Anda di halaman 1dari 35

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TEMA 6

SUBTEMA 2 DI SD NEGERI 200107/10


PADANGSIDIMPUAN

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam


Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Pada Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Oleh

ANNISA TITANIA HARAHAP


NPM. 18140084

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA


INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
PADANGSIDIMPUAN
2021
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk meningkatkan

ilmu pengetahuan yang dapat dari lembaga formal dan non formal. Pendidikan

juga dapat dijadikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah

pada terbentuknya kepribadian siswa. Pendidikan merupakan faktor utama dalam

pembentukan pribadi manusia pendidikan sebagai suatu peristiwa yang memiliki

norma menurut ukuran norma (aturan). Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan

keseimbangan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan semuanya berkaitan

dalam satu sistem yang integral. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting

dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-

cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa. Adapun peran yang demikian membuat isi dan proses

pendidikan perlu disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kebutuhan

ilmu dan juga kebutuhan masyarakat.

Menurut ketentuan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang maha esa, berakhlak, sehat jasmani

dan rohani, kreatif, berilmu cakap, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab.

1
2

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang tertuang di dalam undang-undang

sisdiknas nomor 20 tahun 2003 diharapkan peserta didik mampu menguasai setiap

mata pelajaran yang dipelajarinya di sekolah. Tujuan pembelajaran dapat tercapai

di mana jika peserta didik meraih hasil belajar yang maksimal di akhir

pembelajaran. Pada umumnya pembelajaran di sekolah dasar diharapkan dapat

dirancang dengan menyenangkan dan peserta didik mampu menguasai berbagai

tiap subtema agar pembelajaran selanjutnya dapat dengan mudah dikuasai oleh

para siswa. Penguasaan mata pelajaran sekolah dapat menjadi bekal bagi siswa

untuk memecahkan suatu permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran

tematik namun dalam kenyataannya pembelajaran tematik belum menjadi mata

pelajaran yang diminati oleh siswa. Rendahnya hasil belajar besar kemungkinan

disebabkan karena siswa menganggap bahwa pembelajaran tematik yang begitu

rumit dan susah untuk diingat. Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik

dan menyenangkan maka diperlukan model pembelajaran yang tepat yang dapat

lebih meningkatkan ketertarikan peserta didik dalam belajar sehingga memperoleh

hasil belajar yang lebih dari itu peserta juga memahami serta mampu menerapkan

pembelajaran yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari salah satunya adalah

dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Desember

sampai 30 Desember 2021 di SD Negeri 200107/10 Padangsidimpuan. Diketahui

bahwa pada pembelajaran tematik di kelas III SD Negeri 200107/10

Padangsidimpuan berjalan kurang efektif.

Pada tanggal 28 Desember yaitu hari pertama peneliti melakukan

observasi peneliti mulai bercakap-cakap dengan kepala sekolah serta guru kelas
3

III SD Negeri 200107/10 Padangsidimpuan mengenai tujuan peneliti melakukan

penelitian di sekolah ini. Pada hari pertama peneliti memperhatikan guru kelas III

melakukan proses pembelajaran serta memperhatikan siswa-siswa kelas III pada

saat pembelajaran berlangsung peneliti melihat masih banyak siswa yang sibuk

dengan kegiatannya sendiri yang di mana siswa ada yang bercerita dengan

temannya dan ada juga beberapa siswa yang melamun serta mencoret coret meja

pada saat melakukan pembelajaran tematik. Pada tanggal 29 Desember hari

kedua melakukan observasi tidak jauh berbeda dengan hari pertama peneliti

observasi masih terlihat banyak anak yang kurang memperhatikan guru dalam

menerangkan pembelajaran, siswa masih tetap sibuk dengan kegiatannya sendiri

membuat guru kewalahan ketika menerangkan pembelajaran yang berlangsung

sehingga guru mengulangi penjelasan pembelajaran padahal menurut peneliti guru

yang menerangkan pembelajaran sudah sangat maksimal akan tetapi masih

banyak peserta didik yang kurang memahami pelajaran yang dibawakan guru

dikarenakan sibuk dengan kegiatannya sendiri. Pada hari ketiga yaitu 30

Desember 2021 peneliti kembali observasi atau mengamati guru yang mengajar di

kelas III tidak jauh berbeda di hari pertama di hari ke dua dan ke tiga masih tetap

saja peserta didik kurang dalam memahami pembelajaran tematik dikarenakan

mereka membuat kegiatannya masing-masing seperti mencoret meja, berbicara,

dan mengantuk sehingga peserta Didik kurang memahami pembelajaran tematik

di kelas III.

Setelah peneliti mengamati peserta didik ketika dalam pembelajaran

tematik yang dibawakan guru, lalu peneliti mengajukan beberapa pertanyaan

kepada guru mengenai siswa yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing


4

dalam pembelajaran, menurut pengamatan guru beberapa siswa di sini dari

kalangan ekonomi menengah ke bawah sehingga kurang perhatian dari orang tua,

selain dari pada itu ada juga orang tuanya siswa yang sudah bercerai

mengakibatkan siswa tersebut kurang pantauan dari orang tuanya, dan juga

penggunaan gadget berlebihan di rumah sehingga siswa ingin cepat pulang untuk

main gadget. Dan peneliti menambah kan dari pengamatan peneliti waktu proses

pembelajaran berlangsung kurangnya media pembelajaran yang di bawakan guru

model pembelajaran yang monoton sehingga membuat siswa terlihat jenuh dan

tidak bersemangat.

Berdasarkan hasil observasi peneliti dihari pertama, kedua dan ketiga

peneliti menyarankan agar pembelajaran tematik di kelas III SD Negeri

200107/10 Padangsidimpuan menggunakan model pembelajaran SNOWBALL

THROWING karna menurut peneliti dengan menggunakan model pembelajaran

SNOWBALL THROWING pembelajaran tematik akan aktif yang di mana di

model ini bukan hanya guru yang bekerja melainkan siswa ikut serta aktif dalam

proses pembelajaran dan juga siswa di sibukkan dengan kegiatan pembelajaran

seperti tanya jawab secara berpasangan-pasangan , membuat kelompok,

berdiskusi dengan kelompok lain. dengan ini siswa akan disibukan dengan

kegiatan pembelajaran yang membuat siswa jadi bersemangat dalam pembelajaran

tematik tersebut.

Berdasarkan hasil nilai ulangan harian siswa yang di mana ada beberapa

siswa yang tidak memenuhi KKM (kriteria ketuntasan minimum) yang peneliti

peroleh dari guru kelas III SD Negeri 200107/10 Padangsidimpuan sebagai

berikut.
5

Tabel 1.1 Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Peserta Didik Kelas V SD


Negeri 200107/10 Padangsidimpuan
KKM Tuntas Jumlah Siswa Pesentase (%)
¿ 75 Tuntas 13 39,39%
≤ 75 Tidak Tuntas 20 60,61%
Jumlah 33 100%
Sumber : Dokumentasi dari hasil Ulangan Harian Kelas III Semester ganjil

Tabel 1.1 di atas menunjukkan hasil nilai ulangan harian siswa kelas III

SD Negeri 200107/10 Padangsidimpuan dari pelajaran Tematik data tabel di atas

dapat diketahui bahwa beberapa siswa kelas III SD Negeri 200107/10

Padangsidimpuan belum memenuhi KKM ( kriteria ketuntasan minimum) 75

yang ditentukan oleh Sekolah. Yang di mana siswa berjumlah 33 di antaranya

laki-laki 10 orang perempuan 23 orang.

Memperhatikan masalah di atas dan untuk mengatasi permasalahannya

perlu dikembangkan dengan diterapkan satu model pembelajaran yang lebih

efektif dan banyak melibatkan siswa agar lebih aktif kreatif menyenangkan serta

mampu berpikir kritis dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam hal ini

peneliti memilih model Snowball Throwing. Model pembelajaran snowball

Throwing adalah model yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran

sehingga peserta didik lebih dominan untuk lebih aktif. Menurut Zaini dkk (2007)

menyatakan bahwa model pembelajaran Snowball Throwing adalah model yang

digunakan untuk mendapatkan Jawaban yang dihasilkan dari diskusi siswa secara

bertingkat.

Menurut Susanto Ahmad (2013) keuntungan model pembelajaran

Snowball Throwing adalah:

1. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa


seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
6

2. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan


berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan
memberikan pada siswa lain.
3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran
4. Guru tidak perlu membuat media karena siswa terjun langsung
dalam permainan
5. Aspek kognitif afektif dan psikomotorik dapat tercapai.

Menurut Zaini dkk (2007) mengemukakan langkah-langkah model

pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut:

1. Sampaikan pokok materi yang akan diajarkan


2. Mintalah siswa untuk menjawab secara berpasangan
3. Setelah siswa yang bekerja berpasangan tari mendapatkan
jawaban pasangan tadi digabungkan dengan pasangan yang di
sampingnya.
4. Kelompok empat ini mengerjakan tugas yang sama seperti dalam
kelompok 2 orang
5. Setelah kelompok dalam pak ini selesai mengerjakan tugas setiap
kelompok digabungkan dengan anggotanya 8 orang
6. Yang dikerjakan oleh kelompok baru ini sama dengan tugas pada
langkah keempat di atas
7. Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasilnya di
muka kelas
8. Pengajaran akan membandingkan jawaban dari masing-masing
kelompok kemudian memberikan ulasan-ulasan dan penjelasan
secukupnya.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk melakukan suatu

penelitian tindakan kelas yang berjudul “peningkatan hasil belajar siswa tema 6

subtema 2 di SD Negeri 200107/10 Padangsidimpuan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas terdapat

beberapa masalah yang mengakibatkan kurangnya keaktifan siswa pada

pembelajaran tematik secara eksternal dan internal siswa.

1. Kurangnya perhatian dari orang tua

2. Kurangnya media pembelajaran


7

3. Model pembelajaran yang monoton

4. Pengaruh adanya penggunaan gadget berlebihan di rumah

C. Batasan Masalah

Berdasarkan banyaknya faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar

siswa maka tidak mungkin peneliti membahas masalah secara keseluruhan karena

keterbatasan waktu dan biaya yang kurang mendukung maka peneliti hanya

membahas berdasarkan kemampuan peneliti dan referensi yang dimiliki, maka

perlu pembatasan masalah. Peneliti akan membahas beberapa faktor saja yaitu

kurangnya media pembelajaran dan model pembelajaran yang monoton di kelas

III SD Negeri 200107/10 Padangsidimpuan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan

masalah secara umum dalam penelitian ini adalah bagaimana “Peningkatan hasil

belajar siswa tema 6 sub tema 2 menggunakan model pembelajaran Snowball

Throwing di SD Negeri 200107/10 Padangsidimpuan”.

Secara khusus rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing untuk

meningkatkan hasil belajar tema 6 sub tema 2 di kelas III SD Negeri

200107/10 Padangsidimpuan?

2. Apakah dengan menggunakan model Snowball Throwing dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada 6 sub tema 2 di kelas III SD Negeri 200107/10?
8

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan umum dari penelitian ini

adalah mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan

model pembelajaran Snowball Throwing pada pembelajaran tema 6 sub tema 2 di

kelas III SD Negeri 200107/10 Padangsidimpuan.

Secara khusus penelitian tindakan kelas ini bertujuan mendeskripsikan:

1. Untuk Mengetahui bagaimana menggunakan model pembelajaran Snowball

Throwing untuk meningkatkan hasil belajar tema 6 sub tema 2 di kelas III SD

Negeri 200107/10 Padangsidimpuan

2. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran

Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema 6 sub

tema 2 di kelas III SD Negeri 200107/10 Padangsidimpuan

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan dan pengetahuan

tentang peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tema 6 sub tema 2

model Snowball Throwing.

Secara praktis manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan keterampilan

tentang penggunaan langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing

dalam meningkatkank hasil belajar tema 6 sub tema 2 di sekolah dasar

2. Bagi guru untuk meningkatkan wawasan dan masukan atau acuan dalam

meningkatkan hasil dalam pembelajaran tematik menggunakan model

Snowball Throwing di sekolah dasar.


9

3. Bagi sekolah menjadi satu pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran serta

menjadi bahan pertimbangan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih

berkualitas.
10

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan tingkah laku

seseorang, belajar juga merupakan cara yang dilakukan seseorang untuk

mengetahui apa yang belum diketahui seseorang sehingga dia tau perbedaan salah

dan benarnya suatu hal. Menurut Aunurrahman (2013:35) mengemukakan

“Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

latihan atau pengalaman”. Kemudian menurut Werkanis, dkk dalam Rahimah

(2017:530) menyatakan “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku siswa yang

sifatnya pengetahuan, sikap atau keterampilan”.

Menurut Makmun Khairani dalam (Yuniantika, 2018:348) mengemukakan

bahwa “Belajar adalah suatu proses fisikis yang berlangsung dalam interaksi

antara subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan yang bersifat relatif,

konstan atau tetap baik melalui pengalaman, latihan maupun praktek”. Sedangkan

menurut Susanto (2013:3) mengemukakan “Belajar sebagai peruban tingkah laku

pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain,

dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi

dengan lingkungannya”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang

dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh

suatu konsep, pemahaman dan pengetahuan baru sehingga memungkinkan

10
11

seseorang terjadinya perubahan prilaku yang relativ tetap baik dalam berpikir,

merasa maupun dalam bertindak.

2. Hasil Belajar Tematik

Berdasarkan uraian tentang konsep belajar di atas dapat dipahami tentang

makna hasil dari belajar yaitu” perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa

baik yang menyangkut aspek kognitif afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari

kegiatan belajar”. Menurut Susanto (2013:5) menyatakan bahwa” hasil belajar

dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”. Menurut Skinner yang di kutip

Mudjiono ( 2010:9) “belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka

respon menjadi lebih baik sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya

menurun” sedangkan menurut gagne (2010:10) “belajar merupakan kegiatan yang

kompleks hasil belajar merupakan kapabilitas, setelah belajar orang memiliki

keterampilan, pengetahuan, sikap dan lain-lain.

Sehubung dengan itu menurut Aunurrahman (2013:47) mengembangkan

kemampuan hasil belajar menjadi 5 macam antara lain:

1. Keterampilan intelektual atau pengetahuan prosedural yang


mencakup belajar konsep prinsip dan pemecahan masalah yang
diperoleh melalui penyajian materi di sekolah.
2. Strategi kognitif yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-
masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-
masing individu dalam memperhatikan belajar mengingat dan
berpikir
3. Informasi verbal yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan
sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi
informasi yang relevan.
4. Keterampilan motorik yaitu untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan gerakan gerakan yang menghubungkan
dengan otot.
12

5. Sikap yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi


tingkah laku seseorang yang didasari oleh emosi kepercayaan-
kepercayaan serta faktor intelektual.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar dengan

sungguh-sungguh hasil belajar tampak terjadi perubahan tingkah laku pada siswa

baik menyangkut aspek kognitif afektif dan psikomotorik dan kemudian

dinyatakan dalam bentuk skor setelah diadakan evaluasi dari materi yang telah

diberikan.

3. Tematik

Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan pengalaman bermakmum kepada siswa, melalui pembelajaran

tematik siswa diajak memahami konsep-konsep yang dipelajari oleh melalui

pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep. Hajar dalam Rahayu

(2014:42) mengemukakan bahwa” kurikulum 2013 khususnya di SD merupakan

kurikulum tematik yang mana dapat diartikan sebagai kurikulum yang memuat

konsep pembelajaran terpadu yang menggunakan tema mengaitkan beberapa mata

pelajaran sehingga dapat memberikan pelajaran bermakna kepada para siswa.

Menurut Hermawan dalam Hasyim (2020:82) pelajaran tematik dapat

dilihat sebagai:

1. Pembelajaran yang beranjak dari tema tertentu sebagai pusat


perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan
konsep lain baik yang berasal dari mata pelajaran yang
bersangkutan maupun dari mata pelajaran lainnya.
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai
mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan
dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak
13

3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan


keterampilan anak secara serempak
4. Merakit dan menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa
mata pelajaran yang berbeda dengan harapan siswa akan belajar
dengan lebih baik dan bermakna.

Sedangkan menurut Rusman dalam Giarti (2018:190) mengemukakan”

pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan

pendekatan tematik dengan melibatkan pelajaran bermakna kepada siswa karena

dalam pembelajaran tematik siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka

pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep lain

yang telah dipahami”.

Sedangkan menurut masjid dalam Hattika (2019:15) pembelajaran tematik

merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu yang merupakan suatu

sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun

kelompok aktif mengenali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan

secara holistik, bermakna dan autentik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran

terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid tema adalah

pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pembelajaran tematik

merupakan pembelajaran yang disebut juga dengan jaringan dengan laba-laba di

mana dibentuk menjadi tema dalam satu tema dibagi menjadi beberapa sub tema

dan subtema terdiri dari beberapa pelajaran mata pelajaran di SD.


14

4. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Adapun karakteristik pembelajaran tematik menurut Depdiknas dalam

Hisyam (2020:84) adalah sebagai berikut:

1. Pada siswa (student centered) hal ini sesuai dengan pendekatan


pembelajaran modern yang lebih banyak menempatkan siswa
sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan
sebagai fasilitator memberikan kemudahan-kemudahan kepada
peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar
2. Memberikan pengalaman langsung pembelajaran tematik dapat
memberikan pengalaman langsung kepada siswa dengan
pengalaman langsung siswa dihadapkan pada suatu yang nyata
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas dalam pembelajaran
tematik pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas fokus
pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini dapat diperlukan
untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
5. Bersifat fleksibel. Oleh karena itu bersifat fleksibel guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya bahkan dapat mengaitkan dengan kehidupan
siswa dan keadaan lingkungan sekolah dan lingkungan tempat
tinggal siswa.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
siswa diberi kesempatan dan mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan karakteristik pembelajaran

tematik yaitu pembelajaran berpusat pada siswa di mana Siswa lebih aktif

dibandingkan dengan guru-guru hanya sebagai fasilitator atau sebagai pengarah

dalam proses belajar mengajar, mata pelajaran dirangkum menjadi tema ataupun

pembelajaran terpadu di mana 1 tema terdapat beberapa mata pelajaran materi

dapat diulang ulang dengan beberapa pertemuan sistem penilaiannya yang


15

mendominasi sikap atau akhlak dan proses pembelajaran dilakukan dengan

bermain sambil belajar.

B. Hakikat Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Pelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya mempengaruhi

siswa agar belajar atau secara singkat dapat dikatakan bahwa pelajaran sebagai

upaya membelajarkan siswa. Pelajaran memiliki hakikat perencanaan atau

perancangan desain sebagai upaya untuk pembelajaran siswa, oleh karena itu

dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar

yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan salah satunya

dengan cara menggunakan model pembelajaran.

Menurut Istirani (2011:1) “model pembelajaran adalah seluruh rangkaian

pembelajaran materi ajar yang diliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah

pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait dan

digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar. Menurut Mills yang

dikutip oleh Suprijono (2014:45) menyatakan, model adalah representasi akurat

sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang

mencoba bertindak berdasar model itu.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu rangkaian pembelajaran materi ajar yang meliputi

segala aspek sebelum sedang dan sesudah dilakukan atau dilaksanakannya

pembelajaran yang dilakukan oleh guru serta fasilitas yang terkait dan digunakan

secara langsung dalam proses belajar mengajar baik secara individu maupun
16

kelompok yang didalamnya termasuk tujuan tujuan pembelajaran tahap-tahap

dalam kegiatan pembelajaran lingkungan pembelajaran serta pengelolaan kelas.

2. Pengertian model pembelajaran snowball

Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan pengembangan dari

model pembelajaran diskusi dan merupakan bagian dari model pembelajaran

kooperatif. Hanya saja pada model ini kegiatan belajar diatur sedemikian rupa

sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lebih menyenangkan.

Dengan penerapan metode ini diskusi kelompok dan interaksi antar siswa dari

kelompok yang berbeda menginginkan terjadinya saling sharing pengetahuan dan

pengalaman dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang mungkin timbul

dalam diskusi yang berlangsung secara lebih interaktif dan menyenangkan.

Salah salah satu permasalahan yang sering terjadi dalam proses belajar

adalah adanya perasaan ragu pada diri siswa untuk menyampaikan permasalahan

yang dialaminya dalam memahami materi pelajaran. Guru sering mengalami

kesulitan dalam menangani masalah ini tapi melalui penerapan model

pembelajaran Snowball throwing ini dapat menyampaikan pernyataan atau

permasalahan dalam bentuk tertulis yang nantinya akan didiskusikan bersama.

Dengan demikian siswa dapat mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang

dialaminya dalam memahami materi pembelajaran. Manfaat lain yang dapat

diperoleh dengan menerapkan metode.

3. Langkah-langkah Model Snowball Throwing

Menurut Zaini dkk, (2007) mengemukakan langkah-langkah metode

Snowball Throwing sebagai berikut:

a. Menyampaikan seluruh tujuan dalam pembelajaran dan


memotivasi siswa
17

b. Menyajikan informasi tentang materi pembelajaran siswa


c. Memberikan informasi kepada siswa tentang prosedur
pelaksanaan pembelajaran Snowball Throwing
d. membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang
terdiri dari 7 orang siswa
e. Memanggil ketua kelompok dan menjelaskan materi serta
pembagian tugas kelompok
f. Meminta ketua kelompok kembali ke kelompok masing-masing
untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru dengan anggota
kelompok
g. Memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok dan
meminta kelompok tersebut menulis pertanyaan sesuai dengan
materi yang dijelaskan guru
h. Meminta setiap kelompok untuk mengulang dan melempar
pertanyaan yang telah ditulis pada kertas pada kelompok lain
i. Meminta setiap kelompok menuliskan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang didapatkan dari kelompok lain pada kertas kerja
tersebut
j. Guru meminta setiap kelompok untuk membacakan jawaban
hasil pertanyaan yang diterima dari kelompok lain
k. Memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Snowball Throwing

a. Kelebihan

Menurut susanto ahmad (2013) kelebihan model pembelajaran snowball

throwing adalah

1) Suasana pembelajaran jadi menyenangkan karena siswa seperti


bermain dengan melempar bola kertas kepadasiswa lain.
2) Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan berfikir karena diberi kesempatan untuk membuat
soal dan diberikan pada siswa lain.
3) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran
4) Guru tidak perlu membuat media karena siswa terjun langsung
dalam permainan.
5) Aspek cognitif, afektif dan psikomotorik dapat tercapai

b. Kelemahan

Menurut Susanto ahmad (2013) dalam buku teori belajar dan pembelajaran

kelemahan model pembelajaran snowball throwing adalah

1) Memerlukan waktu yang panjang.


2) Murid yang nakal cenderung membuat onar
18

3) Kelas seringkali gaduh karena kelompok dibuat oleh siswa.


4) Tidak ada kuis individu maupun penghargaan sehingga siswa
kurang termotivasi dalam bekerja sama.
5) Pengetahuan siswa yang masih terjangkau.

C. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan judul peneliti sebagai berikut :

1. Faslia, F. (2021). Dengan judul “Pengunaan Metode Snowball Throwing

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Di Sekolah Dasar”.  Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada siklus I belum memenuhi kriteria ketuntasan

minimal (KKM) 70 pada pembelajaran IPS di mana dari jumlah 26 siswa

terdapat 17 siswa atau 63,38% yang hasil belajar sudah baik, sedangkan 9

siswa atau 34,62% hasil belajar belum baik sehingga masih memerlukan

tindakan pada siklus II. Pada siklus II hasil belajar siswa telah menunjukkan

peningkatan dimana dari jumlah 26 siswa terdapat 23 siswa atau 88,46% yang

sudah tuntas, sedangkan 3 siswa yang belum tuntas atau 11,54% sehingga

target tindakan pada siklus II sudah baik

2. Ginting, M. (2016). Dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran

IPS di Kelas V SD”. Pada sikulus I siswa yang tuntas sebanyak 10 orang

dengan persentase 35,71 %, yang tidak tuntas sebanyak 18 orang dengan

persentase 64,29 % dan nilai rata-ratanya 50,49. Pada siklus II tuntas

sebanyak 24 orang dengan persentase 85,71 % dan siswa yang tidak tuntas

sebanyak 4 orang dengan persentase 14,29 % dan nilai rata-ratanya 81,20

tingkat ketuntasan secara klasikal siklus II adalah 85,71 % .

Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model

snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa, untuk itu peneliti
19

tertarik melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Tema 6 Subtema 2 Menggunakan Model Snowball Throwing Di Kelas III

SDN 200107/10 Padangsidimpuan”.

D. Kerangka Berpikir

Pelaksanaan pembelajaran tematik pada subtema II Gangguan Kesehatan

Pada Organ Peredaran Darah di kelas V menggunakan model Example non

example diharapkan kepada peserta didik agar mampu menganalisis gambar yang

ditempelkan guru di depan kelas.

Untuk lebih jelasnya peleksanaan pembelajaran tematik pada subtema II

Gangguan Kesehatan Pada Organ Peredaran Darah di kelas V menggunakan

model Example non example dapat digambarkan sebagai berik


20

Bagan 1. Skema Kerangka Berpikir

Peningkatan hasil belajar siswa tema


6 subtema 2 menggunakan model Penggunaan model Snowball
Snowball throwing kelas 3 SDN Throwing
200107/10 Padangsidimpuan

Hasil belajar meningkat Langkah-langkah model example non example


menurut (Hamdani 2011:94)
a. Guru menyampaikan pokok materi yang akan
diajarkan
b. Meminta siswa siswa untuk menjawab secara
berpasangan
c. Setelah siswa yang bekerja berpasangan tadi
mendapatkan jawaban pasangan tadi
digabungkan dengan pasangan disampingnya.
d. Kelompok berempat ini mengerjakan tugas
yang sama seperti dalam kelompok 2 orang
e. Setelah kelompok berempat ini selesai
mengerjakan tugas setiap kelompok
digabungkan dengan satu kelompok yang lain
f. Yang dikerjakan oleh kelompok baru ini sama
dengan tugas pada langkah keempat di atas
g. Masing-masing kelompok diminta
menyimpulkan hasilnya di muka kelas
h. Pengajar akan membandingkan jawaban dari
masing-masing kelompok kemudian
memberikan ulasan-ulasan dan penjelasan
secukupnya.
21

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada semester genap tahun ajaran

2021-2022. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini direncanakan akan

dilaksanakan mulai dari bulan Januari sampai bulan Februari yang terdiri dari dua

siklus yaitu siklus 1 siklus 2.

B. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 200107

Padangsidimpuan. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi karena ditemukan hasil

belajar Tematik di kelas III yang rendah pada pembelajaran tematik dan juga

lokasi tersebut adalah tempat peneliti melaksanakan praktek pengalaman lapangan

( PPL).

C. Subjek penelitian

Adapun subjek penelitian adalah peserta didik kelas III SD Negeri 200107

Padangsidimpuan yang siswanya beranggota 33 orang diantaranya 13 orang laki-

laki dan 20 orang perempuan.

D. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas III

menggunakan model snowball throwing di SDN 200107 Padangsidimpuan.

21
22

E. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas (PTK). Rancangan penelitian tindakan kelas dipilih

karena masalah yang akan dipecahkan berasal dari proses belajar mengajar.

Menurut suhardjono ( 2007: 58) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah

penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau

meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat

reflektif dengan melakukan tindakan tertentu yang dapat memperbaiki proses

pembelajaran di kelas. Sedangkan menurut eboot sebagaimana dikutip oleh

kunandar menjelaskan penelitian tindakan kelas adalah suatu kajian sistematik

dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok pendidik

dengan menggunakan tindakan-tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi

mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Dari pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini

dilakukan dengan cara merubah kebiasaan misalnya metode pendekatan strategi

atau media dalam kegiatan pembelajaran perubahan tindakan yang baru ini

diharapkan dapat meningkatkan proses maupun kemampuan hasil atau prestasi

pembelajaran maupun masalah lain yang terdapat dalam proses pembelajaran.

PTK yang digunakan adalah PTK partisipan. Suatu penelitian yang

dikatakan PTK partisipan apabila orang yang melaksanakan penelitian harus

terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai akhir atau hasil

penelitian. Dengan demikian sejak perencanaan penelitian terlibat selanjutnya


23

memantau mencatat dan mengumpulkan data serta berakhir dengan melaporkan

hasil penelitiannya.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan

yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas menurut hidup dalam

unsur mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas PTK adalah suatu bentuk

kajian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk

meningkatkan kemampuan rasional dalam tindakan-tindakannya dalam

melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam

praktik pembelajaran.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pastilah mempunyai tujuan

termasuk penelitian tindakan kelas (PTK). Sehubungan dengan itu tujuan secara

umum dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk:

1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi dan kualitas pembelajaran di kelas III

SD negeri 200107 Padangsidempuan.

2. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran di kelas

3. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan tindakan

dalam pembelajaran yang direncanakan di kelas

4. Memberikan kesempatan kepada pendidik untuk melakukan pengkajian

terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Berdasarkan jenis penelitian sebagaimana dipaparkan sebelumnya

rancangan atau desain PTK meliputi langkah-langkah:

1. Perencanaan ( planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa mengapa kapan di mana

oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.


24

2. Melaksanakan tindakan ( action)

Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu

mengenakan tindakan kelas.

3. Melaksanakan pengamatan (observation)

Sebetulnya kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan

pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu

sedang dilakukan jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama

4. Mengadakan reproduksi atau analisis.

Prosedur PTK biasanya meliputi beberapa siklus sesuai dengan tingkat

permasalahan yang akan dipecahkan dan kondisinya akan ditingkatkan siklus

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

a. Siklus Pertama

Rencana pelaksanaan perdagangan antara lain mencakup kegiatan sebagai

berikut.

1. Tim peneliti melakukan analisis standar isi untuk mengetahui kompetensi inti

dan kompetensi dasar yang akan diajarkan kepada peserta didik

2. Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan memperhatikan

indikator-indikator hasil belajar.

3. Mengembangkan alat, alat bantu, atau media pembelajaran yang menunjang

pembentukan kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam rangka

implementasi PTK

4. Menganalisis berbagai alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan

kondisi pembelajaran.

5. Mengembangkan lembar kerja peserta didik


25

6. Mengembangkan pedoman atau instrumen yang dilakukan dalam siklus PTK

7. Menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai dengan indikator hasil belajar.

Tindakan. Tindakan PTK mencakup prosedur dan tindakan yang akan,

serta proses perbaikan yang akan dilakukan.

Observasi. Observasi mencakup prosedur perekaman data tentang proses

dan hasil implementasi tindakan yang dilakukan. Penggunaan pedoman atau

instrumen yang telah disiapkan sebelumnya perlu diungkap dengan refleksi.

Refleksi. Refleksi menguraikan tentang prosedur analisis terhadap hasil

pemantauan dan refleksi tentang proses dan dampak tindakan perbaikan yang

dilakukan serta kriteria dan rencana tindakan pada siklus berikutnya.

b. Siklus Kedua

1. Rencana.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama guru sebagai peneliti

membuat rencana pelaksanaan RPP sesuai dengan kaidah dan KD dalam standar

isi.

a. Tindakan

pendidik melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP yang dikembangkan

dari hasil refleksi siklus pertama.

b. Observasi

Pendidik sebagai peneliti mengadakan proses pembelajaran pembentukan

kompetensi peserta didik.


26

c. Refleksi

d. Guru peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan

menyusun RPP berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk

siklus ketiga

2. Siklus ketiga

a. Rencana

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus kedua guru sebagai peneliti membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kompetensi inti dan

kompetensi dasar dalam standar isi.

b. Tindakan

Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP yang dikembangkan dari

hasil refleksi siklus kedua.

c. Observasi

guru peneliti mengadakan observasi terhadap proses pembelajaran dan

pembentukan kompetensi peserta didik.

d. Refleksi

Guru peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan PTK siklus ketiga dan

menganalisis serta menarik kesimpulan terhadap pelaksanaan pembelajaran

yang telah direncanakan dengan melaksanakan tindakan apakah pembelajaran

yang dirancang dengan PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran atau

memperbaiki masalah yang diteliti.


27

Bagan 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Perencanaan I

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Hasil Belajar Meningkat


Atau Tidak

Sumber : Kemmis dan Mc Taggart dalam Nizar (2016:221)

e. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara

sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam

situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan

tertentu.

Sebagai alat pengumpul data, observasi langsung akan memberikan

sumbangan yang sangat penting dalam penelitian deskriptif. Jenis-jenis informasi

tertentu dapat diperoleh dengan baik melalui pengamatan langsung oleh peneliti.
28

Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai

proses dan hasil belajar peserta didik seperti tingkah laku peserta didik pada

waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Observasi juga

dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas,

hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan

perilaku sosial lainnya. Observasi dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu

observasi lain yang merupakan teman sejawat.

Dalam penelitian ini observasi digunakan peneliti ketika pengumpulan

data. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan

pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian

antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta untuk menjaring data aktivitas

siswa terkait materi.

Observasi adalah suatu proses pengamatan secara sistematis, objektif dan

rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya

maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Sebagai alat pengumpulan data, observasi langsung akan memberikan

sumbangan yang sangat penting dalam penelitian deskriptif. Jenis-jenis informasi

tertentu dapat diperoleh dengan baik melalui pengamatan langsung oleh peneliti.

Dalam evaluasi pembelajaran observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan

hasil belajar peserta didik seperti tingkah laku peserta didik pada waktu belajar,

berdiskusi, mengerjakan tugas dan lain-lain. Observasi juga dapat digunakan

untuk menilai penampilan guru dalam mengajar suasana kelas hubungan sosial

sesama hubungan sosial sesama peserta didik hubungan guru dengan peserta didik

dan perilaku sosial lainnya. Observasi dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu
29

observer lain yang merupakan teman. Dalam penelitian ini observasi digunakan

peneliti ketika mengumpulkan data observasi dilakukan untuk mengamati

kegiatan kelas selama kegiatan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui

adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta untuk

menjaring data aktivitas siswa terkait materi.

3. Refleksi

Refleksi penting untuk disadari oleh para guru bahwa penelitian tindakan

kelas merupakan kegiatan penelitian yang dapat membantu guru untuk

mengembangkan profesionalitasnya melalui pencermatan berkelanjutan tentang

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Melalui, refleksi, serta evaluasi

terdapat kegiatan pembelajaran yang dilakukan, guru juga dapat terbentuk untuk

mengembangkan kepribadiannya sebagai pribadi seorang guru.Bukan guru yang

kepribadian lain ini sangat penting karena penghayatan profesi guru harus bersifat

mendalam dan sampai bisa mengambil pengembangan kepribadian sebagai

seorang guru yang benar-benar.

Jika guru dalam melakukan analisis refleksi dan evaluasi menggunakan

cara berpikir horizontal- Divergen , maka akan dapat menemukan bahwa masalah

pembelajaran proses memperbaikinya di samping terkait dengan faktor-faktor

yang ada pada diri siswa seperti ( IQ , motivasi belajar, sarana belajar, dan

sejenisnya) yang tidak kalah pentingnya bagi kepribadian guru. Agar guru mampu

mengembangkan kepribadiannya sebagai seorang guru yang benar-benar maka

guru harus banyak meretrospeksi permasalahan yang muncul di kelasnya. Sebab

sangat boleh jadi sebagian masalah itu muncul karena peran dan kepribadian guru
30

yang justru dapat menimbulkan stres pada siswa menimbulkan antipati

menimbulkan lemah semangat untuk belajar dan sebagainya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

penginderaan. Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan

pengumpulan data penelitian.

Melalui teknik observasi, peneliti dapat mengamati secara langsung

masalah yang akan diteliti.Lembar observasi yang dibuat oleh peneliti berupa

lembar observasi aktivitas guru dan siswa dengan menerapkan model example non

example.

2. Tes

Yaitu Instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan peserta

didik dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes untuk mengukur

konsentrasi belajar tematik yaitu tema 5 peserta didik kelas V SD 200302

Padang Sidempuan.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

lengger, agenda dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan


31

data dokumentasi untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai aktivitas

peserta didik dan guru pada saat pembelajaran dan untuk memperkuat data yang

diperoleh.

Dokumentasi digunakan peneliti sebagai penguat data yang diperoleh

selama observasi. Dokumentasi itu sendiri berisi hasil pekerjaan siswa, daftar nilai

siswa, dan foto-foto pelaksanaan pembelajaran maupun aktivitas siswa saat

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model example non example.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Secara umum

proses analisis data mencakup produksi data kategorisasi data sistem sentralisasi

dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja.

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan kerja dengan data

mengorganisasikan memilah-milah menjadi satu satuan yang dapat dikelola.

Mencari dan menemukan pola menemukan apa yang penting dipelajari. Dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam PTK ini proses

analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai

sumber yaitu wawancara observasi yang ditulis dalam sebuah catatan lapangan.

a. Analisis Aktivitas Guru dan Peserta didik

Analisis aktivitas guru dan peserta didik dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan kegiatan pembelajaran, pelaksanaan observasi aktivitas guru dan

peserta didik dilaksanakan observer dengan menggunakan lembar observasi


32

aktivitas guru dan peserta didik berdasarkan kegiatan pembelajaran dengan model

Snowball Throwing.

Syahrilfuddin dalam Tarigan (2016:107) menjelaskan aktivitas guru dan

siswa dapat diukur dari lembar observasi guru dan peserta didik dan data diolah

menggunakan rumus :

JS
NR= x100
SM
Keterangan :

NR : Presentasi rata-rata aktivitas guru dan peserta didik


JS : Jumlah skor aktivitas yang dilakukan
SM : Skor maksimum yang didapat dari aktivitas guru
dan peserta didik

b. Analisis hasil belajar

Analisi hasil belajar ketercapaian KKM dilakukan dengan menggunakan

rumus :

a) Hasil belajar individu

Menurut Syahrilfuddin dalam Tarigan (2016:107) rumus ketuntasan

individu yaitu:
SP
HB = x100
SM

Keterangan:
HB : Hasil Belajar
SP : Skor yang di peroleh peserta didik
SM : Skor Maksimal
33

b) Ketuntasan klasikal

Menurut Purwanto dalam Tarigan (2016:107) rumus ketuntasan Klasikal

yaitu:
ST
PK = X 100%
N
Keterangan:
PK : Ketuntasan Klasikal
ST : Jumlah siswa yang tuntas
N : Jumlah siswa seluruhnya

c) Peningkatan Hasil belajar siswa

Menurut Purwanto dalam Arleni Tarigan (2016:107) rumus Peningkatan

hasil belajar yaitu:

Posrate−Baserate
P= x100%
Baserate

Keterangan:
P : Peningkatan hasil belajar
Posrate : Nilai sesudah diberi tindakan
Baserate : Nilai sebelum tindakan
34

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid.(2019). Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Cet.3.

Agus Suprijono. (2009) Cooperative Learning, Teori Dan Aplikasi PAIKEM.


Surabaya: Pustaka Pelajar.
Ahmad Susanto. (2013). Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah
Dasar.Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Ambarwati, Retno. (2017). Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI C SDN 004 Tembilahan Kota. Jurnal:
Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. Volume. 6 Nomor. 1 April-
September 2017. ISSN: 2303-1514.

Aunurrahman. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.


Pustaka Pelajar

Faslia, F. (2021). Pengunaan Metode Snowball Throwing Untuk Meningkatkan


Hasil Belajar

Ginting, M. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model


Pembelajaran Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran Ips Di Kelas V
Sd. Jurnal Dinamika Pendidikan, 9(3), 139-146.

Hisyam Ziaini. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan mandiri

Huda, M.(2014). Model Model Pembelajaran dan Pengajaran . Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Makmun Khairani. (2018). Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Rahima. (2017). Penerapan Media Gambaruntuk Meningkatkan Hasil Belajar


Matematika Siswa Kelas IV SDN 003 Tembilahan Kota Kecamatan
Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. Jurnal: Primary Program Stude
Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Riau. Volume. 6 Nomor. 2 Oktober 2017. ISSN: 2303-1514

Rusman. (2018). Belajar & Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses


Pendidikan.Jakarta: Kencan.

Trianto (2011). Mendesain model pembelajaran inovatif progresif

Zaini dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD

Anda mungkin juga menyukai