Anda di halaman 1dari 8

EVALUASI BIMBINGAN BELAJAR DALAM MEMBANTU

PENGENTASAN MALAS BELAJAR SISWA


Oleh: Ana
NIM 203010216012

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN, UNIVERSITAS PALANGKARAYA
TAHUN 2022

I. Pendahuluan
Bower berpendapat bahwa dengan menyebabkan kerugian. Misalnya jika seorang
Belajar kita dapat menunjukan adanya siswa malas belajar, maka tidak akan ada ilmu
perubahan yang relatif dalam perilaku yang yang dia dapatkan. Sebaliknya, jika siswa tekun
terjadi karena adanya beberapa pengalaman dalam belajar dan mampu menghilangkan
yang telah dialami dan juga latihan yang sudah kemalasannya, maka siswa tersebut akan
dilakukan dalam waktu sebelumnya. Bower memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang
juga menjelaskan bahwa “Learning is a luas. Dalam kenyataannya, banyak siswa yang
cognitive process” yang artinya Belajar adalah tidak perduli terhadap kegiatan pembelajaran di
suatu proses kognitif. Disini Bower sekolah. Mereka datang ke sekolah dengan
tujuan mencari ilmu, tapi hanya sedikit ilmu
menjelaskan proses merupakan hal yang lebih
yang mereka dapatkan. Hal ini disebabkan
penting dibandingkan hasil dari belajar itu
karena para siswa malas dalam mengikuti
sendiri (Bower ,1987: 150). Belajar
pembelajaran yang diberikan oleh guru.
merupakan sebuah proses usaha yang telah Bermacam-macam tingkah yang mereka lakukan
dilakukan oleh masing-masing individu untuk di kelas, seperti tidur saat belajar, mengganggu
bisa memperoleh sebuah perubahan tingkah teman, dan kegiatan lain yang tidak penting
laku yang baru secara keseluruhan. Selain itu untuk mereka lakukan.
belajar sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. III. Pembahasan
Bagi Moh. Surya, belajar kembali pada 1. Pengertian Malas Belajar
masingmasing personalnya untuk mau belajar Belajar tidak asing lagi bagi manusia,
dan mengerti hasil yang bisa didapat dari terutama bagi seorang pelajar. Belajar adalah
belajar itu sendiri (Moh. Surya, 1981: 32).. kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
Dampaknya bagi para siswa nantinya jika
yang sangat fundamental dalam
mereka malas mengikuti kegiatan pembelajaran
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
adalah seperti rendahnya nilai ulangan atau ujian,
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau
tidak naik kelas, dan sebagainya.
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu
II. Kajian Teori amat bergantung pada proses belajar yang
dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah
Malas adalah perilaku yang hampir
maupun di lingkungan rumah atau keluarga
semua orang miliki. Rasa malas juga sangat
sendiri (Muhibbinsyah, 2010:88). Menurut
banyak ditemui di kalangan para siswa. Sebagai
M.K. Abdullah pada bukunya Kamus Lengkap
penerus bangsa, para siswa seharusnya lebih giat
lagi mencari ilmu, tidak hanya di sekolah, ilmu Bahasa Indonesia, pengertian malas adalah
bisa dicari di mana saja dan kapan saja. Siswa segan, enggan. Malas adalah suatu perasaan di
seharusnya mau menghilangkan kebiasaan mana seseorang akan enggan melakukan
malasnya. Karena kemalasan dapat sesuatu karena dalam pikirannya sudah
memiliki penilaian negatif atau tidak adanya
keinginan untuk melakukan hal tersebut. Rasa dalam belajar. “Perasaan dapat diartikan
malas diartikan sebagai keengganan seseorang sebagai suasana psikis yang mengambil bagian
untuk melakukan sesuatu yang seharusnya pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka
atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam diri terhadap suatu hal yang berbeda dengan
keluarga besar rasa malas adalah menolak keadaan atau nilai dalam diri” (Solina,
tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, Erlamsyah, and Syahniar 2013).
suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari
Siswa yang memiliki kemauan yang
kewajiban, dll. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
tinggi, tidak akan malas dalam belajar.
malas belajar adalah keengganan siswa untuk
Sebaliknya siswa yang tidak memiliki
belajar karena ada hal negative yang
kemauan, khususnya kemauan dalam belajar,
mempengaruhi mereka. Hal ini tentu
maka siswa tersebut akan malas belajar.
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
Menurut Wasty Soemanto (2012:40)
dan menurunnya tingkat kecerdasan siswa.
“Kemauan adalah bukan aktivitas ataupun
2. Ciri-ciri Siswa yang Malas Belajar usaha kejiwaan. Kemauan yang juga disebut
kekuatan, kehendak, dapat diartikan sebagai
Heryanto Sutedja (1995)
kekuatan untuk memilih dan merealisasi suatu
mengemukakan ciri siswa yang malas belajar
tujuan”. Tujuan ini merupakan pilihan di
sebagai berikut: (1) Melamun saat Belajar, (2)
antara berbagai tujuan yang bertentangan.
Bermain-main saat Belajar, (3) Suka
Stimuli belajar di sini maksudnya yaitu segala
Mengganggu Suasana Kelas, (4) Prestasi
hal di luar individu yang merangsang individu
Belajar Sangat Rendah, (5) Tidak Pernah
itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan
Serius dalam Belajar.
belajar (Solina, n.d.). Stimuli dalam hal ini
3. Faktor yang Mempengaruhi Siswa mencakup materiil, penegasan, serta suasana
Malas Belajar lingkungan eksternal yang harus diterima atau
dipelajari oleh si pelajar (Solina, Erlamsyah,
Motivasi sangat mempengaruhi and Syahniar 2013). Konsentrasi juga
kegiatan belajar siswa (Fitri, Ifdil, & mempengaruhi siswa dalam belajar. Siswa
Neviyarni, 2016; Desyafmi, Firman, & Ifdil, yang susah berkonsentrasi akan malas dalam
2016). Dalam Wasty Soemanto (2012:121), belajar sehingga ia tidak memiliki keinginan
dinyatakan bahwa “Motivasi yang untuk melanjutkan pembelajaran. Thursan
berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan Hakim (2005:1) mengemukakan “secara garis
tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan besar, sebagian besar orang memahami
hasil belajar”. Perhatian adalah cara pengertian konsentrasi sebagai suatu proses
menggerakkan bentuk umum cara bergaulnya pemusatan pikiran kepada suatu objek
jiwa dengan bahan- bahan dalam medan tertentu”. Siswa diharapkan mampu
tingkah laku (Wasty Soemanto, 2012:34). berkonsentrasi secara efektif agar kegiatan
Ditinjau dari segi kepentingan pendidikan dan pembelajaran berlangsung dengan baik dan
belajar, pemilihan jenis perhatian yang efektif hasil belajar yang didapatkan juga baik.
untuk memperoleh pengalaman belajar adalah
hal yang penting bagi subjek yang Dampak yang Timbul Akibat Malas
belajar.pemilihan cara kerja perhatian oleh Belajar Dampak yang paling menonjol pada
anak didik ini dapat dibimbing oleh pihak anak yang malas belajar adalah prestasi
pendidik atau lingkungan belajarnya. “Salah belajarnya yang selalu rendah. Malas belajar
satu usaha untuk membimbing perhatian anak merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar.
didik yaitu melalui pemberian rangsangan atau Dalam Andresta Setya (2009:13) dikatakan
stimuli yang menarik perhatian anak didik” kesulitan menunjuk pada sekelompok
(Wasty Soemanto, 2012:36). Perasaan juga kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk
dapat mempengaruhi kemauan siswa untuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan
belajar. Jika prasaan siswa sedang kurang baik, penggunaan kemampuan mendengarkan,
maka akan membuat siswa tersebut malas bercakap-cakap, membaca menulis, menalar,
atau kemampuan dalam bidang studi
matematika. Gangguan ini intrinsik dan diduga diri dan lingkungan sekitarnya (Abu Ahmadi
disebabkan oleh adanya disfungsi sitem saraf dan Ahmad Rohani, 1991:4).
pusat.
5. Pengertian Evaluasi Bimbingan
4. Peran Konselor dalam Mengatasi Belajar
Malas Belajar Siswa
Penilaian merupakan langkah penting
Konselor sebagai pemberi layanan BK dalam majemen program bimbingan. Tanpa
sangat berperan dalam membantu individu penilaian keberhasilan atau kegagalan
dalam mengentaskan masalahnya, khususnya pelaksanaan program bimbingan yang telah
bagi siswa yang malas dalam kegiatan belajar. direncanakan tidak mungkin diketahui/
Fenti Hikmawati (2012:53) mengutip SK diidentifikasi. Penilaian program bimbingan
Mendikbud No. 025/D/1995, mengartikan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana
bahwa Bimbingan dan Konseling adalah pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang
pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa
secara perorangan maupun kelompok agar keberhasilan program dalam pencapaian tujuan
mandiri dan bisa berkembang secara optimal, merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat
dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar lewat kegiatan penilaian. Sehubungan dengan
maupun karier melalui berbagai jenis layanan penilaian ini, Shetzer dan Stone (1996)
dan kegiatan pendukung berdasarkan norma- mengemukakan pendapatnya bahwa evaluasi
norma yang berlaku. Konseli sebagai seorang adalah kegiatan: “making systematic
individu yang sedang berada dalam proses judgements of the relative effectiveness with
berkembang atau menjadi (on becoming), which goals are attained in relation to special
yaitu berkembang ke arah kematangan atau standards”. Evaluasi dapat pula diartikan
kemandirian. Untuk mencapai kematangan sebagai proses pengumpulan informasi (data)
tersebut, konseli memerlukan bimbingan untuk mengetahui efektifitas (keterlaksanaan
karena mereka masih kurang memiliki dan ketercapaian kegiatankegiatan yang telah
pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan dilaksanakan dalam upaya mengambil
lingkungannya, juga pengalaman dalam keputusan. Pengertian lain dari evaluasi ini
menentukan arah kehidupannya. Sudrajat adalah suatu usaha untuk mendapatkan
(dalam Fenti Hikmawati, 2012:65) berbagai informasi secara berkala,
mengatakan bahwa “pelayanan BK di sekolah bekesinambungan dan menyeluruh tentang
diarahkan pada ketercapaian tujuan pendidikan proses dan hasil dari perkembangan sikap dan
dan tujuan pelaksanaan konseling”. Konselor perilaku atau tugas-tugas perkembangan para
sebagai pemberi layanan BK membantu siswa melalui program kegiatan yang telah
individu untuk menjadi insan yang berguna dilaksanakan. Bimbingan adalah proses
dalam hidupnya. Tujuan khusus BK di sekolah interaksi antara pembimbing dengan yang
merupakan penjabaran tujuan umum tersebut dibimbing baik secara langsung maupun tidak
dikaitkan dengan permasalahan yang dialami langsung dalam rangka untuk membantu
oleh individu yang bersangkutan sesuai peserta didik agar dapat mengembangkan
dengan kompleksitas permasalahan itu (Fenti potensi dirinya ataupun memecahkan
Hikmawati, 2012: 65-66). Bimbingan dalam permasalahan yang dialaminya.
lingkup pendidikan sekolah tidak lagi dapat
6. Fungsi Evaluasi
dikatakan sebagai “ditujukan kepada siapa
saja”. Di sini telah lebih dibatasi sesuai dengan Memberikan umpan balik (feed back)
batasan lingkup sekolah(Ardi, Yendi, and Ifdil kepada guru pembimbing (konselor) untuk
2013). Fokus sasarannya sekarang adalah memperbaiki atau mengembangkan program
peserta didik yang dididik dalam sekolah oleh bimbingan dan konseling serta memberikan
orang-orang dewasa yang relative matang, informasi kepada pihak pimpinan sekolah,
dengan harapan peserta didik sendiri dapat guru mata pelajaraan dan orang tua siswa
berkembang maksimal mencapai dewasa dan tentang perkembangan siswa, agar secara
matang sehingga ia lebih berdaya guna bagi
bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan instrumen yang relevan dengan kedua
kualitas implementasi program BK di sekolah. aspek tersebut. Instumen itu
diantaranya inventori, angket,
7. Aspek-Aspek yang Dievaluasi
pedoman wawancara, pedoman
Ada dua macam aspek kegiatan observasi dan studi dokumentasi.
penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu c. Mengumpulkan dan menganalisis
penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian data. Setelah data diperoleh maka data
proses dimaksudkan untuk mengetahui sampai itu dianalisis, yaitu menelaah tentang
sejauh mana kefektivan layanan bimbingan program apa saja yang telah dan
dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian belum dilaksanakan, serta tujuan mana
hasil dimaksudkan untuk memperoleh daja yang telah dan belum tercapai.
informasi kefektifan layanan bimbingan dilihat d. Melakukan tindak lanjut (follow up).
dari hasilnya. Aspek yang dinilai baik proses Berdasarkan temuan yang diperoleh,
maupun hasil antara lain : 1. Kesesuaian antara maka dapat dilakukan kegiatan tindak
program dan pelaksanaan, 2. Keterlaksanaan lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua
program, 3. Hambatan-hambatan yang kegiatan yaitu:
dijumpai, 4. Dampak layanan bimbingan  Memperbaiki hal-hal yang
terhadap kegiatan belajar mengajar, 5. Respon dipandang lemah, kurang tepat
siswa, personil sekolah, orang tua dan atau kurang relevan dengan
masyarakat terhadap layanan bimbingan, 6. tujuan yang ingin dicapai.
Perubahan kemajuan siswa dilihat dari  Mengembangkan program,
pencapaian tujuan layanan bimbingan, dengan cara merubah atau
pencapaian tugas-tugas perkembangan dan menambah beberapa hal yanh
hasil belajar, dan keberhasilan siswa setelah dipandang dapat
menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan meningkatkan efektivitas atau
maupun pada kehidupan di masyarakat. kualitas program
9. Konseling Individual Untuk Siswa
8. Langkah-langkah Evaluasi Yang Malas Belajar
Dalam melaksanakan evaluasi Layanan konseling yang di perlukan
program ditempuh langkah sebagai berikut: peserta didik yaitu menggunakan layanan
a. Merumuskan masalah atau beberapa individual. Konseling individual merupakan
pertanyaan. Karena tujuan evaluasi kunci semua kegiatan bimbingan dan
adalah untuk memperoleh data yang konseling. Karena jika menguasai teknik
diperlukan untuk mengambil konseling individual berarti akan mudah
keputusan, maka konselor perlu menjalankan proses konseling yang lain.
mempersiapkan pertanyaan- Proses konseling individu berpengaruh besar
pertanyaan yang terkait dengan hal-hal terhadap peningkatan klien karena pada
yang akan dievaluasi. Pertanyaan- konseling individu konselor berusaha
pertanyaan itu pada dasarnya terkait meningkatkan sikap siswa dengan cara
dua spek pokok yang dievaluasi yaitu : berinteraksi selama jangka waktu tertentu
(1) tingkat keterlakasanaan program dengan cara beratatap muka secara langsung
(aspek proses) dan (2) tingkat untuk menghasilkan peningkatanpeningkatan
ketercapaian tujuan program (aspek pada diri klien, baik cara berpikir, berperasaan,
hasil). sikap, dan perilaku.
b. Mengembangkan atau menyusun Selanjutnya yaitu menggunakan teknik
instrumen pengumpul data. Untuk pendekatan gestalt Pendekatan ini
memperoleh data yang diperlukan mengajarkan konselor dan klien metode
yaitu mengenai tingkat keterlak- kesadaran fenomenologi, yaitu bagaimana
asanaan dan ketercapaian program, individu memahami, merasakan, dan bertindak
maka konselor perlu menyusun
serta membedakannya dengan interprestasi Selain itu, sejumlah kasus
terhadap suatu kejadian dan pengalaman masa membuktikan bahwa kemalasan, penundaan,
lalu. Alasan- alasan interpretasi di anggap atau penyebabnya adalah tipikal keduanya dan
sebagai sesuatu yang kurang reliable siswa berprestasi rendah, maka semakin tinggi
dibandingkan hal yang langsung diterima dan tingkat kemalasan atau penundaan tidak serta
dirasakan oleh individu. Teknik ini dilakukan merta tergantung pada menurunnya tingkat
dengan cara klien dikondisikan untuk prestasi akademik. Dengan kata lain, kinerja
mendialogan dua kecenderungan yang saling akademik tidak hanya memiliki karakteristik
bertentangan.  kuantitatif, tetapi juga kualitatif. sikap siswa
yang maju untuk belajar tampaknya pada
Pada proses konseling konselor
dasarnya berbeda dari yang rendah siswa
mengembangkan pertemuan konseling, agar
berprestasi, meskipun perbedaan kuantitatif
tercapai situasi yang memungkinkan
dalam nilai mereka mungkin tidak signifikan.
perubahan-perubahan yang diharapkan pada
klien. Pola hubungan yang diciptakan untuk
setiap klien berbeda, karena masing-masing
KESIMPULAN DAN SARAN
klien mempunyai keunikan sebagai individu
serta memiliki kebutuhan yang bergantung Belajar adalah kegiatan yang
kepada masalah yang harus di pecahkan.  berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap
Konselor berusaha meyakinkan dan
jenis dan jenjang pendidikan, sedangkan
mengkondisikan klien untuk mengikuti
pengertian malas menurut Kamus Besar
prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan
Bahasa Indonesia adalah segan, enggan. Jadi,
kondisi klien. Konselor berusaha menemukan
malas belajar adalah keengganan siswa untuk
celah-celah kepribadian atau aspek-aspek
belajar karena ada hal negative yang
kepribadian yang hilang, dari sini dapat
mempengaruhi mereka. Hal ini tentu
diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien.
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
Setelah klien memperoleh pemahaman dan
dan menurunnya tingkat kecerdasan siswa.
penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan
Meskipun penulis menginginkan
tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien
kesempurnaan dalam penyusunan artikel ini
memasuki fase akhir konseling. Pada fase ini
tetapi kenyataannya kenyataannya masih
klien menunjukkan gejala-gejala yang
banyak kekurangan yang perlu penulis
mengindikasikan integritas kepribadiannya.
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
Hasil yang disajikan membuktikan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena
bahwa secara umum, siswa dengan prestasi itu, kritik dan saran yang membangun dari
akademik rendah adalah lebih tunduk pada para pembaca sangat penulis harapkan untuk
kemalasan dan penundaan. Kekurangan perbaikan ke depannya.
kemampuan dapat didefinisikan sebagai
penyebab utama kemalasan bagi siswa
berprestasi, sedangkan kelompok dengan
akademik rendah kinerja atribut kemalasan
dengan kurangnya minat. Untuk grup
berkinerja tinggi, penyebab utama penundaan
adalah kondisi spesifik aktivitas, tetapi untuk
kinerja rendah siswa itu adalah ciri-ciri
kepribadian, yang menghalangi mereka dari
mulai bekerja. Namun, faktanya adalah bahwa
terkadang bukan prestasi akademik tinggi atau
rendah mutlak yang penting, tapi tingkat
kinerja relatif dalam kelompok berkinerja
tinggi dan rendah . 
DAFTAR RUJUKAN

Ahmad Rizqiyani, Suharso (2015). meningkatkan perilaku belajar efektif siswa dalam
layanan
klasikal melalui layanan bimbingan kelompok. Indonesian Journal of Guidance and
Counseling: Theory and Application.
Link Akses 19 oktober 2022 :
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk/article/view/7933/5486

Andresta Setya. 2009. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Mata Pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi Siswa Kelas VII Semester I SMP Islam
Hidayatullah Semarang”.
Link Akses 19 oktober 2022 : http://lib.unnes.ac.id/5046/1/5636.pdf

Fenti Hikmawati. 2012. Bimbingan Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada


Nurdiana (2021). Eksperimentasi layanan konseling individu teknik live modeling untuk
mengurangi perilaku malas belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Terusan Nunyai.
Universitas Islam Negeri Raden Intan. Lampung.
Link Akses 19 oktober 2022 :
http://repository.radenintan.ac.id/16169/1/SKRIPSI%20BAB%201%265.pdf

Kholifah. (2016). Teori Konseling (Suatu Pendekatan Konseling Gestalt). Iain Surakarta.
Vol:5. No:2.

Megayanti. (2016). Identifikasi faktor-faktor penyebab siswa malas belajar pada kelas 5,


Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 30 Tahun ke-5 2016. 

Rosa Siti Roseha Nuraini, Kasypul Anwar , Aminah (2020). meningkatkan motivasi belajar
dengan konseling kelompok dengan teknik self management di SMP Negeri 4
Murung
Pudak. Jurnal Mahasiswa BK An Nur : Berbeda, Bermakna, Mulia Volume 6 Nomor
1
Tahun 2020.
Link Akses 19 oktober 2022 : https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/AN-NUR

Subini Nini. (2012). Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta. Mentari Pustaka.

Trio Isnansyah Marwi, Drs. Sutijono, M.M (2012).Penggunaan strategi pengelolaan diri
(selfmanagement)untuk mengurangi tingkat kemalasan belajar pada siswa kelas VII
MTS Al Rosyid Dander-Bojonegoro. Jurnal Psikologi Pendidikan dan bimbingan Vol.
13. No.1, Juli 2012.
Link Akses 19 oktober 2022 : https://adoc.pub/jurnal-psikologi-pendidikan-dan-
bimbingan-vol-13-no1-juli-20.html
Willis S. Sofyan. (2007). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung CV Alfabeta,
2007.
Hal:18

Anda mungkin juga menyukai