Anda di halaman 1dari 67

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN

GAGASAN DALAM MEMPRODUKSI TEKS EKPLANASI KOMPLEKS


DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
SISWA KELAS XI IPS 2 SMAN 31 JAKARTA

OLEH :
SEPTI RIA ARIANI HASAN, S.Pd.
NRM 2016072892

PENDIDIKAN PROFESI GURU SM3T


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan satu sistem evaluasi untuk tiap-tiap individu dalam

meraih pengetahuan serta pemahaman yang lebih tinggi tentang objek spesifik

serta khusus. Perkembangan zaman diikuti dengan perkembangan teknologi yang

sangat pesat menuntut kita untuk mengimbangi pesatnya kemajuan teknologi ini

dengan memperdalam pengetahuan pada diri sendiri. Maka dari itu dalam upaya

meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui

peningkatan mutu pendidikan

Undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2013 menyatakan

pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun pada suatu lingkungan belajar.

Sejalan dengan itu, hasil revisi kurikulum 2013 menerapkan kemampuan belajar

siswa menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik memiliki enam

metode mengajar, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, menganalisis

data dan mengkomunikasikan. Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran

berbasis teks karena dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir

kritisnya dan mampu memproduksi suatu teks sesuai tujuan dan fungsi sosialnya.

Pembelajaran inilah yang dibangun guru untuk mengembangkan kreatifitas

berpikir siswa serta dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan yang baik

terhadap materi pelajaran. Materi pelajaran yang dirasa sulit oleh siswa

menyebabkan rasa malas untuk mengikuti pembelajaran tersebut sehingga


menghambat proses pembelajaran begitupun dengan pembelajaran Bahasa

Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pembelajaran

yang sangat penting di sekolah. Dengan pembelajaran bahasa Indonesia, siswa

mampu mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia yang menunjang

keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Siswa dapat berkomunikasi

dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan,

serta dapat menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya.

Apabila berbicara tentang pembelajaran berbasis teks, tidak bisa dipungkiri

bahwa kita juga akan membicarakan teks itu sendiri. Ada banyak genre teks di

kurikulum 2013 edisi revisi ini, salah satunya ialah teks eksplanasi kompleks,

dengan tujuan akhir siswa mampu memproduksi atau menginterpretasikan teks

eksplanasi baik secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar. Menyusun

teks eksplanasi merupakan suatu keterampilan yang mana peserta didik diminta

untuk dapat menyusun suatu teks yang berkaitan dengan konteks kehidupan

sehari-hari. Materi teks eksplanasi kompleks ini dipelajari pada jenjang SMA di

kelas XI pada kompetensi dasar 4.4 yaitu memproduksi teks eksplanasi secara

lisan atau tulis dengan memerhatikan struktur dan kebahasaan.

Pembelajaran teks eksplanasi kompleks ini masih berfokus pada guru yang

berperan dominan dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan

ketika guru memberikan masalah tersebut secara individu, siswa tidak mampu

menemukan penyelesaian masalah yang tepat. Pembelajaran juga lebih mengarah

pada esensi dari teks ekplanasi atau bagaimana penyusunan struktur teks yang
benar, dan peserta didik kerap kali mengalami kesulitan mengembangkan gagasan

dalam memproduksi teks eksplanasi kompleks. Apakah metode yang digunakan

guru tersebut diminati oleh siswa? Untuk itu perlu adanya pembelajaran efektif.

Apabila pembelajaran efektif belum diterapkan, maka pembelajaran masih

didominasi oleh guru. Hal tersebut membuat kegiatan pembelajaran terasa tidak

menyenangkan. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa

Indonesia yang mengampu kelas XI di SMA Negeri 31 Jakarta didapat data hasil

observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai KKM siswa masih

rendah, seharusnya siswa mampu mencapai KKM yang telah ditentukan sekolah

yaitu 76 namun kenyataannya 75% siswa hanya mampu mendapatkan nilai 50– 65

jauh dari kriteria ketuntasan minimal. Oleh karena itu peneliti merasa perlu

melakukan penelitian ini yang diharapkan membawa suatu perubahan dalam

pembelajaran tersebut.

Selanjutnya peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

group investigation. Model pembelajaran group investigation ini merupakan salah

satu cara untuk membantu siswa yang pasif, mampu mempelajari pengetahuan

dan dapat melibatkan diri dalam pemecahan masalah secara berkelompok. Model

pembelajaran group investigation ini memberikan kesempatan seluas-luasnya

kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran,

mulai dari cara mempelajari suatu topik hingga penyelesaian suatu masalah

sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam teks laporan hasil

observasi.
SMA Negeri 31 Jakarta merupakan salah satu sekolah menengah pertama

yang terakreditasi A di Jakarta Timur, dan sekolah inipun sudah dipercaya untuk

menjadi sekolah rintisan lainnya. Sekolah ini menerapkan kurikulum 2013 sebagai

kurikulum pendidikannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis

merumuskan masalah yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu “Bagaimanakan

penerapan model pembelajaran Group Investigation dalam upaya meningkatkan

kemampuan mengembangkan gagasan dalam memproduksi teks eksplanasi

kompleks pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 31 Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran teks eksplanasi kompleks masih berpusat pada peran guru,

sehingga membuat siswa cenderung bosan pada saat mengikuti

pembelajaran.

2. Kurangnya pemahaman siswa tentang teks eksplanasi kompleks sehingga

membuat siswa sulit membedakan teks eksplanasi kompleks ini dengan

teks lainnya.

3. Peserta didik kesulitan mengembangkan gagasannya dalam mempoduksi

teks eksplanasi komples ini.

4. Peserta didik masih belum bisa menggunakan penulisan yang baik dan

benar dari segi ejaan, tanda baca, dan pilihan kata.


C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka masalah dibatasi pada proses

dan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia dengan model pembelajaran group

investigation untuk meningkatkan kemampuan kemampuan mengembangkan

gagasan dalam memproduksi teks eksplanasi kompleks pada siswa kelas XI IPS 2

SMA Negeri 31 Jakarta.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran group investigation

untuk meningkatkan mengembangkan gagasan dalam memproduksi

teks eksplanasi kompleks pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 31

Jakarta?

2. Apakah penerapan model pembelajaran group investigation dapat

menigkatkan mengembangkan gagasan dalam memproduksi teks

eksplanasi kompleks pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 31

Jakarta

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, hasil penelitian ini diharapkan akan

memberi sumbangan dalam pembelajaran bahasan Indonesia khususnya

keterampilan memproduksi teks eksplanasi, selain itu dapat memberikan

kegunaan bagi :
1. Peneliti

Dengan penerapan model group investigation dapat memberikan

pengalaman mengajar yang bervariasi sehingga dapat meningkatkan

keterampilan mengajar tentang menulis teks eksplanasi kompleks.

2. Siswa

Memberikan alternatif metode pembelajaran yang dapat meningkatkan

minat dan keterampilan siswa dalam memproduksi teks eksplanasi

kompleks.

3. Guru

Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang model

pembelajaran yang inovatif, yakni dengan model group investigation.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

Landasan teori dalam penelitian ini mencakup banyak hal antara lain: hakikat
menulis, hakikat teks eksplanasi, hakikat model pembelajaran, model
pembelajaran group investigation, kelebihan dan kekurangan model group
investigation, dan pembelajaran mengembangkan gagasan dalam memproduksi
teks eksplanasi dengan model pembelajaran group investigation.

2.1.1 Hakikat Menulis

Teori tentang menulis akan diuraikan menjadi beberapa konsep, yaitu


mengenai pengertian menulis.
a. Pengertian menulis

Menurut Sabarti dkk. (1996: 8) ada beberapa pengertian menulis, yaitu:

1. merupakan suatu bentuk komunikasi;

2. merupakan suatu proses pemikiran yang dimulai tentang gagasan

yang akan disampaikan;

3. adalah bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap;

dalam tulisan tidak terdapat intonasi ekspresi wajah, gerakan fisik,

serta situasi yang menyertai percakapan;

4. merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan

“alat-alat” penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca;


5. merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis
kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat, dan
waktu.
Sementara itu, Tarigan (2008: 3) mengemukakan bahwa menulis

merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

Berdasarkan teori-teori diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian


menulis adalah suatu kegiatan komunikasi tidak langsung yang bertujuan untuk
menyampaikan gagasan, pikiran, perasaan dan pengalaman penulis kepada
khalayak pembaca yang bersifat produktif dan ekspresif.

2.1.2 Hakikat Teks Eksplanasi Kompleks

Anderson (2003: 80-81) mengungkapkan teks eksplanasi adalah suatu


jenis teks yang mengungkapkan bagaimana dan mengapa sesuatu itu terjadi.
Tujuan dari teks eksplanasi tersebut adalah untuk mengungkapkan setiap langkah
dari proses bagaimana dan untuk memberi alasan mengapa. Untuk hal yang lebih
luas, biasanya teks eksplanasi menjelaskan tentang bagaimana sesuatu itu terjadi,
mengapa sesuatu itu terjadi, mengapa suatu benda itu sama atau berbeda, dan
bagaimana untuk memecahkan suatu masalah.
Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh Derewianka (dalam
Josua, 2009:33) maksud dari teks eksplanasi adalah untuk memberi sebuah
penjelasan dari bagaimana sesuatu itu terjadi atau memberi beberapa alasan dari
fenomena yang terjadi. Mereka memberikan penjelasan yang lebih umum dari
perilaku atau fenomena. Teks Eksplanasi pada hakikatnya merupakan teks yang
menjelaskan proses. Proses tersebut dapat terjadi secara alamiah, baik yang
berkaitan dengan fenomena (gejala) alam maupun fenomena sosial budaya. Pada
umunya, teks eksplanasi dibentuk dengan struktur (susunan), yaitu pernyataan
umum, penjelasan, dan penutup atau simpulan ( Wahono, dkk. 2013: 107).
Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa teks eksplanasi
adalah teks yang berisi tentang penjelasan atas suatu proses yang berkaitan dengan
bagaimana dan mengapa suatu peristiwa itu terjadi, baik dari peristiwa alam
maupun dari peristiwa sosial budaya.

2.1.3 Hakikat Model Pembelajaran


Menurut Joyce (dalam Trianto, 2011: 5) model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Adapun menurut Soekamto (dalam Trianto, 2011: 5) mengemukakan
maksud dari model pembelajaran adalah “Kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar”.
Berdasarkan dari kedua pendapat tersebut, maka dapat penulis simpulkan
bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang bersifat
konseptual yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

2.1.4 Model Pembelajaran Group Investigation

Salah satu model pembelajaran yang mendukung keterlibatan siswa dalam


kegiatan belajar adalah model pembelajaran GI (Krismanto, 2003:6). Sudjana
(Mudrika, 2007:15) mengemukakan bahwa GI dikembangkan oleh Herbert
Thelen sebagai upaya untuk mengkombinasikan strategi mengajar yang
berorientasi pada pengembangan proses pengkajian akademis. Kemudian Joyce
dan Weil (1980:230) menambahkan bahwa model pembelajaran GI yang
dikembangkan oleh Thelen yang bertolak dari pandangan John Dewey dan
Michaelis yang memberikan pernyataan bahwa pendidikan dalam masyarakat
demokrasi seyogyanya mengajarkan demokrasi langsung.
Selanjutnya Aisyah (2006:15) mengutarakan bahwa model pembelajaran
GI kemudian dikembangkan oleh Sharan dan sharen pada tahun 1970 di Israel.
Sementara itu Tsoi, Goh, dan Chia (Aisyah, 2006:11) menambahkan bahwa
model pembelajaran GI secara filosofis beranjak dari faradigma konstruktivis.
Dimana belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan penekanan bahwa pengetahuan
kita adalah hasil pembentukan kita sendiri (Suparno, dalam Trianto, 2007:28).

Menurut Anwar (Aisyah, 2006:14) secara harfiah investigasi diartikan


sebagai penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta, melakukan
peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tentang suatu peristiwa atau sifat. Selanjutnya Krismanto (2003:7) mendefinisikan
investigasi atau penyelidikan sebagai kegiatan pembelajaran yang memberikan
kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai
kegiatan dan hasil yang benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa.

Height (Krismanto, 2003:7) menyatakan to investigation berkaitan dengan


kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi investigasi
adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang
tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya
dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu
atau lebih hasil. Dengan demikian akan dapat dibiasakan untuk lebih
mengembangkan rasa ingin tahu. Hal ini akan membuat siswa untuk lebih aktif
berpikir dan mencetuskan ide-ide atau gagasan, serta dapat menarik kesimpulan
berdasarkan hasil diskusinya di kelas.

Model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran yang melatih


para siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial dan melalui
pengalaman, secara bertahap belajar bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk
meningkatkan kualitas masyarakat. model ini merupakan bentuk pembelajaran
yang mengkombinasikan dinamika proses demokrasi dengan proses inquiry
akademik. melalui negosiasi siswa-siswa belajar pengetahuan akademik dan
mereka terlibat dalam pemecahan masalah sosial. dengan demikian kelas harus
menjadi sebuah miniatur demokrasi yang menghadapi masalah-masalah dan
melalui pemecahan masalah, memperoleh pengetahuan dan menjadi sebuah
kelompok sosial yang lebih efektif.

2.1.5 Kelebihan Model Pembelajaran Group Investigation

Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran


GI, yaitu sebagai berikut:

1. Secara Pribadi

a)dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas

b)memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif

c)rasa percaya diri dapat lebih meningkat

d)dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah

2. Secara Sosial / Kelompok

a) meningkatkan belajar bekerja sama

b) belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru

c) belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis

d) belajar menghargai pendapat orang lain

e) meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan

2.1.6 Kekurangan Model Pembelajaran Group Investigation

a) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan


b) Sulitnya memberikan penilaian secara personal
c) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, model
pembelajran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut
siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami
sendiri

Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif. Berdasarkan


pemaparan mengenai model pembelajaran GI tersebut, jelas bahwa model
pembelajaran GI mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna.
Artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari
sendiri cara penyelesaiannya. Dengan demikian mereka akan lebih terlatih untuk
selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan
pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama
(Setiawan, 2006:9).

Hal ini sesuai dengan pendapat Pieget (Sagala, 2007:24) bahwa dalam
proses perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak terjadi proses asimilasi dan
akomodasi. Proses asimilasi merupakan penyesuaian atau mencocokan informasi
yang baru dengan apa yang telah ia ketahui. Sedangkan proses akomodasi adalah
anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui
sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan lebih
baik. Sementara itu menurut Suherman (2003:36) bahwa proses asimilasi dan
akomodasi merupakan perkembangan skemata. Skemata tersebut membentuk
suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak.

Kemudian jika dilihat dari fase-fase pembelajaran GI, terlihat adanya


proses interaksi antara siswa dalam pembelajaran, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat secara berkelompok dalam menyelidiki, menemukan,
dan memecahkan masalah. Dengan demikian diharapkan kompetensi penalaran
siswa dapat lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Pieget (Sagala, 2007:190)
bahwa pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan
penalaran. walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung,
perkembangannya dapat distimulasi oleh konfrontasi kritis, khususnya dengan
teman-teman setingkat. Oleh karena itu diharapkan dengan menggunakan model
pembelajaran GI ini, kompetensi penalaran siswa dapat lebih baik daripada
pembelajaran secara ekspositori.

Berdasarkan pemaparan mengenai model pembelajaran GI tersebut, dapat


dismpulkan bahwa model pembelajaran GI mendorong siswa untuk belajar lebih
aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu
persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya. Dengan demikian
mereka akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan
pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan
tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama

2.2 KERANGKA BERFIKIR


2.2.1 Menulis Teks
Menulis teks ialah kegiatan menuangkan gagasan, pikiran, perasaan secara
tertulis kepada orang lain sebagai wujud komunikasi tidak langsung atau tanpa
tatap muka dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Kegiatan menulis
teks tidak bisa lepas dari tiga kemampuan bahasa lainnya, yaitu menyimak,
berbicara, dan membaca. Dalam setiap kegiatan menulis teks terdapat suatu tujuan
yang hendak dicapai oleh penulisnya. Salah satunya adalah mengapresiasikan
perasaan dan emosi yang kuat dan mengembangkan gagasan menjadi suatu
kalimat utuh menggunakan model pembelajaran group investigation.
2.2.2 Tujuan Menulis

Maksud atau tujuan menulis (the writer’s intention) adalah “response atau

jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca.

Berdasarkan batasan ini, dapatlah dikatakan, bahwa:

a. tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut

wacana informative (informative discourse),


b. tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana

persuasive (persuasive discourse),

c. tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang

mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau

literary discourse).

d. tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-

api disebut wacana ekspresif (expressive discourse) (Tarigan, 2008: 24).

Sementara itu, sehubungan dengan “tujuan” penulisan suatu tulisan, Hartig

dalam Tarigan (2008: 25-26) merangkumnya sebagai berikut.

a. Assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali.

Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemampuan sendiri.

b. Altruistic purpose (tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan

kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai

perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan

lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak akan menulis secara

tepat guna kalau dia percaaya, baik secara sadar maupun secara tidak sadar bahwa

pembaca atau penikmat karyanya itu adalah “lawan” atau “musuh”. Tujuan

altruistik adalaha kunci keterbacaan suatu tulisan.

c. Persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran

gagasan yang diutarakan.


d. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberikan informasi atau keterangan/penerangan

kepada para pembaca.

e. Self expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang

pengarang kepada pembaca.

f. Creative purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini erat hubungannya dengan pernyataan diri. Tetapi “keinginan

kreatif” disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan

mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang

bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

g. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang

dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti

secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat

dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

2.2.3 Menulis Teks Melalui Model Pembelajaran Group Investigation

Menulis teks dengan model group investigation yaitu menulis sebuah teks

dengan terlebih dahulu melakukan penyelidikan dengan mencatat atau merekam

fakta-fakta, melakukan peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan tentang suatu peristiwa atau sifat, dan selanjutnya orang

tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya

dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu
atau lebih hasil. Hal ini akan membuat siswa untuk lebih aktif berpikir dan

mencetuskan ide-ide atau gagasan.

2.2.4 Temuan Menulis Teks Eksplanasi pada Siswa

Kemampuan menulis teks eksplanasi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA

Negeri 31 Jakarta masih rendah. Pada umumnya siswa megalami kesulitan dalam

menuangkan dan mengembangkan ide ke dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu,

kesulitan tersebut dapat diatasi dengan penerapan model dan media pembelajara

yang tepat serta menarik perhatian siswa. Salah satu model yang digunakan ialah

model group investigation.

Model group investigation digunakan di dalam kegiatann menulis teks

eksplanasi kompleks darena model ini dapat membangkitkan semangat siswa

dalam mengungkapkan perasaannya. Seperti yang diketahui sebelumnya, teks

eksplanasi itu sendiri berisi paparan fenomena yang terjadi di lingkungan hidup

kita dan berupa pengetahuan-pengetahuan, jadi dengan menggunakan model

pembelajaran ini siswa dapat lebih mudah dalam melakukan penyelidikan dengan

mencatat atau merekam fakta-fakta, melakukan peninjauan dengan tujuan

memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang suatu peristiwa atau

sifat, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya,

dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu

investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Dengan demikian akan dapat

dibiasakan untuk lebih mengembangkan rasa ingin tahu. Hal ini akan membuat

siswa untuk lebih aktif berpikir dan mencetuskan ide-ide atau gagasan, serta dapat

menarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusinya di kelas.


2.2.5 Pemecahan Masalah

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menerapkan model group

investigation menurut Sharan (1992) adalah sebagai berikut:

1. Guru mempersiapkan pembelajaran.

2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen, setiap kelompok

terdiri dari 5-6 siswa.

3. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

4. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas

satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain.

5. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara

kooperatif yang bersifat penemuan.

6. Masing-masing kelompok berdiskusi dan mencatat atau merekam fakta-

fakta, melakukan peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan tentang suatu peristiwa atau suatu fenomena untuk

dijadikan sebuah kerangka teks. Selanjutnya, kerangka teks tersebut

dikembangkan menjadi sebuah teks eksplanasi kompleks yang ditulis pada

kertas.

7. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan teks

eksplanasi hasil pembahasan kelompok di depan kelas.

8. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.

9. Evaluasi

10. Penutup
2.2.6 Aspek yang Terdapat pada Teks Eksplanasi Kompleks

Aspek yang terdapat di dalam keterampilam menulis teks eksplanasi

meliputi lima aspek. Lima aspek tersebut ialah aspek isi, aspek organisasi, aspek

kosakata, aspek penggunaan kalimat, aspek mekanik.

1. Aspek Isi

Kriteria penyusunan teks eksplanasi dari aspek isi, yaitu menguasai topik

tulisan, isi sesuai dengan struktur, pengembangan ide atau gagasan sangat

lengkap atau terperinci, isi sangat relevan dengan topik yang dibahas, dan

sesuai dengan objek yang diamati.

2. Aspek Organisasi

Kriteria penyusunan teks eksplanasi dari aspek organisasi, yaitu gagasan

diungkapkan dengan sangat jelas, terorganisasi sangat baik atau tertata

dengan sangat baik, urutan logis, serta kohesif.

3. Aspek Kosakata

Kriteria penyusunan teks eksplanasi dari aspek kosakata, yaitu penguasaan

kata sangat baik, pilihan kata tepat, menguasai pembentukan kata, dan

penulisan kata baku.

4. Aspek Penggunaan Kalimat

Kriteria penyusunan teks eksplanasi dari aspek penggunaan kalimat, yaitu

konstruksi kalimat efektif, penggunaan tata bahasa (pronomina, konjungsi,

dan preposisi) sesuai, dan kalimat tidak diulang-ulang.

5. Aspek Mekanik
Kriteria penyusunan teks eksplanasi dari aspek mekanik, yaitu menguasai

aturan penulisan, kesesuaian penggunaan ejaan, tanda baca, penggunaan

huruf kapital, dan penataan paragraf.

Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut

Siswa belum tertarik dengan materi.


Kondisi
Siswa merasa bosan dengan
Awal
pembelajaran.
Siswa kesulitan mengembangkan
gagasannya dalam memproduksi teks

Penerapan model Group Investigation


Tindakan
dalam pembelajaran.

Aktivitas siswa, keterampilan guru, dan


keterampilan mengembangkan gagasan
Kondisi
Akhir dalam memproduksi teks eksplanasi
meningkat
Bagan I
Kerangka Berpikir

2.3 HIPOTESIS TINDAKAN


Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis
tindakan dalam penelitian ini ialah melalui pembelajaran menggunakan model
group investigation, aktivitas siswa, keterampilan guru, dan keterampilan
mengembangkan gagasan dalam menulis teks eksplanasi kompleks pada siswa
kelas XI IPS 2 SMAN 31 Jakarta meningkat.
BAB III
METODOLOGI PENDIDIKAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindak kelas (PTK).


Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk mengetahui masalah-masalah apa
saja yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga dalam penelitian
ini dapat dilakukan perbaikan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik.

Menurut John Elliot (dalam Yudhistira, 2013: 27) yang dimaksud dengan
PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan
kualitas tindakan didalamnya. Sedangkan menurut Carr dan Kemmis dalam
Yudhistira (2013: 27) seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan
bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang
dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa, atau kepala sekolah) dalam situasi-
situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan
kebenaran (a) praktik praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b)
pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi (dan kembaga-
lembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan.

Menurut Arikunto, dkk. ( 2014:58-60), penelitian tindakan kelas (PTK)


adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu
praktik pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar
mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas ( silabus, materi, dan lain-
lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju pada hal hal yang terjadi di
dalam kelas. Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata
yang terjadi di dalam kelas.
Kegiatan PTK ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi
sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan
tindakan yang dilakukan. Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan
bahwa PTK adalah salah satu penelitian yang dilaksanakan untuk memperbaiki
atau memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam kelas, agar praktik
kependidikan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik dapat terlaksana
dengan baik, sekaligus untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian ini
menggunakan karakteristik prosedur penelitian menurut Tripp (dalam Subyantoro
2007: 24) yang pelaksanaannya terdiri dari perencanaan, tidakan, observasi, dan
refleksi. Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam tahapan siklus I dan siklus II.
Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam tahapan siklus I dan siklus II, yang
digambarkan dalam bagan sebagai berikut.

R T SIKLUS I

R T SIKLUS II

Bagan II
Desain Penelitian Tindak Kelas

Keterangan:
P : Perencanaan R : Refleksi
O : Observasi T : Tindakan
Berdasarkan bagan desan PTK tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil
tindakan siklus I digunakan untuk mengadakan perbaikan kemampuan menyusun
teks eksplanasi kompleks peserta didik dengan model pembelajaran group
investigation, sekaligus untuk mengetahui kelemahan atau kekurangan apa saja
yang muncul dalam kegiata pembelajaran menyusun teks eksplanasi kompleks
dengan model pembelajaran group investigation. Tindak lanjut dari siklus I,
kemudian dilakukanlah perbaikan dalam kelemahan atau kekurangan kegiatan
pembelajaran yang terjadi sebelumnya pada siklus II.

3.1.1 Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Pelaksanaan penelitian paa siklus I terdiri atas empat tahap, yaitu


perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahapan dalam penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut:

3.1.1.1 Perencanaan Siklus I

Tahap perencanaan siklus I merupakan tahap awal dalam penelitian


yang dilakukan dengan cara mempersiapkan kegiatan pembelajaran menyusun
teks eksplanasi dengan menyusun rencana kegiatan dan menentukan langkah-
langkah yang akan dilakukan peneliti. Langkah ini merupakan upaya
memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran memproduki atau menyusun
teks eksplanasi kompleks pada peserta didik kelas XI IPS 2 SMA N 31 Jakarta.
Tahap perencanaan dalam penelitian dilakukan dalam kegitan antara
lain; (1) mengadakan koordinasi dengan pendidik bidang studi bahasa Indonesia
di SMA N 31 Jakarta mengenai rencana penelitian yang akan dilakukan, (2)
mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan
mengenai keterampilan mengembangkan gagasan melalui model pembelajaran
group investigation, (3) mempersiapkan instrumen tes berupa soal tes dan rubrik
penilaian yang digunakan untuk menilai hasil kerja peserta didik dalam menyusun
teks eksplanasi, dan (4) mempersiapkan instrumen penelitian untuk memperoleh
data nontes, berupa pedoman observasi proses dan observasi sikap, pedoman
wawancara, pedoman catatan harian peserta didik, dan pedoman dokumentasi
foto.
Pedoman observasi proses digunakan untuk mengetahui proses
pembelajaran selama penelitian berlangsung, pedoman observasi sikap digunakan
untuk mengetahui perubahan sikap peserta didik, pedoman catatan harian peserta
didik digunakan untuk mengetahui tanggapan peserta didik secara keseluruhan,
pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan beberapa peserta
didik dari peserta didik yang memiliki nilai tertinggi, sedang, dan terendah.
Pedoman dokumentasi digunakan sebagai bukti penelitian setelah dilaksanakan
kegiatan pembelajaran mengembngkan gagasan dalam menyusun teks eksplanasi
dengan model pembelajaran group investigation.

3.1.1.2 Tindakan Siklus I


Tindakan yang dilakukan peneliti pada siklus I ini adalah
melaksanakan proses pembelajaran mengembangkan gagasan dalam menyusun
teks eksplanasi dengan model pembelajaran group investigation, sesuai dengan
perencanaan tindakan yang telah disusun. Pada tahap tindakan ini, dilakukan
selama dua kali pertemuan, dengan pelaksanaan penelitian yang dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
(1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap untuk mengkondisikan peserta didik
agar siap untuk menerima materi pelajaran. Tahap persiapan dilakukan dengan
cara, yaitu (1) memberi salam kepada peserta didik, berdoa, dan menanyakan
kabar, (2) memberikan motivasi kepada peserta didik, (3) kemudian peneliti
memberikan apersepsi dengan cara bertanya tentang pengetahuan peserta didik,
atau mengaitkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik dengan materi yang
akan diajarkan yaitu dalam materi menyusun teks eksplanasi, (4) peneliti
memberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan, dan (5) peneliti menyampaikan pokok-pokok atau cakupan
materi pembelajaran.
(2) Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan atau kegiatan inti merupakan tahap pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar mengembangkan gagasan dalam memproduksi teks
ekpslanasi kompleks dengan model pembelajaran berbasis group investigation.
Langkah-langkah pada kegiatan inti meliputi; (1) peserta didik diberikan contoh
teks eksplanasi kompleks, bersama-sama mengamati isi dan strukturnya,
dibimbing menentukan langkah-langkah menyusun teks eksplanasi kompleks,
sebagai tahap mengorientasi peserta didik terhadap masalah, (2) peserta didik
dibimbing oleh peneliti untuk membentuk kelompok. Dalam hal ini peneliti
mengawasi kinerja peserta didik untuk menuliskan masalah-masalah yang ada
dalam contoh teks eksplanasi kompleks tersebut dan peneliti mengamati
bagaimana dinamika dalam kelompok sebagai tahap mengorganisasi peserta
didik untuk belajar, (3) setelah menuliskan masalah-masalah yang ada, peserta
didik dibimbing untuk dapat membuat suatu kerangka karangan teks eksplanasi
kompleks berdasarkan masalah yang diamati, kemudian mendiskusikan di dalam
kelompok sebagai tahap membimbing observasi secara individual maupun
kelompok, (4) peserta didik dibimbing oleh peneliti untuk dapat mengembangkan
kerangka karangan teks eksplanasi kompleks, menjadi sebuah teks eksplansi
kompleks yang utuh, kemudian menyajikan hasil karyanya ke depan kelas sebagai
tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5) peserta didik
dibimbing peneliti untuk dapat menganalisis dan mengevaluasi hasil karya yang
disajikan oleh kelompok lain sebagai tahap menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
(3) Tahap Tindak Lanjut
Pada tahap tindak lanjut atau tahap evaluasi kegiatan yang dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu (1) peneliti mengarahkan peserta didik untuk
menyimpulkan materi pelajaran yang telah terlaksana pada hari itu, (2) peneliti
dan peserta didik mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar pada hari
itu, (3) peneliti bersama peserta didik merencanakan tindak lanjut kegiatan
pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya, dan (4) peneliti meminta kepada
peserta didik untuk mengisi catatan harian peserta didik tentang pembelajaran
pada hari itu.
3.1.1.3 Observasi Siklus I
Observasi dalam tahap penelitian ini dilakukan dengan cara
mengadakan kegiatan pengamatan. Kegiatan pengamatan ini dilakukan untuk
mendapatkan hasil penelitian yang ditujukan kepada peserta didik, dengan bntuan
pendidik dan teman sejawat. Observasi ini dilakukan secara intensif untuk
mengetahui proses pembelajaran menyusun teks eksplanasi dan untuk mengetahui
perubahan sikap peserta didik setelah dilakukan pembelajaran mengkonstruksi
teks eksplanasi kompleks dengan model pembelajaran group investigation.
Hasil pelaksanaan observasi diperoleh dari data tes dan data nontes.
Hasil observasi data tes diperoleh dari data tes menyusun teks eksplanasi
kompleks tiap individu, yang digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta
didik dalam menyusun teks eksplanasi kompleks. Hasil pelaksanaan observasi
data nontes diperoleh dari pelaksanaan observasi proses, observasi sikap,
pelaksanaan catatan harian peserta didik, pelaksanaan wawancara, dan
pelaksanaan dokumentasi foto.
3.1.1.4 Refleksi Siklus I
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dengan
tahapan perencanaan, tindakan, dan observasi, tahap yang terakhir dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah tahap refleksi. Refleksi dapat dikatakan
sebagai kegiatan untuk mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil
pembelajaran dari tindakan yang telah dilakukan untuk menganalisis hasil tes dan
nontes. Menurut Subyantoro (2007: 30), tahap refleksi adalah kegiatan mengulas
secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada peserta didik. Kegiatan refleksi
ini dilakukan dengan cara melakukan diskusi dengan pendidik dan teman sejawat.
Hal-hal yang dijadikan bahan pertimbangan dalam kegiatan refleksi, yaitu (1)
melakukan analisis terhadap hasil tes menyusun teks eksplanasi, (2) analisis
terhadap data hasil observasi proses dan observasi sikap, dan (3) analisis terhadap
data hasil catatan harian peserta didik, data hasil wawancara, dan analisis terhadap
data hasil dokumentasi foto yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, diperoleh refleksi yaitu
masih ditemukan kelemahan dalam proses pembelajaran maupun kemampuan
peserta didik. Kelemahan dalam proses pembelajaran terletak pada pengembangan
gagasan atau ide yang menyebabkan peserta didik masih kesulitan dalam
mengkonstruksi atau menyusun teks eksplanasi kompleks.
Hasil refleksi pada siklus I bertujuan untuk mengetahui kelemahan
atau kekurangan dalam proses pembelajaran, peningkatan kemampuan menyusun
teks eksplanasi kompleks, perubahan sikap peserta didik, dan tanggapan peserta
didik setelah diterapkannya pembelajaran menyusun teks eksplanasi kompleks
dengan model pembelajaran group investigation, sekaligus untuk mempersiapkan
langkah perbaikan pada siklus II.
3.1.2 Pelaksanaan Penelitian Siklus II
Pelaksanaan penelitian siklus II mengacu pada hasil refleksi siklus I dan
sebagai perbaikan penelitian pada siklus I. Siklus II pada dasarnya hampir sama
dengan siklus I yang terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Namun proses tindakan siklus II ini terdapat beberapa perbedaan kegiatan
pembelajaran yang digunakan untuk mengadakan langkah perbaikan dengan cara
melakukan penekanan terhadap hal-hal yang dirasa kurang. Adapun pada siklus II
akan dilakukan sebagai berikut.
3.1.2.1 Perencanaan Siklus II
Tahap perencanaan siklus II merupakan tahap perencanaan yang
digunakan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang diperoleh dari hasil
refleksi siklus I. Pada siklus II diharapkan adanya peningkatan keterampilan
menyusun teks eksplanasi kompleks peserta didik sampai batas pencapaian yang
telah ditentukan. Tahap perencanaan yang dilakukan pada siklus II, yaitu (1)
menyiapkan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam hal bentuk
penyampaian intruksi pengajaran, persiapan situasi kelas yang kondusif dan
nyaman, dan pengelolaan kelas yang lebih intensif, (2) mengadakan perbaikan
rencana pelaksanaan pembelajaran menyusun teks eksplanasi kompleks dengan
model pembelajaran group investigation , (3) menyusun kembali instrumen tes
berupa soal uraian beserta rubrik penilaiannya, (4) menyusun kembali instrumen
data nontes yaitu lembar pedoman observasi proses dan sikap, lembar pedoman
catatan harian peserta didik, lembar pedoman wawancara, lembar pedoman
dokumentasi foto, dan (5) konsultasi dengan pendidik terkait dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang sudah diperbaiki.
3.1.2.2 Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II sebenarnya hampir sama pada
siklus I, hanya saja terdapat perbedaan yang terletak pada cara pengelolaan kelas
yang dilakukan oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini
dimaksudkan untuk memperbaiki tindakan pada siklus I, yang dilaksanakan
dengan cara memperbaiki perilaku dan masalah-masalah yang menjadi
penghambat kegiatan pembelajaran menyusun teks eksplanasi kompleks dengan
model pembelajaran group investigation, menggali pengetahuan peserta didik, dan
mengulas kembali materi yang telah diajarkan. Tindakan siklus II juga dilakukan
dengan memperhatikan saran-saran yang diberikan oleh peserta didik, pendidik,
dan teman sejawat pada pelaksaanaan siklus I.
Pada siklus II ini, peserta didik juga diberikan arahan atau bimbingan
terkait dari hasil menyusun teks eksplanasi kompleks peserta didik pada siklus I
dan materi yang perlu ditekankan pada peserta didik, agar peserta didik menjadi
lebih siap, dan ada peningkatan dalam pelaksanaan kegiatan menyusun teks
eksplanasi. Selain itu peserta didik juga diberikan motivasi agar timbul
ketertarikan dan kreativitasnya dalam menyusun teks eksplanasi. Tahap tindakan
yang dilakukan pada siklus II ini terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan, dan tindak lanjut.
(1) Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, merupakan tahap awal yang dilakukan dengan cara
mengkondisikan peserta didik agar siap untuk menerima materi pelajaran. Tahap
persiapan dilakukan dengan cara (1) memberi salam kepada peserta didik, berdoa,
dan menanyakan kabar, (2) peserta didik diberikan motivasi lebih dengan cara
menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi yang akan diajarkan, (3)
memberikan apersepsi dengan cara mengulang materi pelajaran yang telah
diajarkan pada pertemuan sebelumnya, (4) dan peneliti menyampaikan pokok-
pokok atau cakupan materi pembelajaran dan memberikan penekanan terhadap
materi-materi penting yang harus dikuasai oleh peserta didik atau menyampaikan
simpulan kekurangan-kekurangan pada hasil pekerjaan peserta didik.
(2) Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan atau kegiatan inti merupakan tahap pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar menyusun teks ekpslanasi dengan model pembelajaran
group investigation. Tahapan pada kegiatan inti meliputi; (1) peserta didik
diberikan penguatan materi terkait dengan kesalahan yang dilakukan dalam
menyusun teks eksplanasi, mengamati contoh teks eksplanasi kompleks dan
bersama-sama mendiskusikan langkah-langkah menyusun teks eksplanasi
kompleks berdasarkan tersebut, (2) peserta didik dibimbing oleh peneliti untuk
membentuk kelompok.
Dalam hal ini peneliti mengawasi kinerja peserta didik untuk menuliskan
masalah-masalah yang ada dalam teks eksplanasi kompleks tersebut dan peneliti
melakukan pengamatan yang lebih intensif terhadap dinamika kelompok dan
tanggung jawab tiap individu, sebagai tahap mengorganisasi peserta didik untuk
belajar, (3) setelah menuliskan masalah-masalah yang ada, peserta didik
dibimbing untuk dapat membuat suatu kerangka karangan teks eksplanasi
kompleks berdasarkan masalah yang diamati, kemudian mendiskusikan di dalam
kelompok sebagai tahap membimbing observasi secara individual maupun
kelompok, (4) peserta didik dibimbing dan diingatkan kembali oleh peneliti untuk
dapat mengembangkan kerangka karangan teks eksplanasi kompleks sebaik
mungkin, kemudian menyajikan hasil karyanya ke depan kelas, dan mengingatkan
peserta didik untuk dapat mengerjakan sendiri, sebagai tahap mengembangkan
dan menyajikan hasil karya, dan (5) peserta didik diberi motivasi lebih dan
dibimbing peneliti untuk dapat menganalisis dan mengevaluasi hasil karya yang
disajikan oleh kelompok lain sebagai tahap menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
(3) Tahap Tindak Lanjut
Tahap tindak lanjut atau tahap evaluasi merupakan tahap terakhir dalam
kegiatan pembelajaran yang dilakukan, antara lain (1) peserta didik dibimbing dan
diberi motivasi untuk dapat menyimpulkan materi pelajaran yang telah terlaksana
pada hari itu, (2) peneliti dan peserta didik mengadakan refleksi terhadap proses
dan hasil belajar hari itu, dan (3) peneliti meminta kepada peserta didik untuk
mengisi catatan harian peserta didik tentang pembelajaran hari itu, sekaligus
menjelaskan tujuan menuliskan catatan harian peserta didik yaitu untuk
mengetahui tanggapan peserta didik terhadap proses pembelajaran yang telah
berlangsung.
3.1.2.3 Observasi Siklus II
Observasi dalam penelitian siklus II ini hampir sama dengan observasi
yang dilakukan pada siklus I. Hal yang menjadikan perbedaan pelaksanaan dalam
siklus II ini terletak pada saat peneliti memberikan perhatian lebih terhadap proses
pembelajaran, kemampuan, sikap ataupun perilaku peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pengamatan atau observasi ini dilakukan sebagai langkah
perbaikan pada siklus I, yang dibantu oleh pendidik dan teman sejawat. Observasi
ini dilakukan secara intensif untuk mengetahui proses pembelajaran menyusun
teks eksplanasi kompleks dan untuk mengetahui perubahan sikap atau perubahan
perilaku peserta didik setelah dilakukan perbaikan kegiatan pembelajaran
menyusun teks eksplanasi dengan model pembelajaran group investigation.
Observasi juga digunakan untuk memberikan perhatian lebih terhadap peserta
didik yang memiliki nilai tertinggi, sedang, dan terendah.
Hasil pelaksanaan observasi diperoleh dari data tes dan data nontes.
Hasil observasi data tes diperoleh dari data tes menyusun teks eksplanasi
kompleks tiap individu, yang digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta
didik dalam menyusun teks eksplanasi kompleks. Sedangkan hasil pelaksanaan
observasi data nontes diperoleh dari pelaksanaan observasi proses, pelaksanaan
observasi sikap yang terdiri dari sikap religius dan sikap sosial, pelaksanaan
catatan harian peserta didik, pelaksanaan wawancara, dan pelaksanaan
dokumentasi foto.
3.1.2.4 Refleksi Siklus II
Tahap refleksi siklus II merupakan tahap pada saat peneliti
menganalisis semua data yang diperoleh setelah dilakukan perbaikan pada siklus
II. Hasil yang sudah dianalisis tersebut digunakan untuk mengetahui proses
pembelajaran, peningkatan kemampuan menyusun teks eksplanasi, perubahan
sikap, dan tanggapan peserta didik setelah diterapkannya kegiatan pembelajaran
menyusun teks eksplanasi kompleks dengan model pembelajaran group
investigation. Jika hasil akhir siklus II sudah menunjukkan peningkatan pada
semua aspek dan sudah mencapai atau melebihi target ketuntasan secara klasikal
dan kriteria ketuntasan minimal (KKM), maka penelitian pada siklus II tersebut
dapat dikatakan berhasil dan sudah tidak perlu lagi dilakukan tindakan pada siklus
berikutnya.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini, yaitu proses pembelajaran, peningkatan
keterampilan menyusun teks eksplanasi kompleks peserta didik, perubahan
perilaku peserta didik, dan tanggapan peserta didik pada kegiatan pembelajaran
menyusun teks eksplanasi kompleks dengan model pembelajaran group
investigation pada peserta didik kelas XI IPS 2 SMA N 1 Jakarta. Sumber data
diperoleh dari seluruh peserta didik di kelas XI IPS 2 SMA N 1 Jakarta yang
berjumlah 36 peserta didik. Penentuan dipilihnya sebagai subjek penelitian ini
didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu (1) keterampilan menyusun teks
eksplanasi merupakan kompetensi yang harus dicapai dalam kurikulum 2013
dalam pelajaran bahasa Indonesia, (2) kemampuan menyusun teks eksplanasi
kompleks peserta didik di kelas XI IPS 2 masih kurang, hal ini dapat diketahui
dari hasil pretes menyusun teks eksplanasi, hasil wawancara dengan pendidik
mata pelajaran bahasa Indonesia yang mengajar di kelas XI IPS 2, dan (3) hasil
wawancara dengan beberapa peserta didik kelas XI IPS 2 SMA N 1 Jakarta.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek yang menjadi tinjauan terpenting dalam
penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas ini, ada dua macam variabel
penelitian, yaitu variabel proses berupa proses pembelajaran menyusun teks
eksplansi kompleks dengan model pembelajaran group investigation alam dan
variabel hasil berupa peningkatan keterampilan peserta didik dalam menyusun
teks eksplanasi kompleks, perubahan sikap atau perilaku, dan tanggapan peserta
didik terhadap kegiatan pembelajaran menyusun teks eksplansi kompleks dengan
model pembelajaran group investigation
3.3.1 Variabel Proses Pembelajaran Menyusun Teks Eksplanasi
Variabel proses pembelajaran menyusun teks eksplanasi kompleks dalam
penelitian ini adalah variabel penelitian proses pembelajaran menyusun teks
eksplanasi kompleks dengan model pembelajaran group investigation. Variabel
proses pembelajaran dilakukan dengan kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan
tindak lajut kegiatan pembelajaran, dengan menyesuaikan penggunaan model
pembelajaran group investigation. Model pembelajaran group investigation ini
menitikberatkan pada proses menyelidiki, menemukan, dan memecahkan masalah
yang melatih peserta didik untuk dapat berpikir secara kritis, realitas, dan ilmiah
mulai dari kegiatan mengamati contoh teks eksplanasi kompleks sebagai tahap
mengorientasi peserta didik terhadap masalah, sampai pada kegiatan menganalisis
dan mengevaluasi hasil karya yang disajikan oleh kelompok lain.
Proses pembelajaran menyusun teks eksplanasi kompleks dengan model
pembelajaran group investigation ini dilakukan dalam 5 tahap, yaitu
mengorientasikan peserta didik terhadap masalah, mengorganisasi peserta didik
untuk belajar, membimbing observasi secara individual dan kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
3.3.2 Variabel Hasil Pembelajaran Menyusun Teks Eksplanasi Kompleks
Variabel hasil pembelajaran menyusun teks eksplanasi kompleks dalam
penelitian ini, yaitu peningkatan keterampilan menyusun teks eksplanasi
kompleks, perubahan perilaku peserta didik, dan tanggapan peserta didik pada
kegiatan pembelajaran menyusun teks eksplansi kompleks dengan model
pembelajaran group investigation. Variabel peningkatan keterampilan menyusun
teks eksplanasi kompleks berkaitan dengan kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik kelas XI dalam kurikulum 2013, yaitu pada KD 4.4 memproduksi
teks eksplanasi secara lisan atau tulis dengan memerhatikan struktur dan
kebahasaan. Dalam kegiatan pembelajaran ini, peserta didik diharapkan dapat
menyusun teks eksplanasi sesuai dengan struktur dan kaidah kebahasaan teks
eksplanasi. Tujuan dari penyusunan teks eksplanasi adalah melatih peserta didik
untuk dapat berpikir kritis dan kreatif dalam menuangkan ide atau gagasannya
terhadap permasalahan yang diamati, sehingga peserta didik dapat menjelaskan
proses dan sebab akibat yang terjadi. Adapun aspek penilaian keterampilan
menyusun teks eksplanasi yang digunakan, yaitu penilaian terhadap isi,
organisasi, kosakata, penggunaan kalimat, dan mekanik. Kriteria yang tepat dalam
penyusunan teks eksplanasi, yaitu:
1. Aspek Isi
Kriteria penyusunan teks eksplanasi dari aspek isi, yaitu menguasai topik
tulisan, isi sesuai dengan struktur, pengembangan ide atau gagasan sangat
lengkap atau terperinci, isi sangat relevan dengan topik yang dibahas, dan
sesuai dengan objek yang diamati.
2. Aspek Organisasi
Kriteria penyusunan teks eksplanasi dari aspek organisasi, yaitu gagasan
diungkapkan dengan sangat jelas, terorganisasi sangat baik atau tertata
dengan sangat baik, urutan logis, serta kohesif.

3. Aspek Kosakata
Kriteria penyusunan teks eksplanasi dari aspek kosakata, yaitu penguasaan
kata sangat baik, pilihan kata tepat, menguasai pembentukan kata, dan
penulisan kata baku.
4. Aspek Penggunaan Kalimat

Kriteria penyusunan teks eksplanasi dari aspek penggunaan kalimat, yaitu


konstruksi kalimat efektif, penggunaan tata bahasa (pronomina, konjungsi,
dan preposisi) sesuai, dan kalimat tidak diulang-ulang.

5. Aspek Mekanik

Kriteria penyusunan teks eksplanasi dari aspek mekanik, yaitu menguasai


aturan penulisan, kesesuaian penggunaan ejaan, tanda baca, penggunaan
huruf kapital, dan penataan paragraf.
Variabel hasil perubahan perilaku peserta didik merupakan objek
penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui perubahan perilaku peserta didik
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun teks eksplanasi kompleks
dengan model pembelajaran group investigation. Perubahan perilaku peserta
didik dalam penelitian ini diharapkan agar mengalami perubahan ke arah yang
positif.

Variabel hasil tanggapan peserta didik merupakan objek penelitian yang


dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana perasaan, kesan, saran, kesulitan, dan
manfaat yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
menyusun teks eksplanasi kompleks dengan model pembelajaran group
investigation, dengan pelaksanaan pengisian catatan harian peserta didik setelah
selesai kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan wawancara di luar kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan adanya variabel-variabel hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil, jika dalam
pembelajaran menyusun teks eksplanasi peserta didik telah mencapai target
ketuntasan secara klasikal sebesar 75 % dengan batas nilai KKM 76, peserta
didik menunjukkan perubahan perilaku ke arah positif, dan tanggapan peserta
didik yang lebih baik.

3.4 Tes terhadap Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Kompleks


Tes dilakukan terhadap kemampuan mengembangkan gagasan dalam
mengkonstruksi teks eksplanasi kompleks dengan model pembelajaran group
investigation. Aspek yang dinilai meliputi : aspek isi, aspek organisasi, aspek
kosakata, aspek penggunaan kalimat, aspek mekanik.

BOBOT
ASPEK BOBOT SKOR DESKRIPTOR
x SKOR
ISI 4 28 Sangat Baik:
Menguasai topik tulisan, isi sesuai
dengan struktur, pengembangan ide atau
gagasan sagat lengkap atau terperinci,
sangat relevan dengan topik yang dibahas
sesuai dengan objek yang diamati
3 21 Baik:
Cukup menguasai topik tulisan, isi cukup
sesuai dengan struktur, pengembangan
ide dan gagasan cukup lengkap, cukup
relevan dengan topik, dan cukup sesuai
dengan objek yang diamati
2 14 Cukup:
Penguasaan topic tulisan terbatas, isi
7
kurang tepat dengan struktur,
pengembangan ide dan gagasan kurang
lengkap
1 7 Kurang:
Tidak menguasai topic tulisan, isi secara
keseluruhan tidak tepat dengan struktur,
tidak relevan dengan topik
ORGANISASI 5 4 20 Sangat Baik:
Gagasan diungkapkan dengan sangat
jelas, terorganisasi sangat baik atau
tertata dengan sangat baik, urutan logis
dan kohesif
3 15 Baik:
Gagasan diungkapkan cukup jelas, cukup
terorganisasi atau cukup tertata, urutan
cukup logis, dan cukup kohesif
2 10 Cukup:
Gagasan diungkapkan dengan tidak jelas,
kurang terorganisasi, urutan kurang logis,
dan kurang kohesif
1 5 Kurang:
Gagasan tidak komunikatif, tidak
terorganisasi, urutan tidak logis dan tidak
kohesif
KOSAKATA 4 20 Sangat Baik:
Penguasaan kata sangat baik, pilihan kata
tepat, menguasai pembentukan kata, dan
penulisan kata baku.
3 15 Baik:
Penguasaan kata cukup baik, pilihan kata
cukup tepat, cukup menguasai
pembentukan kata, dan makna masih
jelas (terdapat kesalahan penggunaan
kosakata sebanyak tiga kali)
2 10 Cukup:
Peguasaan kata terbatas, serig terjadi
5
kesalahan pilihan kata, kurang menguasai
pembentukan kata, dan makna
membingungkan dan tidak jelas (terdapat
kesalahan penggunaan kosakata sebanyak
empat kali)
1 5 Kurang:
Penguasaan kata terbatas, sering terjadi
kesalahan pilihan kata, tidak menguasai
pembentukan kata, dan makna
membingungkan dan tidak jelas (terdapat
kesalahan penggunaan kosakata sebanyak
empat kali)
PENGGUNAAN 4 20 Sangat Baik:
KALIMAT Konstruksi kalimat efektif, penggunaan
tata bahasa(pronominal, konjungsi, dan
preposisi) sesuai dan kalimat tidak
diulang-ulang (hanya terdapat dua
kesalahan pada aspek penggunaan
kalimat)
3 15 Baik:
Konstruksi kalimat cukup efektif,
penggunaan tata bahasa(pronominal,
konjungsi, dan preposisi) cukup sesuai
dan kalimat tidak diulang-ulang (hanya
terdapat tiga kesalahan pada aspek
penggunaan kalimat)
2 10 Cukup:
5 Konstruksi kalimat tidak efektif,
penggunaan tata bahasa(pronominal,
konjungsi, dan preposisi) tidak sesuai dan
terdapat pengulangan kalimat (terdapat
empat kesalahan pada aspek penggunaan
kalimat)
1 5 Kurang:
Tidak menguasai tata kalimat,
penggunaan tata bahasa (pronominal,
konjungsi, dan preposisi) tidak sesuai dan
terdapat pengulangan kalimat (terdapat
lebih dari empat kesalahan pada aspek
penggunaan kalimat), kalimat tidak
komunikatif
MEKANIK 4 12 Sangat Baik:
Menguasai aturan penulisan, kadan-
kadang terdapat sedikit kesalahan ejaan,
tanda baca, penggunaan huruf capital,
dan penataan paragraf (sebanyak dua
kesalahan) makna masih jelas
3 9 Baik:
Cukup menguasai aturan penulisan,
kadan-kadang terdapat sedikit kesalahan
ejaan, tanda baca, penggunaan huruf
capital, dan penataan paragraf (sebanyak
tiga kesalahan) tetapi tidak mengaburkan
makna
3
2 6 Cukup:
Kurang menguasai aturan penulisan,
sering terjadi kesalahan ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf capital, dan penataan
paragraf (sebanyak empat kesalahan)
maakna menjadi membingungkan atau
mengaburkan makna
1 3 Kurang:
Tidak menguasai aturan penulisan,
terdapat banyak kesalahan ejaan, tanda
baca, penggunaan huruf capital, dan
penataan paragraf (lebih dari empat
kesalahan) makna tidak jelas
Tabel 1. Aspek Nilai Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Kompleks

Keterangan:

skor perolehan
Nilai Perolehan= x 100
skor maksimal

skor perolehan
Konversi nilai= x4
skor maksimal

Tabel 2. Konversi Nilai Keterampilan Menyusun Teks Eksplanasi Kompleks


Penilaian Keterampilan
No
Capaian Optimum Huruf
1 3,85 – 4,00 A
2 3,51 – 3,84 A-
3 3,18 – 3,50 B+
4 2,85 – 3,17 B
5 2,51 – 2,84 B-
6 2,18 – 2,50 C+
7 1,85 – 2,17 C
8 1,51 – 1,84 C-
9 1,18 – 1,50 D+
10 1,00 – 1,17 D

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan diperoleh dengan beberapa cara di bawah ini :

1. Metode Observasi

Observasi atau yang disebut dengan pengamatan adalah kegiatan

pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat

indera (Arikunto, 2002: 133). Dalam menggunakan metode observasi cara paling

efektif adalah melengkapinya dengan format atau blanko pengamatan sebagai

instrumen.

Metode observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berisi

catatan penggambaran kegiatan siswa saat proses pembelajaran materi menulis

teks eksplanasi kompleks dengan menggunakan model pembelajaran group

investigation. Observasi juga dilakukan kepada guru yang sedang melakukan

proses mengajar.
Instrumen yang digunakan berupa lembar pengamatan seperti disajikan

pada tabel berikut :

a. Instrumen Pengamatan Proses Pembelajaran.

Tabel 3
Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Menulis Teks
Eksplanasi Kompleks

SKOR
No. KEGIATAN YANG DIOBSERVASI
4 3 2 1
1 Apersepi
a. Mengabsen siswa
b. Menjelaskan tujuan pembelajaran
c. Memberikan pertanyaan sebagai
motivasi
d. Menjelaskan aturan diskusi pada siswa

2 Penjelasan Materi
a. Membimbing siswa mengarahkan
materi
b. Meluruskan jawaban siswa yang salah
c. Membimbing siswa menarik
kesimpulan

3 Penerapan Kebiasaan Bertanya


a. Guru menguasai keterampilan bertanya
b. Guru mampu nmenjelaskan materi
dengan model pembelajaran kebiasaan
bertanya
c. Siswa termotivasi untuk bertanya

4 Tehnik Pembagian Kelompok


a. Pembagian kelompok berdasarkan
keragaman gender.
b. Pembagian kelompok berdasarkan
keragaman kemampuan akademik.

5 Pengelolaan Kegiatan Diskusi


a. Guru menegur siswa yang ngobrol
b. Suasana kelas ribut
c. Suasana kelas sangat menyenangkan
d. Siswa aktif bertanya
6 Kemampuan Melakukan Evaluasi
a. Guru melaksanakan tes formatif
b. Butir soal sesuai dengan indikator
c. Jumlah soal sesuai dengan waktu yang
disediakan
d. Guru mengawasi dengan ketat saat
melaksanakan tes.

7 Memberikan Penghargaan Individu dan


Kelompok
a. Memberikan pujian terhadap siswa
yang memberikan jawaban dengan
benar.

8 Menyimpulkan Materi Pembelajaran


a. Guru bersama siswa menyimpulkan
hasil diskusi
b. Guru bersama siswa menyimpulkan
materi
9 Kemampuan Memberikan Pertanyaan
a. Guru memberikan pertanyaan dengan
memberi waktu pada siswa untuk
menjawab
b. Bertanya pada siswa tidak menunjuk
siswa.

10 Mengatur Waktu
a. Guru dapat mengatur pembagian waktu
belajar
b. Guru melaksanakan kegiatan belajar
tepat waktu
c. Waktu pelaksanaan sesuai dengan
rencana.

Jumlah Skor
Skor Maksimum
Rata - rata
Keterangan :
Kriteria dan kategori rata-rata:
3 – 4 = Sangat Baik
2 – 3 = Baik
1 – 2 = Cukup
0 – 1 = Kurang

b. Instrumen Pengamatan Aktivitas Siswa.


Tabel 4
Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Pembelajaran Menulis Teks Eksplanasi Kompleks

Kriteria dan Skor


No. Indikator yang Diamati SB B C K
4 3 2 1
1 Jujur
2 Disiplin
3 Tanggung Jawab
4 Toleransi
5 Gotong Royong
6 Santun/Sopan
7 Percaya Diri
Jumlah Skor
Skor Maksimum
Rata – rata
Keterangan:
Kriteria dan kategori rata – rata :
Sangat Baik = 4 C : Cukup = 2
Baik =3 K : Kurang= 1

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber

nonmanusia. Sumber ini terdiri atas dokumen dan rekaman. Menurut Lincoln dan

Guba dalam Syamsudin (2007: 108) mengartikan rekaman sebagai setiap tulisan

atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individu atau organisasi

dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa. Adapun kata “dokumen”

digunakan untuk mengacu pada setiap tulisan atau bukan selain “rekaman”, yaitu

tidak dipersiapkan secara khuisus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku

harian, naskah, catatan khusus, skrip televisi, foto-foto, dan sebagainya.

Dokumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tugas siswa, daftar

kelompok siswa, dan foto sebagai dokumentasi untuk memberikan gambaran


mengenai kegiatan kelompok yang dilakukan saat proses pembelajaran

berlangsung.

3. Tes

Tes adalah bentuk instrumen yang diperoleh dari hasil kerja praktik

menyusun teks eksplansi secara tertulis. Hasil tes atau hasil kerja praktik

menyusun teks eksplanasi kompleks peserta didik merupakan tes yang digunakan

untuk mengukur peningkatan keterampilan menyusun teks eksplanasi kompleks

peserta didik yang dinilai berdasarkan pedoman penilaian pada tiap aspek yang

telah ditentukan. Tes ini dilakukan satu kali di setiap pertemuan. Penelitian ini

menggunakan aspek dan pedoman penilaian dalam pembelajaran menyusun teks

eksplanasi kompleks, yaitu aspek isi, organisasi, kosakata, penggunaan kalimat,

dan mekanik berdasarkan (Kemendikbud, 2013: 79-81).

4. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui respons guru dan siswa terhadap

pembelajaran mengkonstruksi teks eksplanasi kompleks dengan menggunakan

metode pembelajaran Group Investigation.

3.6 Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Teknik

kualitatif digunakan untuk menggambarkan keterlaksanaan rencana tindakan,

menggambarkan pelaksanaan pembelajaran dan data kualitatif, berupa data hasil

observasi aktivitas peserta didik dan aktivitas guru dianalisis dengan analisis

deskriptif kualitatif. Sedangkan teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis

pencapaian belajar atau prestasi belajar siswa. Penyajian data kuantitatif yang

berupa hasil belajar kognitif dianalisis dengan menentukan mean atau rata-rata.
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar siswa

yang dikelompokkan ke dalam 2 kategori, yaitu tuntas dan tidak tuntas sebagai

berikut :

Tabel 5
Kriteria Ketuntasan Belajar
SMA Negeri 31 Jakarta

KRITERIA
KUALIFIKASI
KETUNTASAN
≥ 76 Tuntas
< 76 Tidak Tuntas

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pada penelitian tindak kelas ini diperoleh dari pelaksanaan
siklus I dan siklus II yang berupa hasil tes kemampuan mengembangkan gagasan
dalam menulis teks eksplanasi kompleks dengan menggunakan model
pembelajaran Group Investigation, aktivitas siswa berupa observasi, wawancara,
dan dokumentasi guru berupa observasi.

4.1 Deskripsi Siklus I

Data diambil berdasarkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMA


Negeri 31 jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2018 dengan subjek
siswa dan guru kelas XI pada semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 dan
alokasi waktu 2 x 45 menit (2 jam pelajaran) pada tiap perteman. Pada siklus ini
diikuti oleh siswa kelas XI IPS 2 yang berjumlah 36 siswa. Kompetensi inti 4:
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. Kompetensi dasar
4.4: Memproduksi teks eksplanasi secara lisan atautulis dengan memerhatikan
struktur dan kebahasaan

4.1.1 Menyusun Rencana Tindakan Siklus I


a) Mengadakan koordinasi dengan pendidik bidang studi bahasa Indonesia di
SMAN 31 Jakarta mengenai rencana penelitian yang akan dilakukan
b) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan
mengenai keterampilan menulis teks eksplanasi kompleks melalui model
pembelajaran group investigation
c) Mempersiapkan instrument tes berupa soal tes dan rubric penilaian yang
digunakan untuk menilai hasil kerja peserta didik dalam menyusun teks
eksplanasi
d) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru

4.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I

a) Peserta didik diberikan contoh teks eksplanasi kompleks, bersama-sama


mengamati isi dan strukturnya, dibimbing menentukan langkah-langkah
menyusun teks eksplanasi kompleks
b) Peserta didik dibimbing oleh peneliti untuk membentuk kelompok. Dalam
hal ini peneliti mengawasi kinerja peserta didik untuk menuliskan
masalah-masalah yang ada dalam contoh teks eksplanasi kompleks
tersebut dan peneliti mengamati bagaimana dinamika dalam kelompok
c) Setelah menuliskan masalah-masalah yang ada, peserta didik dibimbing
untuk dapat membuat suatu kerangka karangan teks eksplanasi kompleks
berdasarkan masalah yang diamati, kemudian mendiskusikan di dalam
kelompok
d) Peserta didik dibimbing oleh peneliti untuk dapat mengembangkan
kerangka karangan teks eksplanasi kompleks, menjadi sebuah teks
eksplansi kompleks yang utuh, kemudian menyajikan hasil karyanya ke
depan kelas
e) Peserta didik dibimbing peneliti untuk dapat menganalisis dan
mengevaluasi hasil karya yang disajikan oleh kelompok lain

4.1.3 Observasi Siklus I

4.1.3.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Hasil Aktivitas Siswa yang diamati didasarkan pada kegiatan


pembelajaran menulis teks eksplanasi kompleks melalui model pembelajaran
group investigation yang meliputi: jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi,
gotong royong, santun/ sopan, dan percaya diri

INDIKATOR SIKAP
No Nama Siswa SKOR NILAI DESKRIPSI
1 2 3 4 5 6 7
1 Resp.1 3 3 4 3 3 4 3 23 82 Baik
2 Resp.2 3 2 3 3 3 2 4 20 71 Cukup
3 Resp.3 3 3 4 3 4 3 3 23 82 Baik
4 Resp.4 4 3 3 4 3 3 3 23 82 Baik
5 Resp.5 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
6 Resp.6 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
7 Resp.7 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
8 Resp.8 3 4 3 3 3 4 3 23 82 Baik
9 Resp.9 4 3 3 3 3 3 3 22 79 Cukup
10 Resp.10 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
11 Resp.11 4 3 3 3 3 4 3 23 82 Baik
12 Resp.12 4 3 4 3 3 3 3 23 82 Baik
13 Resp.13 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
14 Resp.14 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
15 Resp.15 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
16 Resp.16 4 4 3 3 3 3 1 21 75 Cukup
17 Resp.17 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
18 Resp.18 4 4 3 3 3 3 3 23 82 Baik
19 Resp.19 3 3 3 3 3 3 4 22 79 Cukup
20 Resp.20 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
21 Resp.21 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
22 Resp.22 3 4 3 4 3 3 3 23 82 Baik
23 Resp.23 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
24 Resp.24 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
25 Resp.25 4 3 3 3 3 4 3 23 82 Baik
26 Resp.26 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
27 Resp.27 3 3 3 3 3 3 4 22 79 Cukup
28 Resp.28 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
29 Resp.29 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
30 Resp.30 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
31 Resp.31 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
32 Resp.32 3 3 4 3 3 3 4 23 82 Baik
33 Resp.33 4 3 4 3 3 3 3 23 82 Baik
34 Resp.34 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
35 Resp.35 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
36 Resp.36 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
Tabel 6.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa siklus I

Deskripsi: Indikator Sikap

Sangat Baik = 4 C : Cukup = 2 1. Jujur

Baik =3 K : Kurang= 1 2. Disiplin


3. Tanggung Jawab
Kesimpulan Nilai Sikap 4. Toleransi

SB = 91 - 100 Baik = 81 - 90 5. Gotong Royong

Cukup = 71 - 80 Kurang = ≤ 70 6. Santun/Sopan


7. Percaya Diri

Pada tabel 6 diketahui bahwa hasil observasi aktivitas siswa siklus I


terdapat 11 siswa pada kategori baik. Selanjutnya terdapat 25 siswa pada kategori
cukup. Pada siklus I ini belum terdapat siswa yang berada pada kategori sangat
baik dan kurang.

4.1.3.2 Hasil Wawancara Siswa Siklus I

Kegiatan ini dilakukan setelah pembelajaran siklus I selesai. Wawancara

dilakukan terbatas kepada siswa yang mendapat nilai tertinggi, rata-rata, dan nilai

terendah. Kegiatan wawancara ini bertujuan mengetahui tanggapan yang

diberikan siswa dalam pengajaran menulis teks eksplanasi melalui model


pembelajaran group invetiation. Hal-hal yang diungkap dalam wawancara adalah

(1) apakah kamu senang dengan pengajaran menulis teks eksplanasi; (2)

bagaimana perasaanmu ketika mengikuti pengajaran menulis teks eksplanasi yang

baru saja berlangsung; (3) apakah kamu memahami materi pembelajaran yang

disampaikan oleh guru saat pembelajaran berlangsung; (4) menurut kamu masih

adakah kesulitan – kesulitan dalam menulis teks eksplanasi; (5) bagaimana

kesanmu dengan penerapan model pembelajaran group investigation yang

digunakan pada pembelajaran menulis teks eksplanasi; (6) manfaat apa yang bisa

kamu peroleh dari pengajaran menulis teks eksplanasi; (7) apakah setelah

mengikuti pembelajaran tadi, kamu dapat menulis teks eksplanasi.

Berdasarkan analisis data, dapat dijelaskan bahwa siswa dapat mengikuti

pengajaran menulis teks eksplanasi yang diberikan oleh guru. Ketika ditanya

mengenai model yang digunakan dalam menulis teks eksplanasi, lima orang siswa

mengungkapkan rasa senangnya karena menarik untuk dicoba. Siswa terlihat

senang dalam mengikuti pembelajaran, dan mereka menyatakan ada perubahan

cara guru mengajar.

4.1.3.3 Hasil Observasi Keterampilan Guru

Pengamatan terhadap keterampilan guru dalam pembelajaran menulis teks

eksplanasi melalui model pembelajaran group investigation dilakukan pada saat

pembelajaran berlangsung dengan bantuan dari guru mitra (observer). Adapun

hasil pengamatannya sebagai berikut.

No. Aspek yang Diamati Skor Penilaian


1 Apersepi 3
2 Penjelasan materi 3
3 Penerapan kebiasaan bertanya 2
4 Tehnik pembagian kelompok 3
5 Pengelolaan kegiatan diskusi 3
6 Kemampuan melakukan evaluasi 3
7 Memberikan penghargaan individu dan kelompok 3
8 Menyimpulkan materi pembelajaran 3
Kemampuan memberikan pertanyaan, dan
9 3
mengatur waktu
Jumlah 26
Prosentase 72,2
Kategori Baik
Tabel 7. Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I

4.1.4 Hasil Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Siklus I

Adapun aspek yang mendasari hasil penilaian keterampilan menyusun teks


eksplanasi yang digunakan, yaitu (1) penilaian terhadap isi, (2) organisasi, (3)
kosakata, (4) penggunaan kalimat, dan (5) mekanik.

INDIKATOR ASPEK NILA


No Nama Siswa SKOR DESKRIPSI
1 2 3 4 5 I
1 Resp.1 14 5 10 10 9 48 1,92 C
2 Resp.2 28 15 15 15 12 85 3,40 B+
3 Resp.3 21 15 10 10 12 68 2,72 B-
4 Resp.4 21 15 15 15 12 78 3,12 B
5 Resp.5 21 15 10 15 9 70 2,8 B-
6 Resp.6 28 15 15 15 12 85 3,40 B+
7 Resp.7 21 10 10 10 9 60 2,40 C+

8 Resp.8 21 15 15 15 12 78 3,12 B

9 Resp.9 21 15 10 10 12 68 2,72 B-

10 Resp.10 21 15 10 15 9 70 2,8 B-

11 Resp.11 21 15 15 15 12 78 3,12 B

12 Resp.12 21 15 10 15 9 70 2,8 B-
13 Resp.13 21 15 15 15 12 78 3,12 B

14 Resp.14 14 5 10 10 9 48 1,92 C

15 Resp.15 28 15 15 15 12 85 3,40 B+
16 Resp.16 21 15 15 15 12 78 3,12 B

17 Resp.17 21 10 10 10 9 60 2,40 C+

18 Resp.18 28 15 20 15 12 90 3,60 A-

19 Resp.19 14 5 10 10 9 48 1,92 C

20 Resp.20 21 10 5 10 9 55 2,20 C+

21 Resp.21 21 15 15 15 12 78 3,12 B

22 Resp.22 21 15 15 15 12 78 3,12 B

23 Resp.23 14 5 10 10 9 48 1,92 C

24 Resp.24 21 10 5 10 9 55 2,20 C+

25 Resp.25 21 10 5 10 9 55 2,20 C+

26 Resp.26 28 15 15 15 12 85 3,40 B+
27 Resp.27 21 15 10 15 9 70 2,8 B-

28 Resp.28 28 20 15 15 12 90 3,60 A-

29 Resp.29 21 15 10 10 12 68 2,72 B-

30 Resp.30 21 15 15 15 12 78 3,12 B

31 Resp.31 21 15 10 15 9 70 2,8 B-

32 Resp.32 28 15 20 15 12 90 3,60 A-

33 Resp.33 21 10 10 10 9 60 2,40 C+

34 Resp.34 21 15 10 15 9 70 2,8 B-

35 Resp.35 14 5 10 10 9 48 1,92 C

36 Resp.36 28 15 20 15 12 90 3,60 A-

Jumlah 2533
Rata-rata 70,36
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 48
Jumlah Siswa yang Tuntas 16
Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 20

Tabel 8.
Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Siklus I

Diagram I.
Diagram Ketuntasan Siswa dalam Kemampuan Menulis
Teks Eksplanasi Kompleks

44% 1
2
56%

Keterangan:

1. Siswa Tuntas
2. Siswa Tidak Tuntas

Dari tabel 6 diketahui bahwa hasil tes kemampuan menulis teks eksplanasi

siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 70,36. Jumlah siswa yang tuntas yaitu

sebanyak 16 siswa dari 36 siswa kelas atau sebesar 44,4%

4.1.5 Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran melalui model

pembelajaran Group Investigation yang melibatkan guru mitra (observer),

selanjutnya dilakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah

dilaksanakan. Adapun hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I sebagai berikut.


1. Kemampuan menulis teks eksplanasi siswa dalam setiap aspek rata-

rata berkategori (B-) atau pada jenjang 2,51 – 2,84, sehingga

pembelajaran menelaah struktur teks anekdot perlu ditingkatkan.

2. Berdasarkan hasil wawancara masih ada beberapa siswa yang

menyatakan bahwa pengajaran menulis teks eksplanasi membosankan.

Mereka sungkan untuk bertanya. Pada saat penjelasan materi, ada

beberapa siswa yang asyik mengobrol dengan temannya, ada pula

yang sibuk memainkan gawainya dan juga ada yang sering ke toilet.

Perilaku negatif siswa ini mengakibatkan pengajaran menulis teks

eksplanasi kurang kondusif.

3. Kurang terjalin kerajasama yang aktif dalam kelompok sehingga

masih terdapat siswa yang pasif dalam diskusi.

4. Beberapa siswa masih bergantung pada penjelasan dan bimbingan dari

guru, sehingga guru memberikan penjelasan berulang-ulang.

Hasil menulis teks eksplanasi pada siswa belum mencapai hasil yang

diharapkan dengan hanya mencapai presentase ketuntasan belajar sebesar 44,4%

atau hanya 16 siswa dari 35 siswa, dengan rata-rata 70,36 sedangkan yang

diharapkan adalah 76.

4.1.6 Revisi Siklus II


Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka perlu

adanya revisi dalam pelaksanaan siklus berikutnya, yaitu.

1. Guru menjelaskan model pembelajaran group investigation secara

lebih terperinci dan bagaimana penerapannya dalam pembelajaran

2. Siswa diberikan penjelasan mengenai aspek apa saja yang dinilai

dalam pembelajaran keterampilan mengkonstruksi atau menulis teks

eksplanasi.

3. Siswadiberikan motivasi untuk dapat berkerjasama dan lebih aktif serta

terarah dalam berdiskusi kelompok saat menyusun kerangka dan

mengembangkan gagasannya menjadi sebuah teks eksplanasi

kompleks.

4. Guru memotivasi siswa untuk tampil lebih percaya diri dalam

mempresentasikan hasil diskusinya.

5. Siswa diberikan bimbingan lebih pada tiap kelompok dalam menulis

teks eksplanasi.

4.2 Deskripsi Siklus II

Siklus II ini dilaksanakan karena hasil yang diperoleh pada siklus I

masih belum memuaskan dan masih dalam kategori B- atau bisa dikatakan

kurang, serta belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Tindakan

siklus II ini dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada pada siklus I

dan berupaya untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksplanasi kompleks,

sehingga dapat mencapai target yang dientukan.


Pada siklus II ini penelitian dilakukan dengan rencana dan persiapan

yang lebih matang dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus ini dilakukan

perbaikan-perbaikan pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan

kemampuan menelaah struktur teks anekdot dari kategori B- menjadi kategori B.

Meningkatnya nilai tes ini diikuti pula dengan adanya perubahan perilaku siswa.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui model pembelajaran group

investigation siklus II di SMA Negeri 31 Jakarta dilaksanakan pada tanggal 10

Oktober 2018 dengan subjek siswa dan guru kelas XI IPS 2 semester ganjil tahun

pelajaran 2018/ 2019 dan alokasi waktu 2 x 45 menit (2 jam pelajaran).

Pelaksanaan siklus II diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah 36 siswa.

4.2.1 Menyusun Rencana Tindakan Siklus II


a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang ke-2 beserta
scenario pembelajarannya.
b) Menyiapkan media pembelajaran
c) Menyiapkan Lembar Kerja Peserts Didik (LKPD)
d) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru

4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Tindakan pada siklus II ini adalah penyempurnaan tindakan pada siklus I.

Pada tahap ini guru menjelaskan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada teks

eksplanasi kompleks yang sudah ditulis oleh siswa pada siklus I. Kemudian siswa

diberi bimbingan agar hasil menulis teks kompleks mereka pada siklus II menjadi

lebih baik.
a. Peserta didik diberikan apersepsi dengan cara menayangkan video

fenomena alam, setelah itu siswa memberikan tanggapan mengenai

tayangan tersebut.

b. Peserta didik memberikan pernyataan mengenai kesulitan dalam menulis

teks eksplanasi kompleks pada siklus I.

c. Peserta didik diberikan teks eksplanasi kompleks dengan judul yang

berbeda dari siklus I.

d. Peserta didik diminta untuk memperhatikan tayangan materi menulis teks

eksplanasi kompleks pada LCD.

e. Peserta didik diberikan kesempatan untuk menanyakan hal yang terkait

materi.

f. Peserta didik dibimbing oleh guru untuk membentuk kelompok diskusi

yang terdiri atas 6 orang.

g. Peserta didik dari masing-masing kelompok secara bersama-sama

memahami materi tentang pola pengembangan penulisan teks eksplanasi

dan langkah-langkah menulis teks eksplanasi yang bersifat penemuan

h. Setelah itu peserta didik mulai mengkonstruksi atau menyusun teks

eksplanasi kompleks yang telah ditentukan topiknya, mulai dari membuat

kerangka karangan hingga menjadi karangan yang utuh

i. Peserta didik secara kelompok mempresentasikan hasil diskusinya

j. Peserta didik bersama guru memberikan simpulan.


4.2.3 Observasi Siklus II

4.2.3.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Hasil Aktivitas Siswa yang diamati didasarkan pada kegiatan


pembelajaran menulis teks eksplanasi kompleks melalui model pembelajaran
group investigation yang meliputi: jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi,
gotong royong, santun/ sopan, dan percaya diri.

INDIKATOR SIKAP
No Nama Siswa SKOR NILAI DESKRIPSI
1 2 3 4 5 6 7
1 Resp.1 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
2 Resp.2 4 3 3 3 4 3 4 24 86 Baik
3 Resp.3 4 3 4 3 4 3 4 25 89 Baik
4 Resp.4 4 4 3 4 3 4 3 25 89 Baik
5 Resp.5 4 3 4 4 3 4 3 25 89 Baik
6 Resp.6 3 4 3 3 4 4 4 25 89 Baik
7 Resp.7 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
8 Resp.8 Sangat
4 4 4 3 4 4 3 26 93
Baik
9 Resp.9 4 3 4 3 4 4 3 25 89 Baik
10 Resp.10 4 3 4 4 4 3 3 25 89 Baik
11 Resp.11 4 3 4 3 4 4 3 25 89 Baik
12 Resp.12 4 3 4 3 4 4 3 25 89 Baik
13 Resp.13 3 4 4 4 3 3 4 25 89 Baik
14 Resp.14 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
15 Resp.15 4 3 4 3 4 4 3 25 89 Baik
16 Resp.16 4 4 4 3 3 3 3 24 86 Baik
17 Resp.17 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
18 Resp.18 4 4 3 3 3 4 3 24 86 Baik
19 Resp.19 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
20 Resp.20 4 4 4 3 3 3 3 24 86 Baik
21 Resp.21 3 4 4 3 3 4 4 25 89 Baik
22 Resp.22 3 4 3 4 3 3 3 23 82 Baik
23 Resp.23 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
24 Resp.24 3 4 4 3 3 4 3 24 86 Baik
25 Resp.25 4 3 4 4 3 4 3 25 89 Baik
26 Resp.26 4 3 4 3 3 4 3 24 86 Baik
27 Resp.27 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
28 Resp.28 3 3 3 3 4 3 4 23 82 Baik
29 Resp.29 3 3 3 3 4 3 4 23 75 Cukup
30 Resp.30 3 4 4 3 3 4 3 24 86 Baik
31 Resp.31 3 3 4 3 3 3 4 23 82 Baik
32 Resp.32 3 3 4 3 3 3 4 23 82 Baik
33 Resp.33 4 3 4 3 3 3 3 23 82 Baik
34 Resp.34 3 4 4 3 3 4 3 24 86 Baik
35 Resp.35 3 3 3 3 3 3 3 21 75 Cukup
36 Resp.36 3 3 4 3 4 4 3 24 86 Baik
Tabel 9: Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Deskripsi: Indikator Sikap

Sangat Baik = 4 C : Cukup = 2 1. Jujur

Baik =3 K : Kurang= 1 2. Disiplin


3. Tanggung Jawab
Kesimpulan Nilai Sikap 4. Toleransi

SB = 91 - 100 Baik = 81 - 90 5. Gotong Royong

Cukup = 71 - 80 Kurang = ≤ 70 6. Santun/Sopan


7. Percaya Diri

Pada tabel 9 diketahui bahwa hasil observasi aktivitas siswa siklus II


terdapat 1 siswa pada kategori sangat baik. Selanjutnya terdapat 26 siswa pada
kategori baik, dan terdapat 9 siswa pada kategori cukup. Pada siklus I ini tidak
terdapat siswa yang berada pada kategori kurang.

4.2.3.2 Hasil Wawancara Siswa Siklus II

Kegiatan ini dilakukan setelah pembelajaran siklus II selesai. Wawancara

dilakukan terbatas kepada siswa yang mendapat nilai tertinggi, rata-rata, dan nilai

terendah. Kegiatan wawancara ini bertujuan mengetahui tanggapan yang

diberikan siswa dalam pengajaran menulis teks eksplanasi melalui model

pembelajaran group invetiation. Hal-hal yang diungkap dalam wawancara adalah

(1) apakah kamu senang dengan pengajaran menulis teks eksplanasi; (2)

bagaimana perasaanmu ketika mengikuti pengajaran menulis teks eksplanasi yang

baru saja berlangsung; (3) apakah kamu memahami materi pembelajaran yang

disampaikan oleh guru saat pembelajaran berlangsung; (4) menurut kamu masih

adakah kesulitan – kesulitan dalam menulis teks eksplanasi; (5) bagaimana

kesanmu dengan penerapan model pembelajaran group investigation yang

digunakan pada pembelajaran menulis teks eksplanasi; (6) manfaat apa yang bisa

kamu peroleh dari pengajaran menulis teks eksplanasi; (7) apakah setelah

mengikuti pembelajaran tadi, kamu dapat menulis teks eksplanasi kompleks.

Berdasarkan hasil wawancara, dapat dijelaskan bahwa siswa dapat

mengikuti pembelajaran menulis tekss eksplanasi kompleks. Perasaan bosan dan

bingung ketika menulis teks eksplanasi pada siklus I sudah tidak lagi mereka

rasakan. Hal ini diungkapkan oleh siswa yang mendapat nilsi rendah, rata-rata,

dan nilai tinggi. Siswa mengaku bahwa kesulitan yang sebelumnya mereka

rasakan sudh mulai berkurang. Ketika ditanya mengenai model pembelajaran


group investigation dalam kegiatan pembelajaran menulis teks eksplanasi

kompleks, kelima siswa mengungkapkan dengan perasaan yang sama yaitu

senang dan tertarik, karena dengan model pembelajaran itu siswa yang tergabung

dalam kelompok-kelompok belajar dapat bersama-sama saling membantu dalam

menemukan fakta-fakta penting yang dapat memudahkan mereka dalam

mengembangkan gagasannya ke dalam bentuk tulisan. Siswa terlihat senang

dalam mengikuti pembelajaran, dan mereka menyatakan ada perubahan cara guru

mengajar. Siswa dapat mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini

dibuktikan dengan kesediaan dan kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas

yang diberikan guru.

Dari beberapa jawaban siswa,, dapat disimpulkan mereka senang pada

model pembelajaran group investigation yang digunakan oleh guru. Mereka

menyukainya, karena pembelajaran tidak membosankan, lebi santai, dan lebih

asyik dalam menyampaikan materi dengan model pembelajaran ini, membantu

siswa berfikir kritis menemuka fakta-fakta yang menjadi topik penulisan mereka,

model ini sangat menarik bagi siswa sehingga pembelajaran lebih hidup.

4.2.3.3 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II

Pengamatan terhadap keterampilan guru dalam pembelajaran menulis teks

eksplanasi melalui model pembelajaran group investigation dilakukan pada saat

pembelajaran berlangsung dengan bantuan dari guru mitra (observer). Adapun

hasil pengamatannya sebagai berikut.


No. Aspek yang Diamati Skor Penilaian
1 Apersepi 4
2 Penjelasan materi 4
3 Penerapan kebiasaan bertanya 3
4 Tehnik pembagian kelompok 3
5 Pengelolaan kegiatan diskusi 4
6 Kemampuan melakukan evaluasi 3
7 Memberikan penghargaan individu dan kelompok 3
8 Menyimpulkan materi pembelajaran 3
Kemampuan memberikan pertanyaan, dan
9 4
mengatur waktu
Jumlah 31
Prosentase 86,1
Kategori Sangat Baik
Tabel 10. Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II

4.2.4 Hasil Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Siklus II

Hasil tes menelaah struktur teks anekdot pada siklus II merupakan perbaikan
dari hasil tes siklus I. Peneliti masih menggunakan metode yang sama pada
pembelajaran siklus II ini. Akan tetapi, topik yang diberikan kepada siswa pada
siklus II berbeda dengan topik yang diberikan kepada siswa pada siklus I.

Adapun aspek yang mendasari hasil penilaian keterampilan menyusun teks


eksplanasi yang digunakan, yaitu (1) penilaian terhadap isi, (2) organisasi, (3)
kosakata, (4) penggunaan kalimat, dan (5) mekanik.

INDIKATOR ASPEK
No Nama Siswa SKOR NILAI DESKRIPSI
1 2 3 4 5
1 Resp.1 14 10 10 10 9 53 2,12 C
2 Resp.2 28 15 15 15 12 85 3,40 B+
3 Resp.3 21 15 15 15 12 78 3,12 B
4 Resp.4 28 20 20 15 12 95 3,80 A-
5 Resp.5 21 15 15 15 12 78 3,12 B
6 Resp.6 28 15 15 15 12 85 3,40 B+
7 Resp.7 21 10 15 10 6 62 2,48 B-
8 Resp.8 28 15 20 15 12 90 3,60 A-

9 Resp.9 21 15 20 20 12 88 3,52 A-

10 Resp.10 21 15 15 15 12 78 3,12 B

11 Resp.11 21 15 15 15 12 78 3,12 B

12 Resp.12 21 20 15 15 12 90 3,60 A-

13 Resp.13 28 20 15 20 12 95 3,80 A-

14 Resp.14 14 10 10 10 12 56 2,24 C+

15 Resp.15 28 15 15 15 12 85 3,40 B+
16 Resp.16 21 15 15 15 12 78 3,12 B

17 Resp.17 21 20 15 20 12 88 3,52 A-

18 Resp.18 28 20 20 15 12 95 3,80 A-

19 Resp.19 21 10 10 10 9 60 2,40 C+

20 Resp.20 21 15 20 15 12 83 3,32 B+

21 Resp.21 21 15 15 15 12 78 3,12 B

22 Resp.22 21 15 15 15 12 78 3,12 B

23 Resp.23 21 20 15 15 12 83 3,32 B+

24 Resp.24 21 15 15 15 12 78 3,12 B

25 Resp.25 21 15 15 15 12 78 3,12 B

26 Resp.26 28 20 20 15 12 95 3,80 A-
27 Resp.27 21 15 10 15 12 73 2,92 B

28 Resp.28 28 20 15 20 12 95 3,80 A-

29 Resp.29 21 15 10 15 12 73 2,92 B

30 Resp.30 21 15 15 15 12 78 3,12 B

31 Resp.31 21 15 15 15 12 78 3,12 B

32 Resp.32 28 20 20 15 12 95 3,80 A-

33 Resp.33 21 15 15 15 12 78 3,12 B

34 Resp.34 21 15 15 15 12 78 3,12 B

35 Resp.35 21 10 10 15 9 65 2,60 B-

36 Resp.36 28 20 20 15 12 95 3,80 A-
Jumlah 2898
Rata-rata 80,5
Nilai Tertinggi 95
Nilai Terendah 53
Jumlah Siswa yang Tuntas 29
Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 7

Tabel 11.
Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Siklus II

Diagram II.
Diagram Ketuntasan Siswa dalam Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi
Kompleks

30
25
20 29
15
10 7
5
0
1 2

Keterangan:

1. Siswa Tuntas
2. Siswa Tidak Tuntas

Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa hasil tes kemampuan menulis teks

eksplanasi siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 80,5. Jumlah siswa yang

tuntas yaitu sebanyak 29 siswa dari 36 siswa kelas XI IPS 2 atau sebesar 80,5%.
Siswa mengalami peningkatan yang optimal pada siklus II ini, itu dapat dilihat

dari peningkatan hasil kemampuan menulis teks eksplanasi dengan menggunakan

metode group investigation. Peningkatan terlihat pada hasil tes yaitu saat

pelaksanaan siklus I hanya 16 siswa atau 44,4% yang temasuk ke dalam kategori

siswa tuntas, sedangkan pada siklus II terlihat adanya peningkatan yang

signifikan, hal tersebut dapat dilihat dari pemerolehan nilai rata-rata yang baik,

yaitu yang awalnya hanya 70,36 menjadi 80,5. Penggunaan metode group

investigation pada pembelajaran menulis teks eksplanasi telah mengalami

peningkatan. Terlihat dari suasana kelas yang semakin kondusif. Langkah ini

terbukti efektif karena hasil tes siklus II lebih baik dari siklus sebelumnya.

Menyikapi dari hasil yang dicapai oleh siswa selama proses pembelajaran dan

hasil tes menulis teks eksplanasi pada akhir siklus II tersebut maka tidak perlu lagi

dilakukan tindakan berikutnya.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian tindak kelas upaya peningkatan

kemampuan mengembangkan gagasan dalam menulis teks eksplanasi melalui

model pembelajaran group investigation yang penulis lakukan terhadap siswa

kelas XI IPS 2 SMA Negeri 31 Jakarta Tahun Pelajaran 2018/2019, maka yang

dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan

aktivitas siswa, terbukti dengan adanya peningkatan dari hasil observasi

aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I terdapat 11 siswa

pada kategori baik. Selanjutnya terdapat 25 siswa pada kategori cukup.

Pada siklus I ini belum ada siswa yang berada pada kategori sangat baik.

Sedangkan pada siklus II terdapat 1 siswa pada kategori sangat baik (SB).

Selanjutnya terdapat 26 siswa pada kategori baik (B) dan 9 siswa pada

kategori cukup (C). Pada siklus II ini tidak ada siswa yang berada pada

kategori kurang (K).

2. Penerapan model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan

keterampilan guru, terbukti dengan adanya peningkatan dari hasil

keterampilan guru pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I sebesar 72,2%

menjadi 86,1% pada siklus II. Hal itu membuktikan, pembelajaran yang
diberikan guru tidak lagi terasa membosankan bagi siswa, guru tidak lagi

menjadi pusat pembelajaran karena dengan model pembelajaran ini

membuat siswa untuk lebih aktif lagi dalam pembelajaran.

3. Penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan

mengembangkan gagasan dalam menulis teks eksplanasi kompleks siswa

kelas XI IPS 2 SMA Negeri 31 Jakarta yaitu siklus I mencapai rata-rata

70,36%, sedangkan pada siklus II sebesar 80,5%.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai

berikut.

1. Pembaca.

Sebagai bahan masukan pada pengembangan pengajaran Bahasa Indonesia

khususnya dalam meningkatkan kemampuan menulis teks eksplanasi

kompleks melalui model pembelajaran group investigation dapat

meningkatkan hasil belajar terutama dalam mengembangkan gagasan.

2. Ssiswa.

Sebagai rujukan untuk meningkatkan aktivitas dan kegemaran menulis

siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil beajar siswa.

3. Guru.

Sebagai bahan pertimbangan untuk dapat menggunakan metode group

investigation dalam pembelajaran menulis teks eksplanasi kompleks dan

dalam mendorong pengembangan sikap professional guru


4. Sekolah.

Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah dan memberikan

nilai lebih bagi sekolah akan adanya pembelajaran yang lebih menarik dan

aktif.

Anda mungkin juga menyukai