BAB I
PENDAHULUAN
siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam suasana
belajar yang penuh dengan persaingan dan pengisolasian, sikap dan hubungan yang
negatif akan terbentuk dan mematikan semangat siswa. Suasana seperti itu akan
menghambat pembentukan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu, guru perlu
pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk belajar dengan mudah. Guru
perlu menciptakan situasi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
dalam kegiatan KKGMI maupun pelatihan, sering muncul dalam perbincangan bahwa
banyak murid kelas IV –VI belum menguasai dengan baik konsep-konsep IPA. Hal
tersebut berdampak pada pembelajaran IPA di kelas VI. Prestasi belajar IPA di kelas
VI masih jauh dari harapan, apalagi di kelas VI ini anak-anak harus siap menghadapi
Hal tersebut juga terjadi di MIN 1 Malang tempat penulis mengabdikan diri.
Pada saat penulis diberi tugas untuk mengajar di kelas VI pada tahun pelajaran 2005-
2006 penulis memperoleh tantangan untuk dapat mendongkrak prestasi belajar IPA
yang rata-rata masih berkisar pada level 7,4 serta sikap siswa yang masih perlu
ditingkatkan. Secara kebetulan pula, kelas yang diajar penulis adalah peringkat ke- 4,
5 dan 6 yang secara akademis berada di bawah rata-rata kelas paralel. Penulis
2
suatu model pembelajaran yang tidak hanya mampu mendongkrak prestasi belajar
saja, namun juga meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran IPA. Dengan
melakukan perenungan yang mendalam, penulis teringat masa-masa kecil dulu ketika
bermain ‘dam-daman’ dan bermain kartu domino. Hal tersebut memunculkan ide
tengah penulis geluti. Model pembelajaran ini diharapkan akan mampu meningkatkan
sikap positif siswa terhadap pelajaran IPA dan kemampuan mengingat konsep IPA
B. Identifikasi Masalah
Sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar menjadi modal dasar untuk
memunculkan prakarsa belajar. Tanpa sikap dan persepsi yang positif belajar
mungkin tidak akan pernah terjadi. Oleh karena itu, setiap guru harus mampu
mengembangkan sikap dan persepsi murid yang positif agar murid-murid betah dan
memperoleh kenikmatan dalam belajar. Seorang murid yang merasa tidak nyaman
berada di dalam kelas, tidak akan sepenuhnya terlibat dalam kegiatan belajar.
Agar siswa memiliki sikap dan persepsi yang positif maka perlu didukung
oleh proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Salah satu penyebab
kurangnya persepsi dan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran adalah kebiasaan
pembelajaran berbasis ramah anak melalui teknik permainan “Dokar Lipat” pada
Malang.
C. Rumusan Masalah
secara operasional rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini dapat
D. Tujuan Penelitian
MIN I Malang.
Malang.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada hasil kajian teoretis maka hipotesis yang diajukan pada
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari sisi guru, siswa, sekolah, perancang
siswa terhadap mata pelajaran IPA dan (4) meningkatkan efektivitas pembelajaran
3. Manfaat penelitian bagi murid adalah agar siswa dapat belajar IPA yang sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhannya, dan agar murid dapat belajar
5
IPA dengan lebih menyenangkan sehingga akan terpupuk sikap positif bahwa IPA
sehingga akan dapat memperbaiki mutu lulusan sekolah tersebut, dan membantu
teoretis bagi perancang pembelajaran dalam menyusun bahan ajar dalam rangka
6. Manfaat bagi peneliti lain yang menaruh minat terhadap penelitian sejenis adalah
G. Definisi Operasional
1. Sikap siswa pada pelajaran IPA merupakan organisasi pendapat dan keyakinan
seorang siswa terhadap pelajaran IPA yang dinyatakan dalam derajad perasaan
positif atau negatif, dan memberikan dasar kepada seorang siswa untuk membuat
2. Perolehan belajar memahami konsep pada pelajaran IPA adalah skor yang
diperoleh siswa setelah melalui perlakuan dan diukur melalui tes hasil belajar IPA
BAB II
KAJIAN TEORI
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas meliputi: (1) tujuan pembelajaran IPA di
Madrasah Ibtidaiyah, (2) hasil belajar kemampuan memahami konsep, (3) sikap murid
dan pengaruhnya terhadap hasil belajar IPA, dan (4) permainan ‘Dokar Lipat’.
menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana, baik tentang gejala
alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan
menggiring para guru untuk kreatif, inovatif, dan antisipatif terhadap keefektifan
pembelajarannya di sekolah. Hal ini dapat dilakukan oleh para guru mulai dari
pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik sub pokok bahasan,
pelajaran dan karakteristik pebelajar, dan pemilihan strategi yang tepat dalam
Dalam setting kelas, siswa lebih banyak belajar dari teman yang satu ke teman
berinteraksi dan memiliki dampak positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya.
7
tingkat mahir, maka mereka akan memiliki kemampuan mengelaborasi suatu konsep
yang akan menghasilkan suatu pemahaman lebih dalam dan hasil belajar yang lebih
tinggi yang pada akhirnya akan menumbuhkan motivasi positif dan sikap yang lebih
baik.
Undang No. 2 Tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah No. 22 Th. 2006 adalah IPA dan
pendidikan untuk para siswa. Selain itu, tampak adanya kesadaran untuk perlunya
menekankan hubungan antara IPA dan teknologi. Dalam Standar Kompetensi dan
mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-
konsep yang diperolehnya. Menurut Ausubel (1968), konsep diperoleh dengan dua
cara, yaitu formasi konsep (concept formation) dan asimilasi konsep (concept
secara efisien kemampuan mental seseorang, sama halnya dengan komputer canggih
yang dilengkapi dengan program operasinya. Dalam hal ini konsep merupakan alat di
ranah, yaitu ranah kognitif, sikap, dan psikomotorik. Ranah kognitif menaruh
jauh Bloom (dalam Degeng, 1990) mengklasifikasi lebih lanjut ranah kognitif menjadi
lebih khusus. Semua klasifikasi diurut secara hierarkhis dari yang paling sederhana
kembali sesuatu yang telah pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan, (2)
lebih mudah dipahami, (3) penerapan, menggunakan abstraksi pada situasi tertentu
dan konkrit, tekanannya adalah untuk memecahkan suatu masalah, (4) analisis,
memilih informasi ke dalam satuan-satuan bagian yang lebih rinci sehingga dapat
dikenali fungisnya, kaitannya dengan bagian yang lebih besar, serta organisasi
kesatuan yang baru dan unik, dan (6) penilaian, pertimbangan-pertimbangan tentang
Pada penelitian ini klasifikasi ranah kognitif Bloom yang menjadi perhatian
disebut dengan component display theory (CDT). Dalam model ini, hasil
pembelajaran diklasifikasi ke dalam dua dimensi: tingkat unjuk kerja dan tipe isi.
Klasifikasi ini hanya diterapkan dalam belajar ranah kognitif, dimensi tingkat unjuk
kerja dibagi menjadi 3, yaitu: (1) mengingat, (2) menggunakan, dan (3) menemukan,
sedangkan tipe isi pembelajaran dibedakan menjadi 4, yaitu: (1) fakta, (2) konsep, (3)
10
prosedur, dan (4) prinsip. Kombinasi dimensi unjuk kerja dan tipe isi melahirkan
Menemukan/
Mengembangkan
Menggunakan/
Menerapkan
Mengingat/
Mengetahui
ini, penulis hanya mengambil salah satu dimensi unjuk kerja dan tipe isi yaitu
konsep pada penelitian ini meliputi konsep-konsep pelajaran IPA Kelas VI SD/MI
vegetatif dan generatif, (b) perkembangbiakan hewan secara vegetatif dan generatif,
(c) metamorfosis pada hewan, dan (d) makhluk hidup menerima dan menanggapi
rangsang.
juga ditentukan oleh sikap siswa terhadap pelajaran IPA. Schibeci, R.A. dan Riley,
J.P. (1985) menyatakan bahwa persepsi siswa terhadap pelajaran mempengaruhi sikap
Sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar menjadi modal dasar untuk
memunculkan prakarsa belajar (Degeng, I.N.S., 2001b: 32). Lebih lanjut Degeng,
11
I.N.S. (2001b:32) mengungkapkan bahwa tanpa sikap dan persepsi yang positif
belajar mungkin tidak akan pernah terjadi. Oleh karena itu, setiap guru harus mampu
mengembangkan sikap dan persepsi murid yang positif agar siswa betah dan
memperoleh kenikmatan dalam belajar. Seorang siswa yang merasa tidak nyaman
berada di dalam kelas, tidak akan sepenuhnya terlibat dalam kegiatan belajar.
tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungan dengan
tindakan yang terarah pada benda (obyek), atau kejadian. Senada dengan Gagne,
negatif.
Dari berbagai pendapat ahli di atas tentang sikap dapat ditarik suatu simpulan
bahwa sikap siswa terhadap pelajaran IPA merupakan organisasi pendapat dan
keyakinan seorang siswa terhadap pelajaran IPA yang dinyatakan dalam derajad
perasaan positif atau negatif, dan memberikan dasar kepada seorang siswa untuk
membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Jadi sikap
siswa pada pelajaran IPA akan mempengaruhi seorang siswa dalam berperilaku dan
komponen afektif dan kognitif pada sikap. Dalam teori lainnya disebutkan bahwa
sikap memiliki tiga komponen dasar, yaitu kognitif, afektif atau emosional, dan
12
Atas dasar pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sikap memiliki tiga
komponen, yaitu komponen kognitif, afektif, dan rencana perilaku atau konaktif.
Konsep sikap digunakan dalam dimensi evaluatif untuk menunjukkan senang atau
sikap (Deaux dan Wrightsmann, 1984). Keyakinan sebagai unsur komponen kognitif
khusus. Sebagai contoh, jika seorang siswa mengatakan bahwa pelajaran IPA itu sulit,
objek sikap. Komponen ini ada dua kemungkinan, yaitu perasaan positif dan perasaan
negatif. Perasaan positif terhadap objek seperti rasa hormat, senang, simpatik, dan
sebaliknya perasaan negatif seperti benci, takut, sedih. Dalam banyak bahasan,
Komponen yang ketiga adalah konaktif atau behavioral intention. Konsep ini
terhadap suatu objek. Seorang siswa yang tidak menyukai pelajaran IPA akan
cenderung untuk memilih sikap diam bila ditanya oleh guru, suka duduk dibelakang
agar terhindar dari perhatian guru, malas bila mengerjakan PR IPA dan sebagainya.
13
disusun suatu skala sikap yang terdiri dari butir-butir pernyataan yang telah disunting
dan diteliti menurut suatu kriteria tertentu. Skala sikap merupakan suatu alat untuk
memperoleh suatu nilai yang menunjukkan derajad perasaan seseorang terhadap suatu
obyek psikologis tertentu. Setiap pernyataan menyatakan apa yang dikatakan tentang
Sesuai dengan definisi sikap yang telah dikemukakan di atas, yang dimaksud
dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran IPA adalah organisasi pendapat dan
keyakinan siswa yang dihubungkan dengan pelajaran IPA yang disertai adanya
derajad perasaan positif atau negatif, dan memberikan dasar kepada siswa untuk
Sikap siswa terhadap IPA ditunjukkan melalui tiga komponen yaitu kognitif,
afektif dan konaktif. Komponen kognitif yaitu komponen yang berkaitan dengan
afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan perasaan senang atau tidak senang
terhadap pelajaran IPA. Perasaan murid yang bersifat positif ditunjukkannya melalui
perhatiannya yang besar dan mendalam pada pelajaran IPA. Sikap ini dapat dilihat
pada usaha, cara kerja, keinginan dan rasa kesungguhan dalam belajar IPA. Perasaan
tidak senang atau sikap negatif ditunjukkannya melalui usaha, cara kerja, kemauan
Sikap siswa terhadap pelajaran IPA diukur dengan suatu skala yaitu skala
sikap. Skala sikap ini disusun dengan menggunakan Summated Rating Scale atau
14
yang lebih dikenal dengan Skala Likert (skor 1 sampai 4). Skala ini dikembangkan
dengan cara menyusun sejumlah pernyataan positif dan pernyataan negatif mengenai
suatu obyek sikap, dalam hal ini adalah pelajaran IPA. Subyek dapat memberi respon
dengan menyatakan sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS) dan tidak
ketidak-sukaan siswa terhadap mata pelajaran IPA, karena sikap juga berhubungan
dengan pemenuhan keinginan siswa dapat dicapai dan luasnya pengetahuan siswa
mengenai objek sikap, dalam hal ini adalah matapelajaran IPA. Makin tinggi derajat
kesukaan, makin rendah derajat kesulitan, makin dekat objek sikap terhadap
pemenuhan kebutuhan siswa, makin sesuai objek sikap diterima dalam khasanah
pengetahuannya, akan makin tinggi pula sikap siswa terhadap mata pelajaran IPA.
Sikap yang tinggi itu cenderung membawa tindakan positif terhadap objek yang
pembelajaran berhubungan dengan hasil belajar yang diperolehnya, atau siswa akan
Suhardjono,1990). Hal ini memberikan gambaran bahwa hubungan yang kuat antara
sikap yang positif terhadap mata pelajaran IPA akan memberikan sumbangan
afektif terhadap perolehan belajar yang baik berupa tingkat pemahaman konsep.
Sikap siswa terhadap mata pelajaran IPA baik sikap yang bersifat positif
maupun negatif memberikan konstribusi yang berbeda pada perolehan belajar berupa
pemahaman konsep IPA. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran
IPA cenderung akan memiliki kemampuan yang lebih baik dari pada siswa yang
15
memiliki sikap negatif dalam pemahaman konsep. Sikap yang positif terhadap mata
pelajaran IPA sangat penting dimiliki murid karena sikap ini sangat membantu siswa
Dunia anak adalah dunia bermain. Masih segar dalam ingatan kita ketika
masa-masa kecil dulu. Masa-masa yang paling indah dimana hari-hari kita lewati
dengan bermain dan bersendau gurau dengan teman-teman. Di saat waktu istirahat
sekolah, anak-anak asyik bermain dengan riang gembira. Permainan gobak sodor,
lompat tali, ‘betengan’ dan aneka permainan lainnya mewarnai setiap kegiatan
istirahat anak-anak. Suasana ceria itu mendadak terhenti saat bel tanda masuk
mewarnai raut muka yang tadinya riang gembira. Kebebasan yang tadinya dapat
diluapkan dengan bermain kini seolah-olah sirna dengan adanya tanda bunyi bel.
Bunyi bel bagi anak-anak serasa batas nyata antara dua dunia yang berbeda, dunia
bermain dan dunia belajar. Kerinduan penulis muncul, alangkah indahnya jika
Kegiatan mencongak atau dikte sering dilakukan oleh guru untuk membina
keterampilan siswa dalam memahami fakta dan konsep. Dengan latihan yang
berulang-ulang, guru berharap bahwa siswa akan dapat dengan cepat menguasai
bahan yang diajarkannya. Namun, kadang kala ada unsur kejenuhan di benak siswa
5 sampai 10 menit setelah jam terakhir dan siswa yang dapat menjawab dengan benar
diberi reward boleh pulang terlebih dahulu. Siswa yang pulang terlebih dulu dari
waktu yang semestinya bila dilakukan terus menerus akan berakibat semakin
banyaknya waktu yang terbuang tidak dimanfaatkan untuk belajar oleh siswa tersebut
sehingga secara tidak sadar hal ini akan menghambat perolehan belajar mereka. Oleh
karena itu harus ada upaya lain dari guru dalam membina kemampuan mengingat
konsep dan merangsang siswa agar termotivasi untuk selalu mau belajar.
belajar siswa dalam memahami fakta dan konsep IPA. Permainan ini saya namakan
‘Dokar Lipat’ untuk mengenang permainan yang sangat populer di waktu penulis
biasa dimainkan di sela-sela waktu senggang oleh dua orang. Permainan ini biasa
pohon rindang. Permainan ini dapat melatih kemampuan seseorang dalam menyusun
suatu strategi. Penulis tergerak untuk mengembangkan permainan ini dalam rangka
membuat suasana pembelajaran IPA yang interaktif. Dokar lipat merupakan akronim
dari: Do (Dolanan), Kar (Kartu), Li (Lintas) dan Pat (Pendapat). Permainan ini terdiri
dari tiga fase, yaitu pertama, permainan lintas pendapat untuk mengungkap
dengan satu bilangan dengan hasil sampai 91. Hasil uji coba tersebut sangat bagus
baik ditinjau dari penguasaan keterampilan perkalian siswa maupun aspek sikap siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
pembelajaran IPA yang muncul di kelas. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
perancangan ulang untuk siklus berikutnya. Pada penelitian ini, penulis melaksanakan
tiga siklus, sesuai dengan jumlah dan kompleksitas tujuan pembelajaran materi
Secara ringkas alur pokok pada masing-masing siklus dapat ditabelkan sebagai
berikut.
B. Tempat Penelitian
pelajaran 2005 – 2006 dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa, yang terdiri dari 13
siswa laki-laki dan 27 siswa perempuan. Kondisi lingkungan keluarga berada pada
inventori skala sikap, catatan lapangan, wawancara dan studi dokumen. Teknik
penyebaran inventori skala sikap dan catatan lapangan digunakan menilai proses
lapangan.
hasil observasi terhadap sikap siswa dan hasil belajar mengingat konsep, dengan
mencatat kembali data-data yang telah terkumpul, (2) melakukan interpretasi, yaitu
yaitu menyimpulkan apakah dalam pembelajaran ini terjadi peningkatan sikap positif
siswa dan hasil belajar berupa kemampuan mengingat konsep atau tidak, (4) tahap
atau dalam pelaksanaan di lapangan setelah siklus berakhir berdasar inferensi yang
observasi yang disesuaikan dengan tujuan penelitian ini, kemudian dituangkan dalam
1) Meningkatnya sikap positif siswa terhadap pelajaran IPA ditunjukkan melalui tiga
berhubungan dengan perasaan senang atau tidak senang terhadap pelajaran IPA.
besar dan mendalam pada pelajaran IPA. Sikap ini dapat dilihat pada usaha, cara
kerja, keinginan dan rasa kesungguhan dalam belajar IPA. Perasaan tidak senang
atau sikap negatif ditunjukkannya melalui usaha, cara kerja, kemauan dan rasa
(kesediaan) dalam mempelajari IPA. Sikap murid terhadap pelajaran IPA diukur
dengan suatu skala yaitu skala sikap. Skala sikap ini disusun dengan
menggunakan Summated Rating Scale atau yang lebih dikenal dengan Skala
Likert (skor 1 sampai 4). Skala ini dikembangkan dengan cara menyusun sejumlah
pernyataan positif dan pernyataan negatif mengenai suatu obyek sikap, dalam hal
ini adalah pelajaran IPA. Subyek dapat memberi respon dengan menyatakan
sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS) dan tidak setuju (TS)
terhadap sejumlah
sebagai berikut:
dengan data sikap siswa setelah akhir kegiatan pada siklus I. Sikap positif siswa
dinyatakan naik apabila terjadi peningkatan sikap yang signifikan antara sebelum
3) Meningkatnya hasil belajar siswa ditandai dengan indikator hasil belajar (nilai
ulangan akhir pembelajaran) menjadi lebih baik (meningkat) daripada hasil belajar
deskriptif yaitu uji beda dengan menggunakan rumus uji-T untuk data
berpasangan.
BAB IV
hidup telah dilaksanakan di MIN 1 Malang mulai tanggal 19 Juli sampai dengan 6
Agustus 2005 sesuai dengan rancangan pembelajaran dan tahapan-tahapan yang telah
direncanakan. Berikut disajikan paparan data hasil penelitian tindakan kelas tersebut.
inventori skala sikap untuk mengetahui kondisi awal sikap siswa pada pelajaran IPA.
Inventori skala sikap ini diadaptasi dari skala sikap yang dikembangkan oleh Suyanto
(2005) dengan mengalami beberapa penyesuaian. Pada akhir siklus I, penulis kembali
mengedarkan inventori skala sikap untuk mengetahui sikap siswa setelah diberi
perlakuan (akhir siklus I). Untuk selanjutnya kedua data tersebut dicari rata-ratanya
untuk menentukan perbandingan antara sikap sebelum siklus I dan sikap siswa pada
akhir siklus I.
Perbandingan rata-rata skor sikap awal dan akhir siklus I tersebut dapat
divisualisaikan dengan Gambar 4.1. Berdasarkan Gambar 4.1 maka dapat disimpulkan
bahwa sikap siswa terhadap pelajaran IPA pada akhir siklus I lebih tinggi bila
dibandingkan dengan sikap siswa pada awal siklus I. Hal ini berarti bahwa
24
dapat meningkatkan skor sikap siswa pada akhir siklus I. Namun demikian,
penulis perlu menguji secara statistika, apakah perbedaan tersebut cukup signifikan.
Gambar 4.1 Perbandingan Sikap Siswa antara Awal Siklus I dengan Akhir
Siklus I.
signifikan atau tidak secara statistika maka dilakukan analisis uji beda dengan
menggunakan teknik Uji T rata-rata dua sampel berpasangan (Compare means paired
samples T test) dengan bantuan program SPSS 13 for Windows. Kriteria pengujian
(1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak ada perbedaan perbedaan yang
(2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka ada perbedaan perbedaan yang signifikan
Berdasarkan hasil analisis uji beda seperti tampak pada Tabel 4.2 tersebut
menunjukkan bahwa angka signifikansi sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa berbedaan rata-rata sikap sebelum dan sesudah siklus I adalah
permainan ‘Dokar Lipat’ dapat meningkatkan sikap siswa terhadap pelajaran IPA
Tabel 4.1 Hasil Uji Beda Rata-Rata Skor Sikap Siswa Awal dan Akhir Siklus I.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Sikap Siswa Sebelum
1 Perlakuan - Sikap -2,800 3,473 ,549 -3,911 -1,689 -5,099 39 ,000
Siswa Setelah Siklus I
tes akhir pembelajaran (post test) yang dilaksanakan pada akhir siklus I. Dengan
berpedoman pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75 maka data nilai
nilai yang berada di bawah ketuntasan (<75) dan nilai kemampuan memahami konsep
yang berada di atas ketuntasan (< 75). Data nilai kemampuan memahami konsep
konsep kelas VI D MIN 1 Malang adalah sebesar 83,25. Jauh lebih meningkat
dibandingkan rata-rata nilai pokok bahasan yang sama siswa pada tahun sebelumnya
yang rata-rata sebesar 78,26. Namun demikian, masih ada tantangan permasalahan
dimana jumlah siswa yang berada di bawah ketuntasan belajar masih cukup tinggi
yaitu 12 siswa (30%). Hal tersebut menjadi dasar bagi penulis untuk merancang ulang
Meskipun secara kuantitatif dan statistik pada siklus pertama ini terjadi
peningkatan sikap positif siswa dan kemampuan memahami konsep terhadap pokok
a. Perlu adanya aturan main yang disepakati bersama agar seluruh siswa dapat
b. Aturan main tersebut antara lain adalah pertama, tidak ada kelompok yang selesai
kecil dan kedua, skor kelompok bukanlah jumlah skor masing-masing anggota
anggota kelompok.
c. Tempat duduk siswa sebaiknya diubah agar terjadi diskusi yang lebih interaktif,
e. Papan permainan dan kartu lintas pendapat perlu digandakan sesuai dengan
Dari data sikap siswa pada lampiran 16 tampak bahwa sikap siswa kelas VI D
MIN 1 Malang pada akhir siklus II berada pada rentangan cukup sampai dengan tinggi
dengan rata-rata sikap siswa dikelas VI D adalah tinggi (82,375). Hal ini berarti
27
bahwa sikap positif siswa pada akhir siklus II lebih meningkat dibandingkan dengan
sikap siswa pada akhir siklus I yang rata-rata adalah 76,1. Jumlah siswa yang bersikap
tinggi (positif) terhadap pelajaran IPA juga meningkat dari 24 siswa (60%) pada akhir
siklus I menjadi 37 siswa (92,5 %) pada akhir siklus II. Namun demikian, pada akhir
siklus II ini masih terdapat 3 siswa (7,5 %) yang masih bersikap cukup terhadap
pelajaran IPA.
Perbandingan rata-rata skor sikap akhir siklus I dan akhir siklus II tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa pada akhir siklus II lebih tinggi bila
Hasil Uji T untuk data berpasangan terhadap sikap siswa pada akhir siklus I
Tabel 4.2 Hasil Uji Beda Rata-Rata Skor Sikap Akhir Siklus 1 dengan Siklus 2.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Sikap Siswa Setelah
1 Siklus I - Sikap Siswa -3,475 3,366 ,532 -4,552 -2,398 -6,529 39 ,000
Setelah Siklus 2
28
Berdasarkan hasil analisis uji beda seperti tampak pada Tabel 4.2 tersebut
“Dokar Lipat” dapat meningkatkan sikap siswa terhadap pelajaran IPA pada
konsep kelas VI D MIN 1 Malang pada akhir siklus II sebesar 90,8. Ini berarti terjadi
peningkatan nilai sebesar 6,975 bila dibandingkan dengan nilai rata-rata pada akhir
siklus I (83,825). Begitu pula untuk jumlah siswa yang berada di atas standar
ketuntasan belajar minimal, meningkat 27,5% dari 28 siswa (70%) menjadi 39 siswa
(97,5%).
memahami konsep siswa pada akhir siklus II lebih tinggi bila dibandingkan dengan
nilai siswa pada akhir siklus I. Hal ini berarti ada peningkatan kemampuan memahami
konsep siswa yang disebabkan oleh penggunaan teknik permainan “Dokar Lipat”.
siklus I dan akhir siklus II tersebut disajikan pada Tabel 4.3. Pengujian terhadap
perbedaan kemampuan memahami konsep antara akhir siklus I dan akhir siklus II
menghasilkan nilai probabilitas (Sig) sebesar 0,000 jauh di bawah 0,05. Karena
probabilitas (Sig) 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
Tabel 4.3 Hasil Uji Beda Rata-Rata Kemampuan Memahami Konsep Akhir
Siklus I dan Akhir Siklus II
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Nilai Mengingat Konsep
1 Siklus 1 - Nilai Mengingat -6,975 5,976 ,945 -8,886 -5,064 -7,381 39 ,000
Konsep Siklus 2
3. Rekomendasi Siklus II
kedua dan diskusi dengan guru kolaborator, penulis melakukan refleksi perbaikan
1) Untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik, maka guru perlu membuatkan
rangkuman tertulis hasil diskusi kelas yang dituliskan di papan tulis atau dalam
2) Siswa yang terlihat kurang antusias terhadap permainan perlu ditunjuk untuk
30
menjadi pemain utama agar terlibat secara aktif selama kegiatan bermain.
3) Agar terjadi tutor teman sebaya yang lebih intensif, maka jumlah siswa dalam
kelompok perlu lebih diperkecil, dari lima orang menjadi empat orang dalam
setiap kelompok.
4) Siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah perlu
meningkatkan interaksi siswa dalam kelompok dan sehingga terjadi tutor teman
Dari data pada lampiran 16, tampak bahwa sikap siswa kelas VI D MIN I
Malang pada akhir siklus III berada pada rentangan cukup sampai dengan tinggi
dengan rata-rata sikap siswa di kelas VI D adalah tinggi (85,175). Hal ini lebih
meningkat dibandingkan dengan sikap siswa pada akhir siklus II yang rata-rata adalah
82,375. Jumlah siswa yang bersikap tinggi (positif) terhadap pelajaran IPA juga
meningkat dari 37 siswa (92,5%) pada akhir siklus II menjadi 39 siswa (97,5 %) pada
akhir siklus III. Namun demikian, pada akhir siklus III ini masih terdapat 1 siswa
Perbandingan rata-rata skor sikap akhir siklus II dan akhir siklus III tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa pada akhir siklus III lebih tinggi bila
31
dibandingkan dengan sikap siswa pada akhir siklus II. Hal ini berarti ada peningkatan
sikap positif siswa yang disebabkan oleh penggunaan teknik permainan “Dokar
Lipat”.
Gambar 4.4 Perbandingan Skor Sikap Siswa antara Akhir Siklus II dengan
Akhir Siklus III.
Hasil analisis uji T untuk data berpasangan dapat diperlihatkan pada Tabel 4.4.
Pengujian terhadap perbedaan skor sikap siswa terhadap pelajaran IPA antara
akhir siklus II dan akhir siklus III menghasilkan nilai probabilitas (Sig) sebesar 0,000
jauh di bawah 0,05. Karena probabilitas (Sig) 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan sikap siswa pada akhir siklus II dengan sikap siswa pada akhir
siklus III. Sikap siswa pada akhir siklus III lebih baik dibanding sikap siswa pada
akhir siklus II. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
teknik permainan ‘Dokar Lipat’ dapat meningkatkan sikap siswa kelas VI D MIN 1
Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Skor Sikap Siswa terhadap Pelajaran IPA pada
Akhir Siklus II dan Akhir Siklus III.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Sikap Siswa Setelah
1 Siklus 2 - Sikap Siswa -2,800 3,510 ,555 -3,922 -1,678 -5,046 39 ,000
Setelah Siklus 3
Berdasarkan paparan data pada lampiran 17, maka secara kuantitatif nilai rata-
rata kemampuan memahami konsep siswa kelas VI D lebih meningkat pada akhir
siklus III dibandingkan pada akhir siklus II. Pada akhir siklus III terjadi
siklus II.
akhir siklus III tersebut dapat divisualisasikan dengan menggunakan Gambar 4.5
berikut.
akhir siklus II dan akhir siklus III menghasilkan nilai probabilitas (Sig) sebesar 0,000
jauh di bawah 0,05. Karena probabilitas (Sig) 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan kemampuan memahami konsep antara hasil tes pada akhir
siklus II dengan akhir siklus III. Kemampuan memahami konsep pada akhir siklus III
lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan memahami konsep pada akhir siklus II.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Nilai Mengingat Konsep
1 Siklus 2 - Nilai Mengingat -2,925 4,779 ,756 -4,453 -1,397 -3,871 39 ,000
Konsep Siklus 3
sebagai salah satu model alternatif dalam pembelajaran IPA kelas VI pada konsep
pencapaian kemampuan memahami konsep dan sikap positif siswa terhadap pelajaran
Lipat” akan lebih efektif bila ditunjang dengan persiapan guru yang lebih matang,
terutama penggandaan kartu lintas pendapat dan papan Triad Lintas Pendapat.
34
BAB V
PENUTUP
dapat meningkatkan sikap siswa pada pelajaran IPA di kelas VI D MIN 1 Malang.
B. Saran-Saran
b. Dianjurkan pula agar model pembelajaran IPA dengan permainan ‘Dokar Lipat’
waktu saling membelajarkan yang cukup untuk siswa dan pemberian motivasi
yang mengarahkan mereka agar lebih aktif dalam proses pembelajaran. Guru
35
a. Penelitian lanjutan hendaknya dapat diarahkan pada bidang studi yang lain
terutama untuk materi-materi yang diangap sulit oleh siswa, misalnya untuk
pelajaran matematika.
teknik permainan secara layak ditinjau dari segi desain pesan pembelajaran
DAFTAR RUJUKAN
Ausubel, D.P. et.al. 1968. Educational Psychology: A Cognitive View. New York:
Macmillan Publishing.
Gagne, R.M. 1985. The Condition of Learning and Theory of Instruction, Fourth
Edition, New York: Holt Reinehard and Winston.
Kaufmann, H. 1973. Social Psychology: The Study of Human Interaction, New York:
Holt, Rinehart and Winston.
Lundgren, L. 1994. Cooperative Learning in the Science Classroom. New York: Mc.
Grow-Hill. Pp. 5-40.
Merrill, M.D. 1983. Component Display Theory, dalam C.M. Reigeluth (Ed).
Instructional-Design Theories and Models: An overview of their current
status, Hillsdale, N.J: Lawrence Erlbaum Associates, 278-334.
Schibeci, R.A & Riley, J.P.1986. Influence of Students Beckground and Persepstions
on Science Attitudes and Acheivement. Journal of Research in Science
Teaching. Vol. 23. No. 3, hlm. 177-187.
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 1
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Konsep Pokok : Perkembangbiakan Makhluk Hidup
A. Sub Konsep : Cara-Cara Berkembang Biak Tumbuhan
Kelas/Semester : VI (Enam)/1 (Satu)
Alokasi waktu : 4 jam pelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum
Siswa mampu memahami bahwa makhluk hidup mempunyai ciri-ciri yang
menentukan interaksinya dengan lingkungan, dan kegiatan manusia dapat
menyebabkan perubahan keseimbangan lingkungan.
C. Langkah-Langkah Pembelajaran
2. Kegiatan Inti
a. Tahap Observasi 30’
Siswa mengamati serumpun pohon pisang, ada Menjelajahi
sebatang pisang yang besar dan telah berbuah lingkungan secara
dan ada beberapa batang pisang yang sudah aktif untuk
agak besar dan beberapa batang masing kecil- mengidentifkasi
kecil. cara-cara
Guru mengajukan pertanyaan: tumbuhan
Bila sebatang pohon pisang yang telah berbuah berkembang biak.
ini telah tua, apakah dia akan tetap bertahan
hidup?
Dengan cara apa pohon pisang ini
memperbanyak keturunannya?
Pernahkan kalian melihat biji dari pohon pisang Bekerja dengan
kelompok.
Siswa melakukan observasi terhadap tumbuhan
yang ada di sekitar sekolah atau bila tumbuhan
tersebut sulit didapatkan maka siswa dapat
melihat gambar-gambar tumbuhan yang
dikasudkan dalam LKS.
c. Tahap Diskusi
Siswa melakukan diskusi untuk menentukan
cara tumbuhan yng diobservasi tersebut 30’
Memberikan
berkembang biak. kontribusi
Hasil observasi dituliskan dalam tabel /sumbang saran
dalam diskusi
pengamatan. kelompok
d. Tahap presentasi kelompok
Masing-masig kelompok mempresentaskan
Menggunakan
hasil observasinya. 40’
kosakata IPA
Tahap penarikan kesimpulan untuk
mendiskripsikan
Siswa dapat menyimpulkan berdasarkan hasil dan menjelaskan
observasi bahwa tumbuhan ada yang cara
perkembangbiakan
berkembang biak dengan cara kawin (generatif) tumbuhan
dan ada yang berkembang biak dengan cara tak
kawin (vegetatif).
3. Penutup
Guru membagikan 10 nama tumbuhan yang
20’ Menerima
ditulis dalam 10 lembar kertas kecil.
saran/kritikan
Setiap lembar kertas tertulis satu nama
untuk perbaikan
tumbuhan.
Setiap kelompok diminta untuk
mengelompokkan nama-nama tumbuhan
tersebut berdasarkan cara berkembang biaknya
dalam waktu 1 menit.
Guru mengecek hasil pengelompokkan
tumbuhan tersebut dan memberikan skor
kepada masing-masing kelompok sesuai
44
D. Media
1. Berbagai jenis tumbuhan, misalnya bawang, temulawak, dahlia, cocor bebek,
kentang , arbei, sanseviera, jamur, dsb.
2. Lembar Kerja Siswa.
3. Kartu Lintas Pendapat.
4. Papan Triad Lintas Pendapat.
E. Penilaian
1. Tes Tulis, untuk mengungkap kemampuan kognitif siswa tentang berbagai
cara perkembangbiakan pada tumbuhan secara vegetatif dan generatif serta
cara-cara pengembangbiakannya dengan segala kelebihan dan
kekurangannya.
2. Tes performansi, siswa mempraktekkan salah atau atau beberapa cara
mengembangbiakkan tumbuhan, misalnya mencangkok, okulasi atau
mengenten. Penilaian didasarkan pada penggunaan alat dan bahan secara
tepat, urutan langkah yang dilakukan, pemeliharaan selama
pengembangbiakan dan keberhasilan pengembangbiakan.
Malang, 18 Juli 2005
Mengetahui:
Kepala MIN Malang I, Guru IPA,
B. Langkah Kerja
1. Amati dengan seksama tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar halaman seolah
atau rumahmu dengan seksama terutama bagian tumbuhan yang dapat
digunakan untuk berkembang biak. Menurut pendapatmu, bagaimanakah cara
perkembangbiakan tumbuhan tersebut ? (tulis kawin atau tidak kawin)
……………………………………………………………………………………………..
2. Isikan hasil pengematanmu pada tabel pengamatan di bawah ini !
Tabel Pengamatan
(Isilah dengan tanda V pada kolom yang sesuai)
8
9
10
C. Pertanyaan
1. Apakah perbedaan antara perkembangbiakan tak kawin alami dengan
perkembangbiakan tak kawin buatan ?
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
2. Sebutkan 5 tumbuhan yang berkembangbiak dengan cara tak kawin alamiah!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
3. Tahukah kalian alat perkembangbiakan tumbuhan di bawah ini ?
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda
silang (X) pada pilihan jawaban yang tepat!
1. Makhluk hidup mempunyai kemampuan berkembang biak. Tujuan makhluk hidup
berkembang biak adalah
a. agar mampu bertahan hidup
b. untuk melestarikan jenisnya
c. menyesuaikan diri
d. melindungi diri.
2. Cara perkembangbiakan makhluk hidup dibedakan menjadi dua golongan,
yakni……..
a. secara generatif dan secara vegetatif
b. melahirkan dan bertelur
c. alami dan buatan
d. bertelur dan bertunas
3. Makhluk hidup dapat berkembang biak berarti bahwa makhluk hidup itu dapat
menghasilkan keturunan yang …….
a. sejenis dengan induknya
b. berbeda dengan induknya
c. tidak sejenis dengan induknya
d. dapat hidup sepanjang zaman
4. Cara perkembangbiakan berikut ini yang melalui perkawinan adalah…..
a. spora
b. tunas
c. umbi lapis
d. biji
48
5. Berikut ini yang merupakan cara berkembang biak jamur merang adalah .…
a. membelah diri
b. tunas
c. generatif
d. spora
6. Pasangan tumbuhan dan hewan yang berkembamg biak dengan membelah diri
adalah……
a. ganggang hijau dan Amoeba
b. paramaecium dan Amoeba
c. paku dan ganggang hijau
d. jamur dan ganggang hijau
7. Tumbuhan di bawah ini yang tidak berkembang biak dengan akar tinggal
(rhizoma) adalah………
a. jahe dan kunyit
b. kunyit dan temulawak
c. temulawak dan ganyong
d. padi dan jagung
8. Tumbuhan di bawah ini yang berkembang biak dengan umbi lapis adalah ….
a. kentang dan singkong
b. ketela rambat dan bawang daun
c. bawang merah dan bawang putih
d. kentang dan ketela pohon
9. Tumbuhan di bawah ini yang berkembang biak dengan umbi batang adalah ….
a. ketela rambat
b. tebu
c. bawang putih
d. kelapa
10. Tanaman jahe sering ditanam untuk digunakan minuman sebagai penghangat
badan. Jahe berkembang biak dengan ….
a. akar tinggal
b. umbi akar
c. umbi batang
d. tunas
49
d. generatif
16. Pada pengembang biakan tanaman dengan menggunakan setek batang maka
agar cepat tumbuh maka batang tumbuhan yang akan ditanam dengan setek
batang harus memiliki ....
a. akar
b. buah
c. daun
d. buku-buku atau ruas-ruas
17. Tumbuhan berikut ini yang berkembang biak dengan umbi akar adalah ….
a. ketela pohon
b. ubi jalar
c. kentang
d. wortel
18. Tumbuhan yang batangnya berkambium akan lebih cepat dikembangbiakkan
dengan cara ….
a. biji
b. vegetatif buatan
c. vegetatif alami
d. generatif
19. Berikut ini yang bukan merupakan cara perkembang-biakan vegetatif alami
adalah:
a. merunduk
b. spora
c. akar tinggal
d. tunas
20. Perkembangbiakan tanaman bawang putih dilakukan dengan ….
a. tunas
b. umbi lapis
c. umbi batang
akar tinggal
21. Tumbuhan di bawah ini yang tidak dapat berkembang biak dengan bijinya adalah
a. Jambu biji dan durian
b. Nangka dan anggur
c. Rambutan dan apel
51
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Konsep Pokok : Cara-Cara Berkembang Biak Tumbuhan
Sub Konsep : Bagian-Bagian Bunga
Kelas/Semester : VI (Enam)/1 (Satu)
Alokasi waktu : 4 jam pelajaran
C. Langkah-Langkah Pembelajaran
2. Kegiatan Inti
a. Mengamati bagian-bagian bunga sepurna. 70’ Menjelajahi
Siswa diajak untuk mengamati bunga jambu biji lingkungan secara
(jambu biji biasanya berbunga sepanjang tahun), aktif untuk
atau bunga sepatu. mengidentifkasi
Guru memberikan penjelasan mengenai bagian- bagian-bagian
bagian dengan diselingi tanya jawab. bunga.
Bunga mempunyai bagian-bagian yang penting,
suatu bunga sempurna akan terdiri dari tangkai,
kelopak, mahkota, benang sari dan putik. Guru
menunjukkan bagian-bagian bunga tersebut dan
Bekerja dengan
menguraikan (melepas) satu-persatu kemudian
tekun dan tidak
diisolasi dikertas HVS, siswa mengamati dengan
mudah menyerah
seksama bagian-bagian bunga yang telah diurai
dalam melakukan
oleh guru.
suatu kegiatan
Penjelasan dilanjutkan dengan menunjukkan
cara hewan-
kegunaan dari masing-masing bagian bunga,
hewan
yaitu:
berkembang biak.
- tangkai bunga menghubungkan bunga
dengan batang,
- bagian ujung tangkai bunga yang agak
membesar disebut dasar bunga. Dasar
bunga merupakan tempat melekatnya
mahkota bunga.
- Mahkota bunga adalah bagian bunga yang
54
b. Proses Penyerbukan
Kembali guru mengajak siswa mengamati 30’
Bekerjasama
tanaman yang berbunga di halaman sekolah,
dengan teman
misalnya pisang, kelapa, mangga dan lain-lain.
dalam melakukan
Siswa mengamati di sekitar bunga tampak lebah
suatu kegiatan
yang hilir mudik kesana-kemari dan beberapa
dalam kelompok.
saat dia hinggap pada bunga tersebut dan
kemudian terbang lagi ke bunga yang lainnya.
Guru bertanya: mengapa lebah suka hinggap
pada bunga tersebut, untuk mencari apakah
lebah hinggap di bunga tersebut, apakah
Melakukan
keberadaan lebah tersebut membawa manfaat
pengamatan dan
bagi tumbuhan?
pengukuran
Tumbuhan mempunyai bagian sel kelamin dengan
jantan dan sel kelamin betina. Kedua sel menggunakan alat
kelamin tersebut bila bertemu akan bila perlu untuk
mengakibatkan tumbuhnya bakal buah atau mempertajam
bakal biji yang terdapat di dalam bunga. ketelitian dan
Peristiwa ini disebut penyerbukan atau pengamatan.
persarian.
Proses penyerbukan dapat dengan mudah
terjadi bila ada bantuan dari serangga
diantaranya adalah lebah. Pada saat mencari
nektar yang tedapat di dalam bunga, kaki dan Menyajikan
sayap lebah secara tidak sengaja akan data/informasi
sesuai tujuan
menjatuhkan serbuk sari ke kepala putik. Serbuk dengan berbagai
sari itu lalu tumbuh membentuk buluh serbuk cara, misalnya
gambar, grafik
sari, buluh serbuk sari mempunyai dua inti. untuk
Setelah mencapai bakal biji, maka kedua inti mengkomunikasi-
kan secara
buluh serbuk sari membuahi kedia inti bakal biji. sistematis proses
Sel telur yang dibuahi, tumbuh menjadi biji. dan hasil
penyelidikan
Calon lembaga yang dibuahi, tumbuh menjadi
lembaga (endosperm). Lembaga (endosperm)
merupakan tempat cadangan makanan bagi biji.
56
3. Penutup
Siswa menggambarkan peristiwa penyerbukan 40’
dengan diagram atau gambar.
Hasil gambaran siswa dipajangkan di papan
pajangan.
D. Media
1. Berbagai bunga
2. Kertas HVS
3. Isolasi kertas
4. Papan Triad Lintas Pendapat
5. Kartu Lintas Pendapat
E. Penilaian
1. Tes produk, siswa mengumpulkan sekurang-kurangnya lima macam bunga
kemudian mengidentifikasinya untuk menemukan bagian-bagiannya dan
melaporkannya dalam bentuk laporan sederhana, lihat lampiran.
2. Tes tulis, bentuk soal gabungan antara pilihan ganda, isian dan jawaban
singkat untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang bagian-bagian
bunga, kegunaan dan proses penyerbukan.
A. Petunjuk:
1. Ambillah dua kuntum bunga dari tumbuhan yang kamu amati.
2. Tempelkan satu kuntum bunga yang telah kamu petik tersebut di kertas HVS
dengan isolasi bening dan tuliskan nama tumbuhannya.
3. Ambil satu kuntum bunga yang lainyang telah kamu ambil tersebut dan uraikan
atas bagian-bagiannya kemudian tempelkan bagian-bagian bunga tersebut di
kertas HVS dan berilah nama bagian-bagian bunga tersebut
4. Lanjutkan kegiatanmu dengan mengamati 4 macam bunga dari tumbuhan yang
lain.
B. Hasil Pengamatan
2
58
Komentar:
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………..
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda
silang (X) pada pilihan jawaban yang tepat!
a. kelopak
b. mahkota
c. benangsari
d. putik
6. Manakah berikut ini yang bukan merupakan bagian bunga sempurna?
a. putik
b. benang sari
c. daun
d. kelopak
7. Bagian bunga berikut ini yang berfungsi sebagai alat kelamin jantan pada
tumbuhan berbunga adalah . . . .
a. mahkota.
b. Benang sari
c. Putik
d. kelopak
8. Di bawah ini serangga yang biasa membantu penyerbukan tumbuhan berbunga
adalah…..
a. siput
b. cecak
c. kupu-kupu
d. ula
8. Benang sari merupakan alat kelamin jantan pada tumbuhan berbunga. Di bawah
ini yang bukan merupakan bagian-bagian benang sari adalah…..
a. tangkai sari
b. kepala sari
c. serbuk sari
d. serabut sari
9. Istilah penyerbukan atau persarian pada bunga adalah peristiwa jatuhnya ....
a. serbuk sari di kepala putik
b. mahkota bunga ke tanah
c. putik ke serbuk sari
d. kepala sari ke serbuk sari
10. Tanaman jahe sering ditanam untuk digunakan minuman sebagai penghangat
badan. Jahe berkembang biak dengan ….
61
a. akar tinggal
b. umbi akar
c. umbi batang
d. tunas
11. Penyerbukan silang atau persarian silang terjadi apabila dari suatu bunga jatuh
ke kepala putik ….
a. Bunga itu sendiri
b. Bunga lain, tetapi masih dalam satu tumbuhan
c. Bunga lain yang tidak satu tumbuhan, tetapi masih satu jenis.
d. Bunga lain yang sejenis, namun varietasnya berbeda.
12. Tumbuhan berikut ini yang biasa dibantu penyerbukannya oleh manusia adalah ..
a. timun
b. jagung
c. salak
d. kelengkeng
13. Tumbuhan pisang berkembang biak dengan …….
a. tunas
b. geragih
c. akar tinggal
d. umbi lapis
14. Alasan berikut yang dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih tanaman buah
yang akan dicangkok adalah…..
a. besar pohonnya
b. lebat daunnya
c. buahnya lebat dan lezat
d. sedikit cabangnya
15. Tanaman berikut ini yang bunganya biasa diambil orang untuk sayuran adalah….
a. nangka
b. pisang
c. rambutan
d. mangga
16. Pada pengembang biakan tanaman dengan menggunakan setek batang maka
agar cepat tumbuh maka batang tumbuhan yang akan ditanam dengan setek
batang harus memiliki ....
62
a. akar
b. buah
c. daun
d. buku-buku atau ruas-ruas
17. Hewan-hewan berikut ini yang tidak diperlukan tumbuhan untuk membantu
penyerbukan adalah ….
a. kelelawar
b. lebah
c. kupu-kupu
d. kumbang
18. Pernyataan di bawah ini yang sesuai dengan pengertian penyerbukan sendiri
adalah pertemuan benang sari dan putik pada . . . .
a. bunga yang sama.
b. bunga yang berbeda tetapi tumbuhan yang sama.
c. bunga tumbuhan lain tetapi sama jenisnya.
d. bunga tumbuhan yang berbeda tetapi masih sama varietasnya.
19. Berikut ini yang merupakan contoh penyerbukan silang adalah . . . .
a. benang sari mangga gadung mengenai putik mangga golek
b. benang sari mangga gadung mengenai putik rambutan
c. benang sari mangga gadung mengenai putik mangga gadung lain pohon.
d. benang sari mangga gadung mengenai putik bunga lain yang sepohon.
20. Perkembangbiakan tanaman bawang putih dilakukan dengan ….
a. tunas
b. umbi lapis
c. umbi batang
d. akar tinggal
21. Tumbuhan di bawah ini yang tidak dapat berkembang biak dengan bijinya adalah
a. Jambu biji dan durian
b. Nangka dan anggur
c. Rambutan dan apel
d. apel dan anggur
22. Bagian tumbuhan berikut ini yang berguna untuk melindungi bunga ketika masih
kuncup adalah . . . .
a. kelopak bunga
63
b. mahkota
c. tangkai
d. lembaga
23. Tanaman berikut ini yang tidak memerlukan bantuan manusia dalam
penyerbukannya adalah ….
a. vanili
b. pear
c. salak
d. nanas
25. Pada waktu musim berbunga dan turun hujan, banyak tumbuhan buah-buahan
yang tidak dapat menghasilkan buah yang baik. Hal ini disebabkan oleh . . . .
a. hewan tidak dapat menyerbukan bunga
b. penyerbukan tidak terjadi karena air hujan
c. tumbuhan kurang sinar matahari
d. tumbuhan terlalu banyak air.
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
64
SIKLUS III
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Konsep Pokok : Perkembangbiakan Makhluk Hidup
Sub Konsep : Perkembangbiakan pada Hewan
Kelas/Semester : VI (Enam)/1 (Satu)
Alokasi waktu : 4 jam pelajaran
2. Membedakan ciri-ciri antara hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur
C. Langkah-Langkah Pembelajaran
F. Media
1. Berbagai jenis hewan yang mudah ditemukan, misalnya burung, ikan, serangga,
reptilia dan mamalia.
2. Berbagai gambar hewan dari bermacam-macam jenis.
3. Papan nama hewan dengan ukuran 5 x 15 cm sejumlah siswa.
4. Lembar pengamatan.
5. Papan Triad Lintas Pendapat.
6. Kartu Lintas Pendapat
G. Penilaian
1. Tes performansi : dapat dilakukan dengan bentuk kuis, siswa diberikan
gambar-gambar hewan serta nama-nama hewan tersebut,
kemudian mereka diminta untuk mengelompokkan
berdasarkan cara berkembang biaknya dengan
memperhatikan ciri-ciri fisik pada hewan tersebut.
69
2. Tes tulis (paper and pencil test): soal-soal dapat dikembang sendiri oleh guru,
bentuk dapat berupa pilhan berganda, isisan atau uraian jawaban singhkat.
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda
silang (X) pada pilihan jawaban yang tepat!
c. generatif
d. spora
5. Pasangan tumbuhan dan hewan yang berkembang biak dengan membelah diri
adalah……
a. ganggang hijau dan Amoeba
b. paramaecium dan Amoeba
c. paku dan ganggang hijau
d. jamur dan ganggang hijau
6. Istilah pembuahan atau perkawinan pada hewan adalah peristiwa bertemunya ....
a. serbuk sari di kepala putik
b. hewan jantan dengan hewan betina
c. putik ke serbuk sari
d. sel telur dan sel sperma
7. Pasangan hewan di bawah ini yang merupakan pasangan makhluk hidup yang
berkembang biak dengan bertelur (ovipar) adalah…..
a. ayam dan cicak
b. paus dan lumba-lumba
c. kelinci dan kijang
d. cendrawasih dan kambing
8. Rahim atau uterus dimiliki oleh .…
a. hewan jantan
b. hewan betina
c. tumbuhan biji
d. tumbuhan bersel satu
9. Pada saat terjadi pembuahan, sel telur dibuahi oleh ….
a. ovum
b. sperma
c. uterus
d. embrio
10. Hewan di bawah ini yang berkembang biak dengan cara bertelur adalah ….
a. kelelawar
b. kelinci
c. keledai
d. kupu-kupu
72
11. Binatang di bawah ini yang berkembang biak dengan beranak adalah ….
a. tenggiri
b. hiu
c. tongkol
d. bader
12. Binatang berikut ini yang mengalami pembuahan sel telur di luar tubuh induknya
adalah . . . .
a. katak
b. ikan lele
c. buaya
d. merpati
13. Hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur mempunyai ciri ….
a. berkaki empat
b. mempunyai sisik
c. memiliki kelenjar susu
d. memiliki daun telinga
14. Hydra adalah salah satu contoh hewan yang berkembang biak dengan cara . . . .
a. bertelur
b. melahirkan
c. bertelur – melahirkan
d. tunas.
15. Berikut ini adalah kelompok hewan yang berkembang biak dengan cara
melahirkan, kecuali ….
a. buaya
b. tikus
c. monyet
d. paus
16. Hewan berikut ini yang berkembang biak dengan cara bertelur-melahirkan
(ovovivipar) adalah . . . .
a. kadal
b. buaya
c. cicak
d. ikan lele
73
17. Pada hewan menyusui, sel telur yang telah dibuahi akan tumbuh berkembang di
dalam . . . .
a. uterus
b. rahim
c. kloaka
d. plasenta
18. Hewan berikut ini yang tidak berkembang biak dengan cara vegetatif alami
adalah ….
a. bakteri
b. paramaecium
c. cacing tanah
d. hidra
19. Sel telur yang telah dibuahi disebut ….
a. zigot
b. embrio
c. janin
d. larva
20. Bakteri berkembang biak dengan cara ….
a. membelah diri
b. tunas
c. bertelur
d. melahirkan
21. Pada hewan yang berkembang biak secara kawin, sel kelamin betina diproduksi
di dalam. . . .
a. avum
b. ovarium
c. kantong kemih
d. testis
22. Agar telur ayam dapat menetas menjadi anak ayam, maka telur tersebut harus
dierami kurang lebih selama . . . .
a. dua minggu
b. tiga minggu
c. empat minggu
d. lima minggu
74
23. Ada hewan yang mampu mengerami telurnya ada pula hewan yang tidak mampu
mengerami telurnya. Hewan berikut ini yang tidak mengerami telurnya adalah ….
a. ayam
b. angsa
c. bebek
d. itik
24. Hewan-hewan berikut yang mengalami masa mengandung yang paling lama
adalah . . . .
a. kambing
b. sapi
c. kuda
d. gajah
25. Buaya, komodo, dan ular hijau merupakan contoh-contoh hewan yang
berkembang biak dengan cara . . . .
a. bertelur
b. melahirkan
c. bertelur melahirkan
d. beranak
Lampiran 12.
Nama Nama : …………………
Kelas : …………………
tanda silang (X) pada salah satu tanda gambar pilihan jawaban pada kolom
yang tersedia sesuai dengan pendapat Ananda. Adapun arti tanda gambar
Guru IPA
82
Hari/Tanggal: …………………………..
KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA
Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
OBSERVASI 2. Kesungguhan (Antusias)
3. Perasaan Senang
4. Terlibat Aktif
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
83
Hari/Tanggal: …………………………..
KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA
Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
OBSERVASI 2. Kesungguhan (Antusias)
3. Perasaan Senang
4. Terlibat Aktif
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
84
Hari/Tanggal: …………………………..
KEGIATAN INDIKATOR JUMLAH SISWA
Hadir Teramati %
1. Mempersiapkan Diri
OBSERVASI 2. Kesungguhan (Antusias)
3. Perasaan Senang
4. Terlibat Aktif
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
85
Lampiran 17. Skor sikap siswa pada awal dan akhir pada tiap-tiap siklus.
Lampiran 18. Nilai Kemampuan Memahami Konsep pada Tiap Akhir Siklus.
Nilai Memahami Konsep
No Nama Siswa
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1 Afifa Husna 94 100 100
2 Ahmad Hilman Tamami 74 80 86
3 Angrenani Rindu Prastika 78 76 86
4 Anisa Dwi Ramadani 72 78 90
5 Anisa’ul Mardliyah 72 74 79
6 AR. Miftah Al Farouqy 88 97 100
7 Argya Hastubrata Basundara 77 84 94
8 Arin Wahyuningsih 87 94 98
9 Arsy Arundina 92 98 98
10 Atika Wiji Utami 98 96 100
11 Aulia Rahmah Bharhayula 91 97 100
12 Auliantania Amandra 98 100 96
13 Bintang Maulana Zakariya 72 83 85
14 Dave Nirvana 96 98 94
15 Dita Pranditya Putri 96 100 92
16 Fachri Ramadhan 72 78 90
17 Fadjar Ramdani Setyawan 76 94 100
18 Faradila Rachmawati Sumaria 78 96 96
19 Fatimah Azzahra 98 100 96
20 Fitri Rahmadina 76 88 91
21 Fitria Sari Wulandari 78 86 91
22 Gusna Hadyan Thirafi 93 98 100
23 Hafis Baginda Alam 88 97 100
24 Hanif Fermanda Putra 87 94 98
25 Huwaida Labibah 95 98 98
26 Inandiastya Herinda Putri 67 84 89
27 Inna Alifiyana Zain 72 82 86
28 Karima Nadiah Mulyawati 71 86 98
29 Mahadma Harwanda Yoga 66 85 89
30 Mike Nur Izzati 94 98 96
31 Muhamad Fahminudin Rosyid 68 84 88
32 Oktaviani Nur Aisyah 88 92 90
33 Qonitah Permata Putri 100 100 100
34 Rahmatan Lil Alamin 100 95 96
35 Ratya Shafira Arifiani 70 84 86
36 Suci Cahyani 100 100 100
37 Unsiah Fuadia 82 92 96
38 Vanada Hanindita Anjani 83 88 96
39 Vashti Talitha Chairissy 96 93 96
40 Yunita Nurfitri Kumalasari 70 80 90
Rata-Rata Nilai 83,825 90,8 93,725
1. Jumlah siswa di bawah ketuntasan 12 (30%) 1 (2,5%) 0 (0%)
2. Jumlah siswa di atas ketuntasan 28 (70%) 39(97,5%) 40 (100%)
88