PENDAHULUAN
menjamin kelangsungan bangsa dan negara. Hal ini tidak bisa terlepas dari
nasional menjadi lebih baik dan memiliki kualitas yang bermutu untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung
yang efektif didukung oleh beberapa faktor, salah satu faktor yaitu guru selalu
1
seperti menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan memilih metode
sama. Mengajar tidak hanya dapat dinilai dengan hasil penguasaan mata
Sejarah mampu menerapkan suatu karakter yang baik dan peserta didik kritis
dikurangi demi menambah minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran
IPS Sejarah, sehingga muncul perubahan kearah pembelajaran yang aktif, kreatif,
bahwa sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi,
menghidupkan imajinasi, dan ide-ide yang tak terduga. Peserta didik diharapkan
mampu berpikir kreatif dalam pembelajaran IPS Strategi yang bervariatif juga
akan menambah minat peserta didik dalam belajar. Oemar Hamalik (2002: 182),
memaparkan bahwa cara mengajar yang bervariasi akan memelihara minat siswa
didik yang memiliki minat terhadap suatu pelajaran pasti ia akan selalu
2
Pembelajaran IPS Sejarah merupakan pembelajaran terpadu yang mampu
dengan baik dan memiliki kepekaan sosial. Dengan demikian, pembelajaran IPS
Sejarah tidak hanya ditekankan pada pencapaian hasil belajar saja atau tidak
hanya ditekan pada aspek kognitif saja, melainkan guru dituntut memadukan
bahan materinya yang sangat banyak. Secara umum, guru juga kurang
menyajikan materi secara menarik. Hal inilah yang menjadikan pembelajaran IPS
terhadap mata pelajaran IPS Sejarah menjadi penyebab pembelajaran IPS Sejarah
Peserta didik terkesan masih malu dan takut untuk menyatakan atau menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru, sehingga suasana kelas pasif. Kondisi
seperti ini menggambarkan bahwa minat peserta didik dalam pelajaran IPS
Sejarah sangat kurang karena siswa belum mampu menangkap makna yang
sebuah hafalan fakta, konsep, teori dan gagasan tanpa ada penerapan dalam
3
cenderung monoton sehingga siswa jenuh. Hal ini pula yang mempengaruhi
Untuk mengurangi masalah yang ada, upaya yang mampu dilakukan untuk
dengan metode pembelajaran diharapkan ada komunikasi antara guru dan siswa
yang baik dalam pembelajaran suatu mata pelajaran. Dalam dunia pendidikan
diciptakan oleh Spencer Kagan (1992) dan dikembangkan oleh Anita Lie (2002).
Lie (2010: 63) mengemukakan bahwa teknik ini bisa digunakan dalam semua
teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering
mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang
terlalu dominan dan banyak bicara, sebaliknya, juga ada anggota yang pasif dan
pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti, pemerataan
tanggung jawab dalam kelompok tidak bisa tercapai karena anggota yang pasif
akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Teknik belajar
4
mengajar Kancing Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA.1 Pada Mata Pelajaran IPS – Sejarah Di
B. Permasalahan
penulis menemukan beberapa masalah yang wajib dibahas dalam penulisan ini
3. Apakah hasil belajar IPS Sejarah siswa di kelas X IPA.1 dapat ditingkatkan
5
C. Tujuan Penelitian
dalam mengajar mata pelajaran IPS Sejarah di Kelas X IPA.1 MAN 2 SBT;
efektif.
D. Manfaat Penelitian
belajar siswa pada mata pelajaran IPS Sejarah materi dasar cara berpikir
sejarah.
2. Bagi guru mata pelajaran IPS – Sejarah di MAN 2 SBT, penerapan metode
6
4. Bagi peneliti dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan
E. Penjelasan istilah
untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih
jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu
kelompok atau tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk
mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada
dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
belajar.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Metode Kooperatif
interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antara sesama siswa sebagai
raharjo, 2007:4).
mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja bersama sebagai suatu tim
8
untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau menyelesaikan
materi belajar.
(Trianto, 2009:65-66).
9
1.3. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab
sama.
3) Para siswa membagi tugas dan membagi tanggung jawab diantara para
kelompoknya.
4) Para siswa diberi satu penghargaan atau evaluasi yang akan ikut
Selain itu, tanggung jawab bukan saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga di
10
1.4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
(Isjoni, 2010).
1) Penghargaan kelompok
saling peduli.
kelompoknya.
11
3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Cooperative learning
Dengan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi baik rendah,
2) Menyampaikan informasi
Ansari, 2008:75).
12
Meningkatkan komitmen, c) Menghilangkan prasangka buruk terhadap
waktu yang relative lebih lama, b) Materi tidak dapat disesuaikan dengan
rendah menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan
berkemampuan rendah.
Chips yang dimaksud oleh Kagan dapat berupa benda berwarna yang ukurannya
kecil. Istilah Talking Chips di Indonesia kemudian lebih dikenal sebagai model
Lie.
13
memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran
anggota lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan
kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara.
Sebaliknya di sisi lain, juga ada anggota yang cenderung hanya diam dan pasif.
Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak
tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada
kelompok.
kecil yang berisi kancing-kancing (bisa juga benda-benda kecil lainnya, seperti
kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim,
kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan); 3) setiap kali
14
salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengah; 4) jika kancing yang
dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua
rekannya juga menghabiskan kancing mereka; dan 5) Jika semua kancing sudah
tampak bahwa proses interaksi tiap anak didik dan peran aktif lebih banyak
selama pembelajaran.
anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi
anggota yang terlalu dominan dan sering banyak bicara. Sebaliknya ada anggota
yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Teknik Kancing
di sini merupakan keaktifan yang merata, sehingga semua peserta didik dapat
akan bisa meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang ada
15
dikarenakan adanya interaksi siswa di dalam kelompoknya dan juga adanya
interaksi dengan guru sebagai pengajar. Di dalam setiap kelompok siswa yang
berkemampuan lebih tinggi akan membantu dalam proses pemahaman bagi siswa
yang berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan sedang akan dapat
akan dapat berjalan dengan baik jika setiap kelompok memiliki kemampuan yang
heterogen. Sehingga tentunya tidak ada lagi siswa yang terlalu dominan dan tidak
3. Hasil Belajar
Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang
belajar berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang
pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami peserta
keluarga sendiri.
16
Sedangkan menurut Howard Kingsley seperti yang dikutip oleh Wasty
acuan pada hasil belajar menjadi tiga bagian, yaitu ranah kognitif, ranah
17
jenjang kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C 1), pemahaman (C2),
1. Hafalan (C1)
2. Pemahaman (C2)
3. Penerapan (C3)
aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau pada situasi
konkrit.
18
4. Analisis (C4)
5. Sintesis (C5)
6. Evaluasi (C6)
19
3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya dari pada belajar
orang cenderung berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih baik
konsentrasi tinggi, akan terganggu, bila ada orang lain yang mondar-
20
sebagainya juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Karena
b) Faktor-faktor instrumental
Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau anak yang belajar itu
sendiri. Faktor individu dapat dibagi menjadi dua bagian Kondisi fisiologi
anak. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak
dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat, dan sebagainya, akan
21
Kondisi psikologis
a) Minat
b) Kecerdasan
Quotient (IQ).
22
c) Bakat
tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang
usaha itu.
d) Motivasi
e) Kemampuan-kemampuan kognitif
23
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul:
Negeri 7 Klaten Tahun 2010/ 2011”. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa
cukup baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi Sejarah siswa
kelas VII B SMP N 7 Klaten tahun pelajaran 2010/ 2011. Hal ini dibuktikan
dengan adanya kenaikan nilai rata-rata yang diperoleh siswa, dimana pada siklus
I nilai rata-rata pre tes 53, 3, post test meningkat 14,9 menjadi 68, 2; padas siklus
II nilai rata-rata pre test 58,8, post test meningkat 15,7 menjadi 74,5 dan pada
siklus III nilai rata-rata pre test 62,8, post test meningkat 33 menjadi 95,8.
penelitian yang akan peneliti lakukan, persamaannya antara lain adalah teknik
adalah terletak pada tempat dan mata pelajarannya. Pada peneliti yang terdahulu,
mata pelajaran yang diteliti yaitu Sejarah di tingkat SMP. Sementara penelitian
ini digunakan di tingkat MAN 2 SBT dengan konsep pembelajaran IPS wajib
24
namun berfokus hanya pada IPS Sejarah khusus untuk kelas X IPA.1 Semester
Ganjil.
lakukan berbeda variabel dependent atau variabel terikat dengan penelitian yang
Penelitian yang relevan kedua yaitu penelitian dari Dwi Febriani 2011
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Kasihan
belajar pada kategori tinggi dan sangat tinggi sebesar 64,51 % dan pada siklus II
diperoleh peningkatan keaktifan belajar siswa yang berada pada kategori tinggi
dan sangat tinggi mencapai 100 %. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian siklus
I dari lembar angket , diperoleh keaktifan belajar pada kategori tinggi dan sangat
tinggi sebesar 87,09% dan pada siklus II diperoleh peningkatan keaktifan belajar
siswa yang berada kategori tinggi dan sangat tinggi mencapai 90,32%.
yang relevan ini yaitu persamaannya antara adalah variabel terikat yang
25
perbedaannya adalah terletak pada tempat dan mata pelajarannya. Pada peneliti
yang terdahulu, mata pelajaran yang diteliti yaitu Sejarah. Selain itu terdapat
perbedaan yang lain yaitu peneliti yang terdahulu menggunakan metode simulasi,
Gemerincing
C. Kerangka Teori
menyebabkan aktivitas hanya berpusat pada guru (teacher centered). Hal tersebut
sehingga siswa tidak bosan belajar di kelas. Selain itu, melalui metode
kesempatan berbicara kepada orang lain agar keaktifan dalam kelas merata.
26
Cooperative Learning teknik Kancing Gemerincing yang di harapkan mampu
Gambar 2.1.
Kerangka Pikir
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
3. Kelas, dalam hal ini tidak tertarik pada pengertian yang lebih spesifik.
Maksud dari istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
28
Menurut Aqib (2008:16) penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
2008:18).
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang,
untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa bisa
meningkat (Mundilarto, 2004:1). Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas
29
X IPA.1 Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam pada MAN 2 SBT tahun ajaran
C. Desain Penelitian
Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
Pada tahap persiapan dilakukan observasi awal. Pada observasi awal, guru
angket. Pada tahap pelaksanaan terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus
refleksi.
30
Berdasarkan gambar skema diatas, jelas tampak alur tahapan dari penelitian
D. Prosedur Penelitian
berikut:
2) Analisis masalah
3) Perumusan masalah
2. Perencanaan Tindakan
31
observasi keaktifan belajar siswa dan menyusun dasar pertanyaan
untuk siswa.
(a) Reliabilitas
r11 = ( k −1
k
)(1− M (kVt
k−M )
)
(Suharsimi, 2006:192)
Keterangan:
Vt : Varians total
32
harga product moment maka dikatakan soal yang diujikan
reliabel.
reliabel.
(b) Validitas
digunakan rumus:
N ∑ XY −∑ X ∑ Y
rXY =
√ N ∑ x N ∑ y −( ∑ Y ) ❑
2 2 2
Keterangan:
33
∑Y = Jumlah skor total
dikatakan valid.
yang tidak valid yaitu 4 dan 5 selebihnya valid. Butir soal yang
tidak valid akan dibuang dan yang valid akan digunakan untuk
pengembangan penelitian.
kelas
34
3. Pelaksanaan Tindakan
dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada saat yang bersamaan, kegiatan
ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interprestasi serta diikuti
4. Pengamatan
5. Refleksi
35
Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian Tindakan Kelas PTK
E. Pelaksanaan Penelitian
1. Siklus I
Perencanaan:
2) Merancang bahan bacaan untuk siswa sesuai materi yang akan diajarkan
4) Guru merancang tes formatif berupa tes pilihan ganda untuk menganalisis
ketrampilan berpikir kritis siswa. Tes ini digunakan untuk setiap kali tatap
36
muka berakhir. Jumlah soal hanya 3 butir dan dirancang secara
terstruktur;
Tindakan:
meliputi:
sebagainya);
37
sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-
tengah-tengah;
jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh
mereka; dan
3. Guru memberikan tes formatif kepada siswa setiap kali tatap muka untuk
38
Pengamatan
Kancing Gemerincing
Refleksi
2. Siklus II
Perencanaan
39
d. Guru merancang kembali tes formatif sesuai dengan materi yang akan
diajarkan.
Tindakan
meliputi:
sebagainya);
40
setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia
tengah-tengah;
jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh
mereka; dan
3. Guru memberikan tes formatif kepada siswa setiap kali tatap muka untuk
41
Pengamatan
Kancing Gemerincing
Refleksi
42
F. Metode Pengumpulan Data
a. Siswa
b. Guru
2. Jenis data
Gemerincing
guru.
5. Dokumentasi.
43
G. Metode Analisis Data
Data hasil belajar siswa berupa nilai yang diperoleh siswa dari hasil tes
masing-masing siklus.
X =
∑X
N
Keterangan
X : Rata-rata kelas
N : Jumlah Siswa
K = ∑N X 100%
¿
Keterangan
N : Jumlah Siswa
100% : Presentase
44
2. Data aktivitas siswa dalam penggunaan metode Kancing Gemerincing dilihat
prosentase.
deskriptif.
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan analisis data kualitatif model
interaktif dari Milles dan Huberman (2000:17) yang meliputi tahap reduksi data,
Reduksi data dalam penelitian ini akan dilakukan terus menerus selama
Huberman, 2000:17-18).
matriks untuk data kualitatif dan menentukan jenis serta bentuk data yang
45
Dalam data kualitatif, penyajian data yang digunakan adalah dalam bentuk teks
naratif agar mengurangi terjadinya peneliti untuk bertindak ceroboh dan secara
ulang pada catatan lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna yang
PENGUMPULAN DATA
PENYAJIAN DATA
REDUKSI DATA
KESIMPULAN-KESIMPULAN
Gambar 3.3.
Komponen-komponen analisis data model interaktif
(Miles dan Hubermaan, 2000:20)
H. Indikator Keberhasilan
siswa yang ada di kelas tuntas belajar yaitu memperoleh nilai lebih besar atau
46
BAB IV
MAN 2 Seram Bagian Timur adalah salah satu dari sekolah Madrasah yang
berlandaskan agama yang ada di ibu kota kabupaten Bula, menempati bangunan
yang didanai oleh Kementerian Agama Republik Indonesia yang ada pada DIPA
sekolah sejak 2008 beralamat pada jalan Dr. Sugiono Kelapa Dua Bula.
47
B. Hasil Penelitian
untuk membuktikan hipotesis yang telah diajukan. Adapun analisis data hasil
dan ketuntasan klasikal, disamping itu juga akan dibahas pula hasil pengisian
Tes hasil belajar dilakukan pada akhir siklus 1 dan siklus 2. Hasil tes
yang telah disampaikan oleh guru. Perolehan tes siswa pada masing-masing
hasil belajar siswa mulai dari sebelum siklus sampai siklus 2 akan tampak
sebagai berikut :
Tabel 4.1. Perolehan nilai tes belajar IPS Sejarah siswa Kelas X IPA.1
Nilai Terendah 40 50 70
48
Berdasarkan tabel 2 nilai tertinggi hasil belajar siswa sebelum tindakan
hanya sebesar 80 sedangkan nilai terendah 40 hal tersebut jauh dari standar
sebesar 65. Pada siklus 1 mengalami peningkatan dengan nilai tertinggi yang
tersebut berlanjut pada siklus 2 dengan nilai tertinggi berhasil mencapai 100
dan nilai terendah adalah 70. Terlihat bahwa dalam tabel perolehan nilai
individu. Hal ini tergantung pada tingkat pengetahuan dan keaktifan siswa
mengetahui rata-rata nilai hasil belajar siswa Kelas X IPA.1 MAN 2 SBT
49
Nilai rerata kelas.
X =
∑X
N
Keterangan
X : Rata-rata kelas
N : Jumlah Siswa
Tabel 4.2. Nilai rata-rata Kelas X IPA.1 pada mata pelajaran IPS
Sejarah
1 Sebelum tindakan 59
2 Siklus 1 72
3 Siklus 2 87
tergolong rendah yaitu sebesar 59. Nilai rata-rata tersebut jauh dibawah
standar nilai rata-rata kelas yang sudah ditentukan sebesar 80. Hal ini coba
50
Pada siklus 1 nilai rata-rata kelas berhasil naik menjadi 72.
rata-rata kelas. Dengan hasil tersebut maka tidak perlu untuk diadakan
tindakan lanjutan pada siklus 3 karena indikator nilai rata-rata kelas sudah
Perkembangan Nilai 59 71 87
Rata-Rata Kelas XD
51
dilakukan. Pada siklus 2 penelitian tindakan kelas dikatakan berhasil
karena nilai rata-rata kelas telah mencapai 87 atau melebihi dari standar
belajar siswa secara klasikal, hal ini merupakan bagian dari indikator
kelas X IPA.1
3 Siklus 2 31 91% 3 9%
52
a. Sebelum tindakan
n 5
Tuntas (%) = X 100% = X 100% = 15%
N 34
n 29
Belum tuntas (%) = X 100% = X 100% = 85%
N 34
b. Siklus 1
n 14
Tuntas (%) = X 100% = X 100% = 41%
N 34
n 20
Belum tuntas (%) = X 100% = X 100% = 59%
N 34
c. Siklus 2
n 31
Tuntas (%) = X 100% = X 100% = 91%
N 34
n 3
Belum tuntas (%) = X 100% = X 100% = 9%
N 34
berikut :
90
70
50
30
10
Sebelum Tin- Siklus I Siklus II
dakan
Tuntas 15 41 91
Belum Tuntas 85 59 9
53
Berdasarkan dari bagan di atas, ketuntasan belajar siswa secara
klasikal sebelum adanya tindakan hanya 15% atau 4 siswa yang tuntas
yang tuntas belajar dan 59% lainnya atau 12 siswa belum tuntas. Selanjutnya
kenaikan sebesar 91% atau 22 siswa dan siswa yang belum tuntas sebesar
kelas berakhir. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai
Sejarah.
54
mereka terlalu sulit. Seluruh siswa setuju bila mata pelajaran IPS
sejarah dilingkungan siswa dan berlatih soal yang diberikan guru karena
b. Penampilan guru
IPS Sejarah khususnya pada materi ajar cara berfikir sejarah dengan
pengetahuannya sendiri.
karena sangat tertarik dalam strategi tersebut siswa dapat aktif untuk
55
Berdasarkan pengisian daftar pertanyaan siswa diatas dapat disimpulkan
bahwa pendapat siswa kelas X IPA.1 MAN 2 SBT terhadap Metode Kancing
Gemerincing sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan penerapan Metode
C. Pembahasan
1. Siklus 1
pembelajaran yang telah ditentukan dari awal, guru tetap menjadi sumber
belajar siswa di dalam kelas. Pengamat mengisi lembar observasi siswa dan
56
kemudian pengamat membagikan kertas kerja dan handout kepada siswa
siswa merasa bingung dengan langkah-langkah cara kerja yang tertulis pada
bahan bacaan yang diberikan peneliti. Siswa yang termasuk pandai langsung
siswa yang tidak memperhatikan karena malas membaca, siswa yang tidak
serius dalam tahap repetition ini akan mengalami kesulitan pada tahap
pengamatan dari guru dan peneliti tingkat pertanyaan dari siswa baik secara
kualitas dan kuantitas masih rendah, hanya sebatas hafalan dari tahap
preview. Pada tahap membaca aktifitas siswa mulai terlihat dengan tahap
dari guru untuk kemudian dicocokan dengan buku pegangan atau bahan
dan pemikiran kritis siswa. Akan tetapi siswa masih malu untuk
57
verivikasi terakhir, siswa diminta membuat intisari atau ringkasan dari
materi yang dipelajari pada saat itu, tahap ini berlangsung tertib dan tenang.
materi yang telah dipelajari didepan kelas, akan tetapi siswa belum berani
umpan balik, hasil tes dapat dipergunakan untuk memperbaiki proses belajar
Tes formatif yang diajukan berupa 20 butir soal pilihan ganda. Hasil
tes siklus 1, yaitu : nilai tertinggi adalah 95 sementara nilai terendah adalah
50, nilai rata-rata kelas 72, serta tingkat ketuntasan mencapai 41% atau 12
siswa dari 25 siswa. Berdasarkan data hasil belajar siklus 1 dikatakan belum
sudah ditentukan. Untuk memperjelas dari data hasil tes formatif siklus 1,
58
Data Hasil Siklus I
85
65
45
25
5
Rata-rata Nilai tertinggi Nilai Terendah Ketuntasan
cukup baik, penggunaan media harus lebih kreatif serta penggunaan waktu
baik oleh peneliti bekerja sama dengan guru sehingga diharapkan kondisi
59
a. Kesiapan siswa yang kurang maksimal karena biasanya pelajaran
siswa
hanya satu dua kancing yang dipindahkan kedepan. Hal ini menandakan
dimiliki.
Berdasarkan pada hasil evaluasi siklus 1, maka peneliti sebagai guru dan
sikap kritisnya. Selain itu diusahakan siswa memberi tanda pada poin-
60
c. Mendorong siswa untuk lebih percaya diri dalam menyampaikan
2. Siklus 2 .
singkat tentang materi yang akan dipelajari sebelumnya guru memberi pujian
terhadap hasil formatif sebelumya, hal ini agar memotivasi siswa untuk lebih
observer membagikan kertas kerja dan handout bahan bacaan sesuai materi
yang akan disampaikan serta jumlah kancing yang disediakan per masing-
masing kelompok.
siswa pada tahap memberikan opini, tanggapan dan saran berlangsung baik
harapan. Guru juga menerangkan materi dengan baik serta siswa disuruh
61
mencermati materi yang ada dalam bahan bacaan untuk lebih paham.
yang diajukan guru tanpa malu lagi, dengan kata lain siswa diharapkan akan
atau ringkasan dari materi yang mereka pelajari. Pada akhir pembelajaran,
pilihan ganda. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan
Nilai tertinggi adalah 100, nilai terendah adalah 70, nilai rata-rata
kelas 87, tingkat ketuntasan 91%. Dengan hasil ini mengindikasikan bahwa
oleh peneliti dan partner peneliti tidak dilakukan karena telah memenuhi
target dan hasil yang diinginkan. Untuk memperjelas data hasil tes formatif
62
Data Hasil Siklus II
110
90
70
50
Perkembangan nilai 59 72 87
rata-rata kelas XD
63
Gambar 4.6. Grafik ketuntasan Belajar IPS Sejarah Siswa Kelas X
IPA.1
sebagai berikut :
tergolong baru bagi siswa dan belum pernah didapat sebelumnya sehingga
b. Minat siswa untuk belajar dengan menggunakan metode ini pada saat
c. Minat membaca dan rasa percaya diri siswa meningkat karena penerapan
pembelajaran
64
Penerapan Metode Kancing Gemerincing pada mata pelajaran IPS
Sejarah membuat siswa cocok. Hal ini dibuktikan dengan hasil daftar
dilakukan setelah akhir penelitian. Hasil dari daftar pertanyaan yang diajukan
Metode Kancing Gemerincing ini memberi jawaban bagi siswa mengenai cara
anak didik mulai dari tingkat pendidikan dasar berlanjut sampai tingat
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hal ini dapat diketahui dari hasil pengamatan dari lembar observasi guru dan
siklus II dalam hal penerapan Metode Kancing Gemerincing oleh guru dan
Gemerincing
72, tingkat ketuntasan 41% atau 12 Siswa. Sedangkan untuk siklus II, prestasi
66
penerapan Metode Kancing Gemerincing dapat meningkatkan hasil belajar
membaca dan keberanian siswa dalam bertanya terhadap materi yang belum
mereka mengerti.
termasuk baru bagi siswa dan terbukti efektif serta dapat diterapkan siswa di
67
B. SARAN
Adapun saran yang ingin diajukan penulis dalam penulisan ini adalah:
belajar siswa. Oleh karena itu, apabila seorang guru hendak melaksanakan
yang paling pokok dari model pembelajaran ini. Guru harus memberdayakan
utuk ketuntasan hasil akhir dari proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru
kelompok. Hal ini juga berpengaruh pada keaktifan anggota dalam berdiskusi.
dan menyusun strategi pembelajaran yang variatif. Dengan begitu siswa akan
68