Anda di halaman 1dari 19

UPAYA MENINGKATKAN POTENSI BELAJAR SEJARAH DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLRM BASSED


LEARNING DI SMA NEGERI 1 SIANTAR KELAS XI

OLEH:
DION HELBY SISCO SITINJAK
2114021014

DOSEN PENGAMPU:
KETUT SEDANA ARTA, S.PD., M.PD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN SEJARAH SOSIOLOGI DAN PERPUSTAKAAN

FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Menurut KHD, mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia,
sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik,
mental , jasmani dan rohani. Pendidikan memiliki arti penting untuk menjamin
kelangsungan hidup. Kartono (2002:3) yang menegaskan bahwa pendidikan merupakan
pilar pembagunan sebuah bangsa dan negara , khususnya dalam upaya meningkatkan dan
mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDA).
Titik masalah utama yang terjladi pada lembaga pendidikan di Indonesia merupakan
proses pembelajaran. Jika proses pembelajaran dilakukan dengan banyak cara yang bagus
maka hasil pembelajaran akan bagus dan menyenangkan. Cukup banyak sekali faktor yang
menyebabkan terhambat nya proses pembelajaran di bidang pendidikan. Dimana faktor
permasalahan dibagi menjadi dua yakni faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal
merupakan faktor yang di luar kendali atau diluar diri siswa, contohnya lingkungan kelas
yang kurang memadahi atau kumuh, kurang nya media belajar, dan kurang nya sumber
pembelajaran peserta didik. Faktor internal merupakan faktor yang terdapat pada diri siswa
itu sendiri, contohnya kesehatan peserta didik, psikologi peserta didik, kesiapan peserta
didik, minat belajar peserta didik, dll.
Untuk menyelesaikan masalah dari faktor eksternal tidak cukup hanya memberikan
ruangan kelas dan lingkungan belajar dengan keadaan bersih, nyaman, serta Indah. Di
karenakan masih ada faktor lain yang menyangkut banyaknya karakteristik peserta didik
kita harus banyak memahami lebih dalam karakteristik peserta didik dalam menentukan
cara dan minat belajar nya. Apabila peserta didik sudah terbentuk minta belajar nya maka
proses belajar yang di lakukan akan semakin efektif nanti hasilnya.
Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah atau di ranah
pendidikan. Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan
beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan (fakta). Sejarah
merupakan mata pelajaran yang cukup padat (kompleks) karna sejarah berhubungan
dengan mata pelajaran yang lain atau yang sering di sebut IPS terpadu. Sebagai contoh
sejarah bisa berbicara mengenai keadaan alam pada masa praaksara yang bersangkutan
pada mata pelajaran geografi. Cara berfikir yang logis dan kritis termasuk unsur dalam
pembelajaran sejarah ini. Dengan melihat peristiwa masa lampau kita dapat mempelajari
nya untuk masa sekarang dan masa yang akan dating. Karena materi dalam sejarah
sangatlah luas dimulai dari sejarah Indonesia sampai sejarah dunia. Dalam membahas
materi sejarah yang cukup banyak sangat sulit untuk memahami apabila metode
pembelaran nya tidak sesuai dengan minat belajar peserta didik.
Mata pelajaran sejarah sekarang kurang diminati oleh para peserta didik. Dikarenakan
kebanyakan guru cara mengajar nya tidak sesuai dengan karakter peserta didik dan
pembelajaran yang digunakan bersifat membosan kan. Ada juga siwa yang bersifat pasif
, hanya mendengarkan , hal ini menyebabkan belajar sejarah dianggap mata pelajaran yang
membosankan. karena cara mengajar hanya satu arah atau terfokus pada guru saja
menuntut siswa untuk cara menghafal dari peristiwa-peristiwa sejarah. Tidak semua murid
memiliki tingakat kecerdasan yang tinggi dalam hal menghafal, ini merupakan sebuah
masalah yang berdampak buruk pada hasil belajarnya nanti.
Mata pelajaran sejarah seperti yang sudah dijelaskan juga sama permasalahan nya di
SMA N 1 SIANTAR. Dari hasil observasi awal di sekolah ini khususnya di kelas XI di
dapatkan jika masalah nya adalah :
1) Motivasi peserta didik dalam mata pelajaran sejarah masih rendah. Hal ini bisa
dilihat dari prilaku yang di lakukan peserta didik saat proses belajar mengajar
berjalan, di saat guru menjelaskan dan menulis di papan tulis peserta didik sering
pindah tempat duduk tanpa se izin guru, bahkan mereka ribut ketika guru
menjelaskan di depan kelas. Kurang nya minta belajar sejarah di sebabkan
pembelajaran yang di lakukan bersifat satu arah ( teacher center) , datar (monoton),
tidak menarik, dan kurang melibatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar,
2) Hasil belajar peserta didik yang sangat rendah yang di akibatkan oleh strategi
pembelajaran yang tidak mampu mendorong motivasi atau minat belajar peserta
didik. Ada lagi, sistem evaluasi yang di gunakan guru tidak menilai proses dan hasil
evaluasi hanya di nilai pada hasil akhir nilai tes peserta didik. Hal ini bisa dilihat
dari perolehan nilai yang di dapatkan oleh peserta didik ketika ulangan pada
semester 1 nilai rata-rata nya hanya dapat 50 sedang kkm nilai sejarah nya adalah
70.

Lepas dari permasalahan ini maka guru, peneliti, dan peserta didik mengadakan
interaksi ( dialog) untuk mengadakan cara meningkatkan motivasi belajar Sejarah pada
kelas Xl. Hal ini untuk memperbarui strategi dan metode pelajaran yang akan digunakan
nantinya. Melalui penelitian ini penulis akan menerapkan serta mengembangkan model
pembelajaran Problem base learning. Melalui pembelajaran problem base learning peserta
didik diharapkan mampu mendorong pengetahuan mereka, bukan seperti dulu hanya
berdasarkan hafalan-hafalan. Pembelajaran yang bersifat problem base learning mampu
membuat guru dan siswa berfikir kritis karena akan ada masalah yang akan mereke
selesaikan dan akan mendorong peserta didik berfikir kritis sehingga mereka akan senang
dalam belajar karna ada tantangan.

Dari prinsip-prinsip diatas, dan mengacu pada penelitian yang ada di lapangan yaitu
rendah nya motivasi belajar di SMA N 1 SIANTAR, maka masalah tersebut akan di
upayakan untuk di atasi dengan mencoba pembelajaran problem base learning, secara
tepat, yang akan di pakai dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK).

1. 2 Identifikasi Masalah

1. Dari permasalahan di atas, dapat di ambil beberapa masalah:Proses pembelajaran


khususnya mata pelajaran sejarah di kelas Xl SMA N 1 Siantar masih monoton.
2. Belum ditemukannya strategi pembelajaran yang tepat di kelas..
3. Belum adanya tindakan dua arah (kolaborasi) antara guru dan siswa.
4. Kurang nya motivasi belajar sejarah .
5. Prestasi siswa yang rendah khusus mata pelajaran sejarah kelas Xl di SMA N 1
Siantar.

1. 3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan dapat di rumusan beberapa masalah, yaitu:

1. Apakah pembelajaran Problem base learning dapat meningkatkan motivasi


belajar sejarah?
2. Apakah pembelajaran Problem base learning bisa meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran sejarah?
3. Bagaimanakah respon dari siswa terhadap penerapan model pembelajaran
problem base learning dalam mata pelajaran sejarah?

1.4 Tujuan Tindakan

Dari rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan tujuan penelitian ini,
yaitu:

1. Meningkatkan motivasi belajar sejarah di kelas Xl semester 2 tahun ajaran


2022/2023 SMA N 1 Siantar dengan pembelajaran problem base learning dalam
mata pelajaran sejarah.
2. Meningkatkan hasil belajar sejarah bagi siswa kelas Xl semester 2 tahun ajaran
2022/2023 SMA N 1 Siantar dengan pembelajaran problem base learning dalam
mata pelajaran sejarah.
3. Dapat mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran problem base
learning dalam mata pelajaran sejarah.

1. 5 Cara Pemecahan Masalah

model pembelajaran problem base learning dengan metode quiz team. Dengan
adanya model pembelajaran ini, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar, motivasi,
dan ketuntasan belajar dalam mata pelajaran sejarah.

1.6 Manfaat Tindakan

Hasil penelitian diharapkan dapat menghasilkan manfaat, baik praktis dan teoritis

1.6.1 Dari Segi Praktis

1. Bagi peneliti, sebagai calon pendidik sejarah hasil ini dapat di jadikan panduan
dalam proses belajar sejarah yang lebih Inovatif dan menyenangkan dalam rangka
mengoptimalkan waktu belajar peserta didik sehingga pembelajaran lebih efektif.
2. Bagi guru, dari hasil penelitian ini dapat di jadikan acuan untuk pengembangan
model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif sehingga pembelajaran lebih
menyenangkan.
3. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan bisa membuat siswa berpartisipasi aktif
di dalam kelas antara guru dan peserta didik. Selain hal di atas hasil penelitian ini
bagi siswa dapat memberikan pemahaman siswa untuk berfikir kritis dalam
pembelajaran sejarah.
4. Bagi pendidikan sejarah, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan untuk
lebih meningkatkan penerapan pengembangan model pembelajaran yang lebih
kreatif dan inovatif, sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar sejarah
untuk mahasiswa khususnya untuk mengembangkan penelitian yang sama,
walaupun dengan metode yang berbeda.

1.6.2 Dari segi teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan salah satu model
pembelajaran yang dapat dijadikan acuan sehingga menciptakan suasana pembelajaran
yang efektif dan disenangi dapat dilaksanakan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Belajar

Ada banyak pengertian belajar, dari para ahli, praktisi, dan peneliti. Belajar adalah suatu
perubahan yang tetap di tingkah laku atau dalam bertingkah laku, yang merupakan hasil
dari praktik atau bentuk pengalaman lain. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak
bisa lepas dari kata belajar. Belajar merupakan proses manusiawi dan di lakukan sampai
ujung hayat. Mulai sejak dari lahir ketika bayi belajar menyusu, saat tumbuh kembang
belajar memahami nasihat dari orang tua, sampai saat dewasa belajar memahami materi
di perkuliahan. Kemampuan belajar ini merupakan yang menjadi pembeda dari manusia
dengan makhluk lainya. Manusia dituntut belajar agar bisa beradaptasi dengan lingkungan
sekitar ( Eveline siregar, 2017 : 6).

Belajar adalah suatu perubahan yang relatif tetap dan terjadi akibat hasil latihan serta
pengalaman. Pengertian belajar merupakan cakupan tiga unsur, yakni belajar merupakan
perubahan tingkah laku, perubahan terjadi akibat adanya latihan dan pengalaman,
perubahan yang terjadi harus relatif menetap atau permanen untuk jangka waktu yang
lama. Dengan itu, belajar adalah sebuah proses yang bisa mengubah tingkah laku karena
adanya reaksi dalam diri terhadap situasi tertentu atau dikarenakan adanya proses yang
terjadi secara internal di dalam diri seseorang. Perubahan bukan hasil dari bawaan ketika
seseorang lahir atau warisan genetika. Dari ranah pendidikan bila seseorang telah belajar
maka dia akan siap dalam menghadapi lingkungan nya. Belajar merupakan suatu keaktifan
dan sebuah fungsi dari situasi lingkungan sekitar individu serta di arahkan oleh tujuan
yang terdiri dari berbagai tingkah lakunya. Belajar juga merupakan hasil seseorang
berubah sebagai akibat dari sebuah pengalaman. Belajar adalah suatu usaha yang
dikerjakan oleh individu secara sengaja maupun tidak sengaja, melalui latihan dan
pengalaman yang menyangkut beberapa aspek (kognitif, afektif, dan psikomotorik) serta
melibatkan interaksi antara individu dengan individu atau individu dengan lingkungan
dalam hal mencapai tujuan tertentu sehingga terjadi sebuah perubahan tingkah laku secara
permanen yang bisa meningkatkan kualitas diri individu tersebut (Eveline Siregar, 2017:
7).

Belajar Merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk mendapatkan


perubahan tingkah laku secara keseluruhan, dari hasil pengalaman nya itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan. Belajar juga suatu konsep usaha untuk bersusah sadar yang
dilakukan seseorang dalam merubah tingkah laku nya baik dari latihan maupun pengalaman
yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam memperoleh tujuan
tertentu. Belajar adalah aktivitas yang di kerjakan seseorang agar mempunyai kompetensi
keterampilan dan pengetahuan yang akan diperlukan ( Eveline Siregar, 2017 : 7).

2.1.2 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran memiliki makna yang lebih luas daripada pengajaran. Pembelajaran


menghasilkan belajar di peserta didik dan dilakukan suatu perencanaan sistematis di
dalamnya, sedangkan mengajar hanya salah satu konsep penerapan strategi pembelajaran di
antara strategi pembelajaran yang lain yang tujuannya paling utama adalah menyampaikan
infomasi kepada peserta didik. Kegiatan ranah pendidikan yang awalnya lebih berorientasi
pada hal mengajar berpindah ke konsep pembelajaran, merencanakan kegiatan-kegiatan
peserta didik supaya terjadi perubahan di dalam dirinya (Eveline Siregar, 2017 : 36).

Pembelajaran adalah perangkat tindakan yang di rencanakan untuk mendukung proses


belajar yang di lakukan peserta didik, dengan cara menghitung kejadian-kejadian ekstrim
serta yang berperan kepada kejadian-kejadian yang intern yang di alami. Dalam kata lain
pembelajaran bisa dibilang sebagai suatu pengaturan dan hasil cipta kondisi-kondisi yang
ekstern untuk menunjang proses belajar peserta didik. Pembelajaran tidak lepas dari usaha
perangsangan belajar dengan sengaja menyusun pengalaman-pengalaman yang bisa
memberikan bantuan peserta didik untuk mencapai perubahan kemampuan yang
diharapkan. Pembelajaran merupakan salah satu usaha untuk peserta didik atau suatu
kegiatan memberikan pembelajaran kepada peserta didik. Pembelajaran adalah usaha dari
ranah pendidikan yang dilakukan secara sengaja, yang memiliki tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya proses pembelajaran, serta pelaksanaannya dapat di kendalikan. Jadi
kesimpulannya adalah pembelajaran adalah suatu usaha yang dilaksanakan secara sengaja,
terarah, dan terencana dengan memperoleh tujuan yang sudah di tetapkan terlebih dahulu
sebelum prosesnya dilakukan, serta pelaksanaan nya dapat dikendalikan, untuk terjadi
pembelajaran kepada individu yang bersangkutan (Eveline Siregar, 2016 : 35).

Pembelajaran mempunyai kaitan erat dengan usaha perancangan kegiatan yang


sistematis dan dapat diukur agar terjadi proses belajar. Kegiatan ini disebut Desain Sistim
Pembelajaran. Dengan ini, inti dari sebuah pembelajaran merupakan segala upaya yang
dilakukan oleh guru agar terjadi proses belajar pada peserta didik. Pembelajaran harus bisa
membuat peserta didik belajar, dan tujuannya harus di buat terlebih dahulu sebelum proses
pembelajaran di lakukan. Pelaksanaan yang dilakukan bisa terkendali, baik isinya, waktu
proses, dan hasil pembelajaran nya (Eveline Siregar, 2017 : 36).

2.2 Model Pembelajaran Problem based Learning (PBL)

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang di


rencanakan dan dikembangkan yang tujuan nya untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik dalam memecahkan masalah. Pembelajaran ini memberikan suatu masalah kepada
peserta didik sebelum memulai proses pembelajaran. Peserta didik akan di berikan pada satu
masalah nyata yang akan menimbulkan penelitian, penguraian, dan penyelesaian masalah
(Rizki Amelia, 2017 : 22).

Pembelajaran Problem Base Learning di awali oleh adanya suatu permasalahan yang di
temukan oleh peserta didik ataupun guru, setelah itu peserta didik memperdalam informasi
yang di dapat nya sebagai sumber pengetahuan nya dari pemecahan masalah tersebut.
Peserta didik bebas menentukan masalah apa yang di minatinya untuk dipecahkan, sehingga
peserta didik mendapatkan dorongan untuk aktif dalam proses belajar. Masalah pada
dasarnya ketidaksetaraan dari situasi nyata dan kondisi yang di inginkan. Kesenjangan itu
bisa dirasa dari adanya berupa keresahan, kerisauan, serta kecemasan. Sebab itu materi
pelajaran tidak terbatas pada materi pelajaran yang sumber nya dari buku saja, tetapi bisa
juga dari sumber peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang di pakai (Rizki Amelia,
2017 : 23).

Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis masalah
adalah suatu model pembelajaran yang memakai masalah sebagai dasar pijakan dalam
pembelajaran untuk mengajari peserta didik, kemudian solusinya atau pemecahan nya dicari
oleh peserta didik (Rizki Amelia, 2017 : 24).

2.2.2 Langkah-langkah Problem Based Learning

Adapun beberapa langkah-langkah utama dalam proses pengolahan PBL, yakni:

1. Mengorientasikan peserta didik pada masalah


2. Mengorganisasikan peserta didik agar belajar
3. Memandu menyelidiki secara kelompok atau mandiri
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja ; dan
5. menganalisis dan memberikan evaluasi pada hasil pemecahan masalah ( Rizki
Amelia, 2017 : 25).

2.2.3 kelebihan dan kekurangan Model Problem Based Learning

2.2.3.1 Kelebihan Model Problem Based Learning

1. Peserta didik mampu belajar, mengingat, menerapkan, serta melanjutkan proses


pembelajaran secara mendirikan. Prinsip pembelajaran seperti ini tidak bisa di
lakukan melalui pembelajaran tradisional yang memakai metode penghafalan.
2. Peserta didik mendapatkan perlakuan sebagai pribadi yang dewasa. Hal ini
memberikan kebebasan akan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan atau
pengalaman yang dia punya untuk memecahkan sebuah masalah (Rizki Amelia,
2017 : 26,27).

2.2.3.2 kekurangan Model Problem Based Learning

Selain mempunyai kelebihan, model pembelajaran Problem Based Learning ini


mempunyai kekurangan juga, antara lain:

1. Jikalau peserta didik tidak mempunyai minat dan tidak mempunyai kepercayaan
akan masalah yang akan dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka peserta didik
enggan untuk mencoba.
2. Tanpa adanya pemahaman mengapa mereka harus berusaha dalam memecahkan
masalah yang sedang mereka kerjakan, maka mereka tidak akan belajar apa yang
mereka akan selesai kan (Rizki Amelia, 2017 : 27).

2.3 Motivasi Belajar Siswa

2.3.1 Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi yaitu dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu. Motivasi merupakan perubahan energi diri seseorang yang awalnya ditandai
dengan " "feeling" serta terlebih dahulu dengan tanggapan kepada adanya tujuan. Dapat
ditarik pengertian nya bahwa motivasi yaitu suatu perbuatan sengaja maupun tidak sengaja
untuk mendapatkan tujuan tertentu (Amni, Asih, dkk, 2017 : 50) .

Motivasi dan belajar merupakan hal yang tidak dapat di pisahkan, karena hal ini saling
mempengaruhi. Belajar ialah perubahan tingkah laku yang relatif permanen serta potensial
terjadi akibat hasil praktik atau penguatan yang dilandaskan tujuan untuk mencapai
sesuatu tujuan. Motivasi merupakan kejiwaan yang mengalami peningkatan (perubahan) ,
dengan kata lain terpengaruh dari kondisi fisiologis serta kematangan psikologis peserta
didik (Amni, Asih, dkk, 2017 : 50)

2.3.2 Indikator Motivasi belajar

Di dalam kegiatan proses belajar mengajar, peranan motivasi sangat penting. Motivasi
belajar bisa meningkatkan aktivitas serta inisiatif, agar dapat mengarahkan beserta
menjaga ketekunan di dalam kegiatan belajar. Ada beberapa yang harus dicapai untuk
melihat siswa yang mempunyai motivasi dalam proses pembelajaran, yakni :

1. Mempunyai gairah yang tinggi


2. Penuh semangat
3. Memiliki sugesti yang tinggi
4. Memeiliki rasa percaya diri
5. Dapat berjalan sendiri sewaktu guru menyuruh peserta didik mengerjakan sesuatu.
6. Mempunyai daya konsentrasi yang tinggi
7. Kesulitan merupakan sebuah tantangan yang harus di selesaikan oleh peserta didik
8. Mempunyai kesabaran serta perjuangan yang tinggi (Wahyudin, 2018 : 47).

2.4 Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar adalah penentuan nilai dari objek dengan menggunakan cara
membandingkan terhadap kriteria tertentu. Dalam hasil belajar siswa, Guru yang
menentukan hasil dari nilai-nilai yang dicapai peserta didik melalui kegiatan belajar-
mengajar yang dibuat di kelas, menggunakan cara membuat pembanding dengan kriteria
yang ada. Sebab penilaian ini guru yang melakukan untuk proses pembelajaran, sehingga
istilahnya adalah penilaian berbasis kelas (penilaian kelas). Ada tiga Pengistilahan yang
membahas kepada aktivitas utama di dalam kegiatan penilaian kelas, yakni : asesmen,
pengukuran, serta evaluasi. (Supratiknya, 2012 : 2).

2.5 Hakekat Pembelajaran Sejarah

Hakekat nya pembelajaran sejarah dapat diistilahkan sebagai suatu sistem belajar
mengajar sejarah. Pembelajaran sejarah bersangkutan dengan teori-teori sejarah. Beda
dengan ilmu lainya, pembelajaran sejarah atau mata pelajaran sejarah ini di dalam
kurikulum yang berlaku sekolah tidak secara khusus bertujuan untuk meningkatkan ilmu
calon ahli sejarah, dikarenakan penekanan didalam pembelajaran sejarah tetap masih
terikat dengan tujuan pendidikan pada umumnya yaitu membangun kepribadian serta
sikap mental siswa. Kesadaran sejarah efektif di ajarkan kepada pendidikan sejarah. Yang
pertama, secara konsep tradisional pendidikan sejarah adalah nilai untuk upaya
mentransfer nilai kemegahan bangsa di masa lampau terhadap generasi muda sekarang.
Melalui konsep ini pendidikan sejarah di arahkan untuk membangun kebanggaan terhadap
tanah air serta pelestarian ke unggulannya. Kedua, pendidikan sejarah berhubungan
dengan upaya untuk memperkenalkan peserta didik kepada disiplin ilmu sejarah. Karena
itulah kualitas kemampuan berpikir kronologis, pemahaman sejarah, kemampuan
menganalisis dan penafsiran sejarah serta kemampuan penelitian menjadi hal yang utama
dalam pendidikan sejarah ( yudi, 2011).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini memakai pendekatan tindakan kelas terkhusus penelitian tindakan


partisipan, penelitian ini memakai sumber dari hasil penelitian pada pengalaman penelitian
di SMA N 1 SIANTAR. Selama penelitian ini berlangsung, peneliti menemukan masalah
terhadap praktik pembelajaran sejarah. Permasalahan nya antara lain mencakup ; (1)
Proses pembelajaran khususnya mata pelajaran sejarah di masih monoton, (2) Belum
ditemukannya strategi pembelajaran yang tepat di kelas, (3) Belum adanya tindakan dua
arah (kolaborasi) antara guru dan siswa, (4) Kurang nya motivasi belajar sejarah , (5)
Prestasi siswa yang rendah khusus mata pelajaran sejarah. Kondisi seperti ini terjadi di
akibatkan oleh strategi pembelajaran yang tidak cocok untuk merangsang siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran.

Dikarenakan permasalahan di atas dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti dari awal
ikut merancang serta terlibat langsung dalam penelitian, sehingga berkolaborasi dengan
guru pengampu mata pelajaran sejarah. Bedasarkan hal tersebut, penelitian ini akan
mengikuti prosedur langkah-langkah penelitian tindakan kelas.

3. 2 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek di dalam penelitian ini adalah siswa kelas Xl semester 2 SMA NEGERI 1
SIANTAR dengan jumlah siswa 45 siswa, yang terbagi atas 21orang laki-laki, dan 24
orang perempuan tahun ajaran 2023/2024. Pemilihan kelas ini sebagai subjek penelitian
diakibatkan siswa di kelas ini ditemukan indikator permasalahan dalam pembelajaran
sejarah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, selain itu ada juga permasalahan lain
yang ditemukan yaitu karakteristik siswa yang heterogen dan tingkat kemampuan belajar
sejarah yang sangat rendah. Adapun objek dari penelitian ini antar lain ; (1) motivasi
pembelajaran Sejarah yang di ukur dari minat, perhatian, interaksi, emosional, dan
kerjasama siswa; (2) hasil belajar siswa ; dan (3) respon siswa dalam pembelajaran sejarah
dengan pembelajaran Problem base learning.
3.3 Prosedur Tindakan

Mengikuti cara prosedur penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini akan mengacu
pada model penelitian bersifat siklikal. Dengan mengacu pada identifikasi masalah yang
sudah ada, sehingga pelaksanaan nya akan direncanakan dalam bentuk tindakan. Tahapan
yang dilakukan dalam hal ini mencakup identifikasi masalah, pencernaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, analisis data, serta refleksi.

Dari tahapan ini akan dilakukan tindakan berikutnya, dari perencanaan ulang sampai
melanjutkan proses pembelajaran yang akan dilakukan. Sehingga, penelitian ini
menampilkan sebuah proses yang berkelanjutan dalam memecahkan masala. Siklus
sebelum nya akan menentukan model tindakan berikutnya. Adapun prosedur yang akan
dijalankan pada siklus ini antara lain:

A. Refleksi Awal
Refleksi awal yang di lakukan di tahap ini peneliti melakukan dengan
pengampu mata pelajaran sejarah di kelas Xl SMA NEGERI 1 SIANTAR tahun
ajaran 2023/2024. Ada beberapa hasil dari refleksi ini seperti yang sudah
dijelaskan di latar belakang masalah antara lain:
1. Rendah nya motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa aspek siswa sering bercerita ketika Proses belajar
mengajar (PBM) berlangsung, bergurau, sering pindah bangku ketika guru
menjelaskan, serta mengerjakan PR mata pelajaran lain. Rendah nya mutu
pembelajaran juga disebabkan strategi pembelajaran yang di gunakan bersifat
teacher center yang bersifat satu arah, tidak menyenangkan, dan monoton.
Sehingga tidak menimbulkan motivasi siswa dalam belajar.
2. Hasil belajar yang rendah, dapat dilihat dari nilai rata-rata yang di peroleh
siswa dalam belajar sejarah yaitu 45. Nilai rata-rata yang ada masih jauh
dibawah standar ketentuan KKM yang di tentukan di SMA N 1 SIANTAR
yaitu nilai rata-rata nya 70. Hasil belajar yang rendah ini di akibatkan strategi
yang tidak mampu memberikan motivasi kepada siswa untuk mendapatkan
nilai yang maksimal. Selain hal itu sistem evaluasi yang di lakukan oleh guru
kurang menilai proses serta sistim evaluasi masih tertekan pada hasil akhir
nya saja yakni berupa evaluasi siswa dalam bentuk tes.
B. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan pada prosedur tindakan kelas, penelitian ini di lakukan perencanaan


dalam dua siklis tindakan. Aspek-aspek perencanaan nya mencakup antara lain:

1. Membuat opsi pilihan pokok pembahasan yanga kan di uji dengan model
pembelajaran problem serta membuat penawaran topik dari pembahasan kepada
siswa dalam bentuk kelompok. Pemilihan masih berfokus pada silabus.
2. Membuat susunan fase pembelajaran yang akan di tingkatkan antara lain ; tujuan
pembelajaran, identifikasi pengetahuan awal, memberikan informasi kepada siswa
pentingnya model pembelajaran problem base learning, yang mengacu pada
pembelajaran yang partisipatif, membuat rumusan yang mengarah kepada aspek
kognitif, afektif, psikomotor, dan evaluasi serta perbaikan.
3. Membuat susunan instrumen pembelajaran, berupa lembar kerja, instrumen
pengumpulan sata berupa data observasi maupun lembar lembar kerja siswa dalam
hal menilai kemajuan belajar siswa dari individu maupun kelompok.
4. Membuat suatu perencanaan proses pembelajaran dengan baik bentuk silabus,
rencana belajar, media, dan sumber-sumber yang mendukung pembelajaran sesuai
dengan topik yang akan dibahas. Begitu juga dengan teknik penelitian yang akan
dilaksanakan dengan pendekatan proses serta tes hasil akhir belajar yang akan di
laksanakan di setiap akhir pembelajaran.

C. Implementasi Tindakan

Di tahap implementasi tindakan ini, di buat suatu upaya untuk mengadakan kolaborasi
terhadap guru pembimbing mata pelajaran sejarah, dengan peserta didik. Tahap-tahap
yang akan dilakukan terhadap tindakan yaitu:

a. Siklus l
1. Guru memberitahu informasi kompetensi, indikator yang akan di gapai peserta
didik, dan pengalamannya belajar nya. Dilakukan nya ini untuk upaya peserta didik
dapat mengetahui cakupan materi, ketrampilan bekerja sama, serta sikap. Sehingga
siswa mempunyai kesiapan lebih dalam untuk topik pembelajaran yang akan
dibahas.
2. Pembagian kelas menjadi 4 kelompok dengan jumlah 9 orang dalam satu
kelompok. Guru serta peneliti memberikan informasi tentang topik permasalahan
yang akan di kerjakan dalam bentuk kelompok.
3. Guru serta peneliti memberikan pemahaman tentang langkah-langkah
pembelajaran problem base learning kepada tiap kelompok.
4. Siswa dituntut berdiskusi tentang topik yang akan mereka kerjakan di kelompok
ahli maupun kelompok expert teams. Di kelompok expert teams siswa mempunyai
tugas untuk berdiskusi tentang topik yang sama dari tiap masing-masing
kelompok.
5. Siswa yang digolongkan di dalam tim ahli selanjutnya kembali ke tim semula yang
tergabung dalam teams dalam rangka mempresentasikan hasil diskusinya
mengenai topik yang sudah di diskusi kan oleh tim ahli ataupun expert group. Di
kelompok home teams siswa mempunyai tugas untuk mempresentasikan hasil dari
diskusi.
6. Peneliti membuat pengamatan secara efektif mengenai proses kerja sama dari
kelompok mengunakan lembar pengamatan dan mencatat interaksi jalannya
diskusi kelompok dan presentasi kelompok, serta mencatat siswa yang
mengajukan pertanyaan dan tanggapan.
7. Di ujung presentasi peneliti membuat suatu ulasan kesimpulan akhir untuk
meningkatkan diskusi kelompok yang sudah dibahas atau meluruskan kesalahan-
kesalahan yang terjadi di presentasi kelompok.
8. Peneliti, guru, serta siswa secara bersamaan melakukan refleksi dalam
pembelajaran yang sudah berlangsung untuk bahan perbaikan pembelajaran
berikutnya.

b. Siklus 2

1. Di siklus kedua ini adanya penerapan strategi serta langkah-langkah yang sama
dengan siklus -1, tapi dengan topik pembahasan yang berbeda.
2. Langkah berikutnya, dilakukan sama dengan siklus - 1, yaitu hasil presentasi,
penilaian, serta refleksi bersama.

E. Teknik Analisis Refleksi Tindakan


Sebagai hasil yang diperoleh dari observasi/evaluasi dilaksanakan analisis data kualitas
belajar dan hasil belajar peserta didik. Yang digunakan dalam teknik pengumpulan analisis
data di dalam penelitian ini yaitu prosedur penelitian deskriptif kualitatif yang data nya
bersifat kualitatif serta kuantitatif. Data kualitatif dilakukan dengan pemberian makna
dalam hubungan yang dilakukan dengan tindakan yang sudah di ambil, bagaimana jalan
tindakan, dan hasil belajar dari siswa, sedangkan data kuantitatif di dapatkan dari proses
pengukuran kepada hasil belajar yang di dasarkan pada skor hasil belajar yang di peroleh
dari rumus seperti berikut ini:

a. Untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa digunakan rumus:


Keterangan:
X = ΣXi
X = Nilai rata-rata kelas
¯¯¯¯¯
Xi= Skor peserta didik ke-1
n
N= Jumlah total peserta didik.
Dikutip dari Adnyani (Arta, Pageh, dan Yasa. 2020: 214).

b. Dalam mengukur daya serap siswa digunakan rumus:


Keterangan:
DS = X
DS = Daya Serap Siswa
¯¯
X = Skor seluruh
n
N = Jumlah Siswa

Sudjana (Arta, Pageh, dan Yasa. 2020: 215).

c. Dalam menjumlahkan ketuntasan belajar siswa, menggunakan rumus rumus:

Keterangan:

KB = Ketuntasan belajar siswa


KB=ΣT
¯¯¯¯ T = Jumlah peserta didik yang memperoleh ketuntasan
n belajar.

n = Jumlah seluruh siswa

Sudjana (Arta, Pageh, dan Yasa. 2020: 215).


Berhubungan skor hasil belajar siswa yang diteliti menggunakan Teknik
kuantitatif tingkat sederhana akan dicantumkan dalam tabel berikut

No Rentang Nilai Kategori Nilai Keterangan


1 81 – 100 A Baik Sekali
2 66 – 80 B Baik
3 56 – 65 C Cukup
4 41 - 55 D Kurang
5 0 – 40 E Gagal
Arikunto (Arta, Pageh dan Yasa. 2020: 215-216).

Dari keseluruhannya proses analisis data yang dilakukan mengikuti prosedur penelitian
tindakan kelas, seperti langkah-langkah yang sudah ditetapkan.

3.4 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang di lakukan untuk mengetahui keberhasilan penelitian ini


yakni:

1. Jika 80% peserta didik meningkat secara kualitas belajarnya dalam pembelajaran
sejarah
2. Jika 80% peserta didik meningkat kualitas penguasaan dalam pembelajaran sejarah.
3. jika 80% peserta didik memiliki respon yang positif kepada penerapan model
pembelajaran problem base learning.
DAFTAR PUSTAKA
Amin. dkk . 2017. “Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Minat Belajar Siswa Kelas IV
SDN Poris Gaga 05 Kota Tanggerang. Tanggerang : SDN Poris Gaga
05.
Eveline Siregar dan Ratno. 2021. “Belajar dan Pembelajaran Edisi ke Tiga “. Tanggerang
Selatan : Universitas Terbuka.
Ketut Sedana Arta .dkk. 2020. “ Penelitian Tindakan Kelas Tuntutan Praktis Buat Calon Guru
dan Guru”. Singaraja : Lakeisha.
Rizki Amelia. 2017. “Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Reflektif Peserta Didik Kelas X SMA N 2 Sigli”.
Banda Aceh : SMA N 2 Sigli.
Supratiknya. 2012.” Penilaian Hasil Belajar Dengan Teknik Nontes”. Jogjakarta : Universitas
Santa Dharma.
Wahyudin. 2018. “ Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil
Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI). Medan.
Yudi. 2011.” Hakekat Pembelajaran Sejarah Dan Permasalahanya”. Batu : LAB IPS P4TK
PKN dan IPS Terbaru.

Anda mungkin juga menyukai