Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana yang digunakan untuk mewujudkan

masyarakat madani yang mampu menguasai, mengembangkan, mengendalikan

serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan sebagai sarana

untuk meningkatkan kualitas kepribadian memiliki peran strategis baik dalam

aspek intelektualitas maupun moralitas. Output pendidikan ini belum mampu

berjalan seimbang dengan tuntutan zaman. Keadaan ini bukan saja menjadi

tantangan bagi para pendidik tetapi juga bagi peserta didiknya dalam menghadapi

masa depan.

Namun dari kenyataan sehari-hari, siswa memiliki perbedaan dalam hal

kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan

pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan

siswa lainnya. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah–sekolah pada umumnya

hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa

yang berkemampuan lebih atau berkemampuan kurang terabaikan. Dengan

demikian, siswa yang berkategori di luar rata-rata itu tidak mendapat kesempatan

yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari hal inilah

kemudian timbul masalah kurangnya minat belajar pada siswa.


Dalam proses pembelajaran, minat merupakan sebuah awal pergerakan

untuk siswa dalam belajar yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Tujuan dalam kaitan ini adalah tujuan pembelajaran, hal ini

menggambarkan bahwa seseorang yang memiliki minat belajar dalam dirinya

maka ia akan mencapai keinginan atau cita-citanya, tetapi jika seorang siswa tidak

memiliki minat dalam belajar maka siswa tersebut tidak akan bisa mencapai

keinginan atau cita-citanya.

Minat adalah ketertarikan terhadap sesuatu hal yang berhubungan dengan

diri sendiri ataupun dari luar diri. Semakin tinggi keinginan meraih harapan akan

semakin kuat pula minat yang mendorong. Di mana anak dengan minatnya itu

bisa melihat bahwa sesuatu yang dia lihat akan mendatangkan keuntungan atau

faedah, sehingga dapat menimbulkan kepuasan jika melakukan atau

mendapatkannya (Surya,2010:27). Sedangkan menurut Djaali (2010: 121-122)

bahwa minat yang disadari terhadap bidang pelajaran akan menjaga pikiran siswa

sehingga siswa bisa menguasai pelajaran. Minat belajar siswa sangat dibutuhkan

dalam pembelajaran, agar siswa tersebut mempunyai ketertarikan terhadap materi

yang diajarkan.

Kurangnya minat belajar dapat dialami oleh siswa disebabkan oleh faktor-

faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai

dengan harapan. Salah satu cara mengatasi minat belajar ini adalah dengan

menciptakan inovasi-inovasi baru yang dilakukan dan digunakan para guru dalam

proses pengajaran. Salah satu aspek yang mempengaruhi proses belajar mengajar

adalah metode pembelajaran yang sesuai.


Guru dapat menciptakan inovasi mengajar dengan metode pembelajaran

yang bervariasi. Metode mengajar merupakan suatu jalan atau cara dalam

pembelajaran. Agar siswa dapat menerima, menguasai, dan selalu mengingat

materi pelajaran, maka cara mengajar guru harus efektif dan efisien. Di dalam

kegiatan belajar mengajar biasanya guru menggunakan pembelajaran

konvensional yang hanya memakai metode ceramah dan penugasan. Hal ini

terlalu sering dilakukan sehingga membuat siswa merasa bosan dan cepat lupa isi

materi yang disampaikan atau bahkan tidak mengerti sama sekali dengan materi

yang disampaikan. Hal ini dapat berdampak kepada minat belajar sejarah siswa di

kelas.

Pada pengajaran konvensional guru berdiri di depan kelas mendominasi

seluruh kegiatan pembelajaran dan berceramah panjang lebar tentang materi yang

sedang dibahas, sedangkan siswa hanya sebagai objek pasif dalam kegiatan

pembelajaran tersebut. Keadaan seperti ini membuat siswa tidak terlalu

memperhatikan guru sehingga mengakibatkan rendahnya minat belajar sejarah

pada siswa.

Pada observasi awal dan wawancara yang telah dilakukan dengan guru

pendidikan sejarah diketahui bahwa kurang nya minat belajar siswa terhadap mata

pelajaran sejarah di sekolah ini disebabkan oleh beberapa masalah. Beberapa

masalah yang terjadi disekolah tersebut salah satunya yaitu kurangnya penerapan

metode pembelajaran kooperatif jika siswa selalu belajar dengan menggunakan

satu metode saja di kelas, siswa akan merasa jenuh ketika belajar dengan guru

tersebut karena selalu menggunakan metode yang sama yaitu metode

Konvensional. Oleh sebab itu dengan adanya metode yang bervariasi bisa
meningkatkan minat belajar sejarah pada siswa yaitu dengan menggunakan

metode pembelajaran yang belum pernah diterapkan seperti metode pembelajaran

Make A Match.

Menurut Fathurohman, (2015:87) model pembelajaran Make a Match atau

mencari pasangan. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari

pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang

menyenangkan. Dengan melihat situasi dan kondisi tersebut perlu usaha untuk

memperbaiki proses pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam

kegiatan belajar mengajar. Terdapat beberapa metode pembelajaran kooperatif

yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yaitu adalah STAD, Jigsaw,

Investigasi, Kelompok, Make A Match, TGT dan Struktural (Rusman, 2014: 213-

225).

Penerapan pembelajaran Make A Match dimulai dengan teknik, siswa di

ajak mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas

waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin (Rusman, 2013:

223).

Dalam hal ini siswa diminta untuk mencari pasangan dari kartu yang

diperolehnya. Siswa yang mendapat kartu soal mencari siswa yang memiliki kartu

jawaban, demikian sebaliknya. Strategi pembelajaran ini merupakan unsur

permainan sehingga diharapkan siswa tidak bosan dan menumbuhkan minat

dalam pembelajaran sejarah.

Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat menjadi salah satu

upaya pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah. Tipe make A match atau

mencari pasangan dikembangkan oleh Lorn Curran. Keunggulan make a match


adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai topik dalam suasana

yang menyenangkan. Tipe ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan

untuk semua tingkatan usia anak didik.

Dengan menerapkan metode Make A Match diharapkan dapat membantu

peserta didik meningkat minat belajar sejarahnya serta meningkatkan interaksi dan

mampu memotivasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dimana guru yang masih

jarang menggunakan metode pembelajaran kooperatif, siswa yang kurang aktif,

guru yang jarang menggunakan alat bantu mengajar, dan ketuntasan klasikal yang

terbilang rendah diharapkan mampu diatasi dengan metode pembelajaran

kooperatif ini.

Pemberian latihan soal menggunakan Metode pembelajaran Make A

Match pada proses pembelajaran diharapkan mampu mencapai tujuan untuk

memberikan peranan aktif kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar,

hal ini membantu siswa untuk mendapatkan pengertian–pengertian dari topik dan

konsep yang diajarkan.

Berdasarkan permasalahan di atas, solusi yang dapat peneliti lakukan

untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan memilih metode pembelajaran

yang menarik dan menyenangkan yang mampu memotivasi siswa serta

mengkondisikan siswa agar belajar secara aktif atas dasar kemampuan dan

keyakinan sendiri serta dapat mengembangkan kreativitas siswa dan minat dalam

pembelajaran sejarah. Memperhatikan beberapa hal tersebut peneliti tertarik untuk

melakukam penelitian dengan judul : “Perbandingan Metode Pembelajaran Make

A Match dengan Metode Pembelajaran Konvensional Terhadap Minat Belajar

Sejarah Siswa Kelas XI MA AL-IKHLAS Kota Jambi”


1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasikan beberapa

masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut.

1. masih kurangnya minat belajar siswa terutama pada mata pelajaran sejarah,

ini berdampak pada minimnya keingintahuan dan kesenangan siswa untuk

belajar.

2. Masih kurang nya berbagai metode yang digunakan oleh guru sehingga

menyebabkan kurangnya minat belajar siswa pada mata pelajaran sejarah.

3. Membandingkan Penerapan Metode Pembelajaran Make a Match dan Metode

Pembelajaran Konvensional Dalam pembelajaran Sejarah.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, terlihat jelas bahwa masalah yang

terkait dengan topik sangat luas dan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi

minat belajar sejarah siswa, maka penelitian ini difokuskan pada penerapan

metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan metode pembelajaran

kooperatif konvensional terhadap minat belajar pada mata pelajaran sejarah siswa

Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Kota Jambi

1.4 Rumusan masalah

Dari identifikasi masalah dan batasan masalah diatas, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut.

1. Seberapa besar perubahan minat belajar sejarah siswa kelas XI yang

menggunakan metode pembelajaran Make a Match


2. Seberapa besar perubahan minat belajar sejarah siswa kelas XI yang

menggunakan metode pembelajaran Konvensional.

1.5 Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar perubahan minat belajar siswa pada mata

pelajaran sejarah siswa MA Al-Ikhlas Kota Jambi dengan menggunakan

metode pembelajaran Make a Match

2. Untuk mengetahui seberapa besar perubahan minat belajar siswa pada mata

pelajaran sejarah siswa MA Al-Ikhlas Kota Jambi dengan menggunakan

metode pembelajaran Konvensional

1.6 Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

pengetahuan umum tentang perbandingan Metode pembelajaran Make a Match

dengan Metode pembelajaran Konvensional terhadap minat belajar sejarah siswa

2. Manfaat praktis

a. Bagi sekolah, penerapan metode pembelajaran Make A Match dan metode

pembelajaran Konvensional diharapkan dapat berimplikasi positif terhadap

kualitas pembelajaran dan pada gilirannya dapat meningkatkan Minat belajar

siswa sehingga mampu memperbaiki mutu lulusan sekolah.


b. Bagi peneliti, menambah wawasan ilmu pengetahuan bidang pendidikan dan

pengalaman serta bahan masukan dalam proses belajar mengajar suatu hari

nanti.

c. Bagi guru, peneliti ini memberikan pengetahuan kepada guru untuk lebih

menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran sejarah.

d. Bagi siswa, adanya penelitian ini siswa dapat lebih berminat dalam

pembelajaran sejarah.

1.7 Definisi Operasional

Untuk memperjelas guna menghindari kesalah pahaman dan mecegah

timbulnya salah penafsiran tentang pengertian judul yang dimaksud dalam

penelitian ini, maka peneliti perlu menguraikan istilah yang mendukung judul

sebagai berikut:

1. Metode Pembelajaran Make A Match

Metode pembelajaran Make A Match (membuat pasangan) adalah salah

satu jenis dari metode pembelajaran kooperatif penerapan metode ini

dimulai dengan teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang

merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat

mencocokkan kartunya di beri point (Rusman,2013:223).

2. Metode Pembelajaran Konvensional

Metode pembelajaran konvensional adalah metode yang sudah ada sejak

lama atau biasa disebut dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode

ini telah digunakan sebagai alat komunikasi antara guru dan peserta didik

dalam proses belajar dan pembelajaran.


3. Minat Belajar

Minat belajar adalah kecenderungan yang mengarahkan siswa terhadap

bidang-bidang yang ia sukai dan tekuni tanpa adanya keterpaksaan dari

siapapun untuk meningkatkan kualitasnya dalam hal pengetahuan,

ketrampilan, nilai, sikap, minat, apresiasi, logika berpikir, komunikasi, dan

kreativitas.

Anda mungkin juga menyukai