Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE Study Kasus : Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian I Dosen Pengampu : Drs. Y.R. Subakti

Oleh: SISKA PRILLINGGA (091314036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PEGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2012
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kebanyakan siswa menganggap bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran yang sangat membosankan. Anggapan ini timbul karena monotonnya pembelajaran yang diberikan oleh guru di dalam kelas. Ditambah lagi dengan buku-buku pelajaran sejarah yang terlalu banyak mencantumkan tahun-tahun untuk diingat, membuat sejarah terkesan sebagai pelajaran hapalan, sehingga membuat para siswa tidak berminat untuk mempelajarinya. Hal ini akan mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah. Oleh karena itu, sangat penting untuk membuat pembelajaran sejarah menjadi menarik untuk dipelajari. Untuk membuat pembelajaran sejarah menjadi menarik, sangat tergantung pada peran seorang guru dalam menyajikan materi pembelajarannya. Selain itu, model dan media pembelajaran juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha meningkatkan aktivitas dan motivasi peserta didik dalam belajar. Pemakaian model dan media pengajaran yang tepat dalam proses pembelajaran juga dapat membangkitkan keinginan dan minat siswa, membangkitkan motivasi dan rangsangan bagi kegiatan belajar, serta menjadikan mata pelajaran sejarah lebih nyata, berwarna, dan menarik untk dipelajari. Model Pembelajaran Example Non Example atau yang biasa disebut Example And Non-Example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar tersebut. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasanya lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti : kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model Pembelajaran Example Non Example dengan menggunakan gambar dapat ditampilkan melalui OHP, poster, dan lain-lain. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan

kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak-anak yang berada di belakang juga dapat melihat dengan jelas. Penerapan model pembelajaran examples non examples ini, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi adalah segala keberhasilan yang telah diperoleh dalam mengerjakan segala pekerjaan untuk dipertanggungjawabkan. Sehingga, prestasi belajar siswa dapat diartikan sebagai suatu kecakapan atau hasil yang telah diperoleh dari proses pembelajaran dengan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukan dengan nilai. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dalam kesempatan ini akan melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul Meningkatkan prestasi belajar siswa tentang kehidupan awal masyarakat Indonesia melalui penerapan model pembelajaran example non example.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Ada persepsi yang menyatakan bahwa pembelajaran sejarah sulit dan membosankan, karena sajiannya kurang menarik. 2. Kurangnya minat dan motivasi belajar pada diri siswa di dalam belajar sejarah. 3. Rendahnya prestasi siswa dalam mata pelajaran sejarah. 4. Guru tidak menggunakan model dan media pembelajaran dalam pelajaran sejarah.

C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini dibatasi pada Kompetensi Dasar (KD) menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia yang materinya meliputi : 1. Penemuan manusia purba dan hasil budayanya. 2. Perkembangan Kehidupan dari Masyarakat Berburu ke Masyarakat Pertanian, dengan menggunakan metode pembelajaran Example Non Example pada kelas X.

D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dan pengamatan dalam pelaksanaan proses pembelajaran Sejarah, maka dapat diidentifikasi permasalahanpermasalahan yang muncul pada mata pelajaran sejarah di kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta, sebagai berikut :

1. Apakah penerapan model pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas X di SMA Negeri 11 Yogyakarta ? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas X di SMA Negeri 11 Yogyakarta ?

E. Pemecahan Masalah Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam PTK ini, yaitu model pembelajaran Example Non Example. Dengan penerapan model pembelajaran Example Non Example ini, diharapkan minat, motivasi, dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah akan meningkat. Dalam penelitian ini terdapat usaha untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa pada pembelajaran sejarah yang diajarkan dengan menggunakan model Example Non Example. Pengumpulan data untuk melihat ketertarikan peserta didik terhadap mata pelajaran sejarah yang penulis lakukan adalah dengan tehnik observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan dan dokumentasi. Selanjutnya dilakukan tes untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, dan dilanjutkan dengan pengolahan data, agar bisa didapatkan kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan mampu menjawab keingintahuan penulis terhadap permasalahan yang sedang dibahas.

F. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk meningkatkan mutu pendidikan secara umum. 2. Tujuan Khusus Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X semester I, pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 11 Yogyakarta, tahun Pelajaran 2012/2013, dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples.

G. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Siswa a. Sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X, pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 11 Yogyakarta, tahun pelajaran 2012/2013. b. Proses belajar mengajar Sejarah dikelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta menjadi menarik dan menyenangkan serta hasil belajar Sejarah menjadi meningkat. 2. Bagi Peneliti a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam penelitian sejarah. b. Ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, tetapi bersifat variatif dan inovatif. 3. Bagi Teman Sejarahwan Sebagai acuan atau referensi jika akan melakukan kegiatan sejenis. 4. Bagi Perpustakaan Menambah referensi/koleksi buku mengenai PTK. 5. Bagi Sekolah a) Meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah. b) Sebagai salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. c) Memajukan dan memperkaya teknik pembelajaran pada dunia pendidikan di Indonesia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Belajar Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar, setiap individu menggunakan ranah. a. Kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran sendiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan analisis dan evaluasi. b. Afektif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan watak perilaku, seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. c. Psikomotorik, yaitu kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik. Belajar menurut pandangan Skinner (1958), adalah proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progreset. Menurut Skinner, belajar ditentukan oleh hal-hal berikut : Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar. Respon si pelajar. Konsekuensi yang bersifat menggunakan respon tersebut, baik konsekuensi sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman1.

B. Konsep Belajar Sejarah

C. Teori Belajar Konstruktivisme Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan

bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktekkan dalam proses belajar dan pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun dalam prakteknya belum jelas terlihat. Berdasarkan faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar,
1

www. Konsep Belajar.

guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Dengan kata lain, pesera didik harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh peserta didik sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan peng-abstrakan. Fikiran peserta didik tidak akan menghadapi kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui peserta didik adalah realita yang dia bina sendiri. Peserta didik sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan mereka.Untuk membantu peserta didik dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus memperkirakan struktur kognitif yang ada pada diri mereka. Apabila pengetahuan baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagai pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina. John Dewey menguatkan teori konstruktivisme ini dengan mengatakan bahwa pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berkesinambungan. Ia juga menekankan kepentingan keikutsertakan peserta didik di dalam setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran. Ditinjau persepektif epistemologi yang disarankan dalam konstruktivisme, maka fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik pengajaran dan pembelajaran, penilaian, penelitian dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai contoh, perspektif ini akan mengubah kaidah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan peserta didik mencontoh dengan tepat apa saja yang disampaikan oleh guru, kepada kaidah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan peserta didik dalam membina skema pengkonsepan berdasarkan pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah tumpuan penelitian dari pembinaan model berdasarkan kaca mata guru kepada pembelajaran sesuatu konsep ditinjau dari kaca mata peserta didik2.

Y.R. Subakti. 2010. Paradigma Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta : FKIP-Universitas Sanata Dharma.

D. Teori Prestasi Belajar Sejarah Kata prestasi belajar terbentuk dari dua suku kata dasar, yaitu prestasi dan belajar. Menurut W.J.S.Poerwadarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil yang telah dicapai. Sedangkan menurut Muhibbin Syah, prestasi adalah hasil belajar yang meliputi seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Sedangkan belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti adanya perubahan dalam pengetahuan, sikap, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kemampuan serta perubahan-perubahan aspek lainnya pada individu belajar. Belajar dapat juga diartikan sebagai Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Abin Syamsuddin Makmun mengatakan bahwa Prestasi belajar adalah kecakapan nyata (actual ability) yang menunjukan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga atau dengan kata lain prestasi belajar adalah kemampuan seseorang dalam menguasai suatu masalah setelah melalui ujian tertentu.

E. Teori Pengukuran / Evaluasi Belajar Pengukuran keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan dengan mengukur ranah siswa itu sendiri, baik dari ranah cipta, ranah rasa, ranah karsa. Atau yang biasa dikenal dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Evaluasi Prestasi Kognitif Mengukur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. Evaluasi Prestasi Afektif Mengukur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa) dapat dilakukan dengan menggunakan skala yang bertujuan untuk mengetahui kecenderungan atau sikap orang yang akan diukur. Evaluasi Prestasi Psikomotorik

Mengatur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi psikomotor (ranah karsa) dapat dilakukan dengan observasi. Observasi dalam hal ini dapat diartikan sebagai jenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku, atau peristiwaperistiwa tertentu.

F. Model Pembelajaran Example Non-Example Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menekankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah, seperti kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan nonexample memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Example Non Example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-

example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada3. Langkah-langkah Pembelajarannya adalah sebagi berikut : Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri 3-4 orang siswa. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran/KD. Guru menempelkan gambar di papan tulis, atau ditayangkan melalui OHP atau LCD proyektor melalui komputer/laptop. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada para siswa untuk memperhatikan dan menganalisa gambar. Melalui diskusi kelompok 3-4 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas/lembar kerja. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan lembar kerja/hasil diskusinya. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kesimpulan. Kelompok dengan nilai tertinggi diberi reward (misal tanda bintang pada lembar kerja) lalu ditempel di dinding kelas.

http://weblogask.blogspot.com/2012/09/model-pembelajaran-example-non-example.html.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian Dalam PTK ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X yang terdiri dari 32 siswa, dengan komposisi perempuan 21, dan laki-laki 13 siswa.

B. Lokasi Penelitian dan Jadwal Pelaksanaan 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 11 Yogyakarta, untuk mata pelajaran Sejarah kelas X. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran 2012/2013, yaitu bulan Februari sampai dengan Maret 2013. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas. 3. Siklus PTK PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran Sejarah melalui pembelajaran Examples Non Examples.

C. Data dan Sumber Data 1. Siswa Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Guru Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran kooperatif dengan tipe Examples Non Examples dan hasil belajar serta aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. 3. Teman Sejawat dan Kolaborator Teman sejawat dan kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komperhensif, baik dari sisi siswa maupun guru.

D. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini digunakan dua macam instrumen penelitian yaitu instrumen pembelajaran yang meliputi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan instrumen pengumpulan data. Dalam instrumen pengumpulan data, pada penelitian ini terdiri dari tes dan non test. Untuk tes mencakup tes awal (pretest) dan tes akhir (postest) sedangkan non test berupa lembar portofolio keterlibatan siswa. Untuk lembar portofolio, kriteria penilaian keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok asal dan kelompok ahli adalah inisiatif, kebenaran, kerjasama dan menghargai pendapat teman.

E. Tehnik Analisis Data 1. Tes : Dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. 2. Observasi : Dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam PBM dan implementasi pembelajaran kooperatif Examples Non Examples. 3. Wawancara : Untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran kooperatif Examples Non Examples. 4. Diskusi antara guru, teman sejarawat, dan kolaborator untuk refleksi hasil siklus.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa. 2009. Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sarwiji, Suwandi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) & Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta : Yuma Pustaka.

Abu, Ahmadi. Supriyono, Widodo. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Nurkencana. 2005. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2008. Model-Model Pembelajaran yang Efektif. Disajikan pada ToT Kurikulum SD/MI.

Zaenal, Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV. YRAMA WIDYA.

Kusnandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pembangunan Profesi Guru. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Y.R. Subakti. 2010. Paradigma Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta : FKIPUniversitas Sanata Dharma.

Sardiman A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (www. Konsep Belajar).

Dimiati dan Mudliono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. (www. Konsep Belajar).

Anda mungkin juga menyukai