Anda di halaman 1dari 88

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa, sehingga

siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam suasana

belajar yang penuh dengan persaingan dan pengisolasian, sikap dan hubungan yang

negatif akan terbentuk dan mematikan semangat siswa. Suasana seperti itu akan

menghambat pembentukan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu, guru perlu

menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga siswa bekerjasama secara

bergotong royong. Di sinilah ditantang kemampuan guru untuk merancang

pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk belajar dengan mudah. Guru

perlu menciptakan situasi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Dalam banyak kesempatan berdiskusi dengan guru-guru madrasah ibtidaiyah

dalam kegiatan KKGMI maupun pelatihan, sering muncul dalam perbincangan bahwa

banyak murid kelas IV –VI belum menguasai dengan baik konsep-konsep IPA. Hal

tersebut berdampak pada pembelajaran IPA di kelas VI. Prestasi belajar IPA di kelas

VI masih jauh dari harapan, apalagi di kelas VI ini anak-anak harus siap menghadapi

ujian akhir sekolah.

Hal tersebut juga terjadi di MIN 1 Malang tempat penulis mengabdikan diri.

Pada saat penulis diberi tugas untuk mengajar di kelas VI pada tahun pelajaran 2005-

2006 penulis memperoleh tantangan untuk dapat mendongkrak prestasi belajar IPA

yang rata-rata masih berkisar pada level 7,4 serta sikap siswa yang masih perlu

ditingkatkan. Secara kebetulan pula, kelas yang diajar penulis adalah peringkat ke- 4,

5 dan 6 yang secara akademis berada di bawah rata-rata kelas paralel. Penulis
2

tertantang untuk mencari solusi pemecahan masalah tersebut dengan menyuguhkan

suatu model pembelajaran yang tidak hanya mampu mendongkrak prestasi belajar

saja, namun juga meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran IPA. Dengan

melakukan perenungan yang mendalam, penulis teringat masa-masa kecil dulu ketika

bermain ‘dam-daman’ dan bermain kartu domino. Hal tersebut memunculkan ide

untuk membuat permainan “Dokar Lipat” yang penulis harapkan mampu

menyuguhkan pembelajaran yang aktif, kreatif efektif dan menyenangkan dengan

mengkombinasikannya dengan pembelajaran berbasis ramah anak yang sekarang

tengah penulis geluti. Model pembelajaran ini diharapkan akan mampu meningkatkan

sikap positif siswa terhadap pelajaran IPA dan kemampuan mengingat konsep IPA

siswa kelas VI MIN 1 Malang.

B. Identifikasi Masalah

Sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar menjadi modal dasar untuk

memunculkan prakarsa belajar. Tanpa sikap dan persepsi yang positif belajar

mungkin tidak akan pernah terjadi. Oleh karena itu, setiap guru harus mampu

mengembangkan sikap dan persepsi murid yang positif agar murid-murid betah dan

memperoleh kenikmatan dalam belajar. Seorang murid yang merasa tidak nyaman

berada di dalam kelas, tidak akan sepenuhnya terlibat dalam kegiatan belajar.

Agar siswa memiliki sikap dan persepsi yang positif maka perlu didukung

oleh proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Salah satu penyebab

kurangnya persepsi dan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran adalah kebiasaan

guru yang mengajar dengan menggunakan model pembelajaran yang kurang

bervariatif dan tidak sesuai dengan tahap perkembangan psikologis siswa.

Agar pembelajaran menjadi aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan sesuai


3

dengan tahapan perkembangan psikologis siswa, maka diusulkan penggunaan

pembelajaran berbasis ramah anak melalui teknik permainan “Dokar Lipat” pada

pembelajaran perkembangbiakan makhluk hidup di kelas VI semester 1 MIN 1

Malang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka

secara operasional rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini dapat

diuraikan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan “Dokar

Lipat” dapat meningkatkan kemampuan memahami konsep siswa?

2. Bagaimanakah pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan “Dokar

Lipat” dapat meningkatkan sikap siswa terhadap pelajaran IPA?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini dapat

dideskripsikan sebagai berikut.

1. Ingin mengetahui bagaimanakah pembelajaran dengan menggunakan teknik

permainan “Dokar Lipat” dapat meningkatkan sikap positif siswa kelas VI D di

MIN I Malang.

2. Ingin mengetahui bagaimanakah dengan menggunakan permainan “Dokar Lipat”

dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas VI D MIN 1

Malang.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada hasil kajian teoretis maka hipotesis yang diajukan pada

penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.


4

1. Jika pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan “Dokar Lipat”

dilaksanakan maka dapat meningkatkan sikap siswa Kelas VI D MIN 1 Malang

pada pelajaran IPA.

2. Jika pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan “Dokar Lipat”

dilaksanakan maka dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pada

pembelajaran perkembangbiakan makhluk hidup siswa kelas VI D MIN 1 Malang.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari sisi guru, siswa, sekolah, perancang

pembelajaran dan peneliti lain yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Manfaat penelitian bagi guru adalah (1) memberikan model pembelajaran

alternatif bagi guru tentang penggunaan pendekatan pembelajaran yang aktif,

kreatif, efektif dan menyenangkan dalam menunjang perolehan hasil

pembelajaran IPA di SD-MI berupa kemampuan memahami konsep

perkembangbiakan makhluk hidup, (2) memberikan model pembelajaran IPA

yang lebih bermakna dengan pendekatan permasalahan sehari-hari, (3) membantu

dalam merancang program pembelajaran yang mampu meningkatkan sikap positif

siswa terhadap mata pelajaran IPA dan (4) meningkatkan efektivitas pembelajaran

dalam pencapaian kemampuan memahami konsep.

2. Manfaat bagi penulis adalah mendapatkan pengalaman dalam menerapkan

pembelajaran IPA yang interaktif dalam upaya peningkatan kemampuan

memahami konsep perkembangbiakan makhluk hidup dan sikap positif siswa

terhadap pelajaran IPA.

3. Manfaat penelitian bagi murid adalah agar siswa dapat belajar IPA yang sesuai

dengan tingkat perkembangan dan kebutuhannya, dan agar murid dapat belajar
5

IPA dengan lebih menyenangkan sehingga akan terpupuk sikap positif bahwa IPA

adalah pelajaran yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupan mereka.

4. Manfaat untuk sekolah adalah membantu meningkatkan kualitas pembelajaran IPA,

sehingga akan dapat memperbaiki mutu lulusan sekolah tersebut, dan membantu

dalam meningkatkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran IPA.

5. Manfaat untuk perancang pembelajaran adalah memberikan data empirik dan

teoretis bagi perancang pembelajaran dalam menyusun bahan ajar dalam rangka

kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran IPA.

6. Manfaat bagi peneliti lain yang menaruh minat terhadap penelitian sejenis adalah

dapat menjadikannya sebagai referensi untuk memperluas ruang lingkup kajian

dalam penelitian berikutnya.

G. Definisi Operasional

Penulis menggunakan beberapa definisi operasional yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut.

1. Sikap siswa pada pelajaran IPA merupakan organisasi pendapat dan keyakinan

seorang siswa terhadap pelajaran IPA yang dinyatakan dalam derajad perasaan

positif atau negatif, dan memberikan dasar kepada seorang siswa untuk membuat

respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.

2. Perolehan belajar memahami konsep pada pelajaran IPA adalah skor yang

diperoleh siswa setelah melalui perlakuan dan diukur melalui tes hasil belajar IPA

dengan alat ukur yang dibuat oleh peneliti.

3. Permainan “Dokar Lipat” adalah permainan yang dikembangkan penulis untuk

membuat suasana pembelajaran yang interaktif. Dokar lipat merupakan akronim

dari Do (Dolanan), Kar (Kartu), Li (Lintas) dan Pat (Pendapat).


6

BAB II

KAJIAN TEORI

Bab II ini membahas beberapa hal yang memberikan sumbangan teoretis

dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas meliputi: (1) tujuan pembelajaran IPA di

Madrasah Ibtidaiyah, (2) hasil belajar kemampuan memahami konsep, (3) sikap murid

dan pengaruhnya terhadap hasil belajar IPA, dan (4) permainan ‘Dokar Lipat’.

A. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Mata pelajaran IPA memiliki karakteristik yang sangat kompleks. IPA,

mengandung makna mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,

menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana, baik tentang gejala

alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan

diterapkan dalam lingkungan dan teknologi (Puskur, 2002).

Karakteristik pelajaran IPA yang kompleks tersebut secara tidak langsung

menggiring para guru untuk kreatif, inovatif, dan antisipatif terhadap keefektifan

pembelajarannya di sekolah. Hal ini dapat dilakukan oleh para guru mulai dari

pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik sub pokok bahasan,

pengemasan rancangan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi

pelajaran dan karakteristik pebelajar, dan pemilihan strategi yang tepat dalam

mengimplementasikan pembelajaran di kelas.

Dalam setting kelas, siswa lebih banyak belajar dari teman yang satu ke teman

yang lain daripada gurunya (Lundgren, 1994). Konsekuensinya, pengembangan

komunikasi yang efektif seharusnya tidak ditinggalkan demi kesempatan belajar

tersebut. Metode pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk

berinteraksi dan memiliki dampak positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya.
7

Siswa akan lebih mudah mengkonstruksi pengetahuannya jika mereka saling

mendiskusikan masalah yang dihadapinya dengan temannya (Slavin, 1994). Slavin

(1994) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dapat

menghasilkan pemikiran dan tantangan perubahan miskonsepsi siswa. Di pihak lain,

Samani (1996) menyatakan bahwa jika siswa memiliki keterampilan kooperatif

tingkat mahir, maka mereka akan memiliki kemampuan mengelaborasi suatu konsep

yang akan menghasilkan suatu pemahaman lebih dalam dan hasil belajar yang lebih

tinggi yang pada akhirnya akan menumbuhkan motivasi positif dan sikap yang lebih

baik.

Pendekatan dalam pembelajaran IPA sebagaimana dinyatakan dalam Undang-

Undang No. 2 Tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah No. 22 Th. 2006 adalah IPA dan

teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan IPA dan teknologi

dipertimbangkan sebagai sesuatu hal yang penting dalam keseluruhan komponen

pendidikan untuk para siswa. Selain itu, tampak adanya kesadaran untuk perlunya

menekankan hubungan antara IPA dan teknologi. Dalam Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar (Permendiknas, 2006) dinyatakan bahwa fungsi pendidikan IPA di

SD/MI adalah mengembangkan pengetahuan tentang alam semesta, melatih

keterampilan IPA, dan membangun pemahaman tentang teknologi dan aplikasinya

dalam kehidupan sehari-hari.

Peraturan Pemerintah No. 060/U/1993 tentang Pendidikan Dasar secara

tegas menunjukkan bahwa guru seharusnya mulai menggunakan pendekatan proses

dan kegiatan pemecahan masalah untuk meningkatkan pemahaman konsep.

Pendekatan ini membutuhkan pemahaman guru akan pentingnya bertanya sebagai

wahana mengembangkan kemampuan berpikir kritis.


8

B. Kemampuan Memahami Konsep

Memahami konsep merupakan hasil utama pembelajaran. Konsep-konsep

merupakan batu-batu pembangun berpikir. Konsep-konsep merupakan dasar bagi

proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan

generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus

mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-

konsep yang diperolehnya. Menurut Ausubel (1968), konsep diperoleh dengan dua

cara, yaitu formasi konsep (concept formation) dan asimilasi konsep (concept

assimilation). Menurut Gagne (1985), formulasi konsep dapat disamakan dengan

belajar konsep-konsep konkrit. Asimilasi konsep merupakan cara utama untuk

memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah.

Untuk memahami suatu konsep siswa perlu didorong memiliki kemampuan

untuk mengorganisasi, memproses, menyimpan, dan mengungkapkan kembali

struktur pengetahuan atau informasi yang telah diperolehnya. Tanda adanya

kemampuan mengorganisasi, memproses, menyimpan, dan mengungkapkan kembali

secara efisien kemampuan mental seseorang, sama halnya dengan komputer canggih

yang dilengkapi dengan program operasinya. Dalam hal ini konsep merupakan alat di

mana seseorang mengorganisasi informasi amat esensial yang merupakan program

untuk mengoperasikan sejumlah informasi yang akan diterima oleh seseorang.

Bloom (dalam Degeng, 1990) mengklasifikasi hasil pembelajaran menjadi tiga

ranah, yaitu ranah kognitif, sikap, dan psikomotorik. Ranah kognitif menaruh

perhatian pada pengembangan kapabilitas dan intelektual. Ranah sikap, berkaitan

dengan pengembangan perasaan, sikap nilai, dan emosi. Ranah psikomotorik,

berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif atau keterampilan motorik. Lebih


9

jauh Bloom (dalam Degeng, 1990) mengklasifikasi lebih lanjut ranah kognitif menjadi

6, dan tiap-tiap klasifikasi dikembangkan lagi menjadi bagian-bagian klasifikasi yang

lebih khusus. Semua klasifikasi diurut secara hierarkhis dari yang paling sederhana

sampai yang paling kompleks.

Keenam klasifikasi ranah kognitif Bloom adalah (1) pengetahuan, klasifikasi

yang menekankan pada mengingat, apakah dengan mengungkapkan atau mengenal

kembali sesuatu yang telah pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan, (2)

pemahaman, klasifikasi ini menekankan pada pengubahan informasi ke bentuk yang

lebih mudah dipahami, (3) penerapan, menggunakan abstraksi pada situasi tertentu

dan konkrit, tekanannya adalah untuk memecahkan suatu masalah, (4) analisis,

memilih informasi ke dalam satuan-satuan bagian yang lebih rinci sehingga dapat

dikenali fungisnya, kaitannya dengan bagian yang lebih besar, serta organisasi

keseluruhan bagian, (5) sintesis, penyatuan bagian-bagian untuk membentuk suatu

kesatuan yang baru dan unik, dan (6) penilaian, pertimbangan-pertimbangan tentang

nilai dari sesuatu untuk tujuan tertentu.

Pada penelitian ini klasifikasi ranah kognitif Bloom yang menjadi perhatian

peneliti adalah pemahaman, klasifikasi ini menekankan pada pengubahan informasi

ke bentuk yang lebih mudah dipahami,.

Merril (dalam Degeng, 1990) mengembangkan model pembelajaran yang

disebut dengan component display theory (CDT). Dalam model ini, hasil

pembelajaran diklasifikasi ke dalam dua dimensi: tingkat unjuk kerja dan tipe isi.

Klasifikasi ini hanya diterapkan dalam belajar ranah kognitif, dimensi tingkat unjuk

kerja dibagi menjadi 3, yaitu: (1) mengingat, (2) menggunakan, dan (3) menemukan,

sedangkan tipe isi pembelajaran dibedakan menjadi 4, yaitu: (1) fakta, (2) konsep, (3)
10

prosedur, dan (4) prinsip. Kombinasi dimensi unjuk kerja dan tipe isi melahirkan

matriks dua dimensi, seperti dalam Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Hasil Pembelajaran Menurut Component Display Theory Meriil

Menemukan/
Mengembangkan

Menggunakan/
Menerapkan

Mengingat/
Mengetahui

Dalam penelitian FAKTA KONSEP PROSEDUR PRINSIP

ini, penulis hanya mengambil salah satu dimensi unjuk kerja dan tipe isi yaitu

perolehan belajar mengetahui konsep. Perolehan belajar mengingat/mengetahui

konsep pada penelitian ini meliputi konsep-konsep pelajaran IPA Kelas VI SD/MI

Semester 1. Konsep-konsep tersebut meliputi; a) perkembangbiakan tumbuhan secara

vegetatif dan generatif, (b) perkembangbiakan hewan secara vegetatif dan generatif,

(c) metamorfosis pada hewan, dan (d) makhluk hidup menerima dan menanggapi

rangsang.

C. Sikap Siswa dan Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar IPA

Selain penggunaan pendekatan yang tepat, keberhasilan pembelajaran IPA

juga ditentukan oleh sikap siswa terhadap pelajaran IPA. Schibeci, R.A. dan Riley,

J.P. (1985) menyatakan bahwa persepsi siswa terhadap pelajaran mempengaruhi sikap

siswa. Sikap merupakan keadaan internal seseorang yang dapat mempengaruhi

pilihannya terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya.

Sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar menjadi modal dasar untuk

memunculkan prakarsa belajar (Degeng, I.N.S., 2001b: 32). Lebih lanjut Degeng,
11

I.N.S. (2001b:32) mengungkapkan bahwa tanpa sikap dan persepsi yang positif

belajar mungkin tidak akan pernah terjadi. Oleh karena itu, setiap guru harus mampu

mengembangkan sikap dan persepsi murid yang positif agar siswa betah dan

memperoleh kenikmatan dalam belajar. Seorang siswa yang merasa tidak nyaman

berada di dalam kelas, tidak akan sepenuhnya terlibat dalam kegiatan belajar.

Thurstone (dalam Edwards, A.L., 1957:2) memandang sikap sebagai suatu

tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungan dengan

obyek-obyek psikologis. Gagne, R.M. (1985:219) mendefinisikan sikap (attitude)

sebagai suatu keadaan internal yang mempengaruhi pilihan individu terhadap

tindakan yang terarah pada benda (obyek), atau kejadian. Senada dengan Gagne,

R.M., Triandis (dalam Gagne, R.M., 1985:223) menyatakan berdasarkan dimensinya

sikap mempunyai dua dimensi yaitu kecenderungan positif dan kecenderungan

negatif.

Dari berbagai pendapat ahli di atas tentang sikap dapat ditarik suatu simpulan

bahwa sikap siswa terhadap pelajaran IPA merupakan organisasi pendapat dan

keyakinan seorang siswa terhadap pelajaran IPA yang dinyatakan dalam derajad

perasaan positif atau negatif, dan memberikan dasar kepada seorang siswa untuk

membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Jadi sikap

siswa pada pelajaran IPA akan mempengaruhi seorang siswa dalam berperilaku dan

melandasi perasaan penilaian siswa yang bersangkutan terhadap IPA.

Banyak teori yang menyatakan bahwa sikap terdiri atas beberapa

komponen atau aspek. Rosenberg dan Hofland (dalam Kaufmann,1973) menyebut

komponen afektif dan kognitif pada sikap. Dalam teori lainnya disebutkan bahwa

sikap memiliki tiga komponen dasar, yaitu kognitif, afektif atau emosional, dan
12

behavioral (Katz dan Stotland dalam Wrightsman, 1977).

Atas dasar pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sikap memiliki tiga

komponen, yaitu komponen kognitif, afektif, dan rencana perilaku atau konaktif.

Konsep sikap digunakan dalam dimensi evaluatif untuk menunjukkan senang atau

tidak senang terhadap suatu objek.

Komponen kognitif meliputi keyakinan dan ide-ide seseorang mengenai objek

sikap (Deaux dan Wrightsmann, 1984). Keyakinan sebagai unsur komponen kognitif

menjadi pertimbangan probabilistik tentang objek tertentu yang memiliki ciri-ciri

khusus. Sebagai contoh, jika seorang siswa mengatakan bahwa pelajaran IPA itu sulit,

menunjukkan probabilistik rendah atau keyakinan rendah, sebaliknya bila yakin

bahwa IPA adalah pelajaran yang mudah, menunjukkan keyakinan tinggi.

Wrightsmann (1977) menyatakan bahwa komponen kognitif berorientasi pada fakta

namun tidak sepenuhnya bebas dari sifat evaluatif.

Komponen afektif merupakan perasaan emosional seseorang terhadap suatu

objek sikap. Komponen ini ada dua kemungkinan, yaitu perasaan positif dan perasaan

negatif. Perasaan positif terhadap objek seperti rasa hormat, senang, simpatik, dan

sebaliknya perasaan negatif seperti benci, takut, sedih. Dalam banyak bahasan,

komponen ini lebih mendominasi atau mewarnai sikap dibandingkan dua

komponen lainnya (Deaux & Wrightsmann, 1984).

Komponen yang ketiga adalah konaktif atau behavioral intention. Konsep ini

mengacu pada kecenderungan seseorang mengarahkan dan membentuk perilaku

terhadap suatu objek. Seorang siswa yang tidak menyukai pelajaran IPA akan

cenderung untuk memilih sikap diam bila ditanya oleh guru, suka duduk dibelakang

agar terhindar dari perhatian guru, malas bila mengerjakan PR IPA dan sebagainya.
13

Untuk mengetahui bagaimana sikap seseorang terhadap suatu obyek tertentu,

disusun suatu skala sikap yang terdiri dari butir-butir pernyataan yang telah disunting

dan diteliti menurut suatu kriteria tertentu. Skala sikap merupakan suatu alat untuk

memperoleh suatu nilai yang menunjukkan derajad perasaan seseorang terhadap suatu

obyek psikologis tertentu. Setiap pernyataan menyatakan apa yang dikatakan tentang

suatu obyek psikologis yang dapat disetujui atau tidak disetujui.

Sesuai dengan definisi sikap yang telah dikemukakan di atas, yang dimaksud

dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran IPA adalah organisasi pendapat dan

keyakinan siswa yang dihubungkan dengan pelajaran IPA yang disertai adanya

derajad perasaan positif atau negatif, dan memberikan dasar kepada siswa untuk

membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.

Sikap siswa terhadap IPA ditunjukkan melalui tiga komponen yaitu kognitif,

afektif dan konaktif. Komponen kognitif yaitu komponen yang berkaitan dengan

pengetahuan, pandangan dan keyakinan terhadap kegunaan pelajaran IPA. Komponen

afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan perasaan senang atau tidak senang

terhadap pelajaran IPA. Perasaan murid yang bersifat positif ditunjukkannya melalui

perhatiannya yang besar dan mendalam pada pelajaran IPA. Sikap ini dapat dilihat

pada usaha, cara kerja, keinginan dan rasa kesungguhan dalam belajar IPA. Perasaan

tidak senang atau sikap negatif ditunjukkannya melalui usaha, cara kerja, kemauan

dan rasa kurang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran IPA. Komponen

konaktif adalah komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak

(kesediaan) dalam mempelajari IPA.

Sikap siswa terhadap pelajaran IPA diukur dengan suatu skala yaitu skala

sikap. Skala sikap ini disusun dengan menggunakan Summated Rating Scale atau
14

yang lebih dikenal dengan Skala Likert (skor 1 sampai 4). Skala ini dikembangkan

dengan cara menyusun sejumlah pernyataan positif dan pernyataan negatif mengenai

suatu obyek sikap, dalam hal ini adalah pelajaran IPA. Subyek dapat memberi respon

dengan menyatakan sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS) dan tidak

setuju (TS) terhadap sejumlah pernyataan yang dikemukakan kepadanya.

Berbedanya sikap antara lain berhubungan dengan derajat kesukaan dan

ketidak-sukaan siswa terhadap mata pelajaran IPA, karena sikap juga berhubungan

dengan pemenuhan keinginan siswa dapat dicapai dan luasnya pengetahuan siswa

mengenai objek sikap, dalam hal ini adalah matapelajaran IPA. Makin tinggi derajat

kesukaan, makin rendah derajat kesulitan, makin dekat objek sikap terhadap

pemenuhan kebutuhan siswa, makin sesuai objek sikap diterima dalam khasanah

pengetahuannya, akan makin tinggi pula sikap siswa terhadap mata pelajaran IPA.

Sikap yang tinggi itu cenderung membawa tindakan positif terhadap objek yang

dihadapi ( Krech., dkk dalam Suhardjono,1990).

Berbagai penelitian menunjukan bahwa sikap positif terhadap proses

pembelajaran berhubungan dengan hasil belajar yang diperolehnya, atau siswa akan

bersikap positif pada pembelajaran yang dipahaminya (Clark dalam

Suhardjono,1990). Hal ini memberikan gambaran bahwa hubungan yang kuat antara

sikap yang positif terhadap mata pelajaran IPA akan memberikan sumbangan

afektif terhadap perolehan belajar yang baik berupa tingkat pemahaman konsep.

Sikap siswa terhadap mata pelajaran IPA baik sikap yang bersifat positif

maupun negatif memberikan konstribusi yang berbeda pada perolehan belajar berupa

pemahaman konsep IPA. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran

IPA cenderung akan memiliki kemampuan yang lebih baik dari pada siswa yang
15

memiliki sikap negatif dalam pemahaman konsep. Sikap yang positif terhadap mata

pelajaran IPA sangat penting dimiliki murid karena sikap ini sangat membantu siswa

dalam memahami pelajaran.

D. Permainan Dokar Lipat

Dunia anak adalah dunia bermain. Masih segar dalam ingatan kita ketika

masa-masa kecil dulu. Masa-masa yang paling indah dimana hari-hari kita lewati

dengan bermain dan bersendau gurau dengan teman-teman. Di saat waktu istirahat

sekolah, anak-anak asyik bermain dengan riang gembira. Permainan gobak sodor,

lompat tali, ‘betengan’ dan aneka permainan lainnya mewarnai setiap kegiatan

istirahat anak-anak. Suasana ceria itu mendadak terhenti saat bel tanda masuk

dibunyikan. Spontan mereka mengucapkan ‘aduh, sudah bel!’. Rasa kecewa

mewarnai raut muka yang tadinya riang gembira. Kebebasan yang tadinya dapat

diluapkan dengan bermain kini seolah-olah sirna dengan adanya tanda bunyi bel.

Bunyi bel bagi anak-anak serasa batas nyata antara dua dunia yang berbeda, dunia

bermain dan dunia belajar. Kerinduan penulis muncul, alangkah indahnya jika

pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar atau madtrasah ibtidaiyah

menggunakan pendekatan bermain. Belajar dengan bermain. Dapatkah IPA diajarkan

dengan menggunakan teknik bermain?

Kegiatan mencongak atau dikte sering dilakukan oleh guru untuk membina

keterampilan siswa dalam memahami fakta dan konsep. Dengan latihan yang

berulang-ulang, guru berharap bahwa siswa akan dapat dengan cepat menguasai

bahan yang diajarkannya. Namun, kadang kala ada unsur kejenuhan di benak siswa

bila kegiatan dikte atau mencongak dilakukan berulang-ulang. Bahkan untuk

memberikan motivasi ekstrinsik kepada siswa guru mengadakan kegiatan mencongak


16

5 sampai 10 menit setelah jam terakhir dan siswa yang dapat menjawab dengan benar

diberi reward boleh pulang terlebih dahulu. Siswa yang pulang terlebih dulu dari

waktu yang semestinya bila dilakukan terus menerus akan berakibat semakin

banyaknya waktu yang terbuang tidak dimanfaatkan untuk belajar oleh siswa tersebut

sehingga secara tidak sadar hal ini akan menghambat perolehan belajar mereka. Oleh

karena itu harus ada upaya lain dari guru dalam membina kemampuan mengingat

konsep dan merangsang siswa agar termotivasi untuk selalu mau belajar.

Permainan “Dokar Lipat” yang dikembangkan oleh penulis dapat digunakan

sebagai alternatif bentuk permainan edukatif yang mampu meningkatkan gairah

belajar siswa dalam memahami fakta dan konsep IPA. Permainan ini saya namakan

‘Dokar Lipat’ untuk mengenang permainan yang sangat populer di waktu penulis

masih kecil yaitu bermain ‘Domino’ dan ‘Dam-Daman’. Permainan Dam-Daman

biasa dimainkan di sela-sela waktu senggang oleh dua orang. Permainan ini biasa

dilakukan dengan menggambar papan permainan di tanah dan dimainkan di bawah

pohon rindang. Permainan ini dapat melatih kemampuan seseorang dalam menyusun

suatu strategi. Penulis tergerak untuk mengembangkan permainan ini dalam rangka

menampilkan suatu pembelajaran IPA yang menyenangkan bagi siswa.

Permainan “Dokar Lipat” adalah permainan yang dikembangkan penulis untuk

membuat suasana pembelajaran IPA yang interaktif. Dokar lipat merupakan akronim

dari: Do (Dolanan), Kar (Kartu), Li (Lintas) dan Pat (Pendapat). Permainan ini terdiri

dari tiga fase, yaitu pertama, permainan lintas pendapat untuk mengungkap

kemampuan kognitif siswa, kedua: permainan ‘triad’ yang bertujuan untuk

merangsang terjadinya tutor teman sebaya dan ketiga permainan kartu

perkembangbiakan makhluk hidup secara individual mengetahui kemampuan


17

individual siswa dalam pencapaian kemampuan mengingat konsep.

Permainan dengan papan “Triad” pernah diuji-cobakan oleh penulis pada

pembelajaran matematika di kelas III dalam pembelajaran perkalian satu bilangan

dengan satu bilangan dengan hasil sampai 91. Hasil uji coba tersebut sangat bagus

baik ditinjau dari penguasaan keterampilan perkalian siswa maupun aspek sikap siswa

terhadap proses pembelajaran.


18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK

dipilih dalam penelitian ini karena peneliti ingin memecahkan permasalahan

pembelajaran IPA yang muncul di kelas. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan memahami konsep dan sikap siswa kelas VI semester I

tahun pelajaran 2005-2006 pada materi perkembang-biakan makhluk hidup di

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Malang.

Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan mengikuti alur pokok sebagai

berikut: refleksi awal, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan

perancangan ulang untuk siklus berikutnya. Pada penelitian ini, penulis melaksanakan

tiga siklus, sesuai dengan jumlah dan kompleksitas tujuan pembelajaran materi

perkembangbiakan makhluk hidup sebagaimana yang terdapat di dalam Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar jenjang SD/MI.

Secara ringkas alur pokok pada masing-masing siklus dapat ditabelkan sebagai

berikut.

Tabel 3.1 Rancangan Alur Pokok pada Setiap Siklus

No RANCANGAN ALUR POKOK


SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
Materi: Perkembang- Materi: Perkembang- Materi: Metamorfosis
biakan Tumbuhan biakan Hewan
1 Refleksi Awal - -
2 Merumuskan masalah Merumuskan masalah Merumuskan masalah
secara operasional secara operasional secara operasional
3 Merumuskan hipotesis Merumuskan hipotesis Merumuskan hipotesis
tindakan tindakan tindakan
19

Menyusun rancangan Menyusun rancangan Menyusun rancangan


tindakan. tindakan. tindakan.
a. Menyusun RPP a. Menyusun RPP a. Menyusun RPP
lengkap dengan LKS lengkap dengan LKS lengkap dengan LKS
dan alat evaluasi. dan alat evaluasi. dan alat evaluasi.
b. Menyusun inventori b. Merevisi inventori b. Membakukan
skala sikap. skala sikap. inventori skala sikap.
c. Menyusun lembar c. Merevisi lembar c. Membakukan lembar
observasi. observasi. observasi.
4 Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan
a. Pembagian inventori
skala sikap
b. Kegiatan PBM a. Kegiatan PBM a. Kegiatan PBM
1) Apersepsi 1) Apersepsi 1) Apersepsi
2) Kegiatan inti 2) Kegiatan inti 2) Kegiatan inti
a) pembentukan a) pembentukan a) pembentukan
kelompok bebas kelompok dengan acak kelompok dengan
kemampuan acak kemampuan
b) observasi b) observasi b) observasi
c) penerapan konsep c) penerapan konsep c) penerapan konsep
d) diskusi kelompok d) diskusi kelompok d) diskusi kelompok
e) presentasi e) presentasi e) presentasi
c. Permainan Lintas 3) Permainan Lintas 3) Permainan Lintas
Pendapat. Pendapat dan Kartu Pendapat, Kartu
Triad Triad dan kartu
d. Penyimpulan 4) Penyimpulan perkembangbiakan
e. Pembagian Inventori 5) Pembagian Inventori 4) Penyimpulan
Skala Sikap Skala Sikap 5) Pembagian Inventori
f. Pos Tes 6) Pos Tes Skala Sikap
6) Pos Tes
5 Pengamatan Pengamatan Pengamatan
6 Refleksi Refleksi Refleksi

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI D MIN 1 Malang semester 1 tahun

pelajaran 2005 – 2006 dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa, yang terdiri dari 13

siswa laki-laki dan 27 siswa perempuan. Kondisi lingkungan keluarga berada pada

rentangan menengah bawah, menengah dan menengah atas.

C. Teknik Pengumpulan Data


20

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik penyebaran

inventori skala sikap, catatan lapangan, wawancara dan studi dokumen. Teknik

penyebaran inventori skala sikap dan catatan lapangan digunakan menilai proses

pembelajaran dan peningkatan sikap siswa. Teknik wawancara digunakan untuk

mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran. Studi dokumen digunakan

untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

Hasil-hasil dari siklus pertama dilakukan refleksi untuk dijadikan bahan

penyempurnaan pada pelaksanaan siklus kedua. Siklus keduapun direfleksi kembali

guna penyempurnaan pada pelaksanaan siklus ketiga dan pelaksanaan selanjutnya di

lapangan.

D. Teknik Analisis Data

Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif maupun kuantitatif berdasarkan

hasil observasi terhadap sikap siswa dan hasil belajar mengingat konsep, dengan

langkah-langkah sebagai berikut: (1) melakukan reduksi, yaitu mengecek dan

mencatat kembali data-data yang telah terkumpul, (2) melakukan interpretasi, yaitu

menafsirkan yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan, (3) melakukan inferensi,

yaitu menyimpulkan apakah dalam pembelajaran ini terjadi peningkatan sikap positif

siswa dan hasil belajar berupa kemampuan mengingat konsep atau tidak, (4) tahap

tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus berikutnya

atau dalam pelaksanaan di lapangan setelah siklus berakhir berdasar inferensi yang

telah ditetapkan, dan (5) pengambilan kesimpulan, berdasarkan analisis hasil-hasil

observasi yang disesuaikan dengan tujuan penelitian ini, kemudian dituangkan dalam

bentuk interpretasi berbentuk pernyataan.

Kegiatan analisis data mempergunakan pedoman sebagai berikut.


21

1) Meningkatnya sikap positif siswa terhadap pelajaran IPA ditunjukkan melalui tiga

komponen yaitu kognitif, afektif dan konaktif. Komponen kognitif yaitu

komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan dan keyakinan

terhadap kegunaan pelajaran IPA. Komponen afektif yaitu komponen yang

berhubungan dengan perasaan senang atau tidak senang terhadap pelajaran IPA.

Perasaan murid yang bersifat positif ditunjukkannya melalui perhatiannya yang

besar dan mendalam pada pelajaran IPA. Sikap ini dapat dilihat pada usaha, cara

kerja, keinginan dan rasa kesungguhan dalam belajar IPA. Perasaan tidak senang

atau sikap negatif ditunjukkannya melalui usaha, cara kerja, kemauan dan rasa

kurang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran IPA. Komponen

konaktif adalah komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak

(kesediaan) dalam mempelajari IPA. Sikap murid terhadap pelajaran IPA diukur

dengan suatu skala yaitu skala sikap. Skala sikap ini disusun dengan

menggunakan Summated Rating Scale atau yang lebih dikenal dengan Skala

Likert (skor 1 sampai 4). Skala ini dikembangkan dengan cara menyusun sejumlah

pernyataan positif dan pernyataan negatif mengenai suatu obyek sikap, dalam hal

ini adalah pelajaran IPA. Subyek dapat memberi respon dengan menyatakan

sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS) dan tidak setuju (TS)

terhadap sejumlah

pernyataan yang dikemukakan kepadanya. Kriteria penentuan sikap siswa adalah

sebagai berikut:

Skor 0 - 25 : Rendah Skor 26 – 50 : Kurang

Skor 51 – 75 : Cukup Skor 76 – 100 : Tinggi


22

2) Hasil pengumpulan data sikap siswa sebelum pembelajaran akan dibandingkan

dengan data sikap siswa setelah akhir kegiatan pada siklus I. Sikap positif siswa

dinyatakan naik apabila terjadi peningkatan sikap yang signifikan antara sebelum

perlakuan dengan setelah perlakuan.

3) Meningkatnya hasil belajar siswa ditandai dengan indikator hasil belajar (nilai

ulangan akhir pembelajaran) menjadi lebih baik (meningkat) daripada hasil belajar

sebelum penelitian. Untuk keperluan ini peneliti menggunakan teknik analisis

deskriptif yaitu uji beda dengan menggunakan rumus uji-T untuk data

berpasangan.

1) Seluruh analisis statistika dibantu dengan menggunakan program SPSS 13 for

Windows dengan taraf signifikansi 0,05 atau taraf kepercayaan 95%.


23

BAB IV

HASIL – HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian pada Siklus I

Penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan sikap murid terhadap pelajaran

IPA dan pencapaian kemampuan memahami konsep perkembangbiakan makhluk

hidup telah dilaksanakan di MIN 1 Malang mulai tanggal 19 Juli sampai dengan 6

Agustus 2005 sesuai dengan rancangan pembelajaran dan tahapan-tahapan yang telah

direncanakan. Berikut disajikan paparan data hasil penelitian tindakan kelas tersebut.

1. Sikap Siswa Pada Pelajaran IPA.

Pada kegiatan awal, sebelum memulai pembelajaran, penulis mengedarkan

inventori skala sikap untuk mengetahui kondisi awal sikap siswa pada pelajaran IPA.

Inventori skala sikap ini diadaptasi dari skala sikap yang dikembangkan oleh Suyanto

(2005) dengan mengalami beberapa penyesuaian. Pada akhir siklus I, penulis kembali

mengedarkan inventori skala sikap untuk mengetahui sikap siswa setelah diberi

perlakuan (akhir siklus I). Untuk selanjutnya kedua data tersebut dicari rata-ratanya

untuk menentukan perbandingan antara sikap sebelum siklus I dan sikap siswa pada

akhir siklus I.

Perbandingan rata-rata skor sikap awal dan akhir siklus I tersebut dapat

divisualisaikan dengan Gambar 4.1. Berdasarkan Gambar 4.1 maka dapat disimpulkan

bahwa sikap siswa terhadap pelajaran IPA pada akhir siklus I lebih tinggi bila

dibandingkan dengan sikap siswa pada awal siklus I. Hal ini berarti bahwa
24

penggunaan model pembelajaran IPA dengan menggunakan permainan “Dokar Lipat”

dapat meningkatkan skor sikap siswa pada akhir siklus I. Namun demikian,

penulis perlu menguji secara statistika, apakah perbedaan tersebut cukup signifikan.

Gambar 4.1 Perbandingan Sikap Siswa antara Awal Siklus I dengan Akhir
Siklus I.

Untuk mengetahui apakah perbedaan rata-rata skor sikap siswa tersebut

signifikan atau tidak secara statistika maka dilakukan analisis uji beda dengan

menggunakan teknik Uji T rata-rata dua sampel berpasangan (Compare means paired

samples T test) dengan bantuan program SPSS 13 for Windows. Kriteria pengujian

adalah sebagai berikut.

(1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak ada perbedaan perbedaan yang

signifikan antara kedua data rata-rata skor sikap tersebut.

(2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka ada perbedaan perbedaan yang signifikan

antara kedua data rata-rata skor sikap tersebut.

Berdasarkan hasil analisis uji beda seperti tampak pada Tabel 4.2 tersebut

menunjukkan bahwa angka signifikansi sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini dapat

disimpulkan bahwa berbedaan rata-rata sikap sebelum dan sesudah siklus I adalah

signifikan. Dengan demikian maka pembelajaran dengan menggunakan teknik


25

permainan ‘Dokar Lipat’ dapat meningkatkan sikap siswa terhadap pelajaran IPA

pada akhir siklus I.

Tabel 4.1 Hasil Uji Beda Rata-Rata Skor Sikap Siswa Awal dan Akhir Siklus I.

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Sikap Siswa Sebelum
1 Perlakuan - Sikap -2,800 3,473 ,549 -3,911 -1,689 -5,099 39 ,000
Siswa Setelah Siklus I

2. Kemampuan Memahami Konsep

Untuk mengetahui kemampuan memahami konsep maka penulis mengadakan

tes akhir pembelajaran (post test) yang dilaksanakan pada akhir siklus I. Dengan

berpedoman pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75 maka data nilai

kemampuan memahami konsep siswa tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu

nilai yang berada di bawah ketuntasan (<75) dan nilai kemampuan memahami konsep

yang berada di atas ketuntasan (< 75). Data nilai kemampuan memahami konsep

tersebut dapat disajikan pada lapiran 17.

Berdasarkan data pada lampiran 17, tampak bahwa rata-rata memahami

konsep kelas VI D MIN 1 Malang adalah sebesar 83,25. Jauh lebih meningkat

dibandingkan rata-rata nilai pokok bahasan yang sama siswa pada tahun sebelumnya

yang rata-rata sebesar 78,26. Namun demikian, masih ada tantangan permasalahan

dimana jumlah siswa yang berada di bawah ketuntasan belajar masih cukup tinggi

yaitu 12 siswa (30%). Hal tersebut menjadi dasar bagi penulis untuk merancang ulang

proses pembelajaran yang diimplementasikan pada siklus II.

3. Rekomendasi Siklus Pertama.


26

Meskipun secara kuantitatif dan statistik pada siklus pertama ini terjadi

peningkatan sikap positif siswa dan kemampuan memahami konsep terhadap pokok

bahasan perkembangbiakan tumbuhan, tetapi beberapa catatan penyempurnaan

masih perlu dilakukan, antara lain sebagai berikut.

a. Perlu adanya aturan main yang disepakati bersama agar seluruh siswa dapat

mengembangkan kemampuan akademisnya secara optimal.

b. Aturan main tersebut antara lain adalah pertama, tidak ada kelompok yang selesai

bekerja sebelum seluruh anggota kelompoknya memahami hasil diskusi kelompok

kecil dan kedua, skor kelompok bukanlah jumlah skor masing-masing anggota

kelompok, tetapi jumlah peningkatan nilai yang diperoleh oleh masing-masing

anggota kelompok.

c. Tempat duduk siswa sebaiknya diubah agar terjadi diskusi yang lebih interaktif,

misalnya dengan formasi huruf U atau setengah lingkaran.

d. Setiap siswa sebaiknya mempunyai LKS sendiri-sendiri, sehingga mereka akan

lebih aktif dalam menggali informasi dan observasi.

e. Papan permainan dan kartu lintas pendapat perlu digandakan sesuai dengan

jumlah kelompok atau siswa.

B. Hasil Penelitian pada Siklus II

Dengan memperhatikan rekomendasi pada siklus pertama, penulis berusaha

menerapkannya pada siklus kedua dengan hasil-hasil sebagai berikut.

1. Sikap Siswa Terhadap Pelajaran IPA

Dari data sikap siswa pada lampiran 16 tampak bahwa sikap siswa kelas VI D

MIN 1 Malang pada akhir siklus II berada pada rentangan cukup sampai dengan tinggi

dengan rata-rata sikap siswa dikelas VI D adalah tinggi (82,375). Hal ini berarti
27

bahwa sikap positif siswa pada akhir siklus II lebih meningkat dibandingkan dengan

sikap siswa pada akhir siklus I yang rata-rata adalah 76,1. Jumlah siswa yang bersikap

tinggi (positif) terhadap pelajaran IPA juga meningkat dari 24 siswa (60%) pada akhir

siklus I menjadi 37 siswa (92,5 %) pada akhir siklus II. Namun demikian, pada akhir

siklus II ini masih terdapat 3 siswa (7,5 %) yang masih bersikap cukup terhadap

pelajaran IPA.

Perbandingan rata-rata skor sikap akhir siklus I dan akhir siklus II tersebut

dapat divisualisasikan dengan menggunakan Gambar 4.2. Berdasarkan Gambar 4.2

maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa pada akhir siklus II lebih tinggi bila

dibandingkan dengan sikap siswa pada akhir siklus I.

Gambar 4.2 Perbandingan Sikap Siswa antara Akhir Siklus I dengan


Akhir Siklus II.

Hasil Uji T untuk data berpasangan terhadap sikap siswa pada akhir siklus I

dan akhir siklus II tampat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Uji Beda Rata-Rata Skor Sikap Akhir Siklus 1 dengan Siklus 2.

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Sikap Siswa Setelah
1 Siklus I - Sikap Siswa -3,475 3,366 ,532 -4,552 -2,398 -6,529 39 ,000
Setelah Siklus 2
28

Berdasarkan hasil analisis uji beda seperti tampak pada Tabel 4.2 tersebut

menunjukkan bahwa angka signifikansi sebesar 0,000 (<0,05). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan

“Dokar Lipat” dapat meningkatkan sikap siswa terhadap pelajaran IPA pada

akhir siklus II.

2. Hasil Belajar Memahami Konsep

Berdasarkan data pada lampiran 17, tampak bahwa rata-rata memahami

konsep kelas VI D MIN 1 Malang pada akhir siklus II sebesar 90,8. Ini berarti terjadi

peningkatan nilai sebesar 6,975 bila dibandingkan dengan nilai rata-rata pada akhir

siklus I (83,825). Begitu pula untuk jumlah siswa yang berada di atas standar

ketuntasan belajar minimal, meningkat 27,5% dari 28 siswa (70%) menjadi 39 siswa

(97,5%).

Perbandingan skor rata-rata kemampuan memahami konsep akhir siklus I dan

akhir siklus II tersebut dapat divisualisasikan dengan menggunakan Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Perbandingan Kemampuan Memahami Konsep antara Akhir


Siklus I dengan Akhir Siklus II.
29

Berdasarkan Gambar 4.3 maka dapat disimpulkan bahwa nilai kemampuan

memahami konsep siswa pada akhir siklus II lebih tinggi bila dibandingkan dengan

nilai siswa pada akhir siklus I. Hal ini berarti ada peningkatan kemampuan memahami

konsep siswa yang disebabkan oleh penggunaan teknik permainan “Dokar Lipat”.

Hasil pengujian perbedaan rata-rata kemampuan memahami konsep akhir

siklus I dan akhir siklus II tersebut disajikan pada Tabel 4.3. Pengujian terhadap

perbedaan kemampuan memahami konsep antara akhir siklus I dan akhir siklus II

menghasilkan nilai probabilitas (Sig) sebesar 0,000 jauh di bawah 0,05. Karena

probabilitas (Sig) 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan teknik permainan “Dokar Lipat” dapat meningkatkan kemampuan

memahami konsep siswa kelas VI D MIN 1 Malang.

Tabel 4.3 Hasil Uji Beda Rata-Rata Kemampuan Memahami Konsep Akhir
Siklus I dan Akhir Siklus II
Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Nilai Mengingat Konsep
1 Siklus 1 - Nilai Mengingat -6,975 5,976 ,945 -8,886 -5,064 -7,381 39 ,000
Konsep Siklus 2

3. Rekomendasi Siklus II

Berdasarkan hasil pengumpulan data, observasi, analisis data pada siklus

kedua dan diskusi dengan guru kolaborator, penulis melakukan refleksi perbaikan

pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus kedua ini sebagai berikut.

1) Untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik, maka guru perlu membuatkan

rangkuman tertulis hasil diskusi kelas yang dituliskan di papan tulis atau dalam

bentuk foto kopian yang disebarkan kepada seluruh siswa.

2) Siswa yang terlihat kurang antusias terhadap permainan perlu ditunjuk untuk
30

menjadi pemain utama agar terlibat secara aktif selama kegiatan bermain.

3) Agar terjadi tutor teman sebaya yang lebih intensif, maka jumlah siswa dalam

kelompok perlu lebih diperkecil, dari lima orang menjadi empat orang dalam

setiap kelompok.

4) Siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah perlu

disebar secara merata kepada seluruh kelompok sehingga secara akademis

masing-masing kelompok akan setara. Hal ini juga dimaksudkan untuk

meningkatkan interaksi siswa dalam kelompok dan sehingga terjadi tutor teman

sebaya yang lebih berkualitas.

C. Hasil Penelitian pada Siklus III

Dengan memperhatikan rekomendasi pada siklus kedua, penulis berusaha

melakukan penyempurnaan pada siklus ketiga dengan hasil-hasil sebagai berikut.

1. Sikap Siswa Terhadap Pelajaran IPA

Dari data pada lampiran 16, tampak bahwa sikap siswa kelas VI D MIN I

Malang pada akhir siklus III berada pada rentangan cukup sampai dengan tinggi

dengan rata-rata sikap siswa di kelas VI D adalah tinggi (85,175). Hal ini lebih

meningkat dibandingkan dengan sikap siswa pada akhir siklus II yang rata-rata adalah

82,375. Jumlah siswa yang bersikap tinggi (positif) terhadap pelajaran IPA juga

meningkat dari 37 siswa (92,5%) pada akhir siklus II menjadi 39 siswa (97,5 %) pada

akhir siklus III. Namun demikian, pada akhir siklus III ini masih terdapat 1 siswa

(2,5%) yang masih bersikap cukup terhadap pelajaran IPA.

Perbandingan rata-rata skor sikap akhir siklus II dan akhir siklus III tersebut

dapat divisualisasikan dengan menggunakan Gambar 4.4. Berdasarkan Gambar 4.4

maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa pada akhir siklus III lebih tinggi bila
31

dibandingkan dengan sikap siswa pada akhir siklus II. Hal ini berarti ada peningkatan

sikap positif siswa yang disebabkan oleh penggunaan teknik permainan “Dokar

Lipat”.

Gambar 4.4 Perbandingan Skor Sikap Siswa antara Akhir Siklus II dengan
Akhir Siklus III.
Hasil analisis uji T untuk data berpasangan dapat diperlihatkan pada Tabel 4.4.

Pengujian terhadap perbedaan skor sikap siswa terhadap pelajaran IPA antara

akhir siklus II dan akhir siklus III menghasilkan nilai probabilitas (Sig) sebesar 0,000

jauh di bawah 0,05. Karena probabilitas (Sig) 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan sikap siswa pada akhir siklus II dengan sikap siswa pada akhir

siklus III. Sikap siswa pada akhir siklus III lebih baik dibanding sikap siswa pada

akhir siklus II. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

teknik permainan ‘Dokar Lipat’ dapat meningkatkan sikap siswa kelas VI D MIN 1

Malang terhadap pelajaran IPA pada akhir siklus III.

Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Skor Sikap Siswa terhadap Pelajaran IPA pada
Akhir Siklus II dan Akhir Siklus III.

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Sikap Siswa Setelah
1 Siklus 2 - Sikap Siswa -2,800 3,510 ,555 -3,922 -1,678 -5,046 39 ,000
Setelah Siklus 3

2. Hasil Kemampuan Memahami Konsep


32

Berdasarkan paparan data pada lampiran 17, maka secara kuantitatif nilai rata-

rata kemampuan memahami konsep siswa kelas VI D lebih meningkat pada akhir

siklus III dibandingkan pada akhir siklus II. Pada akhir siklus III terjadi

peningkatan skor kemampuan memahami konsep sebesar 2,925 dibandingkan akhir

siklus II.

Perbandingan rata-rata nilai kemampuan memahami konsep akhir siklus II dan

akhir siklus III tersebut dapat divisualisasikan dengan menggunakan Gambar 4.5

berikut.

Gambar 4.5 Perbandingan Kemampuan Memahami Konsep antara Akhir


Siklus II dengan Akhir Siklus III.

Pengujian terhadap perbedaan kemampuan memahami konsep antara

akhir siklus II dan akhir siklus III menghasilkan nilai probabilitas (Sig) sebesar 0,000

jauh di bawah 0,05. Karena probabilitas (Sig) 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan kemampuan memahami konsep antara hasil tes pada akhir

siklus II dengan akhir siklus III. Kemampuan memahami konsep pada akhir siklus III

lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan memahami konsep pada akhir siklus II.

Hal dapat disimpulkan pula bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknik


33

permainan ‘Dokar Lipat’ dapat meningkatkan kemampuan memahami konsep siswa

kelas VI D MIN 1 Malang pada akhir siklus III.

Tabel 4.5 Hasil Uji T Nilai Rata-Rata Kemampuan Memahami Konsep


Akhir Siklus I dan Akhir Siklus II
Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Nilai Mengingat Konsep
1 Siklus 2 - Nilai Mengingat -2,925 4,779 ,756 -4,453 -1,397 -3,871 39 ,000
Konsep Siklus 3

3. Rekomendasi Siklus III

Berdasarkan hasil siklus III, penulis merekomendasikan bahwa model

pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan “Dokar Lipat” dapat digunakan

sebagai salah satu model alternatif dalam pembelajaran IPA kelas VI pada konsep

pembelajaran perkembangbiakan makhluk hidup. Model pembelajaran ini dapat

menciptakan proses pembelajaran yang membuat siswa aktif, kreatif, dan

menyenangkan, serta proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dalam

pencapaian kemampuan memahami konsep dan sikap positif siswa terhadap pelajaran

IPA. Implementasi model pembelajaran dengan menggunakan permainan “Dokar

Lipat” akan lebih efektif bila ditunjang dengan persiapan guru yang lebih matang,

terutama penggandaan kartu lintas pendapat dan papan Triad Lintas Pendapat.
34

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan Hasil Penelitian

1. Penggunaan model pembelajaran menggunakan teknik permainan “Dokar Lipat”

dapat meningkatkan sikap siswa pada pelajaran IPA di kelas VI D MIN 1 Malang.

2. Penggunaan model pembelajaran dengan teknik permainan “Dokar Lipat” dapat

meningkatkan kemampuan memahami konsep perkembangbiakan makhluk hidup

siswa Kelas VID MIN 1 Malang.

B. Saran-Saran

1. Saran-saran untuk pemanfaatan hasil penelitian

a. Untuk meningkatkan kemampuan memahami konsep dan menumbuh-

kembangkan sikap positif siswa pada pelajaran IPA di sekolah dasar/madrasah

ibtidaiyah, disarankan agar pembelajaran IPA dengan menggunakan permainan

“Dokar Lipat” dipilih sebagai alternatif.

b. Dianjurkan pula agar model pembelajaran IPA dengan permainan ‘Dokar Lipat’

dalam implementasinya di kelas, pembelajaran diawali dengan mengajak siswa ke

dalam suatu lingkungan yang nyata dengan memberikan masalah kontekstual

(“dunia nyata”), sehingga memungkinkan siswa untuk mengembangkan

kemampuan penalaran dan menggunakan pengalaman sebelumnya secara

langsung untuk memecahkan masalah. 

c. Untuk menciptakan interaksi belajar yang baik, seyogyanya guru memberikan

waktu saling membelajarkan yang cukup untuk siswa dan pemberian motivasi

yang mengarahkan mereka agar lebih aktif dalam proses pembelajaran. Guru
35

seyoyanya tidak terlalu cepat untuk memberikan bantuan jawaban, tetapi

seharusnya memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk mengarahkan jawaban

siswa pada suatu konsep yang akan ditemukan.

2. Saran-saran untuk penelitian lanjutan.

a. Penelitian lanjutan hendaknya dapat diarahkan pada bidang studi yang lain

terutama untuk materi-materi yang diangap sulit oleh siswa, misalnya untuk

pelajaran matematika.

b. Belum tersedianya bahan ajar dalam pembelajaran IPA dengan memanfaatkan

teknik permainan secara layak ditinjau dari segi desain pesan pembelajaran

memungkinkan untuk diadakan penelitian dan pengembangan terhadap bahan ajar.


36

DAFTAR RUJUKAN

Ausubel, D.P. et.al. 1968. Educational Psychology: A Cognitive View. New York:
Macmillan Publishing.

Degeng, I.N.S.1990. Desain Pembelajaran: Teori ke Terapan, Malang:


Penyelenggaraan Pendidikan Pascasarjana. Proyek Peningkatan Perguruan
Tinggi.

Degeng, I.N.S. 2001. Teori Pembelajaran 2: Terapan (Draft), Malang: Program


Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka.

Edwards, A.L. 1957. Techniques of Attitude Scale Construction, Washington:


Appleton Century Crofts, Inc.

Gagne, R.M. 1985. The Condition of Learning and Theory of Instruction, Fourth
Edition, New York: Holt Reinehard and Winston.

Kaufmann, H. 1973. Social Psychology: The Study of Human Interaction, New York:
Holt, Rinehart and Winston.

Lundgren, L. 1994. Cooperative Learning in the Science Classroom. New York: Mc.
Grow-Hill. Pp. 5-40.

Merrill, M.D. 1983. Component Display Theory, dalam C.M. Reigeluth (Ed).
Instructional-Design Theories and Models: An overview of their current
status, Hillsdale, N.J: Lawrence Erlbaum Associates, 278-334.

Puskur. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Balitbang-Depdiknas.

Samani, M. 1996. Memperkenalkan Keterampilan Kooperatif. Makalah. Disampaikan


dalam Penyegaran dan Pelatihan Penelitian bagi Guru-Guru Pembina KIR
SMU di IKIP Surabaya, 26 Agustus – 7 September 1996.

Schibeci, R.A & Riley, J.P.1986. Influence of Students Beckground and Persepstions
on Science Attitudes and Acheivement. Journal of Research in Science
Teaching. Vol. 23. No. 3, hlm. 177-187.

Setyasari, P. 1991. Pangaruh Variasi Pemberian Latihan dalam Pengajaran


Matematika terhadap Prestasi Belajar dan Sikap Siswa Sekolah Dasar. Tesis
tidak diterbitkan, Malang: Program Pascasarjana IKIP Malang.
Slavin, R. E. 1994. Educational Psychology: Theory And Practice, Massachusetts:
Paramount Publishing.

Suhardjono. 1990. Pengaruh Gaya Kognitif dan Perancangan Pengajaran


Berdasarkan Component Display Theory terhadap Perolehan Belajar, Retensi
dan Sikap. Disertasi tidak diterbitkan: Program Pasca Sarjana IKIP Malang.
37

Lampiran 1 . Daftar Riwayat Hidup Penulis

Suyanto adalah seorang laki-laki kelahiran desa


Kandat kecamatan Kandat kabupaten Kediri pada hari Rabu
Legi tanggal 9 Januari 1967, anak kedua dari enam
bersaudara, pasangan Bapak Sukari bin Mustangin (alm)
dan Ibu Tukini binti Paijo. Semenjak kecil telah bercita-cita
untuk menjadi seorang guru. Pendidikan dasar dan
menengah telah ditempuh di kampung halamannya. Tamat
SD Kandat II tahun 1980, SMPN 1 Kandat tahun 1983, dan
SMAN II Kediri jurusan IPA lulus tahun 1986.
Berbekal kemauan yang keras ia mewujudkan cita-citanya dengan menempuh
pendidikan S-1 di IKIP Malang mengambil jurusan Pendidikan Kimia dengan
mendapatkan beasiswa Supersemar hingga selesai tahun 1990. Selama menjadi
mahasiswa aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan dipercaya menjadi Pembantu
Umum di Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia tahun 1987, menjadi seksi
Penelitian HMJ Kimia tahun 1988 dan menjadi Wakil Ketua Senat Mahasiswa
FPMIPA IKIP Malang tahun 1989-1990. Prestasi yang pernah diraih selama menjadi
mahasiswa, salah satunya adalah Juara III Mahasiswa Berprestasi FPMIPA IKIP
Malang tahun 1990.
Setelah menamatkan pendidikannya, dia langsung terjun ke dunia pendidikan
dengan menjadi Assisten Laboratorium jurusan Pendidikan Kimia IKIP Malang tahun
1990-1992, guru Kimia di SMA Diponegoro Tumpang Malang tahun 1990 – 1993,
guru Kimia Madrasah Aliyah Diponegoro Tumpang tahun 1993, mengajar di
beberapa Lembaga Bimbingan Belajar dan terakhir menjadi guru IPA dan Matematika
di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Malang tahun 1995 sampai sekarang.
Program Magister diselesaikan dengan bantuan tugas belajar dari Komite
Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Malang sampai selesai. Selain sebagai guru, dia juga
aktif menjadi Trainner Matematika di Konsorsium Pendidikan Islam Surabaya dan
bekerjasama dengan Plan Indonesia untuk memberikan pelatihan kepada guru-guru
SD binaan Plan di wilayah Nusa Tenggara Barat.
Prestasi yang pernah dicapai berkaitan dengan profesinya sebagai guru antara
lain, Guru Teladan MIN Malang I (1998), Juara II Guru Berprestasi Tingkat Jawa
Timur (2006) dan Juara II Lomba Pembuatan Alat Peraga untuk Guru MI Tingkat
Nasional (2007).
Beberapa buku yang telah ditulisnya adalah: Ringkasan Materi dan Lembar
Kerja IPA Kelas V (1998), Selayang Pandang MIN Malang 1 (2001), Pembelajaran
IPA Ramah Anak Kelas III – VI SD (2003), Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis
Ramah Anak Kelas I – VI (2005), Pembelajaran Matematika Berbasis Ramah Anak
Kelas I – VI SD/MI (2005), Pembelajaran Matematika Realistik (2005), pembelajaran
matematika dengan pendekatan ekspositori (2005), buku panduan guru dalam
pembelajaran matematika realistik (2005), buku panduan pembelajaran matematika
dengan pendekatan ekspositori (2005), dan beberapa makalah yang dipresentasikan
pada beberapa kegiatan work shop untuk guru MI di Kota Malang.
38

Lampiran 2. Surat Keterangan Masih Aktif Mengajar dari Kepala Madrasah


39

Lampiran 3: Biodata Guru Kolaborator

BIODATA GURU KOLABORATOR

1. Nama Lengkap : Zaidi, S.Pd.


2. Tempat, Tgl. Lahir : Pamekasan, 18 Januari 1971
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Guru
6. Mata Pelajaran yang diajarkan : IPA
7. Unit Kerja : MIN 1 Malang
8. Alamat : Jl. Uraha Sura IV/6L-17 Malang
9. Keterangan : Dalam penelitian ini bertindak sebagai
kolaborator yang bertugas mengamati proses
pembelajaran.

Malang, Agustus 2007


Mengetahui: Kolaborator,
Kepala MIN 1 Malang,

Abdul Mughni, S.Ag., M.Pd. Zaidi, S.Pd.


NIP. 150 251 263
40

Lampiran 4: Rancangan Pembelajaran Siklus I

PERSIAPAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 1
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Konsep Pokok : Perkembangbiakan Makhluk Hidup
A. Sub Konsep : Cara-Cara Berkembang Biak Tumbuhan
Kelas/Semester : VI (Enam)/1 (Satu)
Alokasi waktu : 4 jam pelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum
Siswa mampu memahami bahwa makhluk hidup mempunyai ciri-ciri yang
menentukan interaksinya dengan lingkungan, dan kegiatan manusia dapat
menyebabkan perubahan keseimbangan lingkungan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Melalui kegiatan pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:

1. Mengumpulkan data berbagai cara tumbuhan berkembang biak.


2. Menyimpulkan bahwa tumbuhan berkembang biak dengan cara vegetatif dan
generatif.
3. Mengidentifikasi bagian-bagian bunga dan biji sebagai alat perkembangbiakan
tumbuhan.
4. Menjelaskan peran penyerbukan.
5. Membuat laporan secara sederhana proses perkembangan biji menjadi tanaman
dewasa dari hasil percobaan.
6. Mempraktikkan cara membiakkan tumbuhan, misalnya stek dan cangkok.

C. Langkah-Langkah Pembelajaran

KEGIATAN WAKTU KERJA ILMIAH


1. Pembukaan
a. Salah satu ciri yang membedakan makhluk 10’ Mengembangkan
hidup dengan makhluk tak hidup adalah keingintahuan
makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk siswa untuk
menghasilkan keturunan atau yang disebut memperdalam
berkembang biak. pengetahuan
41

b. Guru bertanya, tentang perbedaan berkembang tentang cara-cara


biak dengan tumbuh karena dua konsep tesebut berkembang biak
sering dikacaukan oleh siswa. tumbuhan
c. Berkembang biak artinya bertambah banyak
melalui dengan cara tertentu, misalnya ayam
dapat bertambah banyak karena telur-telur
ayam dapat menetas menjadi anak ayam.
d. Tumbuh artinya bertambah tinggi, bertambah
berat, bertambah besar namun jumlah makhluk
hidupnya tetap.
e. Bila hewan dan manusia mampu berkembang
biak, apakah tumbuhan juga mampu
berkembang biak?
f. Dengan cara bagaimana tumbuhan berkembang
biak?
g. Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut
siswa melakukan kegiatan berikut.

2. Kegiatan Inti
a. Tahap Observasi 30’
 Siswa mengamati serumpun pohon pisang, ada Menjelajahi
sebatang pisang yang besar dan telah berbuah lingkungan secara
dan ada beberapa batang pisang yang sudah aktif untuk
agak besar dan beberapa batang masing kecil- mengidentifkasi
kecil. cara-cara
 Guru mengajukan pertanyaan: tumbuhan
 Bila sebatang pohon pisang yang telah berbuah berkembang biak.
ini telah tua, apakah dia akan tetap bertahan
hidup?
 Dengan cara apa pohon pisang ini
memperbanyak keturunannya?
 Pernahkan kalian melihat biji dari pohon pisang Bekerja dengan

ini? tekun dan tidak


mudah menyerah
 Dapatkah biji pohon pisang tersebut ditanam
dalam melakukan
dan tumbuh menjadi tunas?
42

 Pohon pisang berkembang biak dengan tunas, suatu kegiatan


tunas adalah tumbuhan baru yang tumbuh di cara hewan-hewan
bagian akar, pangkal batang, atau daun. berkembang biak.
 Siswa kemudian mengamati sebuah pohon
jambu air atau jambu biji. Siswa mengamati
adakah tunas-tunas yang tumbuh di sekitar
tanaman tersebut. Tanaman jambu biji atau
jambu air tidak mempunyai tunas dibagian
pangkal batangnya seperti pisang.
 Dengan cara apa pohon jambu biji berkembang
biak?
 Siswa mengamati adanya biji pada buah jambu,
biji-biji inilah yang digunakan pohon jambu
berkembang biak.
 Siswa menjelaskan terbentuknya buah yang
diawali dari pembentukan bunga.
 Guru mengambil sekuntum bunga jambu biji dan
menunjukkan bagian-bagiannya kepada siswa.
Bunga jambu biji akan tumbuh menjadi buah
bila alat kelamin jantan dan alat kelamin betina
mengalami perkawinan.
 Dari kegiatan tersebut, Siswa dapat menarik
kesimpulan bahwa perkembangbiakan pada
tumbuhan ada yang kawin seperti pada jambu
biji ada yang tak kawin seperti pada pisang.

b. Tahap penerapan konsep


 Adakah tumbuhan lain yang berkembang biak
30’ Bekerjasama
secara kawin dan tumbuhan yang berkembang
dengan teman
biak secara tak kawin?
dalam melakukan
 Untuk menjawab pertanyaan tersebut siswa
suatu kegiatan
melakukan observasi terhadap tumbuhan-
dalam kelompok.
tumbuhan lain yang ada di sekitar sekolah
 Guru membagikan LKS kepada masing-masing
43

kelompok.
 Siswa melakukan observasi terhadap tumbuhan
yang ada di sekitar sekolah atau bila tumbuhan
tersebut sulit didapatkan maka siswa dapat
melihat gambar-gambar tumbuhan yang
dikasudkan dalam LKS.

c. Tahap Diskusi
 Siswa melakukan diskusi untuk menentukan
cara tumbuhan yng diobservasi tersebut 30’
Memberikan
berkembang biak. kontribusi
 Hasil observasi dituliskan dalam tabel /sumbang saran
dalam diskusi
pengamatan. kelompok
d. Tahap presentasi kelompok
 Masing-masig kelompok mempresentaskan
Menggunakan
hasil observasinya. 40’
kosakata IPA
 Tahap penarikan kesimpulan untuk
mendiskripsikan
 Siswa dapat menyimpulkan berdasarkan hasil dan menjelaskan
observasi bahwa tumbuhan ada yang cara
perkembangbiakan
berkembang biak dengan cara kawin (generatif) tumbuhan
dan ada yang berkembang biak dengan cara tak
kawin (vegetatif).

3. Penutup
 Guru membagikan 10 nama tumbuhan yang
20’ Menerima
ditulis dalam 10 lembar kertas kecil.
saran/kritikan
 Setiap lembar kertas tertulis satu nama
untuk perbaikan
tumbuhan.
 Setiap kelompok diminta untuk
mengelompokkan nama-nama tumbuhan
tersebut berdasarkan cara berkembang biaknya
dalam waktu 1 menit.
 Guru mengecek hasil pengelompokkan
tumbuhan tersebut dan memberikan skor
kepada masing-masing kelompok sesuai
44

dengan jawaban yang benar.


 Guru bisa melanjutkan pertanyaan, misalnya:
 carilah tumbuhan yang berkembang biak
dengan biji?
 Carilah tumbuhan yang berkembang biak
dengan tunas?
 Manakah tumbuhan yang berkembang biak
dengan umbi?
 Dan seterusnya.

D. Media
1. Berbagai jenis tumbuhan, misalnya bawang, temulawak, dahlia, cocor bebek,
kentang , arbei, sanseviera, jamur, dsb.
2. Lembar Kerja Siswa.
3. Kartu Lintas Pendapat.
4. Papan Triad Lintas Pendapat.
E. Penilaian
1. Tes Tulis, untuk mengungkap kemampuan kognitif siswa tentang berbagai
cara perkembangbiakan pada tumbuhan secara vegetatif dan generatif serta
cara-cara pengembangbiakannya dengan segala kelebihan dan
kekurangannya.
2. Tes performansi, siswa mempraktekkan salah atau atau beberapa cara
mengembangbiakkan tumbuhan, misalnya mencangkok, okulasi atau
mengenten. Penilaian didasarkan pada penggunaan alat dan bahan secara
tepat, urutan langkah yang dilakukan, pemeliharaan selama
pengembangbiakan dan keberhasilan pengembangbiakan.
Malang, 18 Juli 2005
Mengetahui:
Kepala MIN Malang I, Guru IPA,

H. Sukri, S.Ag. Drs. Suyanto


NIP. 150 079 935 NIP. 150 287 611

Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa Siklus I


45

LEMBAR KERJA SISWA


SIKLUS I
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Konsep Pokok : Perkembangbiakan pada Tumbuhan
Sub Konsep : Perkembangbiakan secara tak kawin
Kelas/Semester : VI (Enam)/1 (Satu)
Alokasi waktu : 4 jam pelajaran

A. Alat dan Bahan


1. Bawang 5. Temulawak
2. Umbi Dahlia 6. Cocor bebek
3. Kentang 7. Arbei
4. Sanseviera 8. Jamur

B. Langkah Kerja
1. Amati dengan seksama tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar halaman seolah
atau rumahmu dengan seksama terutama bagian tumbuhan yang dapat
digunakan untuk berkembang biak. Menurut pendapatmu, bagaimanakah cara
perkembangbiakan tumbuhan tersebut ? (tulis kawin atau tidak kawin)
……………………………………………………………………………………………..
2. Isikan hasil pengematanmu pada tabel pengamatan di bawah ini !

Tabel Pengamatan
(Isilah dengan tanda V pada kolom yang sesuai)

Alat Berkembang Biak


Nama Tanaman
Tunas Biji Umbi Akar
1
2
3
4
5
6
7
46

8
9
10

C. Pertanyaan
1. Apakah perbedaan antara perkembangbiakan tak kawin alami dengan
perkembangbiakan tak kawin buatan ?
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
2. Sebutkan 5 tumbuhan yang berkembangbiak dengan cara tak kawin alamiah!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
3. Tahukah kalian alat perkembangbiakan tumbuhan di bawah ini ?

No Nama Tumbuhan Alat Perkembangbiakan


1 Kentang
2 Kunyit
3 Wortel
4 Pegagan
5 Sukun
6 Pisang
7 Bawang daun
8 Bakung
9 Lengkuas
10 Rumput teki
47

Lampiran 6: Lembar Tes Kemampuan Memahami Konsep Siklus I

TES AKHIR PEMBELAJARAN


Sub Pokok Bahasan : Perkembangbiakan pada Tumbuhan
Kelas/Semester : VI/1
Waktu : 40 Menit.

Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda
silang (X) pada pilihan jawaban yang tepat!
1. Makhluk hidup mempunyai kemampuan berkembang biak. Tujuan makhluk hidup
berkembang biak adalah
a. agar mampu bertahan hidup
b. untuk melestarikan jenisnya
c. menyesuaikan diri
d. melindungi diri.
2. Cara perkembangbiakan makhluk hidup dibedakan menjadi dua golongan,
yakni……..
a. secara generatif dan secara vegetatif
b. melahirkan dan bertelur
c. alami dan buatan
d. bertelur dan bertunas
3. Makhluk hidup dapat berkembang biak berarti bahwa makhluk hidup itu dapat
menghasilkan keturunan yang …….
a. sejenis dengan induknya
b. berbeda dengan induknya
c. tidak sejenis dengan induknya
d. dapat hidup sepanjang zaman
4. Cara perkembangbiakan berikut ini yang melalui perkawinan adalah…..
a. spora
b. tunas
c. umbi lapis
d. biji
48

5. Berikut ini yang merupakan cara berkembang biak jamur merang adalah .…
a. membelah diri
b. tunas
c. generatif
d. spora
6. Pasangan tumbuhan dan hewan yang berkembamg biak dengan membelah diri
adalah……
a. ganggang hijau dan Amoeba
b. paramaecium dan Amoeba
c. paku dan ganggang hijau
d. jamur dan ganggang hijau
7. Tumbuhan di bawah ini yang tidak berkembang biak dengan akar tinggal
(rhizoma) adalah………
a. jahe dan kunyit
b. kunyit dan temulawak
c. temulawak dan ganyong
d. padi dan jagung
8. Tumbuhan di bawah ini yang berkembang biak dengan umbi lapis adalah ….
a. kentang dan singkong
b. ketela rambat dan bawang daun
c. bawang merah dan bawang putih
d. kentang dan ketela pohon
9. Tumbuhan di bawah ini yang berkembang biak dengan umbi batang adalah ….
a. ketela rambat
b. tebu
c. bawang putih
d. kelapa
10. Tanaman jahe sering ditanam untuk digunakan minuman sebagai penghangat
badan. Jahe berkembang biak dengan ….
a. akar tinggal
b. umbi akar
c. umbi batang
d. tunas
49

11. Perhatikan jenis-jenis tanaman berikut!


1. lengkuas
2. kentang
3. rumput teki
4. ubi kayu
5. ketela rambat
Kelompok tumbuhan yang berkembang biak dengan umbi batang adalah
nomor……
a. 1, 2, 3
b. 1, 2, 4
c. 4, 5
d. 2, 5
12. Tumbuhan berikut ini yang tidak berkembang biak dengan geragih adalah ….
a. bunga bakung
b. arbei
c. pegagan
d. rumput teki
13. Tumbuhan pisang berkembang biak dengan …….
a. tunas
b. geragih
c. akar tinggal
d. umbi lapis
14. Alasan berikut yang dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih tanaman buah
yang akan dicangkok adalah…..
a. besar pohonnya
b. lebat daunnya
c. buahnya lebat dan lezat
d. sedikit cabangnya
15. Pengembangbiakan tanaman dengan cara membengkokkan bagian batang atau
cabang dari tumbuhan ke bawah lalu ditimbun tanah disebut pengembangbiakan
secara …..
a. setek batang
b. okulasi
c. runduk
50

d. generatif
16. Pada pengembang biakan tanaman dengan menggunakan setek batang maka
agar cepat tumbuh maka batang tumbuhan yang akan ditanam dengan setek
batang harus memiliki ....
a. akar
b. buah
c. daun
d. buku-buku atau ruas-ruas
17. Tumbuhan berikut ini yang berkembang biak dengan umbi akar adalah ….
a. ketela pohon
b. ubi jalar
c. kentang
d. wortel
18. Tumbuhan yang batangnya berkambium akan lebih cepat dikembangbiakkan
dengan cara ….
a. biji
b. vegetatif buatan
c. vegetatif alami
d. generatif
19. Berikut ini yang bukan merupakan cara perkembang-biakan vegetatif alami
adalah:
a. merunduk
b. spora
c. akar tinggal
d. tunas
20. Perkembangbiakan tanaman bawang putih dilakukan dengan ….
a. tunas
b. umbi lapis
c. umbi batang
akar tinggal
21. Tumbuhan di bawah ini yang tidak dapat berkembang biak dengan bijinya adalah
a. Jambu biji dan durian
b. Nangka dan anggur
c. Rambutan dan apel
51

d. apel dan anggur


22. Perhatikan ciri-ciri umbi berikut:
(1) tidak berbuku-buku
(2) tidak mempunyai mata tunas di bagian pangkal
(3) tidak mempunyai kuncup dan daun
(4) mempunyai mata tunas yang menyebar.
Dari keterangan di atas yang merupakan ciri-ciri dari umbi akar adalah:
a. 1, 2, dan 3
b. 2, 3 dan 4
c. 1, 3 dan 4
d. 1, 2, dan 4
23. Tanaman pegagan yang biasa tumbuh di pematang sawah berkembang biak
dengan ….
a. tunas
b. geragih
c. akar
d. umbi lapis
25. Kacang tanah berkembang biak dengan ….
a. batangnya
b. akarnya
c. bijinya
d. bunganya
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Mengapa tumbuhan perlu berkembang biak?
……………………………………………………………………………………………………………………
2. Jelaskan macam-macam cara tumbuhan berkembang biak!
……………………………………………………………………………………………………………………
3. Lengkapi dengan cara apa tumbuhan berikut ini berkembang biak:
a. lengkuas : ………. d. pisang : …………..
b. Sanseivera : ………. e. ubi jalar : …………..
c. Kentang : ………..
4. Sebutkan lima tumbuhan yang berkembang biak dengan biji!
5. Sebutkan lima tumbuhan yang berkembang biak dengan tunas!
52

Lampiran 7. Persiapan Pembelajaran Siklus II

PERSIAPAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Konsep Pokok : Cara-Cara Berkembang Biak Tumbuhan
Sub Konsep : Bagian-Bagian Bunga
Kelas/Semester : VI (Enam)/1 (Satu)
Alokasi waktu : 4 jam pelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Siswa mampu memahami bahwa makhluk hidup mempunyai ciri-ciri yang
menentukan interaksinya dengan lingkungan, dan kegiatan manusia dapat
menyebabkan perubahan keseimbangan lingkungan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Melalui kegiatan pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:

1. Mengidentifikasi bagian-bagian bunga dan biji sebagai alat perkembangbiakan


tumbuhan.
2. Menjelaskan peran penyerbukan.

C. Langkah-Langkah Pembelajaran

KEGIATAN WAKTU KERJA ILMIAH


1. Pembukaan
(1) Guru melakukan tanya jawab mengenai cara- 10’
Mengembangkan
cara perkembangbiakan vegetatif pada
keingintahuan
tanaman.
siswa untuk
(2) Guru menyebutkan nama tumbuhannya, siswa
memperdalam
diminta untuk menyebutkan cara berkembang
pengetahuan
biaknya.
tentang cara-cara
(3) Tidak semua tanaman berkembang biak
berkembang biak
dengan cara tak kawin atau vegetatif, banyak
tumbuhan.
tanaman yang lainnya yang berkembangbiak
dengan cara kawin atau generatif.
53

(4) Di kelas IV siswa pernah


mengelompokkan berbagai macam biji-bijian,
guru melanjutkan dengan tanya jawab
mengenai pengelompokkan biji dan kegunaan
biji bagi tanaman.
(5) Dari manakah biji dihasilkan oleh tumbuhan?
(6) Mengapa bunga dapat menghasilkan biji?
(7) Untuk menjawab hal-hal tersebut siswa diajak
untuk melakukan kegiatan berikut ini

2. Kegiatan Inti
a. Mengamati bagian-bagian bunga sepurna. 70’ Menjelajahi
 Siswa diajak untuk mengamati bunga jambu biji lingkungan secara
(jambu biji biasanya berbunga sepanjang tahun), aktif untuk
atau bunga sepatu. mengidentifkasi
 Guru memberikan penjelasan mengenai bagian- bagian-bagian
bagian dengan diselingi tanya jawab. bunga.
 Bunga mempunyai bagian-bagian yang penting,
suatu bunga sempurna akan terdiri dari tangkai,
kelopak, mahkota, benang sari dan putik. Guru
menunjukkan bagian-bagian bunga tersebut dan
Bekerja dengan
menguraikan (melepas) satu-persatu kemudian
tekun dan tidak
diisolasi dikertas HVS, siswa mengamati dengan
mudah menyerah
seksama bagian-bagian bunga yang telah diurai
dalam melakukan
oleh guru.
suatu kegiatan
 Penjelasan dilanjutkan dengan menunjukkan
cara hewan-
kegunaan dari masing-masing bagian bunga,
hewan
yaitu:
berkembang biak.
- tangkai bunga menghubungkan bunga
dengan batang,
- bagian ujung tangkai bunga yang agak
membesar disebut dasar bunga. Dasar
bunga merupakan tempat melekatnya
mahkota bunga.
- Mahkota bunga adalah bagian bunga yang
54

sangat indah dan harum baunya, oleh


karena itu mahkota bunga biasa disebut
perhiasan bunga, gunanya adalah untuk
menarik serangga agar mendekatnya.
- Kelopak bunga merupakan bagian bunga
merupakan bagian yang menyelimuti saat
bunga masih kuncup. Kelopak bunga akan
membuka saat bunga mulai mekar.
- Benang sari adalah alat kelamin jantan.
Benang sari terdiri dari tangkai sari dan
kepala sari. Di dalam kepala sari terdapat
butir-butir serbuk sari.
- Putik adalah alat kelamin betina. Bentuk
putik seperti botol yang lehernya lurus dan
panjang. Bagian putik yang paling ujung
disebut kepala putik, bagian yang panjang
disebut tangkai putik.
- Putik bagian bawah yang menggembung
berisi bakal buah. Di dalam bakal buah
terdapat juga bakal biji.
- Bakal biji mempunyai dua inti, yaitu sel telur
(ovum) dan calon lembaga.
 Siswa secara besama-sama menyebutkan
kembali bagian-bagaian bunga.
 Setelah siswa memahami bagian-bagian bunga,
kegiatan dilanjutkan dengan praktek
menentukan bagian-bagian bunga dari tumbuh-
tumbuhan yang diamati.
 Siswa diminta untuk mencari lima macam bunga
dari tumbuhan yang berbeda-beda, setiap
tumbuhan dipetik dua kuntum bunga, satu
bunga ditempel utuh dan satu bunga diuraikan
atas bagian-bagiannya kemudian ditentukan
yang mana bagian tangkai, dasar bunga, bakal
biji, mahkota, putik dan benang sarinya.
55

b. Proses Penyerbukan
 Kembali guru mengajak siswa mengamati 30’
Bekerjasama
tanaman yang berbunga di halaman sekolah,
dengan teman
misalnya pisang, kelapa, mangga dan lain-lain.
dalam melakukan
 Siswa mengamati di sekitar bunga tampak lebah
suatu kegiatan
yang hilir mudik kesana-kemari dan beberapa
dalam kelompok.
saat dia hinggap pada bunga tersebut dan
kemudian terbang lagi ke bunga yang lainnya.
 Guru bertanya: mengapa lebah suka hinggap
pada bunga tersebut, untuk mencari apakah
lebah hinggap di bunga tersebut, apakah
Melakukan
keberadaan lebah tersebut membawa manfaat
pengamatan dan
bagi tumbuhan?
pengukuran
 Tumbuhan mempunyai bagian sel kelamin dengan
jantan dan sel kelamin betina. Kedua sel menggunakan alat
kelamin tersebut bila bertemu akan bila perlu untuk
mengakibatkan tumbuhnya bakal buah atau mempertajam
bakal biji yang terdapat di dalam bunga. ketelitian dan
Peristiwa ini disebut penyerbukan atau pengamatan.
persarian.
 Proses penyerbukan dapat dengan mudah
terjadi bila ada bantuan dari serangga
diantaranya adalah lebah. Pada saat mencari
nektar yang tedapat di dalam bunga, kaki dan Menyajikan
sayap lebah secara tidak sengaja akan data/informasi
sesuai tujuan
menjatuhkan serbuk sari ke kepala putik. Serbuk dengan berbagai
sari itu lalu tumbuh membentuk buluh serbuk cara, misalnya
gambar, grafik
sari, buluh serbuk sari mempunyai dua inti. untuk
 Setelah mencapai bakal biji, maka kedua inti mengkomunikasi-
kan secara
buluh serbuk sari membuahi kedia inti bakal biji. sistematis proses
Sel telur yang dibuahi, tumbuh menjadi biji. dan hasil
penyelidikan
Calon lembaga yang dibuahi, tumbuh menjadi
lembaga (endosperm). Lembaga (endosperm)
merupakan tempat cadangan makanan bagi biji.
56

 Selanjutnya biji tumbuh dan membentuk bakal


tunas, bersamaan dengan itu bakal buah
tumbuh menjadi buah.
 Siswa menjelaskan kembali proses penyerbukan
pada tumbuhan secara singkat.

3. Penutup
 Siswa menggambarkan peristiwa penyerbukan 40’
dengan diagram atau gambar.
 Hasil gambaran siswa dipajangkan di papan
pajangan.

D. Media
1. Berbagai bunga
2. Kertas HVS
3. Isolasi kertas
4. Papan Triad Lintas Pendapat
5. Kartu Lintas Pendapat

E. Penilaian
1. Tes produk, siswa mengumpulkan sekurang-kurangnya lima macam bunga
kemudian mengidentifikasinya untuk menemukan bagian-bagiannya dan
melaporkannya dalam bentuk laporan sederhana, lihat lampiran.
2. Tes tulis, bentuk soal gabungan antara pilihan ganda, isian dan jawaban
singkat untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang bagian-bagian
bunga, kegunaan dan proses penyerbukan.

Malang, 25 Juli 2005


Mengetahui:
Kepala MIN Malang I, Guru IPA,

H. Sukri, S.Ag. Drs. Suyanto


NIP. 150 079 935 NIP. 150 287 611
57

Lampiran 8. Lembar Tugas Siklus II


LEMBAR TUGAS
SIKLUS II
Konsep Pokok : Perkembangbiakan Secara Kawin
pada Tumbuhan
Sub Konsep : Bagian-Bagian Bunga
Kelas/Semester : VI (Enam)/1 (Satu)
Alokasi waktu : 4 jam pelajaran

A. Petunjuk:
1. Ambillah dua kuntum bunga dari tumbuhan yang kamu amati.
2. Tempelkan satu kuntum bunga yang telah kamu petik tersebut di kertas HVS
dengan isolasi bening dan tuliskan nama tumbuhannya.
3. Ambil satu kuntum bunga yang lainyang telah kamu ambil tersebut dan uraikan
atas bagian-bagiannya kemudian tempelkan bagian-bagian bunga tersebut di
kertas HVS dan berilah nama bagian-bagian bunga tersebut
4. Lanjutkan kegiatanmu dengan mengamati 4 macam bunga dari tumbuhan yang
lain.
B. Hasil Pengamatan

No Bentuk Bunga Bagian-Bagiannya


1

2
58

Komentar:
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………..

Lampiran 9: Lembar Tes Kemampuan Memahami Konsep Siklus II


59

TES AKHIR PEMBELAJARAN


Sub Pokok Bahasan : Bagian-Bagian Bunga
Kelas/Semester : VI/1
Waktu : 40 Menit.

Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda
silang (X) pada pilihan jawaban yang tepat!

1. Makhluk hidup mempunyai kemampuan berkembang biak. Tujuan makhluk hidup


berkembang biak adalah
a. agar mampu bertahan hidup
b. untuk melestarikan jenisnya
c. menyesuaikan diri
d. melindungi diri.
2. Cara perkembangbiakan makhluk hidup dibedakan menjadi dua golongan,
yakni……..
a. secara generatif dan secara vegetatif
b. melahirkan dan bertelur
c. alami dan buatan
d. bertelur dan bertunas
3. Makhluk hidup dapat berkembang biak berarti bahwa makhluk hidup itu dapat
menghasilkan keturunan yang …….
a. sejenis dengan induknya
b. berbeda dengan induknya
c. tidak sejenis dengan induknya
d. dapat hidup sepanjang zaman
4. Cara perkembangbiakan berikut ini yang melalui perkawinan adalah…..
a. spora
b. tunas
c. umbi lapis
d. biji
5. Bagian bunga yang tampak indah adalah . . . .
60

a. kelopak
b. mahkota
c. benangsari
d. putik
6. Manakah berikut ini yang bukan merupakan bagian bunga sempurna?
a. putik
b. benang sari
c. daun
d. kelopak
7. Bagian bunga berikut ini yang berfungsi sebagai alat kelamin jantan pada
tumbuhan berbunga adalah . . . .
a. mahkota.
b. Benang sari
c. Putik
d. kelopak
8. Di bawah ini serangga yang biasa membantu penyerbukan tumbuhan berbunga
adalah…..
a. siput
b. cecak
c. kupu-kupu
d. ula
8. Benang sari merupakan alat kelamin jantan pada tumbuhan berbunga. Di bawah
ini yang bukan merupakan bagian-bagian benang sari adalah…..
a. tangkai sari
b. kepala sari
c. serbuk sari
d. serabut sari
9. Istilah penyerbukan atau persarian pada bunga adalah peristiwa jatuhnya ....
a. serbuk sari di kepala putik
b. mahkota bunga ke tanah
c. putik ke serbuk sari
d. kepala sari ke serbuk sari
10. Tanaman jahe sering ditanam untuk digunakan minuman sebagai penghangat
badan. Jahe berkembang biak dengan ….
61

a. akar tinggal
b. umbi akar
c. umbi batang
d. tunas
11. Penyerbukan silang atau persarian silang terjadi apabila dari suatu bunga jatuh
ke kepala putik ….
a. Bunga itu sendiri
b. Bunga lain, tetapi masih dalam satu tumbuhan
c. Bunga lain yang tidak satu tumbuhan, tetapi masih satu jenis.
d. Bunga lain yang sejenis, namun varietasnya berbeda.
12. Tumbuhan berikut ini yang biasa dibantu penyerbukannya oleh manusia adalah ..
a. timun
b. jagung
c. salak
d. kelengkeng
13. Tumbuhan pisang berkembang biak dengan …….
a. tunas
b. geragih
c. akar tinggal
d. umbi lapis
14. Alasan berikut yang dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih tanaman buah
yang akan dicangkok adalah…..
a. besar pohonnya
b. lebat daunnya
c. buahnya lebat dan lezat
d. sedikit cabangnya
15. Tanaman berikut ini yang bunganya biasa diambil orang untuk sayuran adalah….
a. nangka
b. pisang
c. rambutan
d. mangga
16. Pada pengembang biakan tanaman dengan menggunakan setek batang maka
agar cepat tumbuh maka batang tumbuhan yang akan ditanam dengan setek
batang harus memiliki ....
62

a. akar
b. buah
c. daun
d. buku-buku atau ruas-ruas
17. Hewan-hewan berikut ini yang tidak diperlukan tumbuhan untuk membantu
penyerbukan adalah ….
a. kelelawar
b. lebah
c. kupu-kupu
d. kumbang
18. Pernyataan di bawah ini yang sesuai dengan pengertian penyerbukan sendiri
adalah pertemuan benang sari dan putik pada . . . .
a. bunga yang sama.
b. bunga yang berbeda tetapi tumbuhan yang sama.
c. bunga tumbuhan lain tetapi sama jenisnya.
d. bunga tumbuhan yang berbeda tetapi masih sama varietasnya.
19. Berikut ini yang merupakan contoh penyerbukan silang adalah . . . .
a. benang sari mangga gadung mengenai putik mangga golek
b. benang sari mangga gadung mengenai putik rambutan
c. benang sari mangga gadung mengenai putik mangga gadung lain pohon.
d. benang sari mangga gadung mengenai putik bunga lain yang sepohon.
20. Perkembangbiakan tanaman bawang putih dilakukan dengan ….
a. tunas
b. umbi lapis
c. umbi batang
d. akar tinggal
21. Tumbuhan di bawah ini yang tidak dapat berkembang biak dengan bijinya adalah
a. Jambu biji dan durian
b. Nangka dan anggur
c. Rambutan dan apel
d. apel dan anggur
22. Bagian tumbuhan berikut ini yang berguna untuk melindungi bunga ketika masih
kuncup adalah . . . .
a. kelopak bunga
63

b. mahkota
c. tangkai
d. lembaga
23. Tanaman berikut ini yang tidak memerlukan bantuan manusia dalam
penyerbukannya adalah ….
a. vanili
b. pear
c. salak
d. nanas
25. Pada waktu musim berbunga dan turun hujan, banyak tumbuhan buah-buahan
yang tidak dapat menghasilkan buah yang baik. Hal ini disebabkan oleh . . . .
a. hewan tidak dapat menyerbukan bunga
b. penyerbukan tidak terjadi karena air hujan
c. tumbuhan kurang sinar matahari
d. tumbuhan terlalu banyak air.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar!


2. Gambarkan bagian-bagian bunga dan berilah nama yang sesuai!

3. Apakah yang dimaksud dengan penyerbukan?


……………………………………………………………………………………………………………………
4. Jelaskan bagaimanakah terjadinya proses penyerbukan?
……………………………………………………………………………………………………………………
5. Pentingkah proses penyerbukan bunga bagi tumbuhan? Jelaskan jawabanmu!
……………………………………………………………………………………………………………………
6. Mengapa tumbuhan salak memerlukan bantuan manusia untuk menyerbukan
bungannya?
……………………………………………………………………………………………………………………
Lampiran 10: Persiapan Pembelajaran Siklus III

PERSIAPAN PEMBELAJARAN
64

SIKLUS III
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Konsep Pokok : Perkembangbiakan Makhluk Hidup
Sub Konsep : Perkembangbiakan pada Hewan
Kelas/Semester : VI (Enam)/1 (Satu)
Alokasi waktu : 4 jam pelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Siswa mampu memahami bahwa makhluk hidup mempunyai ciri-ciri yang

menentukan interaksinya dengan lingkungan, dan kegiatan manusia dapat

menyebabkan perubahan keseimbangan lingkungan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Melalui pembelajaran ini siswa diharapkan dapat:

1. Mengidentifikasi berbagai cara hewan berkembang biak.

2. Membedakan ciri-ciri antara hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur

dan hewan yang berkembang biak dengan cara melahirkan.

3. Mengelompokkan hewan-hewan berdasarkan cara berkembangbiaknya.

4. Mengetahui nama-nama hewan yang berkembang biak secara tak kawin.

C. Langkah-Langkah Pembelajaran

KEGIATAN WAKTU KERJA ILMIAH


1. Pembukaan
 Guru menunjukkan sebuah telur ayam. 5’ Mengembangkan
Kemudian bertanya kepada siswa, apakah keingintahuan
manfaat telur ayam ini bagi induk ayam? siswa untuk
 Bagaimanakah seandainya jika seekor ayam memperdalam
betina tidak mampu bertelur lagi? Dapatkah dia pengetahuan
menghasilkan keturunan? tentang cara-cara
 Hal ini menunjukkan bahwa ayam memiliki berkembang biak
kemampuan untuk berkembang biak. hewan
65

 Apakah hewan lain juga mempunyai


kemampuan berkembang biak?
 Benar, hewan lain juga mempunyai
kemampuan untuk berkembang biak. Samakah
cara berkembang biak hewan lain dengan
ayam? Apakah semua hewan dapat
berkembang biak dengan cara bertelur seperti
ayam?
 Untuk memahami hal ini marilah kita lakukan
kegiatan berikut ini.
2. Kegiatan Inti
a. Tahap observasi 30’
a. Guru mengajak siswa untuk mengamati Bekerja dengan
beberapa jenis hewan yang ada di sekitar tekun dan tidak
lingkungannya, misalnya ayam, kucing, ikan mudah menyerah
lele, merpati, cicak, katak, kecoak, kelinci, dalam melakukan
anjing dan kambing. suatu kegiatan
b. Siswa diminta untuk menemukan cara hewan- cara hewan-hewan
hewan tersebut berkembang biak. Hewan- berkembang biak
hewan yang memiliki kesamaan berkembang
biak dikelompokkan menjadi satu, misalnya
kelompok hewan yang berkembang biak
dengan bertelur dan hewan yang berkembang
biak dengan melahirkan.
c. Guru mengenalkan istilah dalam IPA, bahwa
untuk hewan-hewan yang berkembang biak
dengan bertelur disebut ovipar dan hewan
yang berkembang biak dengan melahirkan
disebut vivipar.

b. Tahap penemuan konsep 25’


1) Adakah perbedaan fisik antara hewan yang
berkembang biak dengan bertelur dan hewan Mengorganisasikan
data secara
yang berkembang biak dengan melahirkan.
ringkas dan
2) Murid-murid mengamati ciri-ciri fisik kedua menyeluruh untuk
66

kelompok makhluk hidup yang mempunyai menarik


kesimpulan sesuai
perbedaan cara berkembang biak tersebut.
dengan tujuan
3) Siswa mengajukan hasil pengamatannya, penyelidikan.
dengan bimbingan guru siswa akan
menemukan adanya perbedaan tersebut antara
lain:
4) Hewan yang bertelur mempunyai ciri fisik: tidak
mempunyai kelenjar susu, bentuk bulu tidak
seperti rambut, tidak mempunyai daun telinga.
5) Sedangkan hewan yang berkembang biak
dengan melahirkan mempunyai beberapa ciri
fisik, yaitu mempunyai kelenjar susu, bentuk
bulu seperti rambut dan berdaun telinga.
c. Penerapan konsep
1) Kelas dibagi menjadi 4 kelompok.
1) Guru memberikan beberapa gambar hewan 30’
yang sangat dikenal oleh siswa. Gambar-
Menganalisis data
gambar tersebut meliputi kelompok burung,
yang telah
ikan, serangga, reptil dan mamalia.
diperoleh dan
2) Siswa diminta untuk mengelompokkan hewan-
diorganisasi
hewan tersebut berdasarkan jenisnya, misalnya
dengan
jenis ikan, jenis burung, jenis hewan melata,
menentukan pola
jenis hewan serangga dan jenis hewan
yang tampak atau
mamalia.
berhubungan
3) Siswa diminta untuk mengamati ciri-ciri fisik
dalam data
yang menandakan ciri kelompok hewan yang
berkembang biak dengan bertelur dan ciri
hewan yang berkembang biak dengan
melahirkan.
4) Siswa menentukan cara berkembang biak
masing-masing hewan.
5) Siswa diharapkan akan bahwa yang
berkembang biak dengan bertelur meliputi jenis
ikan, serangga, reptil (hewan melata) dan
burung, sedangkan kelompok hewan yang
67

berkembang biak dengan melahirkan adalah


kelompok jenis hewan mamalia (menyusui).
6) Siswa menuliskan hasil pengamatannya pada
tabel pengamatan

d. Tahap Penarikan Kesimpulan


Dari kegiatan tersebut diharapkan siswa dapat
menyimpulkan bahwa:
ii. ada perbedaan bentuk fisik antara hewan 15’
yang berkembang biak dengan bertelur
dengan hewan yang berkembang biak dengan
melahirkan. Menarik
iii. Ciri fisik hewan yang brekambang biak kesimpulan umum
dengan bertelur adalah tidak mempunyai dari ciri-ciri khusus
kelenjar susu, bentuk bulu tidak seperti yang berkembang
rambut, dan tidak mempunyai daun telinga. biak dengan
iv. Hewan yang berkembang biak dengan bertelur dan hewan
melahirkan mempunyai beberapa ciri fisik, yang berkembang
yaitu mempunyai kelenjar susu, bentuk bulu biak dengan
seperti rambut dan berdaun telinga. melahirkan.
v. Kelompok hewan bertelur meliputi jenis ikan,
serangga, reptil (hewan melata) dan burung.
vi. Kelompok hewan melahirkan meliputi semua
jenis mamalia.
3. Penutup
1. Sebagai kegiatan penutup, diadakan suatu
permainan bersama.
2. Setiap siswa dikalungkan sebuah nama dari
hewan kelompok ikan, reptilia, burung,
serangga, dan mamalia.
3. Papan nama dapat dibuat dari kertas kardus 10’
mie atau semacamnya yang mudah ditemukan.
4. Permainan ini sebaiknya dilakukan di halaman
sekolah atau di tempat yang cukup luas.
5. Guru akan meminta siswa untuk membentuk
68

kelompok berdasarkan perintah yang diberikan


oleh guru. Siswa yang tidak dapat membentuk
kelompok atau membentuk kelompok tetapi
salah akan tereliminasi. Siswa yang mampu
bertahan adalah siswa yang dapat membentuk
kelompok sesuai dengan perintah.
6. Perintah untuk membentuk kelompok misalnya
dapat dikembangkan sebagai berikut:
a. kelompok hewan yang bertelur silahkan
berkumpul menjadi satu, begitu pula hewan
yang berkembang biak dengan cara
melahirkan silahkan membentuk kelompok
di tempat lain.
b. Buatlah sebuah kelompok yang terdiri dari
sebanyak-banyaknya dua hewan yang
bertelur dan dua hewan yang melahirkan.
c. Buatlah kelompok berdasarkan jenis hewan,
yaitu kelompok burung, serangga, reptilia,
ikan dan mamalia.

F. Media
1. Berbagai jenis hewan yang mudah ditemukan, misalnya burung, ikan, serangga,
reptilia dan mamalia.
2. Berbagai gambar hewan dari bermacam-macam jenis.
3. Papan nama hewan dengan ukuran 5 x 15 cm sejumlah siswa.
4. Lembar pengamatan.
5. Papan Triad Lintas Pendapat.
6. Kartu Lintas Pendapat
G. Penilaian
1. Tes performansi : dapat dilakukan dengan bentuk kuis, siswa diberikan
gambar-gambar hewan serta nama-nama hewan tersebut,
kemudian mereka diminta untuk mengelompokkan
berdasarkan cara berkembang biaknya dengan
memperhatikan ciri-ciri fisik pada hewan tersebut.
69

2. Tes tulis (paper and pencil test): soal-soal dapat dikembang sendiri oleh guru,
bentuk dapat berupa pilhan berganda, isisan atau uraian jawaban singhkat.

Malang, 4 Agustus 2005


Mengetahui:
Kepala MIN Malang I, Guru IPA,

H. Sukri, S.Ag. Drs. Suyanto


NIP. 150 079 935 NIP. 150 287 611

Lampiran 11: Lembar Tes Kemampuan Memahami Konsep Siklus III


70

TES AKHIR PEMBELAJARAN


Sub Pokok Bahasan : Perkembangbiakan pada Hewan
Kelas/Semester : VI/1
Waktu : 40 Menit.

Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda
silang (X) pada pilihan jawaban yang tepat!

1. Tujuan hewan berkembang biak adalah . . . .


a. beradaptasi dengan lingkungan
b. mencari makan
c. melestarikan jenisnya
d. agar cepat tumbuh
2. Hewan yang tidak dapat berkembangbiak akan . . . .
a. kesulitan beradaptasi
b. punah
c. lestari
d. sulit mencari makan
3. Perkembang-biakan hewan dikelompokkan menjadi tiga macam. Berikut ini yang
bukan merupakan cara perkembangbiakan hewan adalah …..
a. vivipar
b. ovipar
c. ovovivipar
d. sanitar
4. Perkembangbiakan hewan secara ovipar artinya hewan tersebut berkembang
biak dengan cara . . . .
a. kawin
b. bertelur
c. melahirkan
d. bertelur-melahirkan
5. Berikut ini yang merupakan cara berkembang biak Paramecium adalah .…
a. membelah diri
b. tunas
71

c. generatif
d. spora
5. Pasangan tumbuhan dan hewan yang berkembang biak dengan membelah diri
adalah……
a. ganggang hijau dan Amoeba
b. paramaecium dan Amoeba
c. paku dan ganggang hijau
d. jamur dan ganggang hijau
6. Istilah pembuahan atau perkawinan pada hewan adalah peristiwa bertemunya ....
a. serbuk sari di kepala putik
b. hewan jantan dengan hewan betina
c. putik ke serbuk sari
d. sel telur dan sel sperma
7. Pasangan hewan di bawah ini yang merupakan pasangan makhluk hidup yang
berkembang biak dengan bertelur (ovipar) adalah…..
a. ayam dan cicak
b. paus dan lumba-lumba
c. kelinci dan kijang
d. cendrawasih dan kambing
8. Rahim atau uterus dimiliki oleh .…
a. hewan jantan
b. hewan betina
c. tumbuhan biji
d. tumbuhan bersel satu
9. Pada saat terjadi pembuahan, sel telur dibuahi oleh ….
a. ovum
b. sperma
c. uterus
d. embrio
10. Hewan di bawah ini yang berkembang biak dengan cara bertelur adalah ….
a. kelelawar
b. kelinci
c. keledai
d. kupu-kupu
72

11. Binatang di bawah ini yang berkembang biak dengan beranak adalah ….
a. tenggiri
b. hiu
c. tongkol
d. bader
12. Binatang berikut ini yang mengalami pembuahan sel telur di luar tubuh induknya
adalah . . . .
a. katak
b. ikan lele
c. buaya
d. merpati
13. Hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur mempunyai ciri ….
a. berkaki empat
b. mempunyai sisik
c. memiliki kelenjar susu
d. memiliki daun telinga
14. Hydra adalah salah satu contoh hewan yang berkembang biak dengan cara . . . .
a. bertelur
b. melahirkan
c. bertelur – melahirkan
d. tunas.
15. Berikut ini adalah kelompok hewan yang berkembang biak dengan cara
melahirkan, kecuali ….
a. buaya
b. tikus
c. monyet
d. paus
16. Hewan berikut ini yang berkembang biak dengan cara bertelur-melahirkan
(ovovivipar) adalah . . . .
a. kadal
b. buaya
c. cicak
d. ikan lele
73

17. Pada hewan menyusui, sel telur yang telah dibuahi akan tumbuh berkembang di
dalam . . . .
a. uterus
b. rahim
c. kloaka
d. plasenta
18. Hewan berikut ini yang tidak berkembang biak dengan cara vegetatif alami
adalah ….
a. bakteri
b. paramaecium
c. cacing tanah
d. hidra
19. Sel telur yang telah dibuahi disebut ….
a. zigot
b. embrio
c. janin
d. larva
20. Bakteri berkembang biak dengan cara ….
a. membelah diri
b. tunas
c. bertelur
d. melahirkan
21. Pada hewan yang berkembang biak secara kawin, sel kelamin betina diproduksi
di dalam. . . .
a. avum
b. ovarium
c. kantong kemih
d. testis
22. Agar telur ayam dapat menetas menjadi anak ayam, maka telur tersebut harus
dierami kurang lebih selama . . . .
a. dua minggu
b. tiga minggu
c. empat minggu
d. lima minggu
74

23. Ada hewan yang mampu mengerami telurnya ada pula hewan yang tidak mampu
mengerami telurnya. Hewan berikut ini yang tidak mengerami telurnya adalah ….
a. ayam
b. angsa
c. bebek
d. itik
24. Hewan-hewan berikut yang mengalami masa mengandung yang paling lama
adalah . . . .
a. kambing
b. sapi
c. kuda
d. gajah
25. Buaya, komodo, dan ular hijau merupakan contoh-contoh hewan yang
berkembang biak dengan cara . . . .
a. bertelur
b. melahirkan
c. bertelur melahirkan
d. beranak

Jawablah pertanyan-pertanyaan berikut ini dengan singkat dan tepat!


1. Apakah tujuan hewan berkembang biak?
………………………………………………………………………………………………………………..
2. Jelaskan macam-macam cara berkembang biak hewan!
………………………………………………………………………………………………………………..
3. Sebutkan lima contoh hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur
(Ovipar)!
………………………………………………………………………………………………………………..
4. Sebutkan lima contoh hewan yang berkembang biak dengan cara melahirkan
(Vivipar)!
………………………………………………………………………………………………………………..
5. Ada hewan-hewan yang berkembang biak secara vegetatif. Sebutkan tiga
contoh hewan yang berkembang biak dengan cara vegetatif (tak kawin)!
………………………………………………………………………………………………………………..
75

Lampiran 12. Kisi-Kisi Penyusunan Inventori Skala Sikap Murid Terhadap


Pelajaran IPA

Komponen Indikator Butir Pernyataan Jenis No


1) Saya suka belajar pelajaran lain
1. Perasaan a. merasa _ 2
daripada belajar IPA.
terhadap bahwa IPA
pelajaran sebagai 2) Saya merasa pelajaran IPA itu _ 15
IPA. pelajaran membosankan.

yang mudah 3) Saya merasa pelajaran IPA itu _ 22


dan me- menakutkan.

nyenang- 4) Saya merasa pelajaran IPA itu sulit. _ 28


kan. 5) Saya merasa pelajaran IPA itu + 37
mudah.
6) Saya merasa pelajaran IPA itu + 44
menarik.
7) Saya merasa pelajaran IPA itu + 52
menyenangkan.
1) Saya sering gemetar ketika giliran
b. tidak ada _ 12
mengerjakan soal IPA.
perasaan
cemas 2) Saya takut ditunjuk mengerjakan _ 19
dalam soal IPA.

belajar IPA 3) Saya senang mengerjakan soal IPA. + 26


4) Saya sering pusing waktu belajar _ 34
IPA.
5) Saya sering gugup dalam menjawab _ 42
soal IPA.
6) Saya berkeringat dingin bila ditunjuk _ 51
mengerjakan soal IPA.
7) Perut saya mulas pada waktu _ 58
pelajaran IPA.
8) Saya sering tidak masuk sekolah bila _ 59
ada pelajaran IPA.
76

1) Saya suka memilih duduk di


c. tidak _ 13
belakang pada pelajaran IPA.
berusaha
menghin- 2) Saya senang bila tidak ada _ 20
dar dari pelajaran IPA.

pelajaran 3) Saya senang bila IPA diganti _ 35


IPA. pelajaran lain.
4) Saya senang bila jam pelajaran IPA _ 43
sedikit saja.
2. Kesedia- a. Memper- 1) Buku IPA saya sering ketinggalan. _ 3
an untuk siapkan diri
2) Saya mempunyai buku IPA sendiri. + 29
mempela- sebelum
3) Saya senang mencari buku latihan
jari IPA. pelajaran + 38
soal IPA.
IPA.
b. mempela- 1) Saya senang belajar IPA di rumah. + 4
jari terlebih
2) Saya senang mencoba-coba sendiri + 45
dahulu
soal IPA.
bagian
3) Saya tidak mempelajari dulu _ 53
materi yang
pelajaran IPA yang akan diajarkan
akan
guru.
diajarkan
oleh guru.
c. menunjuk- 1) Saya suka melamun saat pelajaran _ 5
kan IPA.
antusiasme 2) Saya senang dengan pelajaran IPA. + 16
dalam
3) Saya mudah menerima penjelasan + 23
belajar.
guru.
4) Saya bosan mengikuti pelajaran IPA. _ 30
5) Saya senang bila jam IPA kosong. _ 39
6) Saya tidak bersemangat belajar IPA. _ 46
77

d. terlibat aktif 1) Saya senang mengerjakan soal + 6


dalam latihan IPA.
pembela- 2) Saya mengerjakan latihan IPA tepat + 54
jaran. waktu.
3) Saya suka mengajukan pertanyaan. + 47
e. mempu-nyai 1) Saya mengikuti penjelasan guru + 7
perhatian dengan cermat.
tinggi. 2) Saya merasa waktu pelajaran IPA _ 17
lama sekali.
3) Saya lebih suka bermain-main _ 24
sendiri saat pelajaran IPA.
4) Saya merasa tekun belajar IPA. + 55
f. senang 1) Saya senang bertanya kepada guru + 8
mengaju- bila ada pelajaran IPA yang sulit.
kan 2) Saya senang bertanya kepada teman- + 31
pertanya-an. teman.
3) Saya diam saja meskipun tidak _ 48
paham IPA.
4) Saya jarang bertanya kepada guru. _ 56
g. senang 1) Saya senang memberi contoh + 9
mengaju- mengerjakan soal IPA.
kan 2) Saya senang menjawab pertanyaan + 40
gagasan. guru.
h. menger- 1) Saya mengerjakan PR IPA dengan + 10
jakan tugas sungguh-sungguh.
dengan 2) Saya selalu bertanya orang tua bila + 32
sungguh- ada PR IPA yang sulit.
sungguh. 3) Saya bosan mengerjakan PR IPA. _ 49
4) Saya senang bila tidak ada PR IPA. _ 57
78

i. berusaha 1) Saya berusaha bertanya kepada + 11


mencari orang tua atau kakak bila ada tugas
bantuan bila IPA yang sulit.
tidak 2) Jika ada kesulitan IPA saya akan + 18
memahami menanyakannya kepada teman-
tugas. teman.
3) Saya malu bertanya kepada orang _ 60
tua atau kakak tentang IPA.
j. berusaha 1) Saya bosan mengerjakan tugas-tugas _ 25
menyelesai- IPA.
kan tugas 2) Saya sering terlambat dalam _ 33
tepat waktu. menyelesaikan soal latihan IPA.
k. berusaha 1) Saya merasa percuma saja ikut _ 41
memper- ulangan perbaikan, hasilnya tetap
baiki jelek.
prestasi 2) Saya senang ikut ulangan perbaikan + 50
belajar IPA. bila nilai ulangan saya jelek.
3. Kesadar- a. pandangan 1) Saya merasa pelajaran IPA itu + 1
an terhadap bermanfaat.
terhadap manfaat
2) Saya merasa yakin IPA membantu + 14
keguna-an IPA dalam
mewujudkan cita-cita saya.
pelajaran kehidupann
3) Saya merasa butuh pelajaran IPA. + 21
IPA. ya.
4) Saya merasa sia-sia belajar IPA. _ 27
5) Saya merasa belajar IPA itu penting. + 36
Katerangan:
+ = Mendukung.
- = Tak tak mendukung.
79

Lampiran 12.
Nama Nama : …………………

Kelas : …………………

Instrumen Skala Sikap


Siswa Kelas VI D Terhadap Pelajaran IPA
(Waktu: 15 menit)
Petunjuk:
Ada 25 pernyataan tentang sikap terhadap IPA. Ini bukan tes, tidak
ada jawaban yang benar atau salah. Setiap orang mempunyai pendapat yang
berbeda terhadap IPA. Karena itu jawaban yang benar adalah jawaban yang
sesuai dengan apa yang Ananda rasakan.
Setelah Ananda membaca pernyataan berikut dengan teliti, berilah

tanda silang (X) pada salah satu tanda gambar pilihan jawaban pada kolom

yang tersedia sesuai dengan pendapat Ananda. Adapun arti tanda gambar

pada kolom tersebut adalah:

 = Tidak Setuju  = Kurang Setuju

 = Cukup Setuju  = Setuju

Atas kesediaan Ananda menjawab pernyataan-pernyataan berikut ini

dengan sebenarnya, saya ucapkan terimakasih. Pernyataan tersebut adalah:

No PERNYATAAN JAWABAN SKOR

1 Aku suka belajar pelajaran lain    


daripada belajar IPA.

2 Aku senang belajar IPA di rumah.    


80

3 Aku senang mengerjakan soal IPA.    

4 Aku senang bertanya kepada guru.


   
5 Aku bingung mengerjakan soal IPA.
   
6 Aku suka duduk di belakang waktu    
IPA.

7 Aku senang dengan IPA.    


8 Aku takut ditunjuk mengerjakan
soal IPA.
   
9 Aku mudah menerima penjelasan    
guru.

10 Aku lebih suka bermain-main    


sendiri saat pelajaran IPA.

11 Aku bosan mengerjakan PR IPA.    

12 Aku merasa IPA itu sulit.


   
13 Aku suka terlambat menyelesaikan    
soal IPA.

14 Aku merasa IPA itu mudah.    


15 Aku senang menjawab pertanyaan    
guru.
81

16 Aku merasa percuma saja ikut    


ulangan perbaikan.

17 Aku sering gugup dalam menjawab    


soal IPA.

18 Aku senang bila jam IPA sedikit.    


19 Aku senang mencoba-coba soal    
IPA.

20 Aku malas belajar IPA.    


21 Aku lebih senang diam meskipun
tidak paham IPA.
   
22 Aku merasa IPA itu menyenangkan.    
23 Aku senang mengerjakan latihan    
IPA tepat waktu.

24 Aku merasa tekun belajar IPA.    


25 Aku suka bertanya kepada guru bila    
ada kesulitan.

Terimakasih atas kesediaan Ananda menuliskan sikap Ananda


terhadap pelajaran IPA sesuai dengan yang Ananda rasakan.

Malang, Juli 2005

Guru IPA
82

Lampiran 14: Lembar Observasi Sikap Siswa Selama Proses Pembelajaran

LEMBAR PENGAMATAN TERHADAP SIKAP SISWA


SELAMA PROSES PEMBELAJARAN
(SIKLUS PERTAMA)

Hari/Tanggal: …………………………..
KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA
Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
OBSERVASI 2. Kesungguhan (Antusias)
3. Perasaan Senang
4. Terlibat Aktif

Jumlah

KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA


Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
DISKUSI 2. Kesungguhan (Antusias)
KELOMPOK 3. Perasaan Senang
KECIL 4. Terlibat Aktif

Jumlah

KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA


Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
PRESENTASI 2. Kesungguhan (Antusias)
3. Perasaan Senang
4. Terlibat Aktif

Jumlah

KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA


Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
PERMAINAN 2. Kesungguhan (Antusias)
3. Perasaan Senang
4. Terlibat Aktif

Jumlah
83

Lampiran 15: Lembar Observasi Sikap Siswa Selama Proses Pembelajaran


Siklus II

LEMBAR PENGAMATAN TERHADAP SIKAP SISWA


SELAMA PROSES PEMBELAJARAN
(SIKLUS KEDUA)

Hari/Tanggal: …………………………..
KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA
Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
OBSERVASI 2. Kesungguhan (Antusias)
3. Perasaan Senang
4. Terlibat Aktif

Jumlah

KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA


Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
DISKUSI 2. Kesungguhan (Antusias)
KELOMPOK 3. Perasaan Senang
KECIL 4. Terlibat Aktif

Jumlah

KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA


Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
PRESENTASI 2. Kesungguhan (Antusias)
3. Perasaan Senang
4. Terlibat Aktif

Jumlah

KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA


Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
PERMAINAN 2. Kesungguhan (Antusias)
3. Perasaan Senang
4. Terlibat Aktif

Jumlah
84

Lampiran 16: Lembar Observasi Sikap Siswa Selama Proses Pembelajaran


Siklus III

LEMBAR PENGAMATAN TERHADAP SIKAP SISWA


SELAMA PROSES PEMBELAJARAN
(SIKLUS KETIGA)

Hari/Tanggal: …………………………..
KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA
Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
OBSERVASI 2. Kesungguhan (Antusias)
3. Perasaan Senang
4. Terlibat Aktif

Jumlah

KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA


Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
DISKUSI 2. Kesungguhan (Antusias)
KELOMPOK 3. Perasaan Senang
KECIL 4. Terlibat Aktif

Jumlah

KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA


Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
PRESENTASI 2. Kesungguhan (Antusias)
3. Perasaan Senang
4. Terlibat Aktif

Jumlah

KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA


Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
PERMAINAN 2. Kesungguhan (Antusias)
3. Perasaan Senang
4. Terlibat Aktif

Jumlah
85

Lampiran 17. Skor sikap siswa pada awal dan akhir pada tiap-tiap siklus.

Skor Sikap Akhir Siklus


No Nama Siswa
Awal I II III
1 Afifa Husna 74 76 82 80
2 Ahmad Hilman Tamami 74 78 86 86
3 Angrenani Rindu Prastika 70 80 84 92
4 Anisa Dwi Ramadani 74 80 90 92
5 Anisa’ul Mardliyah 72 81 91 92
6 AR. Miftah Al Farouqy 74 75 80 86
7 Argya Hastubrata B 80 80 82 88
8 Arin Wahyuningsih 76 78 88 90
9 Arsy Arundina 76 79 83 86
10 Atika Wiji Utami 72 76 73 72
11 Aulia Rahmah Bharhayula 66 70 75 76
12 Auliantania Amandra 86 84 84 82
13 Bintang Maulana Zakariya 82 84 86 88
14 Dave Nirvana 68 78 80 84
15 Dita Pranditya Putri 82 80 84 91
16 Fachri Ramadhan 68 74 80 85
17 Fadjar Ramdani Setyawan 82 86 90 88
18 Faradila Rachmawati S 68 70 80 84
19 Fatimah Azzahra 82 80 76 80
20 Fitri Rahmadina 68 70 72 86
21 Fitria Sari Wulandari 78 74 80 86
22 Gusna Hadyan Thirafi 84 86 90 92
23 Hafis Baginda Alam 84 84 88 81
24 Hanif Fermanda Putra 70 76 78 76
25 Huwaida Labibah 84 82 88 93
26 Inandiastya Herinda Putri 78 84 83 82
27 Inna Alifiyana Zain 76 80 84 87
28 Karima Nadiah Mulyawati 74 78 78 76
29 Mahadma Harwanda Yoga 80 82 80 78
30 Mike Nur Izzati 80 84 86 92
31 Muhamad Fahminudin R 76 77 78 76
32 Oktaviani Nur Aisyah 62 70 74 78
33 Qonitah Permata Putri 72 74 80 85
34 Rahmatan Lil Alamin 80 78 86 93
35 Ratya Shafira Arifiani 68 72 76 78
36 Suci Cahyani 88 88 90 93
37 Unsiah Fuadia 76 74 76 82
38 Vanada Hanindita Anjani 86 90 88 88
39 Vashti Talitha Chairissy 76 78 80 85
40 Yunita Nurfitri Kumalasari 78 80 86 88
Rata-Rata Skor 76,1 78,9 82,375 85,175
Deskripsi:
1. Siswa yang bersikap rendah 0 0 0 0
86

2. Siswa yang bersikap kurang 0 0 0 0


3. Siswa yang bersikap cukup 16(40%) 9 (22,5%) 3 (7,5 %) 1 (2,5%)
4. Siswa yang bersikap tinggi 33 (60%) 31 (77,5%) 37(92,5%) 39 (97,5%)
87

Lampiran 18. Nilai Kemampuan Memahami Konsep pada Tiap Akhir Siklus.
Nilai Memahami Konsep
No Nama Siswa
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1 Afifa Husna 94 100 100
2 Ahmad Hilman Tamami 74 80 86
3 Angrenani Rindu Prastika 78 76 86
4 Anisa Dwi Ramadani 72 78 90
5 Anisa’ul Mardliyah 72 74 79
6 AR. Miftah Al Farouqy 88 97 100
7 Argya Hastubrata Basundara 77 84 94
8 Arin Wahyuningsih 87 94 98
9 Arsy Arundina 92 98 98
10 Atika Wiji Utami 98 96 100
11 Aulia Rahmah Bharhayula 91 97 100
12 Auliantania Amandra 98 100 96
13 Bintang Maulana Zakariya 72 83 85
14 Dave Nirvana 96 98 94
15 Dita Pranditya Putri 96 100 92
16 Fachri Ramadhan 72 78 90
17 Fadjar Ramdani Setyawan 76 94 100
18 Faradila Rachmawati Sumaria 78 96 96
19 Fatimah Azzahra 98 100 96
20 Fitri Rahmadina 76 88 91
21 Fitria Sari Wulandari 78 86 91
22 Gusna Hadyan Thirafi 93 98 100
23 Hafis Baginda Alam 88 97 100
24 Hanif Fermanda Putra 87 94 98
25 Huwaida Labibah 95 98 98
26 Inandiastya Herinda Putri 67 84 89
27 Inna Alifiyana Zain 72 82 86
28 Karima Nadiah Mulyawati 71 86 98
29 Mahadma Harwanda Yoga 66 85 89
30 Mike Nur Izzati 94 98 96
31 Muhamad Fahminudin Rosyid 68 84 88
32 Oktaviani Nur Aisyah 88 92 90
33 Qonitah Permata Putri 100 100 100
34 Rahmatan Lil Alamin 100 95 96
35 Ratya Shafira Arifiani 70 84 86
36 Suci Cahyani 100 100 100
37 Unsiah Fuadia 82 92 96
38 Vanada Hanindita Anjani 83 88 96
39 Vashti Talitha Chairissy 96 93 96
40 Yunita Nurfitri Kumalasari 70 80 90
Rata-Rata Nilai 83,825 90,8 93,725
1. Jumlah siswa di bawah ketuntasan 12 (30%) 1 (2,5%) 0 (0%)
2. Jumlah siswa di atas ketuntasan 28 (70%) 39(97,5%) 40 (100%)
88

Anda mungkin juga menyukai