Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENGGUNAAN METODE PERMAINAN UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PETA PADA SISWA KELAS IX A DI MTs N 3
INDRAMAYU

Disusun Oleh :

DRS. JALALLUDIN, MA.

NIP. 196809272005011005

KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN INDRAMAYU


MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 3 INDRAMAYU
JL. SILIWANGI SLIYEG KABUPATEN INDRAMAYU
2017.

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang


telah memberikan kekuatan, hidayah, dan pencerahan serta
pengetahuan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “PENGGUNAAN
METODE PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PETA PADA SISWA KELAS IX A DI MTs N 3 INDRAMAYU

”.Proposal Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan panduan bagi


penulis untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas guna meningkatkan
profesionalitas dan kualitas pembelajaran di MADSARAH. Selain itu
proposal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada pihak-
pihak yang memerlukan tentang rencana Penelitian Tindakan Kelas
yang akan peneliti lakukan.

Selama menyusun proposal PTK ini, penulis banyak mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini dengan
segenap kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan
terima kasih, terutama kepada:

1. Balai Diklat Keagamaan Bandung Propinsi Jawa Barat;


2. Para Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Bandung propinsi Jawa
barat;
3. Kepala MTs. Negeri 3 Indramayu;
4. Kolaboran/Teman Sejawat pada peda penelitian tindakan kelas;
dan
5. Murid Kelas 9 B MTs. Negeri 3 Indramayu.
Semoga kebaikan tersebut dicatat sebagai amal shalih dan mendapat
balasan yang lebih besar dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam proposal ini. Untuk itu, penulis membuka diri atas
berbagai kritik dan saran dari berbagai pihak demi sempurnanya
proposal PTK ini dan kelancaran penelitian yang akan dilakukan.

2
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pengalaman dalam pembelajaran IPS dikelas IX A di Madrasah


Tsanawiyah Negeri 3 Indramayu siswa banyak mengalami kesulitan belajar, hal ini
dikarenakan dalam proses pembelajaran guru hanya menerangkan materi dengan
menggunakan metode ceramah sehingga yang terjadi hanya satu arah, siswa diberikan
materi dan menghafal apa yang ada di buku paket. Aktivitas menghafal tidak memberikan
tantangan kepada siswa untuk belajar. Padahal mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran
bukan hanya menghafal tetapi mata pelajaran yang membekali kepada siswa dapat hidup
bermasyarakat dan mengetahui tentang kehidupan yang ada di dunia.
Pembelajaran IPS membutuhkan metode dan teknik pendekatan yang khas sejalan
dengan karakteristik IPS itu sendiri. Kurangnya penguasaan terhadap metode dan teknik
pembelajaran mengakibatkan produk pembelajaran tidak memadai, bahkan cenderung
rendah. Kemampuan membaca peta jelas memiliki fungsi yang strategis untuk memahami
gambaran keadaan Pembelajaran IPS di MTS seharusnya mengacu pada efektivitas
interaksi edukatif. Kenyataannya, guru cenderung menyajikan materi melalui ceramah dan
menggunakan papan tulis. Guru dapat menyelesaikan materi dalam waktu singkat, tetapi
siswa kurang berpartisipasi, keadaan ini menjadikan siswa kurang tertarik mengikuti
pelajaran sehingga suasana pembelajaran terasa membosankan yang pada akhirnya
berdampak pada prestasi hasil belajar siswa.
Pengetahuan sosial merupakan salah satu mata pelajaran SLTP/MTs pada
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yan berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan
nilai, sikap dan keterampilan siswa tentang masyarakat bangsa dan Negara. Melalui mata
pelajaran pengetahuan sosial siswa diarahkan, dibimbing dan dibantu untuk menjadi warga
Negara Indonesia dan dunia
Dari pengamatan sehari-hari ditemukan bahwa siswa siswa kelas Sembilan MTS N

3
3 Indramayu 65 persen yang tidak dapat menunjukkan penguasaan siswa tentang nama-
nama negara pada peta masih sangat rendah, oleh karena itu berpengaruh terhadap nilai

ketuntasan yang diperoleh siswa masih rendah. Untuk itu peneliti berfikir bahwa pada
pelaksanaan pembelajarannya perlu memilih metode pembelajaran yang menarik minat
siswa agar berhasil, karena apabila proses pembelajaran dilakukan dengan cara pemberian
informasi atau penjelasan dari guru, akan sangat membosankan sehingga siswa akan
mengalami kesulitan, mereka akan tahu nama negaranya saja tanpa tahu letaknya pada
peta.
Agar proses pembelajaran menyenangkan dan terjadi interaksi serta keterlibatan siswa
secara aktif dan kreatif.” Metode permainan adalah cara penyajian bahan pelajaran melalui
berbagai bentuk permainan “ ( Ahmad Djauzak 1994 : 54 ). Permaian merupakan kegiatan
manusia yang menarik dan menyenangkan terlebih para siswa Madrasah Tsanawiyah,
terlebih lagi permainan menebak akan menuntut siswa untuk berfikir cepat, di samping itu
kemampuan untuk menjawab dengan tepat merupakan kebanggaan diri siswa dihadapan
teman-temannya. Oleh karena itu guru memanfaatkan proses pembelajaran ini kedalam
sebuah permainan ,apabila siswa terlibat aktif baik secara berpasangan ( berdua) maupun
antar satu kelompok dengan kelompok lainnya maka pembelajaran akan bermakna .
Permainan merupakan dunia anak sehingga melalui permainan (games) siswa merasa
senang serta menjadi tertarik
Menyadari hal tersebut peneliti berupaya mengadakan penelitian tindakan kelas
untuk dapat memiliki kemampuan membaca peta dan meningkatkan pencapaian hasil
belajar yang optimal dengan mengadakan tindakan – tindakan yang dapat meningkatkan
keberhasilan siswa dalam penguasaan terhadap indikator dan standar kompetensi yang
telah ditetapkan.
Pembelajaran bagi siswa adalah bagaimana pembelajaran tersebut lebih
menyenangkan, tidak hanya menjelaskan isi materi saja tetapi bagaimana keikutsertaan
siswa dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran IPS. Banyak siswa beranggapan
bahwa mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang menjenuhkan. Hal ini karena masih
adanya pembelajaran IPS hanya satu arah atau hanya guru yang menjelaskan dan hanya
diberikan kesempatan bertanya. Jadi siswa diberikan materi dan menghafal apa yang ada di
buku paket. Aktivitas menghafal tidak memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar.

4
Padahal mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran bukan hanya menghafal tetapi mata
pelajaran yang membekali kepada siswa dapat hidup bermasyarakat dan mengetahui
tentang kehidupan yang ada di dunia.
Aktivitas belajar yang dilakukan siswa adalah membaca buku dan menghafal
konsep-konsep serta metode ceramah semakin memperkuat bahwa siswa semakin tidak
menarik dengan pembelajaran. Dari permasalah tersebut pengajar (guru) mencari solusi
bagaimana pembelajaran tersebut lebih menyenagkan tidak hanya metode ceramah atau
menghafal saja.
Agar siswa lebih menyenangkan dalam pembelajaran maka siswa perlu diajak aktif
dalam pembelajaran mata pelajaran IPS, dimana mata pelajaran IPS adalah merupakan
salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Keaktifan siswa dikelas dapat berupa permainan misalnya dengan menggunakan
kertas undian yang berisi nama negara, menempelkan potongan-potongan kertas nama-
nama negara, Dengan menggunakan permainan tersebut siswa lebih senang dan
termotivasi serta dapat meningkatkan kemampuan membaca peta.
Pembelajaran menggunakan permainan merupakan cara yang disenangi oleh para
siswa, yang memang hal ini siswa memilki rasa ingin tahu yang tinggi melalui permainan,
maka diharapkan terjadi suatu kondisi yang ideal yaitu :
1. ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPS
2. dengan metode bermain siswa tidak merasa jenuh atau menyenangkan
3. siswa mampu memperagakan diri dari permainan tersebut
Dari kondisi yang ideal tersebut diharapkan :
1. setiap siswa mampu memahami pengertian dan ciri-ciri negara maju dan
berkembang serta negara-negara yang terlibat pada perang dunia II dan usaha-
usaha mempertahankan kemerdekaan
2. setiap siswa mampu menyebutkan nama-nama negara maju dan berkembang serta
negara – negara yang terlibat perang dunia II dan usaha-usaha mempertahankan
kemerdekaan
3. setiap siswa mampu menunjukan nama negara di dalam peta
4. setiap siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran

Melalui metode bermain siswa tidak merasa jenuh terutama pada mata pelajaran IPS

5
yang selama ini dianggap mata pelajaran menghafal. Hanya saja yang perlu kita pikirkan
yaitu metode permainan yang bagaimana agar siswa kelas IX A MTS N 3 Indramayu yang
dapat meningkatkan kemampuan membaca Peta.
Keberhasilan siswa mencapai standar ketuntasan yang telah ditetapkan dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain minat, kemampuan siswa, kelengkapan alat peraga,
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, pengelolaan proses pembelajaran serta
ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode.
Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode antara lain
karakteristik usia peserta didik. Sehingga untuk dapat merangsang peserta didik dalam
proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode permainan misalnya
melalui : bola dunia dengan cara diputar, menggunakan undian, tebak letak antar kelompok
dengan cara menempelkan nama negara pada peta.
Berpijak dari latar belakang di atas, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian
pendidikan, dalam hal ini penulis akan mengangkat suatu topik : Penggunaan
metode permainan untuk meningkatkan kemampuan membaca
peta pada siswa kelas ix a di MTS N 3 Indramayu

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah


1. Rumusan Masalah
a) Apakah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan
dapat meningkatkan siswa dalam membaca peta ?
b) Bagamanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
permainan dapat meningkatkan siswa dalam membaca peta ?

2. Pemecahan Masalah
Paradigma baru dalam proses pembelajaran adalah memberikan lebih banyak
kepada peserta didik untuk dapat mengembagkan potensi dan kreativitas yang dimiliki oleh
peserta didik, sehingga proses pembelajaran dirancang tidak lagi bertumpu pada guru akan
tetapi harus berpusat pada peserta didik untuk dapat mendorong motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian dan semangat belajar.

Serangkaian kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta


didik untuk dapat menemukan berbagai informasi, pemecahan masalah dan inovasi,

6
sehingga memungkinkan peserta didik dapat mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri
melalui berbagai kegiatan dan karya yang bermakna.
Dalam upaya untuk melaksanakan proses pembelajaran terhadap siswa sebagai
objek belajar, akan tetapi siswa sebagai subjek dalam proses belajar mengajar maka setiap
guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pemelajaran
( RPP ) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Untuk dapat merancang siswa dalam proses belajar mengajar salah satunya dengan
menggunakan metode permainan melalui : bola dunia dengan cara diputar, menggunakan
undian, menggunakan anak panah dan tebak letak antar kelompok dengan cara
menempelkan nama negara pada peta. Dengan metode permainan diharapkan akan lebih
banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat melakukan interaksi, sehingga
pembelajaran akan menyenangkan dan bermakna yang antara lain ditandai dengan
keterlibatan siswa secara aktif, sehingga akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil
belajar siswa.

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah ;
a. Untuk mengkaji penggunaan metode permainan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam membaca peta;
b. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan nama dan letak
negara pada peta.

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peserta Didik
➢ Meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta
➢ Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

7
➢ Meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan nama dan letak
negara pada peta
➢ meningkatkan hasil belajar siswa
b. Bagi Peneliti
➢ Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran tentang nama dan
letak negara-negara pada peta dunia
➢ Memberikan salah satu alternatif dalam pemilihan metode pembelajaran
c. Bagi Sekolah

 Membantu satuan pendidikan untuk meningkatkan


program peningkatan mutu pembelajaran.
 Membantu satuan pendidikan dalam meningkatkan
kapasitas pendidik.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tindakan

8
Pembelajaran IPS geografi membutuhkan metode dan teknik pendekatan yang khas
sejalan dengan karakteristik geografi itu sendiri. Kurangnya penguasaan terhadap metode
dan teknik pembelajaran mengakibatkan produk pembelajaran tidak memadai, bahkan
cenderung rendah. Kemampuan membaca peta jelas memiliki fungsi yang strategis untuk
memahami gambaran keadaan Pembelajaran IPS di MTS seharusnya mengacu pada
efektivitas interaksi edukatif. Kenyataannya, guru cenderung menyajikan materi melalui
ceramah dan menggunakan papan tulis. Guru dapat menyelesaikan materi dalam waktu
singkat, tetapi siswa kurang berpartisipasi, keadaan ini menjadikan siswa kurang tertarik
mengikuti pelajaran sehingga suasana pembelajaran terasa membosankan yang pada
akhirnya berdampak pada prestasi hasil belajar siswa.
Dalam proses pembelajaran IPS guru umumnya menerapkan strategi konvensional,
terjebak pada rutinitas karena beban akademik dan administrasi yang terlalu banyak,
sehingga guru kurang mengembangkan materi pembelajaran, kurang inovasi dalam strategi
pembelajaran, dan kurang bergairah dalam mengoptimalkan media pembelajaran. Padahal
menurut Edge (dalam Dahar, 1989) seorang guru yang mengajar tanpa menggunakan
media akan menghasilkan prestasi siswa 15% lebih rendah dibandingkan dengan
menggunakan media, gambar, peta atau simbol-simbol lainnya.
Agar proses pembeljaran menyenangkan dan terjadi interaksi serta keterlibatan
siswa secara aktif dan kreatif.” Metode permainan adalah cara penyajian bahan pelajaran
melalui berbagai bentuk permainan “ ( Ahmad Djauzak 1994 : 54 ). Permaiann merupakan
kegiatan manusia yang menarik dan menyenangkan terlebih para siswa Madrasah
Tsanawiyah, terlebih lagi permainan menebak akan menuntut siswa untuk berfikir cepat, di
samping itu kemampuan untuk menjawab dengan tepat merupakan kebanggaan diri siswa
dihadapan teman-temannya. Oleh karena itu guru memanfaatkan proses pembelajaran ini
kedalam sebuah permainan ,apabila siswa terlibat aktif baik secara berpasangan ( berdua)
maupun antar satu kelompok dengan kelompok lainnya maka pembelajaran akan bermakna
Permainan merupakan dunia anak sehingga melalui permainan (games) siswa merasa
senang serta menjadi tertarik untuk mengantisipasi aktif serta berkompetisi.
Guna mengatasi kesulitan siswa dalam hal pemahaman peta, seorang guru harus
selalu mencoba beberapa metode pembelajaran sesuai dengan pokok bahasannya masing-
masing, serta hubungan kemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
seorang guru geografi harus memperhatikan konsep-konsep pembelajaran geografi sebagai
berikut: (1) konsep regional, (2) pertalian wilayah, (3) interaksi keruangan, (4) lokasi, dan
(5) skala. Dalam mem-permudah guru geografi memahami konsep tersebut, media peta

9
dirasa sangat penting karena peta merupakan salah satu media yang dapat membawa dunia
luar yang tidak terjangkau ke dalam kelas. Oleh karena itu peta harus dijadikan pusat
kegiatan pembelajaran geografi (Pophan dalam Saleh, 2003).
Peta merupakan media yang sangat penting dalam pembelajaran IPSi, berkaitan
dengan hal itu guru dituntut menggunakan media peta dalam setiap pembelajaran. Namun
pada kenyataannya masih banyak guru yang enggan meng-gunakannya dan cenderung
tampil apa adanya secara monoton melalui ceramah sehingga pembelajaran geografi masih
belum berhasil secara optimal.
Sumaatmadja (1996) mengatakan bahwa peta sebagai media utama pengajaran
geografi akan sangat mempengaruhi pembentukan citra, konsep peserta didik melalui
peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor-nya. Dalam melakukan
peningkatan kemampuan tersebut, dilaksanakan melalui proses yang terjadi pada diri
masing-masing siswa. Proses dimulai dari tahap pengenalan, pembacaan peta (map
reading), pemilihan dan pembuatan peta.

B. Kajian Dampak Tindakan


Berdasarkan studi awal di lokasi penelitian, diperoleh gambaran bahwa hasil
belajar IPS memiliki nilai rendah terutama apabila dihadapkan pada soal-soal yang
berkaitan dengan peta. Kenyataan tersebut apabila diamati disebabkan karena kemampuan
siswa dalam membaca peta sangat rendah, terutama dalam hal: (1) menunjukkan letak
suatu tempat/lokasi geografis tertentu, (2) orientasi peta (menentukan arah pada peta), (3)
mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, (4) mengungkapkan informasi yang ada
pada peta. Apabila permasalahan ini dibiarkan, maka siswa akan mengalami kesulitan
dalam mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan peta sehingga ketuntasan belajar tidak
tercapai.

Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan


yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan
pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Menyikapi hal tersebut, guru IPS diharapkan bisa memodifikasi model-model
peta menjadi media belajar yang lebih mudah dipahami oleh siswa. Model-model peta
tersebut digunakan sebagai sarana untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran IPS
melalui kegiatan permainan melengkapi peta. Dengan demikian, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengkaji metode permainan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

10
membaca peta dan meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan nama dan letak
Negara pada peta.
Berdasarkan tujuan penelitian, maka pertanyaan yang muncul adalah bagaimanakah
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan dalam pembelajaran
IPS dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta.
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut dalam proses pembelajaran, salah satu
rancangan penelitian yang paling relevan adalah penelitian tindakan kelas (classroom
action research). Hal ini disebabkan karena penelitian tindakan kelas ini memuat
rangkaian kegiatan yang memungkinkan guru melihat perubahan yang sistematis.
Rangkaian kegiatan tersebut meliputi; perencanaan, selanjutnya pelaksanaan tindakan.
Bersamaan dengan fase ini, dilakukan observasi, pencatatan, dan interviu kepada sejumlah
siswa terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Ketiga rangkaian kerja tersebut
melahirkan suatu refleksi diri untuk penyusunan rencana berikutnya (Mc Taggart, dalam
Fatchan 2004). Refleksi tersebut adalah dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan
perencanaan pada siklus berikutnya.
Masalah tersebut di atas menunjukkan bahwa tugas guru dalam pembelajaran tidak
hanya mentransfer materi di depan kelas sampai materi itu selesai. Akan tetapi yang tidak
kalah pentingnya adalah mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran agar pemahaman
siswa lebih konkret.
Dengan mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran, maka keuntungan
minimal yang dapat diperoleh adalah meyakinkan siswa bahwa pengetahuan tentang peta
yang diperoleh dari seorang guru dapat diterapkan/dipraktikkan secara nyata terutama

dalam hal penggunaan dan pemanfaatan peta. Permainan merupakan merupakan kegiatan
yang sangat diminati oleh siswa, terlebih lagi permainan menebak akan menuntut siswa
untuk berfikir cepat, disamping itu untuk kemampuan untuk menjawab dengan tepat
merupakan kebanggaan diri siswa dihadapan teman-temannya. Oleh karena itu apabila
guru memanfaatkan dan mengemas proses pembelajaran ke dalam sebuah permainan,
maka akan menarik perhatian siswa dan apabila siswa terlibat aktif baik secara
berpasangan (berdua) atau antar satu kelompok dengan kelompok lainnya maka
pembelajaran akan bermakna. Melalui permainan akan lebih banyak memberi kesempatan
kepada siswa untuk melakukan interaksi, sehingga pembelajaran akan menyenangkan dan
bermakna yang antara lain ditandai dengan keterlibatan siswa secara aktif pada mata

11
pelajaran IPS. Mengapa? Karena hampir setiap kekurangan maupun kelebihan yang
mereka tunjukkan pada lembar pekerjaan mereka (berupa lembar peta) tidak dibiarkan
berlalu begitu saja.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian (lokasi, waktu, karakteristik siswa)

1. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah di kelas IX b Madrasah Tsanawiyah
Negeri 3 Indramayu Jawa Barat, yaitu tempat peneliti mengajar. Adapun jumlah
siswa pada saat penelitian dilakukan 38 siswa yang terdiri atas 11 orang laki-laki
dan 27 perempuan. Sedangkan karakteristik siswa yang ada di MTsN 3
Indramayu yaitu masih rendahnya dalam berdiskusi, aktivitas dikelas, serta

12
lemahnya siswa dalam membaca peta.

2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian mulai bulan Agustus 2017 sampai dengan bulan
Oktober 2017

Aktivitas Pertemua Siklus No


n

➢ Siswa berdiskusi secara umum tentang materi Pertama Satu 1


yang terdapat pada KD 1.1
➢ Masing-masing kelompok melakukan Kedua
kegiatan membuat peta dunia dan mengarsir
Negara maju dan berkembang
➢ Siswa melakukan kegiatan menunnjukkan Ketiga
peta Keempat
➢ Siswa melakukan kegiatan menggabungkan
potongan peta dunia

➢ Masing-masing kelompok melakukan Pertama Dua 2


kegiatan mengarsir peta dunia berdasarkan
benua Kedua
➢ Siswa melakukan kegiatan menunjukkan peta
dengan cara diundi Ketiga
➢ Siswa melakukan kegiatan menggabungkan
potongan peta dunia

3. Tempat Penelitian
Penelitan tindakan ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 3 Indramayu yang beralamat di Jl. Siliwangi Desa Sliyeg
Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat.

B. Prosedur Penelitian

1. Model PTK yang digunakan


Model PTK yang akan digunakan adalah menggunakan Metode
permainan adalah cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai bentuk permainan
“ ( Ahmad Djauzak 1994 : 54 ). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitatif ini didasari

13
pemikiran bahwa penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan berbagai gejala yang
memberikan makna dan informasi sesuai konteks dan tujuan penelitian melalui
pengumpulan data. Penggunaan data tersebut dilakukan pada latar alamiyah dengan
peneliti sebagai instrument utama dalam pengumpulan data.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
meningkatkan penguasaan siswa dalam membaca peta, meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran, meningkatkan kemampuan siswa dalam
penguasaan nama dan letak negara pada peta dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Sejalan dengan pemfokusan dan latar alamiahnya yang berwujud aktifitas didalam
kelas, rancangan penelitian tindakan yang diterapkan adalah penelitian tindakan
kelas (classroom action research).

2. Langkah-langkah Penelitian
Berdasarkan pendekatan dan rancangan PTK yang akan diterapkan, prosedur
dan langkah-langkah penelitian ini mengikuti prinsip-prinsip dasar penelitian
tindakan. Oleh karena itu, model rancangan penelitian tindakan kelas yang akan
digunakan adalah model spiral-bersiklus sebagaimana dikemukakan Lewn dan
dikembangkan oleh Kemmis da Elliot (Elliot, 1991:71). Secara umum model siklus
ini meliputi (1) perencanaan, (2) pelaksaan tindakan, (3) pengamatan, (4) analisis
dan refleksi.

Langkah-langkah tersebut dilaksanakan dalam tiap siklus secara berulang


berdasarkan hasil refleksi dan siklus sebelumnya. Untuk lebih jelasnya rangkaian
dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut :

14
Gambar Prosedur
Penelitian Tindakan Kelas

a. Perencanaan tindakan
Pada tahap perencanaan penelitian tindakan kelas ini, kegiatan yang dilakukan
adalah :
1) Menyusun RPP ( Rencana Pelaksanaan pembelajaran )
Menyusun RPP diawali dari kompetensi dasar 1.1 mengidentifikasi ciri-ciri
Negara berkembang dan Negara maju, dengan menggunakan metode
permainan secara kelompok dengan media pembelajaran altlas/peta dunia

2) Mengembangkan perangkat pembelajaran


Kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tema-tema yang akan
dipelajari siswa sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) yang telah
ditentukan, meyiapkan lembar kerja siswa berupa pemberian tugas
3) Menjelaskan materi pembelajaran
Guru menjelaskan materi yang sesuai dengan tema yang terdapat pada

15
rencana pembelajaran
4) Membentuk kelompok kecil
Siswa dibagi 5 kelompok masing-masing kelompok 8 siswa dengan
menggunakan sistem pembagian berdasarkan tempat duduk
5) Guru membagi kertas dan siswa diminta untuk membuat peta dengan
meniru peta yang sudah dipajang di papan tulis, kemudian siswa mengarsir
peta tersebut dengan warna merah negara maju dan warna biru Negara
berkembang.
6) Untuk pertemuan selanjutnya siswa melakukan permainan dengan
menggunakan sumber dan media pembelajaran antara lain dengan
menggunakan potongan kertas nama-nama negara yang sudah dipersiapkan
oleh guru untuk ditempelkan pada gambar yang telah dibuat oleh siswa,
kemudian siswa menunjukkan letak nama negara pada bola dunia dengan
cara diputar, dengan menggunakan undian.
7) Menyiapkan lembar pengamatan untuk mengamati proses pembelajaran.
8) Menyiapkan lembar evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti melaksanakan proses pembelajarn
sesuai dengan langkah-langkah yang telah disusun dan direncanakan dalam
rencana pembelajaran, yaitu ;
1) Memberi tugas pada siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri 5
kelompok masing-masing kelompok terrdiri dari 7-8 siswa berdasarkan
tempat duduk dengan teknis dari depan menghitung satu sampai lima,
sehingga masing-masing nomor yang sama akan menjadi satu kelompok.

2) Masing-masing kelompok menggambar peta dunia pada kertas yang sudah


disediakan dengan meniru peta yang sudah dipajang dipapan tulis,
kemudian:
3) Guru membagi kertas dan siswa diminta untuk membuat peta dengan
meniru peta yang sudah dipajang di papan tulis, kemudian siswa mengarsir
peta tersebut dengan warna merah Negara maju dan warna biru Negara
berkembang.

16
4) Siswa melakukan permainan menggunakan potongan-potongan kertas
nama-nama negara yang sudah dipersiapkan oleh guru untuk ditempelkan
pada gambar yang telah dibuat oleh siswa, kemudian siswa menunjukkan
letak nama negara pada bola dunia dengan cara diputar, dengan
menggunakan undian.
5) Penilaian akhir dengan cara setiap siswa melengkapi peta buta dengan
nama-nama negara di dunia.

4. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada penelitian ini, adalah sebagai berikut : Siswa
dapat membaca peta 85% dengan nilai 7,2.
Selanjutnya untuk mengukur ketercapaian hasil belajar tersebut secara
kuantitatif, indikator ketercapaian ini adalah ketercapaian KKM yang ditentukan
sebesar 72.

C. Istrumen Pengumpulan Data


1. Data dan Instrumen yang digunakan
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes, dan
observasi. Sementara itu teknik pengumpulan data yang berupa tes yang
dilaksanakan dalam penelitian ini berupa tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-
test). Sedangkan Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru
selama proses pembelajaran berlangsung (Wiriaatmadja,2007).

Pengamatan dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara


perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta untuk menjaring data aktivitas siswa
dalam kegiatan membaca peta. Observasi dilakukan berdasarkan format observasi
yang disediakan oleh peneliti.

D. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan penelitian tindakan berbeda dengan penelitian


lainnya yang didasarkan pada seberapa baik metodologi yang

17
digunakan dan seberapa besar hasil penelitian itu dapat dipercaya.
Khusus pada penelitian tindakan, keberhasilannya selain dilihat dari
dua hal di atas, juga memperhatikan tingkat keefektifan tindakan
yang dilakukan dalam meningkatkan kondisi tertentu sebagai
variabel dampaknya.
Menurut Suharsimi Arikunto dan Supardi [CITATION suh10 \l 1033 ]
Untuk menentukan bahwa perlakukan yang digunakan itu efektif dan
memiliki dampak terhadap perubahan variabel lainnya maka harus
ditentukan standar atau patokan yang
membatasi bahwa perlakuan itu telah berhasil. Secara pasti
tidak ada pembatasan mutlak untuk mengukur keberhasilan sebuah
PTK. Penentuan kriteria tersebut sangat tergantung kepada potensi
yang dimiliki baik oleh peserta didik, guru dan sarana pendukung.

Indikator keberhasilan secara umum dalam penelitian ini adalah 85 % Siswa


dapat membaca peta dengan nilai KKM 7,2

E. Tenik Analisis Data


1. Analisis Kuantitatif
Langkah yang ditempuh dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah :
a. Pengolahan data berdasarkan jawaban siswa pada evaluasi
b. Jawaban siswa akan diberi penilaian

c. Berdasarkan nilai yang diperoleh, ditentukan prosentase kemampuan


siswa dalam menyelesaikan soal.
skor
Persentase (%) = __________x 100%
Skor ideal

2. Analisis Kualitatif
Menilai tingkat kemampuan siswa berdasarkan tingkat kriteria yang dikemukakan
oleh oleh Suherman dan Sukjaya (1990:272) sebagai berikut:

18
TABEL 3.1

KRITERIA TINGKAT KEMAMPUAN SISWA

Klasifikasi Kriteria
Sangat Baik 90% < A<100%
Baik 75% < B < 90%
Sedang 55% < C < 75%
Kurang 40% < D < 55%
Jelek 0% < E < 40%

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V).
Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmad Djauzak, dkk. 1994. Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di Sekolah
Dasar. Jakarta. Depdikbud

Dahar, RW. 1989. Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga.

Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan (Action Research). Bahan Pelatihan Jakarta:


Dikdasmen Depdikbud

19
Elliot, J. 1991. AN Action Reseach for Edicotional Change. Buckingham: University
Press.

Fatchan, A. 2004. Penelitian Tindakan Kelas dan Teknik Pembuatan Proposalnya.


Malang:Lemlit-UM

Fitriany, Hesti. 2005. Develoving Number Understanding Of First year Elementary School
Students Of KPS School In English Instruction Using Playing Games Method (A
Reporting On Class Action Research). Yayasan KPS Balikpapan.

Ridwan, Sa’adah. M.Pd. 2003. Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru (Materi Pelatihan
Peningkatan Mutu Guru). Jawa Barat. Dinas Pendidikan

Saleh, M. 2003. Pengaruh Penggunaan Peta Terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam
Mata Pelajaran Geografi di MA. Sumber Bungur Pakong. Malang. Skripsi tidak
diterbitkan.

Sumaatmadja, N. 1996. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta. Bumi Aksara.

Wiriaatmadja, R. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas (Untuk Meningkatkan Kinerja


Guru dan Dosen) . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

20

Anda mungkin juga menyukai