru kemudian
membagikan contoh cerpen untuk didiskusikan siswa Kemudian menyuruh siswa untuk
meniru unsur-unsur yang terkandung di dalamnya kemudian mengolahnya menjadi
sebuah kerangka cerpen dengan dan terakhir siswa diminta mengembangkan kerangka
cerpen yang telah dibuat menjadi sebuah cerpen yang utuh dengan memperhatikan
kesalahan hasil tulisan pada siklus II. Sama halnya pada siklus II, selama proses
pembelajaran guru mendampingi siswanya secara bergantian untuk mengevaluasi
keseriusan dan kendala-kendala yang mungkin ada dalam proses 3M yaitu meniru,
mengolah, serta mengembangkannya ke dalam sebuah cerpen. Guru tidak henti-
hentinya memberikan motivasi kepada siswanya yang belum aktif dalam proses

53
pembelajaran. Kegiatan terakhir yang dilakukan guru adalah menyuruh siswa
mengumpulkan hasil tulisan mereka kemudian guru melakukan analisis dan refleksi
terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung sebelum guru menutup pelajaran
pada pertemuan tersebut.
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran pada siklus III ini,
diperoleh gambaran tentang kondisi pembelajaran berlangsung, yaitu sebagai berikut.
a) Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti proses
pembelajaran menulis cerpen sebanyak 31 siswa atau sebesar 93,3% dari
keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu sebanyak 33 siswa.
Sebanyak 23 siswa telah termasuk dalam kategori baik, 8 siswa termasuk
dalam kategori cukup, dan sisanya sebanyak 2 siswa termasuk dalam kategori
kurang.
b) Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang keaktifan dan
motivasi siswa dalam menulis cerpen, terdapat 30 siswa atau sebesar 90,9 %
aktif dan memiliki motivasi terhadap pembelajaran, dengan 22 siswa termasuk
dalam kategori baik, 8 siswa dalam kategori cukup, dan 3 siswa dalam
kategori kurang.
c) Berdasarkan hasil tes unjuk kerja siswa dalam menulis cerpen, diketahui
sebanyak 30 siswa atau sebesar 90,9 % telah mampu menulis cerpen dengan
baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar dengan KKM yang telah
ditentukan sekolah sebesar 70, sedangkan 3 siswa 9 % belum mencapai batas
ketuntasan.
d) Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja guru dalam
pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori baik dalam kinerjanya.
4) Analisis dan Refleksi
Secara umum kelemahan serta kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran
menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M ini telah teratasi dengan baik. Guru
berhasil membangkitkan minat serta motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran
dengan tertib. Perhatian siswa menjadi lebih fokus pada proses pembelajaran menulis
cerpen menggunakan strategi 3M. Guru telah mampu memancingrespons siswa
terhadap stimulus yang diberikan guru dan guru mampu mengelola kelas dengan baik
dengan membuat siswa merasa senang mengikuti pelajaran tanpa adanya paksaan.
Proses pembelajaran pada siklus III ini berjalan dengan lancar. Sebagian besar
siswa dengan sukarela menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Mereka sudah mulai

54
terbisaa mengeluarkan pendapat mereka tanpa ada rasa takut pendapatnya tidak
diterima. Sedangkan dari hasil menulis cerpen yang telah dikerjakan siswa, dapat
disimpulkan bahwa strategi 3M terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis
cerpen siswa

D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan tindakan dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan
pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M dapat meningkatkan
kemampuan menulis cerpen siswa dan diikuti pula dengan meningkatnya keaktifan dan
keterlibatan siswa selama pembelajaran menulis cerpen. Hal ini dapat diketahui dari
table di bawah ini:
Tabel 5. Presentase Keberhasilan Proses Pembelajaran Menulis Cerpen
Presentase Hasil Capaian
Aspek yang Diukur Siklus I Siklus Siklus Indikator Keberhasilan
II III
1. Motivasi Belajar
Siswa tertarik dan senang dengan
Siswa. 69,6 % 84,8 % 93,8 %
pembelajaran menulis cerpen.

2. Keaktifan para
siswa dalam Siswa aktif dalam proses
69,6 % 84,8 % 93,8 %
kegiatan belajar pembelajaran.
mengaj ar.

3. Keterlaksanaan oleh 75,7 % 90,9 % 90,9 % Pelaksanaan pembelajaran sesuai


guru. dengan rencana.
4. Keterlaksanaan oleh Pelaksanaan pembelaj aran sesuai
siswa. dengan rencana tanpa ada
75,7 % 90,9 % 90,9 %
hambatan yang bersumber dari
siswa.

5.

Terjadi hubungan timbal antara


Interaksi siswa
50 % 77 % 88 % siswa dengan guru dalam kegiatan
dengan guru.
belajar mengajar.

55
Tabel 6. Presentase Keberhasilan Kemampuan Menulis Cerpen
Presentase Hasil Capaian
Aspek yang Diukur Siklus Siklus Siklus Indikator Keberhasilan
I II III

Nilai siswa mencapai kriteria


Ketuntasan Belajar
ketuntasan minimal (KKM)
(Hasil Pembelajaran 66,6 % 84,8 % 90,9 %
untuk mata pelajaran bahasa
menulis Cerpen)
Indonesia, yaitu 65

1. Terjadi Peningkatan Proses Pembelajaran Menulis Cerpen di Setiap Siklus.


Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti proses
pembelajaran menulis cerpen sebanyak 23 siswa atau sebesar 69,6 % dari keseluruhan
siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu sebanyak 33 siswa. Dari 33 siswa 12 siswa
telah termasuk dalam kategori baik, 11 siswa termasuk dalam kategori cukup, dan
sisanya sebanyak 10 siswa termasuk dalam kategori kurang. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan peneliti tentang keaktifan dan motivasi siswa dalam menulis
cerpen, terdapat 25 siswa atau sebesar 75,7 % aktif dan memiliki motivasi terhadap
pembelajaran, dengan 16 siswa termasuk dalam kategori baik, 9 siswa dalam kategori
cukup, dan 8 siswa dalam kategori kurang. Berdasarkan pengamatan yang peneliti
lakukan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori
cukup dalam kinerjanya.
Pada siklus II, Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti
proses pembelajaran menulis cerpen sebanyak 28 siswa atau sebesar 84,8 % dari
keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu sebanyak 33 siswa. Dari 33
siswa terdapat 18 siswa telah termasuk dalam kategori baik, 10 siswa termasuk dalam
kategori cukup, dan sisanya sebanyak 5 siswa termasuk dalam kategori kurang.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang keaktifan dan motivasi
siswa dalam menulis cerpen, terdapat 30 siswa atau sebesar 90,9 % aktif dan
memilikimotivasi terhadap pembelajaran, dengan 20 siswa termasuk dalam kategori
baik, 10 siswa dalam kategori cukup, dan 3 siswa dalam kategori kurang.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja guru dalam
pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori baik dalam kinerjanya.
Pada siklus III, Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti
proses pembelajaran menulis cerpen sebanyak 31 siswa atau sebesar 93,3% dari

56
keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu sebanyak 33 siswa. Sebanyak 23
siswa telah termasuk dalam kategori baik, 8 siswa termasuk dalam kategori cukup,
dan sisanya sebanyak 2 siswa termasuk dalam kategori kurang. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan peneliti tentang keaktifan dan motivasi siswa dalam menulis
cerpen, terdapat 30 siswa atau sebesar 90,9 % aktif dan memiliki motivasi terhadap
pembelajaran, dengan 22 siswa termasuk dalam kategori baik, 8 siswa dalam kategori
cukup, dan 3 siswa dalam kategori kurang. Berdasarkan pengamatan yang peneliti
lakukan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori
baik dalam kinerjanya.
2. Terjadi Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen di Setiap Siklus.
Pada siklus I, berdasarkan hasil tes unjuk kerja siswa dalam menulis cerpen,
diketahui sebanyak 22 siswa atau sebesar 66,6 % telah mampu menulis cerpen dengan
baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar, sedangkan 11 siswa atau sebesar 33,3
% belum mencapai batas ketuntasan. Pada siklus II, diketahui sebanyak 28 siswa atau
sebesar 84,8 %telah mampu menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori
tuntas belajar, sedangkan 5 siswa atau sebesar 15,1 % belum mencapai batas
ketuntasan. Pada siklus III, diketahui sebanyak 30 siswa atau sebesar 90,9 % telah
mampu menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar,
sedangkan 3 siswa atau sebesar 9 % belum mencapai batas ketuntasan.
Penelitian tindakan kelas (classroom action reseach) terhadap
peningkatankemampuan menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M pada siswa
kelas XII SMK Negeri 1 Pasie Rajaini dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus
dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi.
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei pratindakan guna
mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran menulis
cerpen dan untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil survei
pratindakan, peneliti menemukan bahwa kualitas pembelajaran menulis cerpen dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas XII SMK Negeri 1 Pasie Raja masih tergolong
rendah. Oleh karena itu, peneliti membuat kesepakatan untuk berkolaborasi dengan guru
mata diklat Bahasa Indonesia yang bersangkutan untuk mengatasi permasalahan
tersebut dengan menggunakan strategi 3M dalam pembelajaran menulis cerpen.
Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
materi menulis cerpen I berdasarkan silabus dari sekolah. Siklus I merupakan titik awal

57
guna mengatasi permasalahan-permasalah menulis cerpen. Pada siklus pertama, guru
telah menerapkan strategi 3M pada proses pembelajaran menulis cerpen. Adapun
komponen dalam strategi 3M mencakup tiga tahapan yaitu, tahap meniru, tahap
mengolah dan tahap mengembangkan.
Berdasarkan siklus pertama tersebut diperoleh deskripsi hasil pembelajaran
menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M. dari deskripsi tersebut ternyata
masih terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaan tindakan.
Adapun kelemahan yang bersumber dari duru antara lain :
a) Guru masih terlihat kewalahan dalam mengendalikan situasi kelas yang ramai dan
gaduh ketika murid-murid berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dari guru.
b) Posisi guru masih terfokus di depan kelas dan di deretan tempat duduk bagian
depan saja. Oleh karena itu, guru sulit untuk memonitor siswa yang duduk deretan
belakang. Selain itu guru jarang menegur siswa yang tidak fokus terhadap proses
pembelajaran menulis cerpen yang sedang berlangsung.
c) Guru tidak mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telahberlangsung.
Sehingga guru tidak mengetahui seberapa jauh tingkatpemahaman siswa terhadap
menulis cerpen yang telah dipelajari.
d) Guru belum memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif agar
menjadi aktif seperti halnya siswa lain yang aktif dalam mengikuti pelajaranmenulis
cerpen yang sedang berlangsung.
Kelemahan yang bersumber dari siswa diantaranya adalah Siswa terlihat belum
sepenuhnya aktif dalam pembelajaran. Hal ini terliht dari masih terdapat beberapa siswa
yang tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh gurunya. Siswa masih
kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya. Sedangkan kelemahan
yang bersumber dari metode yaitu belum adanya aspek refleksi dalam proses
pembelajaran.
Selama proses pembelajaran menulis cerpen pada siklus I berlangsung, siswa
masih terlihat canggung dengan adanya kehadiran peneliti di dalam kelas mereka. Pada
pertemuan sebelumnya peneliti sudah pernah mengikuti proses pembelajaran ketika
melakukan survei pratindakan namun, siswa ternyata masih terlihat belum terbisaa
dengan kehadiran peneliti..
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran di siklus I, diperoleh
gambaran tentang kondisi siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung,
yaitu sebagai berikut.

58
Siklus II merupakan siklus untuk memberikan solusi yang dilaksanakan guna
mengatasi kekurangan pada siklus I. solusi yang disepakati peneliti dan guru berupa
selama proses pembelajaran posisi guru selalu berkeliling ruang kelas untuk
memonitoring kegiatan siswa agar perhatian siswa terfokus pada proses pembelajaran.
Guru melibatkan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut dilakukan dengan cara
memotivasi dan membimbing siswanya. Selain itu, guru juga memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum ia pahami. Guru sudah mampu
mengatur waktu sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan.
Sudah terjadi pembentukan kelas menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil
dan dalam satu kelompok diharapkan tempat duduk antar anggot kelompoknya tidak
berjauhan. Sudah dilakukannya refleksi pascabelajar dengan cara mengulas hasil
pembelajaran dan memberi pertanyaan kepada siswa seputar materi pembelajaran yang
telah diberikan.
Meskipun telah terjadi peningkatan kemampuan menulis cerpen yang cukup
signifikan pada siklus II, namun masih ditemukan sedikit kekurangan atau kelemahan
dalam proses pembelajarannya. Kelemahan tersebut terlihat dari masih terdapat
beberapa siswa yang masih ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapatnya saat diberi
pertanyaan oleh gurunya. Selain itu, dari segi hasil tulisan cerpen yang dikerjakan
siswa di siklus II masih perlu dilakukan perbaikan dalam hal aspek kriteria penulisan
cerpen yang benar. Pada pertemuan inipun belum terdapat kegiatan saling merevisi
tulisan antarteman. Hal ini penting dilakukan agar siswa tahu dimana letak kesalahan
tulisan yang dibuatnya.
Untuk mengatasi kelamahan tersebut peneliti dan guru kemudian mencari
solusi yang akan diterapkan pada tindakan siklus III. Dengan kata lain, siklus III
dilaksanakan untuk memberikan solusi guna mengatasi kekurangan pada siklus II.
solusi yang disepakati peneliti dan guru berupa dengan memberikan materi tentang
kriteria cerpen yang baik, membuat kelompok belajar yang lebih kecil, melakukan
revisi hasil tulisan pada siklus II, dan memotivasi siswa agar rasa percaya diri siswa
muncul saat siswa mengemukakan pendapatnya.
Siklus III merupakan siklus terakhir dalam tindakan penelitian ini. Pada siklus
ini guru dan peneliti berusaha memperkecil segala kelemahan yang terjadi selama
pembelajaran menulis cerpen berlangsung.
Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan guru dan peneliti, guru
berhasil melaksanakan pembelajaran yang mampu menarik minat siswa. Hal tersebut

59
dibuktikan dengan meningkatnya kalitas pembelajaran menulis cerpen, baik dari proses
maupun hasilnya. Selain itu, penelitian ino juga bermanfat untuk meningkatkan kinerja
guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik di dalam kelas.
Keberhasilan penggunaan strategi 3M dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran menulis cerpen dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut.
1. Kemampuan guru dalam menggunakan strategi pembelajaran menulis cerpen serta
mengembangkan materi ajar.
Sebelum tindakan penelitian dilakukan, guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang bersangkutan belum pernah menggunakan strategi pembelajaran
dalam menyampaikan materi pembelajaran. Guru hanya mengandalkan modul
sebagai bahan acuan dan sumber belajar, selebihnya guru menggunakan papan tulis,
tes lisan, dan metode ceramah. Guru beranggapan bahwa modul sudah cukup untuk
digunakan sebagai media sekaligus sumber belajar siswa karena sudah sesuai
dengan kurikulum KTSP yang berlaku di sekolah tersebut.
Setelah diadakan tindakan, guru menyatakan bahwa Strategi 3M merupakan
salah satu strategi yang dapat digunakan agar menarik perhartian, minat, dan
motivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi belajarnya.
2. Guru telah mampu melakukan pengelolaan kelas.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan sebuah proses pembelajaran
adalah kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas
meliputi tindakan gur untuk menumbuhkan motivasi belaja siswa, menumbuhka
keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, pemberian hukuman dan
penghargaan, perhatian, melibatkan siswa ke dalam proses pembelajaran, dan posisi
guru saat mengajar.
Pada pengamatan siklus I terlihat bahwa kemampuan mengelola kelas
oleh guru masih kurang baik. Hal ini terlihat dari indikator sebagai berikut.
a) Guru masih terlihat kuwalahan dalam mengendalikan situasi kelas yang ramai dan
gaduh ketika murid-murid berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dari guru. Hal
ini sebagai suatu kesalahan guru karena tidak membagi siswa kedalam kelompok
diskusi yang lebih kecil. Diskusi yang dilakukan tidak teratur karena siswa
melakukan diskusi antar meja, antarderet kolom meja, antarbaris. Hingga
terdapat anggota kelompok yang letak temp at duduknya jauh sehingga membuat
gaduh suasana kelas.
b) Posisi guru masih terfokus di depan kelas dan di deretan tempat duduk bagian

60
depan saja. Oleh karena itu, guru sulit untuk memonitor siswa yang duduk
deretan belakang.
c) Selain itu guru tidak memberikan peringatan kepada siswa yang tidak fokus
terhadap proses pembelajaran menulis cerpen yang sedang berlangsung
d) Guru belum memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif agar menjadi
aktif seperti halnya siswa lain yang aktif.
3. Perhatian, motivasi, dan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis
cerpen meningkat.
Sebelum tindakan penelitian ini dilaksanakan, siswa terlihat kurang
berminat, kurang memperhatikan, dan kurang termotivasi mengikuti proses
pembelajaran menulis cerpen. Hal tersebut disebabkan karena siswa merasa tidak
tertarik dengan cara mengajar guru yang selalu berada di depan kelas. Kegiatan
semacam ini dapat memunculkan kebosanan siswa, sehingga tidak temotivasi untuk
mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Hal tersebut terlihat dari suasana kelas
yang gaduh dan siswanya tidak aktif dalam memberikan tanggapan atas stimulus
yang diberikan oleh guru. Sebagian besar siswa terlihat bermalas-malasan dan tidak
merespon ketika guru memberikan pertanyaan.
Setelah dilakukan tindakan dengan mempergunakan strategi 3M, terlihat
sebagian besar siswa mulai tertarik dengan pembelajaran menulis cerpen. Secara
umum kelemahan serta kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran menulis
cerpen ini telah teratasi dengan baik. Guru telah berhasil membangkitkan minat serta
motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan tertib. Perhatian siswa
menjadi lebih fokus pada proses pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi
3M. Guru telah mampu memancing respons siswa terhadap stimulus yang diberikan
guru dan guru mampu mengelola kelas dengan baik dengan membuat siswa merasa
senang mengikuti pelajaran tanpa adanya paksaan. Sebagian besar siswa dengan
sukarela menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Mereka sudah mulai
terbisaa mengeluarkan pendapat mereka tanpa ada rasa takut pendapatnya tidak
diterima.
4. Peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa
Sebelum diadakan tindakan, siswa mengalami kesulitan dalam menulis
cerpen Karena siswa memang tidak menyukai kegiatan menulis. Dari hasil tes
tertulis, hanya sebagian kecil siswa yang memperoleh hasil yang memuaskan dan
dinyatakan tuntas belajar. Selain itu, sebagian besar siswa masih belum mampu

61
dalam menulis cerpen dengan baik.
Setelah diadakan tindakan,kemampuan menulis cerpen sisw mengalami
pengkatan. Hal tersebut terlihat dari nilai tes tertulis mereka peroleh. Indikasi
menigkatnya kemampuan menulis cerpen siswa dapat juga dilihat melalui
peningkatan nilai yang diperoleh siswa pada setiap siklusnya. Peneeliti dan guru
menetapkan batas minimal ketuntasan menulis cerpen adalah 65. batas ketuntasan
tersebut adalah batas ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sekolah untuk mata
pelajran Bahasa Indonesia.
Penilaian pada siklus I, hanya terdapat 22 siswa yang mampu menulis
cerpen dengan baik dan dikatakan tuntas belajar dengan batas ketuntasan 65 dari
dari keseluruhan siswa yang berjumlah 33 siswa. Sisanya sebanyak 11 siswa masih
perlu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan menulis cerpennya. Penilaian
pada siklus II, terdapat 28 siswa telah mampu menulis cerpen dengan baik dan
termasuk dalam kategori tuntas belajar, sedangkan 5 siswa belum mencapai batas
ketuntasan. Pada siklus III, diketahui sebanyak 30 siswa telah mampu menulis
cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar, sedangkan 3 siswa
belum mencapai batas ketuntasan. Peningkatan niali siswa dapat dilihat pada
lampiran.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini memilki dampak positif terhadap kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas. Dampak tersebut antara lain terdapat peningkatan kemampuan guru,
penggunaan bahan ajar, serta pemanfaatan strategi pembelajaran. Siswa yang tadinya
tidak begitu aktif dalam mengikutipembelajaran berubah menjadi siswa aktif dan
percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya. Guru memberikan stimulus dan siswa
memberikan respon terhadap stimulus tersebut.
Ditinjau dari segi kemampuan guru, semula guru masih mengalami kesulitan
untuk memotivasi siswanya. Namun setelah adanya tindakan guru mulai dapat
mengembangkankan kemampuannya untuk memotivasi siswa agar lebih aktif.. selain
itu, guru yang semula tidak berpikir untuk menggunakan strategi pembelajaran,
sekarang lebih tertarik menggunakan strategi pembelajaran sebagi upaya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen. Kemampuan guru dalam
memanfaatkan media dan mengembangkan materi dapat meningkat setelah tindakan
penelitian ini dilaksanakan.
Ditinjau dari segi keaktifan siswa, telah terjadi perubahan positif terhadap

62
sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen. sebagian besar siswa mulai
tertarik dengan pembelajaran menulis cerpen. Minat serta motivasi siswa mengalami
peningkaan untuk mengikuti pembelajaran dengan tertib. Perhatian siswa menjadi lebih
fokus pada proses pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M.

E. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa ada beberapa permasalahan penelitian yang belum
tersentuh atau kurang mendapatkan data yang akurat. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan waktu dan tenaga dalam pelaksanaan penelitian ini. Dengan adanya
keterbatasan penelitian ini diharapkan dapat disikapi dan ditindaklanjuti didalam
penelitian lanjut yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen
berikutnya. Adapun keterbatasan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
Pertama, kurangnya data penelitian yang memfokuskan pada aspek efektifitas
pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M
dibandingkan dengan dengan strategi lain. Oleh karena itu, penelitian ini belum dapat
menyampaikan hasil penelitian mengenai efektivitas pelaksanaan pembelajaran menulis
cerpen menggunakan strategi 3M jika dibandingkandengan menggunakan strategi
lainnya.Kedua, pengambilan data dalam penelitian ini masih secara perwakilan dari
siswa dan belum bisa dilaksanakan terhadap seluruh siswa, terutama untuk wawancara.
Sehingga dapat dimungkinkan masih terdapat pendapat yang belum termuat dan belum
teranalisis dalam penelitian ini. Ketiga, hasil maupun simpulan penelitian ini hanya
berlaku pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Pasie Raja yang dijadikan subjek
penelitian. Sehingga, simpulan ini relatif tidak bisa digeneralisasikan untuk subjek yang
memiliki karakteristik yang berbeda.

63
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan
Simpulan dari hasil penelitian ini yaitu:
1. Terjadi peningkatan proses pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas XII
SMK Negeri 1 Pasie Raja yang terlihat dari beberapa indikator sebagai berikut.
a. Proses pembelajaran menulis cerpen mengalami peningkatan pada setiap
siklusnya. Siswa tertarik dengan pembelajaran menulis cerpen dengan
menggunakan strategi 3M yang digunakan oleh guru. Perhatian siswa terfokus
pada proses pembelajarn menulis cerpen yang sedang berlangsung dan siswa
tidak melakukan kegiatan di luar kegian mereka menulis cerpen. Siswa antusias
dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen dan bersungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tulisan cerpen yang ditugaskan oleh guru.
b. Siswa terlibat aktif di dalam proses pembelajaran menulis cerpen yang sedang
berlangsung. Hal ini terbukti dari banyaknya siswa yang yang terlihat aktif
dalam memberikan respon atas pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain itu,
keaktifan siswa juga terlihat dari kegiatan diskusi dan observasi. Siwa mencatat
hal-hal penting yang disampaikan guru. Jika terjadi permasalahan, siswa
berperan aktif dalam membantu pemecahan masalah. Selain itu telah terjadi
hubungan dua arah antara siswa dengan guru.
c. Guru telah mampu mengelola kelas dengan baik. Suasana kelas menjadi teratur
dan dapat dikendalikan oleh gur sehingga siswa merasa nyaman dengan
pembelajaran menulis cerpen yang sedang berlangsung.
2. Terjadi peningkatan kemampuan menulis cerpen pada siswa Kelas XII SMK Negeri
1 Pasie Raja. Hal ini terlihat dari hasil tes menulis cerpen padasetiap siklus yang
mengalami peningkatan. Hasil penilaian menulis cerpen siswa menunjukan bahwa
pada siklus I terdapat 22 siswa, pada siklus II terdapat 28 siswa, dan pada siklus III
terdapat 30 siswa yang mampu melampuai batas ketuntasan yaitu nilai 70.
Perolehan nilai siswa dapat dilihat pada lampiran.
B. Implikasi
Sejalan dengan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, implikasi yang
didapat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut. Implikasi pertama yaitu implikasi

64
pedagogis. Implikasi pedagogis dari penelitian ini yaitu dapat membuka cakrawala baru
tentang pembelajaran menulis cerpen dengan penggunaan strategi 3M. Penggunaan
strategi 3M dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan menulis cerpen. Selain
itu juga dapat memberikan pengaruh positif berupa pembelajaran yang nyata bagi siswa
yang dialaminya ketika pembelajaran berlangsung. Sehingga, siswa mampu mengaitkan
ilmu yang ia dapatkan dengan pengalaman dan penerapan pengalaman nyata di
masyarakat.
Penelitian ini juga memberikan gambaran bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran. Faktor-faktor tersebut bisa
berasal dari guru, siswa, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan pihak-pihak
yang berhubungan dengan kepentingan pendidikan. Faktor-faktor tersebut saling
mendukung satu sama lain agar tujuan pendidikan dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
Implikasi kedua yaitu implikasi praktis. Implikasi praktis dari penelitian ini
yaitu untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas.
Sehingga dapat memacu guru maupun peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis
demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Peneliti ini juga dapat dijadikan referensi
untuk mengembangkan pembelajaran kearah yang lebih kreatif dan inovatif. Sehingga
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru yang ingin menggunakan
strategi sejenis sebagai strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran.
Selain itu, penelitian ini juga berguna bagi guru untuk dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk lebih mencermati dan memahami kondisi siswa dalam proses
belajar mengajar yang dilakukan sehingga dapat merancang desain pembelajaran yang
tepat bagi siswanya.

C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran-saran
sebagi berikut.
1. Bagi Siswa
Siswa disarankan untuk mengikuti pembelajaran secara aktif. Siswa harus
bisa menambah wawasannya untuk lebih mendalami materi yang sedang dipelajari.
Siswa harus memiliki inisiatif untuk meniru mengolah, kemudian mengembangkan
cerpen tanpa harus adanya perintah dari guru. Selain itu, sekiranya siswa kurang
setuju dengan cara mengajar yang digunakan guru, siswa tersebut diharapkan dapat

65
memberi masukan maupun saran kepada guru agar pembelajaran menulis cerpen
yang terjadi dapat berlangsung secara efektif dan efisien serta bisa saling memberi
dan menerima ilmu dengan lebih baik.
2. Bagi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya melakukan perencanaan dan
evaluasi. Guru seharusnya selalu mencari terobosan dalam pembelajaran semisal
menggunakan strategi 3M dalam menulis cerpen dengan harapan agar pembelajaran
menulis cerpen dapat menarik minat siswa. Hal tersebut penting untuk dilakukan
agar dalam proses pembelajaran guru yang bersangkutan dapat memperkecil atau
bahkan menghilangkan kemungkinan munculnya permasalahn dalam pembelajaran.
Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengembangkan materi, menyampaikan materi serta dalam pengelolaan kelas,
sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukan dapat terus meningkat seiring
dengan peningkatankemampuanyang dimilikinya. Selain itu, guru hendaknya
membuka diri untuk menerima berbagai saran dan kritik agar dapat lebih
memperbaiki kualitas dirinya.
3. Bagi Kepala Sekolah
Agar guru dapat meningkatkan profesionalisme maupun kulitas kinerjanya
sebagai sebagai seorang pendidik yang berkompeten di bidangnya, disarankan
kepada kepala sekolah untuk: (a) mencukupi sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran, (b) memotivasi guru untuk senantiasa melakukan peningkatan
kinerjanya dengan jalan melakukan pembaruan dalam pendidikan dan
pengajarannya, (c) mengirim guru kebeberapa forum ilmiah seperti seminar,
lokakarya, workshop, maupun diskusi ilmiah guna menambah wawasan dan
memperdalam pemahamannya tentang pendidikan dan pengajaran yang menjadi
tugas pokoknya.
4. Bagi Pembaca dan Peneliti Lainnya
Pembaca dan peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan penelitian
lanjutan mengenai strategi 3M untuk diterapkan pada aspek keterampilan berbahasa
lainnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan disiplin ilmu lainnya.

66
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rofiudin dan Darmiyati Zuhdi.200 1. Pendidikan Bahasa dan Sastra


Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Aloys Widyamartaya dan Vero Sudiati. 2005. Kiat Menulis Deskri psi dan Narasi,
Lukisan dan Cerita. Yogyakarta: Pusataka Widyatama.
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Barulgensindo.
Arnita.2007. Penggunaan Pendekatan Menulis Terpimpin Dalam pembelajaran
Menulis Bagi siswa Kelas III SDN No.04 Guguk Malintang, (Online),
(http :// arnita-situs pribadi.blogspot.com/ 2007/10/ penggunaan-
pendekatan-menulis-terpimpin.html, diakses 28 Desember 2009). Atar Semi.
1993. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa Raya.
A Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Bahdin Nur Tanjung dan Ardial.2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal,
Skripsi, dan Thesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Burhan Nurgiyantoro. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Depdiknas.2002. Pendekatan Konteks tual (Contextual teaching and Learning). Jakarta:
Ditjen Dikdasmen.
Dick Hartoko dan B. Rahmanto. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Penerbit
kanisius.
Diponegoro, Mohammad. 1994. Yuk, Nulis Cerpen Yuk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan
Sastra.Yogyakarta: Kota Kembang.
Erzuhedi.2008. Imitasi, Metode Pengajaran Retorika , (Online),
(http://erzuhedi.wordpress.com/2007/12/10/16/, diakses, 28 Desember 2009
Henry Guntur Tarigan. 1983.Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
.1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Hernowo. 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat Untuk Merangsang
Munculnya Potensi Menulis. Bandung: MLC.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:

67
PT Remaja Rosdakarya.
Ismail Marahimin.2004. Menulis secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.
Jacob Sumardjo. 2001. Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Bandung: Mitra
Kencana.
Korrie Layun Rampan. 1995. Dasar-Dasar Penulisan Cerita Pendek. Flores: Nusa
Indah.
Muhammad Pujiono. 2006. Analisis Nilai-nilai Religius dalam Cerita Pendek (Cerpen)
Karya Miyazawa Kenji. (http.wwwlibrary.usu.ac.id.pdf) Diakses tanggal 25
September 2009.
Mulyadi H. P. 2006. Permasalahan Dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Moedjiono dan Moh Dimyati. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan Tahun 199 1/ 1992.
Nuril Huda.1988. Metode Audio Lingual Vs. Metode Komunikatif Suatu Perbandingan.
Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.
Roekhan. 1991. Menulis Kreatif, Dasar-Dasar dan Petunjuk Penerapannya. Malang
:YA3.
Sabarti Akhadiah. 1994. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1996. Menulis. Jakarta:
Dikti.
. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gelora Aksara Pratama.
Siswandi. 2006. Upaya Peningkatan Kemampuan menulis Narasi Melalui Penggunaan
Metode Copy The Master Varian Teknik Anakronisme pada siswa Kelas X-4
SMP Negeri 2 Demak Tahun Pelajaran 2006/2007. Laporan Hasil Penelitian.
Demak : Dinas Pendidikan SMP Negeri 2 Demak.
Suharianto. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta : Widya Duta. Suharsimi
Arikunto, Sudjanto, dan Supardi.2006.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suminto A Sayuti. 1988. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Suroto.
1990.Teori Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU. Jakarta: Erlangga.
Titik, dkk. 2003. Teknik Menulis Cerita Anak. Yogyakarta: PUSBUK. Widyamartaya A.

68
(1990).Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: UNS Press. Wiyanto, Asul. 2005.
Kesastraan Sekolah Penunjang Pembelajaran Bahasa
Indonesia SMP dan SMA. Jakarta: Grasindo Indonesia SMP dan SMA.
Jakarta : Grasindo.
Zulfahnur dan Firdaus, Sayuti Kurnia, Yuniar Z. Adji.1996. Teori Sastra. Jakarta:
Depdikbud.

69
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah swt. karena atas rahmat

dan petunjuk-Nya penulis telah dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang

berjudul Peningkatan KemampuanMenulis Cerpen Melalui Penggunaan Strategi

3M (Meniru, Mengolah dan Mengembangkan) pada Siswa kelas XII SMK Negeri

1 Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan.

Penulis sudah berusaha maksimal dalam penulisan PTK ini. Apabila

terdapat kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu dan pengalaman

penulis maka penulis dengan lapang dada menerima kritikan dan saran yang

bersifat membangun dari pembaca, terutama dari yang ahli pada bidangnya.

Akhirnya, penulis berharap semoga PTK yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat untuk pengembangan ilmu pendidikan bahasa.

Pasie Raja, 5 November 2014


Penulis

Yuli Sabarina Aka, S. Pd., MA

70

Anda mungkin juga menyukai