Anda di halaman 1dari 29

Strategi Bekam TTS Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah

Indonesia Kelas XII IPA 1 SMAN 1 Guntur Demak

(Sebuah  Best Practice )

Oleh:

REKO MUJANNARKO

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab I

Pasal I Ayat I).

Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah

proses belajar mengajar di sekolah. Pada kegiatan belajar mengajar di

sekolah ditemukan dua subjek yaitu guru dan siswa. Mengajar bagi

seorang guru bukanlah sekedar menyampaikan pengetahuan kepada

siswa saja tetapi guru dapat membangkitkan motivasi kepada siswa

sehingga pembelajaran yang aktif dan interaktif dapat tecapai.

Hamzah B Uno (2011: 33) mengemukakan bahwa ciri dari proses

pembelajaran yang mengaktifkan siswa yaitu: 1) siswa aktif mencari

1
2

informasi, bertanya bahkan membuat kesimpulan, dan 2) adanya

pemanfaatan sumber belajar secara optimal.

Mata pelajaran sejarah memiliki kontribusi yang besar dalam

mengarahkan peserta didik menjadi warga negara Indonesia yang

demokratis, bertanggungjawab dan cinta damai. Pemahaman yang baik

atas sejarah akan memberikan penyadaran manusia tentang konsep

diri, penghargaan nilai-nilai lokal, semangat kebangsaan, dan

pemahaman atas peristiwa berskala global. Kehadiran kurikulum 2013

patut diapresiasi secara positif, apa pasal? Dalam struktur kurikulum

2013, mata pelajaran sejarah di SMA mendapat perhatian yang serius.

Jumlah jam per minggu cukup banyak yakni klas X IPA dua jam per

minggu dan kelas X IPS ditambah sejarah peminatan 3 jam, sehingga

kelas X IPS ada 5 jam per minggu. Untuk kelas XI dan XII mengalami

peningkatan karena kelas IPS ada enam jam per minggu, yakni dua

jam sejarah Indonesia dan empat jam sejarah peminatan.

Namun, realitas ketika berlangsung proses pembelajaran

sejarah, daya kreativitas siswa rendah, siswa kurang antusias, bersikap

acuh tak acuh dan prestasi belajar yang diperoleh juga rendah.

Pasalnya, telah terbentuk mindset pada diri siswa karena pelajaran

sejarah tidak termasuk diujikan dalam Ujian Nasional (UN), siswa

menganggap pelajaran sejarah sulit dihafalkan sehingga siswa kurang

berminat, model pengajarannya kurang menarik, Siswa lebih banyak

berbincang-bincang di luar topik materi pembelajaran yang

disampaikan oleh guru, sesekali membuka handphone yang bukan


3

untuk kepentingan pembelajaran dan bahkan ada siswa yang sengaja

tidur. Ketika guru mengajukan pertanyaan, siswa menjawab

pertanyaan seperti paduan suara dan apabila guru mempersilakan

siswa untuk bertanya, hanya satu sampai dua orang yang mengajukan

pertanyaan. Sering kali metode ceramah dan tanya jawab dianggap

membosankan bagi siswa. Rasa bosan yang muncul dalam diri siswa

menyebabkan semangat untuk beraktivitas belajar menjadi menurun,

siswa kurang termotivasi untuk belajar sejarah, akhirnya hasil belajar

sejarah menjadi tidak maksimal.

Hasil wawancara terhadap peserta didik diperoleh faktor

penyebab rendahnya prestasi antara lain: peserta didik merasa materi

pelajaran sejarah tentang materi  upaya Bangsa Indonesia menghadapi

ancaman disintegrasi bangsa sangat banyak, belum terbiasanya

melakukan literasi menyebabkan kurang percaya diri dalam

mengungkapkan pendapat. Dalam pelaksankan pembelajaran di kelas

peserta didik mengungkapkan bahwa mereka merasa bosan dengan

metode yang digunakan guru. Hal ini disebabkan hampir setiap guru

sering menggunakan metode diskusi. Peserta didik juga merasa

kurang diberi kesempatan untuk menuangkan ide-ide yang kreatif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar tidak

cukup hanya dengan membaca, mendengar, melihat akan tetapi

peserta didik harus berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran antara

lain membaca, melakukan tanya jawab, mengemukakan pendapat,

melakukan diskusi, demonstrasi, presentasi dan memanfaatkan


4

peralatan/teknologi. Peran aktif peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran dapat berdampak pada prestasi belajarnya.

Dengan kenyataan seperti itu dan rendahnya hasil belajar

sejarah siswa, maka perlu dicari solusi untuk mengatasi masalah

tersebut. Salah satu solusi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

adalah memanfaatkan media pembelajaran. Dengan memanfaatkan

media, proses belajar mengajar di kelas menjadi menarik dan

menyenangkan, berbeda dengan pendekatan konvensional yang hanya

mengadalkan ceramah. Menurut Djamarah (2006: 120) kehadiran

media mempunyai arti yang cukup penting dalam kegiatan belajar

mengajar, karena, ketidakjelasan materi pembelajaran dapat dibantu

dengan adanya media sebagai perantara atau pemberi pesan informasi.

Penyampaian bahan dan materi yang sulit bagi siswa dapat

disederhanakan dan diperjelas dengan bantuan media pembelajaran.

Keterbatasan guru dalam menyampaikan materi pelajaran

sering menjadi salah satu kendala terhadap pencapaian tujuan

pembelajaran. Pada umumnya guru dalam mengajar menggunakan

metode ceramah padahal tidak semua materi bahan ajar cocok

disampaikan dengan menggunakan metode ceramah saja, apabila

seperti itu bisa terjadi salah persepsi atau pemahaman sehingga

menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai . Apabila tujuan

pembelajaran tidak tercapai atau bisa dibilang gagal maka yang

disalahkan pertama kali adalah pengajarnya. Maka dalam hal ini,

pengajar harus pandai-pandai memutar otak agar proses pembelajaran


5

berlangsung dengan baik dan tujuan pembalajaran dapat tercapai.

Agar proses pembelajaran berjalan lancar dan baik , pengajar dalam

mengajar mustahil tidak menggunakan media atau alat bantu mengajar

. Pengajar harus menggunakan media dalam mengajar entah itu buku

acuan atau apa saja yang bisa membantu dalam proses pembelajaran

agar peserta didik faham . Sebab dengan menggunakan media

pembelajaran proses pembelajaran jadi lebih menarik dan peserta

didik lebih memahami apa yang disampaikan oleh pengajar.

Pengalaman penulis dalam melaksanakan kegiatan proses

pembelajarkan sejarah di SMAN 1 Guntur, dalam beberapa hal

menunjukkan hal yang sama. Salah satu contoh kasus pembelajaran

yang sering menjadi keluhan adalah pembelajaran Sejarah Indonesia

kelas XII, materi  upaya Bangsa Indonesia menghadapi ancaman

disintegrasi bangsa. Materi  pembelajaran ini agak sulit dipahami oleh

siswa, apalagi jika hanya mengandalkan metode ceramah dan tanya

jawab semata. Beberapa siswa dalam beberapa kesempatan

mengatakan bahwa materinya terlalu rumit. Kerumitan materi

pelajaran  ini juga diperparah dengan adanya tuntutan  harus

mengetahui dan memahami kekacauan yang terjadi saat sekarang.

Menghadapi permasalahan pembelajaran di atas, penulis

mencoba menyiasatinya dengan menggunakan media crossword

puzzle (teka-teki silang). Harapan mengajar menggunakan media

crossword puzzle (teka-teki silang) adalah kegiatan belajar mengajar

tidak lagi monoton dan prestasi belajar Sejarah Indonesia lebih


6

meningkat. Berdasarkan  pengalaman memperaktikkannya pada kelas

XII IPA 1  semester 1 tahun pembelajaran 2019/2020 tersebut, maka

judul tulisan pengalaman terbaik (Best Practice) ini adalah “Strategi

Bekam TTS Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Indonesia

Kelas XII IPA 1 SMAN 1 Guntur Demak”.

2. Permasalahan

Berdasarkan fenomena-fenomena seperti di atas, peneliti ingin

mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yang monoton dan

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah

Indonesia dengan menggunakan media pembelajaran. Penulis tertarik

untuk mencoba menawarkan solusi atas permasalahan pembelajaran

Sejarah Indonesia. Permasalahannya adalah (1) Bagaimanakah cara

mengatasi kegiatan pembelajaran sejarah Indonesia yang monoton?

(2) Apakah strategi Bekam crossword puzzle (teka-teki silang) dapat

meningkatkan prestasi belajar Sejarah Indonesia kelas XII IPA 1

SMAN 1 Guntur Demak?

3. Strategi Pemecahan Masalah

a. Deskripsi strategi pemecahan masalah

Agar pembelajaran sejarah lebih interaktif, menarik dan

menyenangkan maka perlu strategi pemecahan masalah. Strategi

pemecahan masalah yang dilakukan dengan menerapkan model

crossword puzzle (teka-teki silang). Teka-teki silang yang

didalamnya terdapat rangkaian kotak bujur sangkar atau persegi

empat sama sisi. Pada sebagian kotak berwarna putih diberi


7

nomor yang mengindikasikan nomor jawaban. Kotak berwarna

putih itu harus diisi dengan huruf-huruf, baik secara horizontal

maupun secara vertikal yang akan membentuk kata-kata yang

merupakan jawaban dari pertanyaan yang ada. Pertanyaannya

terdiri dari dua macam, yaitu pertanyaan untuk jawaban yang

harus ditulis secara horizontal (mendatar) dan pertanyaan

untuk jawaban yang harus ditulis secara vertikal (menurun).

Pertanyaan biasanya ditulis di bawah atau di samping gambar.

Pembelajaran menggunakan teka-teki silang menjadi berkarya,

kreatif, aktif dan mandiri (BEKAM).

Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan

teka-teki silang (crossword puzzle), kegiatan selanjutnya yaitu

melakukan evaluasi untuk mengamati kemajuan prestasi siswa.

Pelaksanaan evaluasi dengan menggunakan tes tertulis sehingga

dihasilkan data berupa angka. Data tersebut dianalisis untuk

memperoleh kesimpulan tentang tingkat ketercapaian dengan

mengacu pada kriteria tingkat keberhasilan yang sudah

ditetapkan berupa kriteria ketuntasan mandiri (KKM) yaitu 70

ketuntasan secara individu dan 85% secara klasikal. Selanjutnya

menyimpulkan keberhasilan dan menelaah kegagalan.

b. Tahapan Operasional pelaksanaaan

Crossword puzzle (teka-teki silang) merupakan bentuk

permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa

lebih mendalam dikarenakan munculnya motivasi untuk


8

senantiasa mencoba memecahkan masalah. Pembelajaran lebih

berpusat pada siswa yang dikemas dalam bentuk permainan

membuat siswa lebih menikmati pelajaran sehingga tidak mudah

bosan untuk belajar. Adapun tahapan operasional pelaksanaan

metode penggunaan media teka-teki silang dalam kegiatan

pembelajaran sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai

dalam pembelajaran.

2) Guru menyampaikan materi pelajaran yaitu upaya bangsa

Indonesia dalam mengahadapi gangguan dan ancaman

disintegrasi bangsa

3) Guru mendemonstrasikan terlebih dahulu permainan

Teka-Teki Silang kepada peserta didik di depan kelas,

kemudian memberitahukan cara mainnya, menjelaskan

tata cara penggunaan teka-teki silang.

4) Siswa berkumpul pada kelompoknya dan dibagikan

lembar teka-teki silang sesuai dengan materi pelajaran.

5) Siswa dalam kelompok mengerjakan teka-teki silang yang

telah dibagikan sesuai dengan lembar teka-teki silang yang

didapat.

6) Siswa melakukan presentasi atas hasil kerja kelompoknya

7) Guru melakukan validasi jika ditemukan kekurangan atau

ketidaktepatan siswa dalam menjawab pertanyaan dan

memberikan penguatan terhadap temuan siswa.


9

8) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang

sudah dibahas.

9) Guru memberikan evaluasi.

10) Guru menyampaiakan materi yang akan dipelajari pada

pertemuan berikutnya.

11) Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam.

4. Tujuan Best Practice

Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan best practice yaitu:

a. Secara umum untuk meningkatkan profesionalisme pendidik

sehingga pembelajaran sejarah Indonesia tidak monoton

b. Secara khusus untuk meningkatkan prestasi belajar Sejarah

Indonesia menggunakan methode crossword puzzle (teka-teki

silang) bagi siswa kelas XII IPA 1 semester 1 tahun pelajaran

2019/2020.

5. Manfaat Best Practice

Manfaat yang dicapai dari pelaksanaan best practice yaitu:

a. Secara umum

1) dapat menjadi salah satu jenis karya tulis pengembangan

profesi pendidik dan tenaga kependidikan,

2) Sebagai pengelola pembelajaran dapat meningkatkan

keterampilan untuk memilih strategi pembelajaran yang

bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran

3) Dapat menjadi salah satu sumber inspirasi pembelajaran

bagi pendidik. Semakin sering seorang pendidik membuat


10

karya best practice, maka kreativitas dan inovasinya

semakin meningkat

4) Mendapat pengalaman langsung dalam pelaksanaan

pembelajaran khususnya pada pemecahan masalah

sehingga dapat meningkatkan daya kreativitas dan

profesionalisme guru.

b. Secara khusus

1) Meningkatnya prestasi belajar Sejarah Indonesia

menggunakan methode crossword puzzle (teka-teki silang)

bagi siswa kelas XII IPA 1 semester 1 tahun pelajaran

2019/2020.

2) Menambah minat, kemauan, dan rasa percaya diri peserta

didik dalam belajar Sejarah Indonesia

3) Meningkatnya kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah, bekerjasama, dan berkomunikasi.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Pembelajaran sejarah melalui Berkarya, Kreatif, Aktif dan Mandiri

(BEKAM) merupakan penerapan dari empat pilar pendidikan UNESCO,

yaitu learning to know, learning to do. learing to be, dan leaarning to live

togheter (Sindhunata, 2001:116). Pemilihan strategi pembelajaran ini karena

dalam tahapan operasionalnya mampu memberikan ruang bagi siswa untuk

belajar dengan berkarya, kreatif, aktif dan mandiri. Strategi BEKAM

mampu memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan keahlian,


11

kreatifitas, aktifitas dan kemandirian siswa dalam mengerjakan teka-teki

silng. Pengembangan satu keahlian siswa inilah yang menjadi strategi

khusus untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah.

Media Teka-teki silang merupakan gambar yang didalamnya

terdapat rangkaian kotak bujur sangkar atau persegi empat sama sisi. Pada

sebagian kotak berwarna putih diberi nomor yang mengindikasikan nomor

jawaban. Kotak berwarna putih itu harus diisi dengan huruf-huruf, baik

secara horizontal maupun vertical yang akan membentuk kata-kata yang

merupakan jawaban dari pertanyaan yang ada. Pertanyaannya terdiri dari

dua macam, yaitu pertanyaan untuk jawaban yang harus ditulis secara

horizontal (mendatar) dan pertanyaan yang harus ditulis secara vertikal

(menurun). (Muhaiban, 2008. Teka-Teki Silang. [online]. Tersedia dalam :

http://www.emhaiban.blogspot.com/2008. [3 Juli 2019]).

Pembelajaran dengan menggunakan teka-teki silang akan

membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran karena siswa dilibatkan

dalam sebuah permainan yang mendidik. Disamping itu minat siswa dalam

pembelajaran juga akan mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar

mengajar, minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang

menunjukan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya,

tetapi juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan

pembelajaran (Slameto, 2010: 180).

Dalam proses pembelajaran, untuk materi-materi pelajaran yang

bersifat hafalan, khususnya sejarah, penggunaan teka-teki silang dapat

menjadi alat bantu bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar, karena
12

melalui teka-teki silang ini, akan mengubah pola menghafal menjadi

mulai mencari pemahaman-pemahaman sendiri, hal tersebut dapat

mengurangi kejenuhan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran

sejarah. Guru harus mampu menggunakan media pembelajaran yang dapat

menarik minat siswa dalam pembelajaran. Minat merupakan potensi yang

dimanfaatkan untuk menggali motivasi yang utama yang dapat

membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentang waktu

tertentu (Djamarah, 2006: 33).

Pembelajaran sejarah dengan menggunakan teka-teki silang ini

dapat meningkatkan keaktifan siswa karena persentase keterlibatan siswa

dalam proses belajar mengajar sangat tinggi, siswa dapat menggunakan

sumber-sumber yang ada, untuk mencari pengetahuan-pengetahuan sendiri.

Selain itu pembelajaran sejarah dengan menggunakan teka-teki silang ini

akan mengubah gaya transfer ilmu antara guru dan siswa yang cenderung

searah, guru tidak lagi sebagai pusat dalam kegiatan belajar mengajar, akan

tetapi siswa membimbing dan memberikan pengarahan tentang apa yang

akan dilakukan siswa untuk menguasai kompetensi tertentu, dan siswa

dipersilakan mencapai kompetensi itu dengan caranya sendiri. Selain itu

minat siswa dalam pembelajaran juga akan mendorong keaktifan siswa

dalam proses belajar mengajar, minat tidak hanya diekspresikan melalui

pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu daripada

yang lainnya, tetapi juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam

suatu kegiatan pembelajaran


13

Teka-teki silang dalam pembelajaran adalah suatu cara yang

digunakan dalam proses belajar mengajar. Media tersebut digunakan agar

siswa tertarik untuk belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Disamping itu dengan menggunakan teka teki silang dalam pembelajaran

akan mempermudah siswa untuk mengingat dan memahami konsep-

konsep yang terkandung dalam materi pelajaran. Teka-teki silang dapat

digunakan untuk pembelajaran di kelas terutama untuk menguatkan

pencantolan konsep ke dalam memori (Nana Sudjana, 2010: 53)

Melalui penggunaan teka-teki silang dalam pembelajaran sejarah

ini dimaksudkan agar siswa tertarik untuk belajar sejarah sehingga tujuan

pembelajaran dapat dicapai, karena pembelajaran sejarah dengan

menggunakan teka-teki silang menggabungkan antara kegiatan bermain

dengan kegiatan belajar sehingga belajar akan menjadi lebih

menyenangkan. Siswa tidak lagi akan merasa jenuh ketika sedang belajar

sejarah, karena mereka tidak hanya duduk, diam dan mendengarkan cerita

dari guru saja, tetapi mereka akan lebih aktif karena mereka dilibatkan

dalam sebuah permainan yang mendidik. Peningkatan aktifitas belajar

tersebut, akan berdampak pula pada peningkatan hasil belajar siswa.

Melalui media teka-teki silang dalam pembelajaran sejarah, guru mencoba

membangun pemahaman siswa dari pengalaman belajarnya berdasarkan

pengetahuan yang dimilikinya. Pembelajaran sejarah dikemas menjadi

proses mengkonstruksi dan bukan menerima pengetahuan, siswa mencoba

menemukan dan mencari sehingga terjadi perpindahan dari mengamati

menjadi memahami, menemukan jawaban dengan berpikir kritis melalui


14

keterampilan belajarnya. (Ardi Widyarso, 2008. Tips belajar dengan

Metode Teka-Teki Silang. [online]Tersedia:http://www.smk3ae.wordpress.

com.alm.html/2008 [3 Juli 2019]).

C. Pembahasan Masalah

1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah

Di zaman yang sekarang ini, siswa sangat menuntut pengajar untuk

mengajar lebih kreatif agar tidak membosankan. Karena itu, pengajar

sangat memerlukan metode dan teknik-teknik baru dalam mengajar.

Pengajar memanfaatkan permainan sebagai media pembelajaran yaitu

media pembelajaran ‘Teka-Teki Silang’ Alasan menggunakan

Crossword Puzzle (teka-teki silang) dalam pembelajaran sejarah

adalah:

a) Agar berlangsung pembelajaran yang berkarya, kreatif, aktif dan

mandiri (BEKAM). Dengan metode yang variatif, siswa akan

merasakan suasana yang berbeda. Siswa tidak lagi hanya duduk,

diam dan mendengarkan cerita dari guru saja, tetapi mereka

akan dilibatkan dalam sebuah permainan bersifat mendidik,

karena selain akan mengasah kemampuan berfikir juga

mempermudah siswa untuk memahami konsep-konsep yang

terkandung dalam materi pelajaran sejarah, Crossword Puzzle

(teka-teki silang) digunakan untuk pembelajaran di kelas

terutama untuk menguatkan pencantolan konsep ke dalam

memori. Penggunaan Crossword Puzzle (teka-teki silang) juga


15

dapat melatih kemandirian siswa dalam menggali informasi

mengenai sejarah dari berbagai sumber. Menurut Slameto

(2010: 65), penggunaan alat pembelajaran yang variatif dapat

mengatasi permasalahan-permasalahan yang sering terjadi kelas

seperti rendahnya aktivitas siswa, maupun hasil belajar siswa.

b) Kata Teka-Teki Silang tidak asing lagi ditelinga siswa, teka-teki

silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu

mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan

huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai

dengan petujuk . Selain itu mengisi teka-teki silang mengasikan,

selain juga berguna untuk mengingat kosakata yang populer,

selain itu juga berguna untuk pengetahuan kita yang bersifat

umum dengan cara santai. Mengisi sebuah teka-teki silang

membuat siawa berpikir untuk mencari jawaban. Dan apabila

belum menemukan jawabannya maka perasaan penasaran

melanda dan akan mencari cara untuk memecahkanya.

c) Alasan lainnya yaitu, Crossword Puzzle merupakan bentuk

permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa

lebih mendalam dikarenakan munculnya motivasi untuk

senantiasa mencoba memecahkan masalah, namun tetap

menyenangkan sebab bisa di ulang-ulang. Tantangan dalam

permainan ini akan selalu memberikan efek ketagihan untuk

selalu mencoba, mencoba dan terus mencoba hingga berhasil.

Melalui penggunaan teka-teki silang dalam pembelajaran


16

sejarah guru mencoba membangun pemahaman siswa dari

pengalaman dalam belajarnya berdasarkan pengetahuan yang

dimilikinya, pembelajaran dikemas menjadi sebuah proses

mengkonstruksi dan bukan menerima pengetahuan, siswa

mencoba menemukan dan mencari sehingga terjadi perpindahan

dari mengamati menjadi memahami, menemukan jawaban

dengan berpikir kritis melalui keterampilan belajarnya.

2. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah

Kegiatan pembelajaran Sejarah Indonesia menggunakan

Crossword Puzzle (teka-teki silang) diimplementasikan di kelas XII

IPA 1, dengan jumlah siswa 32 terdiri dari laki-laki 24 dan perempuan

8, pada materi perjuangan menghadapi ancaman disintegrasi bangsa,

semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 waktu kegiatan dilaksanakan

pada hari Selasa tanggal 15 Oktober 2019. Berdasarkan observasi

pada daftar nilai siswa, hasil belajar mata pelajaran Sejarah Indonesia

sebelum menggunakan teka-teki silang tergolong rendah.

Gambar 1. Kegiatan belajar sebelum menggunakan TTS


17

Hasil evaluasi secara individu peserta didik yang sudah tuntas

belajar dengan nilai 70 atau lebih ada 14 siswa atau sebesar (43,75 %),

Sedangkan yang belum tuntas belajar ada 18 siswa atau sebesar (56,25

%) nilai rata-rata 62,91 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 45,

secara klasikal kegiatan pembelajaran belum tuntas, karena jumlah

peserta didik yang memperoleh nilai 70 atau lebih hanya 43,75 %.

Ketuntasan hasil ulangan harian terdapat dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Data ketuntasan belajar sebelum mengunakan TTS

No Kegiatan Tuntas % Belum Tuntas %


1 Nilai harian 14 43,75, 18 56,25

Sedangkan persebaran perolehan nilai harian siswa

ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 2. Data persebaran nilai sebelum mengunakan TTS

No Kriteria Skala Frekuensi Prosentase


1 Sangat Tinggi 90-100 0 0,0
2 Tinggi 80-89 6 18,8
3 Cukup 70-79 7 21,9
4 Rendah 60-69 7 21,9
5 Sangat Rendah 0-59 12 37,5
Jumlah 32 100

Berdasarkan data di atas, peserta didik dengan kriteria prestasi

tinggi berjumlah 6 orang (18,8%). cukup berjumlah 7 orang (21,9%).

selain itu peserta didik dengan kriteria rendah berjumlah 7 orang

(21,9%), dan peserta didik dengan kriteria sangat rendah berjumlah 12

orang (37,5%). sedangkan untuk kriteria sangat tinggi tidak ada.

Salah satu solusi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran yaitu media


18

pembelajaran yang dipakai adalah media Crossword Puzzle (teka-teki

silang). Harapan mengajar menggunakan Media Crossword Puzzle

(teka-teki silang) adalah prestasi belajar Sejarah Indonesia lebih

meningkat. Pelaksanaan kegiatan difokuskan untuk meningkatkan

prestasi siswa dalam belajar, sehingga tercapai ketuntasan secara

individual dengan nilai minimal 70 dan ketuntasan secara klasikal

minimal 85% siswa. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat sebelumnya.

Pada tahapan ini ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan

tahap pelaksanaan. Tahapan-tahapan tersebut, yaitu :

a. Tahap Persiapan

1) Guru mempersiapkan Rencana Pembelajaran.

2) Membuat teka-teki silang yang akan diterapkan dalam

proses belajar mengajar.

3) Mempersiapkan alat evaluasi (soal tes akhir pembelajaran)

4) Membuat daftar dokumentasi yang digunakan untuk

mencatat siswa yang aktif.

b. Tahapan pelaksanaan.

1) Pendahuluan

a) Guru mengucapkan salam, dan mempresensi siswa

b) Guru memberikan apersepsi dengan memberikan

pertanyaan tentang materi yang lalu.

c) Guru menuliskan kompetensi yang ingin dicapai

2) Kegiatan Inti
19

a) Guru memberikan materi pelajaran sejarah Indonesia

b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya, menjawab, menyanggah, mengeluarkan

pendapat mengenai materi pembelajaran.

c) Guru menjelaskan tentang media teka-teki silang

d) Guru membentuk kelompok belajar dalam

mengerjakan teka-teki silang

e) Guru menjelaskan tata cara mengerjakan teka-teki

silang dan memberikan motivasi kepada siswa

Gambar 2. Guru menjelaskan cara mengerjakan TTS

f) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengisi

teka-teki silang sejarah secara kelompok. Pada saat

mengerjakan, siswa bebas mencari sumber belajar


20

g) Siswa mengerjakan teka-teki silang sesuai dengan

kelompok belajar.

Gambar 3. Siswa berkelompok mengerjakan TTS

h) Siswa melakukan presentasi di depan kelas atas hasil

kerja kelompoknya

Gambar 4. Siswa melakukan presentasi

i) Guru menceklist setiap siswa yang bertanya atau

menjawab pertanyaan

j) Siswa dibimbing guru merangkum materi pelajaran


21

k) Guru melakukan validasi jika ditemukan

ketidaktepatan siswa dalam menjawab pertanyaan

dan memberikan penguatan terhadap temuan siswa.

l) Guru memberikan tes kepada siswa mengenai materi

pembelajaran yang telah dibahas untuk melihat

sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran yang telah dibahas dengan menggunakan

teka-teki silang.

3) Penutup

Kegiatan pembelajaran ditutup dengan kegiatan:

a) Siswa dibimbing oleh guru melakukan koreksi agar

siswa mengetahui jawaban yang benar pada teka-

teki silang dan menyimpulkan pelajaran

b) Siswa menempelkan teka-teki silang pada majalah

dinding kelas

c) Guru memberitahukan materi yang akan dibahas

pada pertemuan berikutnya

d) Guru menutup pelajaran

Disamping itu siswa juga menyiapkan beberapa hal yaitu:

1. Mengerjakan tugas yang diberikan guru di rumah yaitu

membaca materi yang akan dibahas minggu depan

2. Menentukan materi yang benar-benar tidak dipahami

3. Menulis atau mencatat pertanyaan yang akan diajukan pada

pertemuan berikutnya
22

4. Meminta kesempatan pada guru untuk mengajukan pertanyaan

dengan cara mengacungkan tangan

3. Hasil yang Dicapai

Keberhasilan proses pembelajaran Sejarah Indonesia

menggunakan metode crossword puzzle (teka-teki silang) pada siswa

kelas XII IPA 1 SMAN 1 Guntur Demak tahun pelajaran 2019/2020

terlihat dari kemandirian siswa dalam menggali informasi dari

berbagai sumber pembelajaran, siswa semakin antusias dalam belajar

dan terciptanya suasana belajar yang menggairahkan. Sedangkan

peningkatan prestasi belajar terlihat dari kenaikan yang signifikan

nilai siswa pada tes akhir, sesuai kriteria keberhasilan dalam prestasi

belajar yaitu siswa yang telah tuntas belajar jika mencapai nilai

minimal 70 dan keberhasilan kelas minimal 85 % dari jumlah siswa

telah mencapai tuntas belajar.

Prestasi siswa dalam belajar setelah menggunakan media

metode crossword puzzle (teka-teki silang) dapat dilihat dari hasil

evaluasi yang dituangkan dalam tabel berikut:

Tabel 3: data peningkatan ketuntasan belajar siswa

No Kegiatan Tuntas % Belum Tuntas %


3 Nilai harian 29 90,62 3 09,38

Berdasarkan data hasil belajar yang ditunjukkan dari hasil

evaluasi, secara individual, peserta didik yang belum tuntas belajar

ada 3 peserta didik (9,38 %), sedangkan yang sudah tuntas belajar ada

29 peserta didik (90,63 %). Secara klasikal kegiatan pembelajaran


23

sudah tuntas karena jumlah yang telah memperoleh nilai 70 atau lebih

adalah 90,63 %. Perbandingan hasil evaluasi dari sebelum kegiatan

dengan sesudah kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4: Komparasi ketuntasan nilai

No Kegiatan Tuntas % Belum Tuntas %


1 Sebelum kegiatan 14 43,75, 18 56,25
3 Sesudah kegiatan 29 90,62 3 09,38

Hasil evaluasi menunjukkan terdapat kenaikkan yang tuntas

belajar dari 14 peserta didik (43,75%) menjadi 29 peserta didik

(90,63%). Sedangkan yang belum tuntas belajar mengalami

penurunan dari 10 peserta didik (56,25%) menjadi 3 peserta didik

(09,38%). Sedangkan untuk mengetahui peningkatan persebaran

prestasi belajar, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Data persebaran nilai siswa

No Kriteria Skala Frekuensi Prosentase


1 Sangat Tinggi 90-100 3 9,4

2 Tinggi 80-89 23 71,9

3 Cukup 70-79 3 9,4

4 Rendah 60-69 3 9,4

5 Sangat Rendah 0-59 0,0

Jumlah 32 100
Berdasarkan data di atas, peserta didik dengan kriteria prestasi

sangat tinggi berjumlah 3 orang (9,4%), prestasi tinggi berjumlah 23

orang (71,9%). cukup berjumlah 3 orang (9,4%). selain itu peserta

didik dengan kriteria rendah berjumlah 3 orang (9,4%). dan peserta

didik dengan kriteria sangat rendah tidak ada.


24

Perbandingan persebaran hasil evaluasi dari sebelum kegiatan

dengan sesudah kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Komparasi persebaran hasil evaluasi

Sebelum kegiatan Sesudah kegiatan


No Kriteria Skala
Frekuensi Prosent Frekuensi Prosent
1 Sangat Tinggi 90-100 0 3 9,4
0,0
2 Tinggi 80-89 6 23 71,9
18,8
3 Cukup 70-79 7 3 9,4
21,9
4 Rendah 60-69 7 3 9,4
21,9
5 Sangat Rendah 0-59 12 0,0
37,5
Jumlah 32 100 32 100

Berdasarkan data di atas, peserta didik dengan kriteria prestasi

tinggi berjumlah 6 orang (18,8%). cukup berjumlah 7 orang (21,9%).

selain itu peserta didik dengan kriteria rendah berjumlah 7 orang

(21,9%), dan peserta didik dengan kriteria sangat rendah berjumlah 12

orang (37,5%). sedangkan untuk kriteria sangat tinggi tidak ada.

Setelah dilakukan kegiatan, perolehan nilai peserta didik dengan

kriteria prestasi sangat tinggi berjumlah 3 orang (9,4%), prestasi

tinggi berjumlah 23 orang (71,9%). cukup berjumlah 3 orang (9,4%).

selain itu peserta didik dengan kriteria rendah berjumlah 3 orang

(9,4%). dan peserta didik dengan kriteria sangat rendah tidak ada.

Dengan pembelajaran yang seperti ini guru akan dapat

membangkitkan semangat siswa dalam belajar sehingga secara tidak

langsung suasana belajarpun akan menjadi meriah. Pembelajaran

menggunakan media teka-teki silang membuat siswa mudah

memahami kompetensi dasar yang diajarkan, semangat belajar


25

meningkat, dan menghilangkan rasa bosan belajar sejarah. Mengajar

menggunakan metode crossword puzzle (teka-teki silang) menjadi

solusi dalam melejitkan prestasi belajar Sejarah Indonesia pada siswa

kelas XII IPA 1 SMAN 1 Guntur Demak tahun pelajaran 2019/2020.

Guru dapat menggunakan teka-teki silang ketika menyampaikan

kompetensi dasar lainnya, guru dapat melakukan bimbingan secara

intensif untuk menumbuhkan motivasi bagi peserta didik yang belum

memahami kompetensi dasar yang diajarkan.

4. Kendala-kendala yang Dihadapi

Kendala yang dihadapi pada saat penerapan pembelajaran

dengan menggunakan crossword puzzle (teka-teki silang) adalah :

a. Kesulitan pembuatan media teka-teki silang yang beragam

b. Materi-materi yang berupa menjelaskan atau memaparkan tidak

dapat dijadikan bahan TTS sebab tempatnya terbatas selain itu

dalam TTS hanya istilah-istlah atau kata singkatan atau

akronim-akronim

c. Masih adanya siswa yang tidak bertanggung jawab ketika

diberikan tugas oleh teman sekelompoknya untuk mencari

jawaban pertanyaan.

d. Masih adanya siswa yang bermain hand phone untuk

kepentingan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran.

e. Waktu yang di pakai pada fase menjawab soal teka-teki silang

dalam kelompok tidak efisien, karena ketika waktu habis masih

ada kelompok yang masih belum selesai.


26

f. Beberapa peserta didik gaduh ada yang ingin mengganggu

temannya.

g. Terbatasnya sarana akses internet.

h. Ketergantungan kepada peserta didik yang lebih pandai.

5. Faktor-faktor Pendukung

Beberapa faktor pendukung sebagai penguatan crossword

puzzle (teka-teki silang) yaitu :

a. Antusiasme siswa yang besar terhadap pembelajaran yang

dilaksanakan melalui permainan.

b. Pemberian reward terhadap keberhasilan kelompok.

c. Kerja sama dan respon yang baik dari kepala sekolah dan guru-

guru yang lain terutama sesama guru mata pelajaran sejarah.

d. peserta didik lebih aktif dan kreatif dan harus berfikir untuk

mencari bahan dalam mengisi teka-teki silang.

e. Alokasi waktu pembelajaran yang cukup

f. Kelebihan model pembelajaran crossword puzzle (teka-teki

silang) itu sendiri

g. Ketersediaan bahan pembuatan alat peraga yang cukup.

6. Alternatif Pengembangan

Berdasarkan pengalaman dari pembelajaran yang telah

dilaksanakan, agar hasil yang dicapai lebih optimal dan kendala yang

dihadapi dapat diminimalisir, untuk kedepannya dapat dilakukan

pengembangan terhadap strategi yang telah diterapkan dengan

alternatif sebagai berikut :


27

a. Melibatkan guru sejawat dalam pembuatan media

b. Memberikan reward kepada siswa yang aktif dan kepada

kelompok yang paling sedikit kesalahan dalm menjawab.

c. Mengatur waktu dengan baik lagi agar tidak terjadi kemelorotan

waktu dalam pengisian teka-teki silang

d. Menambah jaringan internet di tiap-tiap kelas

e. Memodifikasi permainan, misalnya dengan menambah kotak

jawaban agar kreatifitas siswa lebih bertambah.

C. Kesimpulan dan Saran

Simpulan :

Berdasarkan pembahasan dan hasil yang dicapai pada pembelajaran dengan

menggunakan model crossword puzzle (teka-teki silang), disimpulkan:

1. Pembelajaran dengan menggunakan model crossword puzzle (teka-

teki silang) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa,

2. Pembelajaran dengan menggunakan model crossword puzzle (teka-

teki silang) dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar,

3. Pembelajaran dengan menggunakan model crossword puzzle (teka-

teki silang) dapat menciptakan suasana belajar yang meriah,

4. Pembelajaran dengan menggunakan model crossword puzzle (teka-

teki silang) dapat melejitkan prestasi belajar siswa.

5. fungsi teka-teki silang yaitu membangunkan saraf-saraf otak yang

memberi efek menyegarkan ingatan sehingga fungsi kerja otak


28

kembali optimal karena otak dibiasakan untuk terus belajar dengan

santai sehingga pembelajaran lebih efektif.

6. Pembelajaran dengan menggunakan model crossword puzzle (teka-

teki silang) layak digunakan sebagai model pembelajaran.

Saran :

Berdasarkan kesimpulan pembahasan terhadap pengalaman pembelajaran,

maka dapat dikemukakan saran tindak lanjut sebagai berikut:

1. Bagi siswa agar mengembangkan daya pikir dan meningkatkan minat

belajar sehingga prestasi belajar sejarah meningkat selain itu juga

meningkatkan semangat gotong royong.

2. Bagi peneliti, berdampak pada pengembangan kualitas diri dan

profesionalitas, untuk terus meningkatkan keilmuan, khususnya

pengembangan proses pembelajaran dan pendidikan sejarah.

3. Guru agar memotivasi diri untuk memilih strategi pembelajaran yang

tepat dan selalu meningkatkan keprofesionalitasnya sehingga dapat

melaksanakan pembelajaran dengan baik.

4. Bagi guru sejarah, dapat menggunakan teka-teki silang dalam

pembelajaran sejarah sehingga dapat memberikan suatu alternatif

dalam metode pembelajaran, akhirnya tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan dapat tercapai dengan baik.

5. Kepada Kepala Sekolah hendaknya dapat mengambil kebijakan bagi

guru untuk mengembangkan kreatifitas dalam pembelajaran.


29

6. Sekolah hendaknya lebih ikut mendukung peningkatkan kualitas guru

dan memfasilitasi guru dengan sarana prasarana pembelajaran yang

memadai sehingga dapat mendukung pembelajaran yang inovatif.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka


Cipta.
Hamzah B, Uno. 2011. Belajar dan Pendekatan PAIKEM. Jakarta. Bumi Aksara

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru
Algensindo

Sindhunata. 2001. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Demokrasi,


Otonomi. Jakarta: Civil Society.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta.
Rineka Cipta.
Sugandi, Achmad, dkk.(2006), Teori Pembelajaran, Semarang: UPT MKK
UNNES

Widoyo Eko. 2014. Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta. Pustaka Pelajar


Internet
Ardi Widyarso, 2008. Tips belajar dengan Metode Teka-Teki Silang.
[online]Tersedia:http://www.smk3ae.wordpress. com.alm.html/2008 [3 Juli
2019].

Muhaiban, 2008. Teka-Teki Silang. [online]. Tersedia dalam :


http://www.emhaiban.blogspot.com/2008. [3 Juli 2019].

Anda mungkin juga menyukai