Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
adalah membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter, serta setia kepada
bangsa dan negaraIndonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
Selama ini sebagian besar guru dalam memberikan pelajaran PPKn kepada siswanya
dengan cara yang monoton, proses belajar mengajar yang hanya menggunakan metode
ceramah menyebabkan materi pelajaran yang diperoleh siswa hanya sebatas wacana
saja. Siswa hanya duduk memperhatikan penjelasan guru, tanpa diberi kesempatan untuk
bertanya. Jika hal ini menjadi kebiasaan guru sehari-hari di sekolah, maka akan membentuk
kebiasaan perilaku yang tidak baik bagi anak, seperti kurang responsif, sulit mengajukan
pendapat, dan bersifat pasif terhadap suatu hal. Sering kali terjadi dalam menjelaskan materi
pelajaran PPKn, guru biasanya hanya menggunakan sebuah buku sumber dan LKS saja.
Guru hanya menjelaskan materi pembelajaran apa yang tertulis pada buku sumber dan LKS
tersebut.
Guru tidak memberi tambahan pengalaman atau pengetahuan lain. Pada saat proses
pembelajaran berlangsung, kelas didominasi oleh guru. Siswa hanya berperan sebagai
pendengar setia saja. Akibatnya muncul berbagai tingkah laku siswa yang kurang baik
diantaranya ada yang mengantuk karena tidak berminat sudah merasa bosan dan capek
siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS. Begitu mengerjakan,
siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan karena kurang atau tidak
memahami maksud dari pertanyaannya. Perilaku guru yang seperti ini akan membawa
dampak yang kurang baik bagi siswa. Terutama bagi siswa yang kemapuannya rendah,
mereka akan memilih untuk diam dan akan berbuat yang menyimpang misalnya ramai,
bergurau, serta tidak berminat mengikuti pelajaran, sehingga sikap-sikap seperti di atas
dapat menyebabkan turunnya prestasi belajar siswa. Hal tersebutlah yang terjadi pada siswa
Aktifitas siswa dalam belajar merupakan hal yang penting bagi siswa, karena keaktifan
siswa dalam belajar mampu menunjukan sejauh mana antusias siswa terhadap suatu mata
pelajaran. Pada mata pelajaran PPKn khususnya materi Penyelesaian Kasus Pelanggaran
HAM di Indonesia di ajarkan pada semster I, penyampaian materi sangat cocok apabila
Oleh sebab itu sebagai upaya meningkatkan aktifitas siswa, peneliti menerapkan
tekhnik pembelajaran brainsorming pada mata pelajaran PPKn dengan materi Penyelesaian
brainstorming dapat membuat siswa untuk selalu berpikir kritis dan terarah dalam
memecahkan suatu masalah. Sedangkan bagi guru sendiri, penerapan tekhnik pembelajaran
brainsorming akan memotivasi untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyiapkan bahan
ajar. Sehingga ketika pembelajaran berakhir, siswa benar-benar memperoleh hasil belajar
yang bermakna.
Berdasarkan masalah di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Brainstorming Pada Kelas XII SMA Negeri ... Tahun Ajaran 2015/2016”
Menggunakan Tekhnik Pembelajaran Brainstorming Pada Kelas XII SMA Negeri ....
1. Siswa
2. Guru
agar selalu ada peningkatan kualitas pembelajarannya. Selain itu, guru bisa mengukur
Batasan penelitian dalam PTK yang berjudul “Upaya Meningkatkan Aktifitas Siswa
Dengan Menggunakan Tekhnik Pembelajaran Brainstorming Pada Kelas XII SMA Negeri
1.4.1 Meningkatkan Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran PPKn Materi Penyelesaian Kasus
adalah usaha yang dilakukan oleh guru PPKn dalam meningkatkan kualitas
adalah suatu model dalam pembelajaran untuk menghasilkan banyak gagasan dari seluruh
siswa dalam kelompok diskusi yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik
BAB II
KAJIAN TEORI
keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik
Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara
jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah
Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses
belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah
pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas,
dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung
tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa
dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa
dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan
adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti
yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 : 31), belajar aktif
adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik,
mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain,
mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang
tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa
dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa
1. Visual Activities, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam
2. Oral Activities, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam
4. Motor Activities, yakni segala keterampilan jasmani siswa untuk mengekspresikan bakat
yang dimilikinya.
yaitu:
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari
dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut
kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang
Ada berbagai versi definisi mengenai HAM. Setiap definisi menekankan pada
segi-segi tertentu dari HAM. Berikut beberapa definisi tersebut. Adapun beberapa
yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa. Hak itu merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
HAM adalah hak yang melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dan yang
c. Kuncoro
HAM adalah hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya dan tidak dapat
HAM adalah sejumlah hak yang berakat pada tabi’at setiap pribadi manusia, dan
e. Miriam Budiardjo
yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan
Jadi kesimpulan Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999
Secara garis besar hak-hak asasi manusia dapat digolongkan menjadi enam
a. Hak-hak ekonomi (property right) hak untuk memiliki sesuatu, membeli atau
b. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
c. Hak-hak asasi politik (Political right)yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan.
d. Hak-hak asasi sosial dan budaya(social and culture right)misalnya hak untuk
memilih pendidikan.
Pemahaman Ham di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang hidup di
masyarakat dan acuan bertindak pada dasarnya berlangsung sudah cukup lama. Secara
garis besar Prof. Bagir Manan pada bukunya Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan
1) Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah
petisi – petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan
yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo
sendiri.
lebih condong pada hak – hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu – isu yang
5) Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk
kemerdekaan.
kemerdekaan.
hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib sendiri, hak
berserikat dan berkumpul, hak persamaan di muka hukum serta hak untuk turut
BPUPKI antara Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta
dan Mohammad Yamin pada pihak lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi
muka hukum, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk
memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak
hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta
yaitu, UUD 45. komitmen terhadap HAM pada periode awal sebagaimana
1945.
Periode 1950 – 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan
kalangan elit politik. Seperti dikemukakan oleh Prof. Bagir Manan pemikiran dan
aktualisasi HAM pada periode ini mengalami “ pasang” dan menikmati “ bulan
madu “ kebebasan. Indikatornya menurut ahli hukum tata Negara ini ada lima
aspek. Pertama, semakin banyak tumbuh partai – partai politik dengan beragam
lain dari demokrasi berlangsung dalam suasana kebebasan, fair ( adil ) dan
wacana dan pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim yang kondusif sejalan
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi
Parlementer. Pada sistem ini ( demokrasi terpimpin ) kekuasan berpusat pada dan
maupun dalam tataran infrastruktur poltik. Dalam kaitan dengan HAM, telah
terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak politik.
untuk menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai
seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada
Asia. Selanjutnya pada pada tahun 1968 diadakan seminar Nasional Hukum II
dilakukan guna melindungi HAM. Begitu pula dalam rangka pelaksanan TAP
Asasi Manusia dan Hak – hak serta Kewajiban Warganegara. Sementara itu, pada
sekitar awal tahun 1970-an sampai periode akhir 1980-an persoalan HAM
ditegakkan. Pemerintah pada periode ini bersifat defensif dan represif yang
dicerminkan dari produk hukum yang umumnya restriktif terhadap HAM. Sikap
pemikiran barat yang tidak sesuai dengan nilai –nilai luhur budaya bangsa yang
mengenal HAM sebagaimana tertuang dalam rumusan UUD 1945 yang terlebih
dahulu dibandingkan dengan deklarasi Universal HAM. Selain itu sikap defensif
pemerintah ini berdasarkan pada anggapan bahwa isu HAM seringkali digunakan
oleh Negara – Negara Barat untuk memojokkan Negara yang sedang berkembang
bahkan kemunduran, pemikiran HAM nampaknya terus ada pada periode ini
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat melalui pembentukan jaringan dan lobi
internasional terkait dengan pelanggaran HAM yang terjadi seprti kasus Tanjung
Priok, kasus Keung Ombo, kasus DOM di Aceh, kasus di Irian Jaya, dan
sebagainya.
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an nampak
tuntutan yang berkaitan dengan penegakan HAM. Salah satu sikap akomodatif
Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993. Lembaga ini bertugas untuk memantau dan
sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat ini
diadopsi dari hukum dan instrumen Internasional dalam bidang HAM. Strategi
penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status
penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. pada tahap penentuan
kelompok orang termasuk aparat Negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku
perhatian publik. Bahkan tidak kurang dari 3 negara Australia, Amerika dan
Inggris membentuk tim khusus untuk mengungkap kasus ini. Sampai Aris
dengan miris menyataan bahwa tahun 2013-2014 sebagai tahun kritis buat anak.
Seorang anak kelas 5 SD meninggal setelah dianiaya oleh kakak kelasnya yang
baru duduk di kelas 6 SD. Penyebabnya pun hal yang sepele, yakni karena si
korban menyenggol pelaku sehingga jajanan pelaku jatuh. Walau si korban sudah
meminta maaf, pelaku dengan tega memukul korban di beberapa bagian tubuh
mengunjungi kediaman orang tua Angelina, bocah yang dilaporkan hilang sejak
16 Mei lalu.Menurut Asrul, kasus ini sudah masuk pidana sehingga mesti cepat
ditangani oleh kepolisian. "Itu ranah pidana, kita tidak tuduh siapa tersangkanya,
tapi penyidik akan telusuri kematian si anak tersebut. Dan tentu kita di dewan
pun akan minta polisi usut ini," jelasnya.Arsul menambahkan, apabila ada
sudah melakukan pembohongan publik."Iya, itu harus dirposses hukum. Itu tdk
Arsul.Bagi Arsul tidak ada alasan untuk pembenaran, apabila keluarga angkat
mereka."Tidak bisa dong, kalau ada perlakuan fisik yang membuat hilangnya
nyawa, tidak ada istilah anak-anak gua. Anak itu ada UU khusus. Kalau dibawah
umur tidak bisa begitu. Melakukan pembiaran saja bisa dipidana. Apalagi ada
penganiayaan," tandasnya.
Kasus ini bermula dari kejadian ” Curhat ” dan bersifat pribadi dari korban (
korban mengalami luka tambahan dari luka lama. Curhat tersebut dia ungkapkan
kepada sahabatnya via email. Artinya si Prita dapat disebut sebagai pihak ”
pelayanan penyedia jasa dan itupun dilindungi Undang – Undang nomor 8 tahun
c. Penggusuran Rumah
Penggusuran terhadap rumah warga selalu terjadi setiap tahun. Tata ruang kota
pendapat masing-masing
ditangani. Negara yang tidak mau menangani kasus pelanggaran HAM yang
terjadi di negaranya akan disebut sebagai unwillingness state atau negara yang
lemah dan wibawa negara tersebut jatuh di dalam pergaulan bangsa-bangsa yang
beradab.
Sebagai negara hukum dan beradab, tentu saja Indonesia tidak mau disebut
merupakan bukti bahwa di negara kita ada proses peradilan untuk menangani
peradilan umum.
Setelah berlakunya undang-undang tersebut kasus pelanggaran HAM di
Hukum Acara Pidana. Proses penyidikan dan penangkapan dilakukan oleh Jaksa
tertangkap tangan.
Hak asasi manusia tidak lagi dipandang sekadar sebagai perwujudan faham
kemanusiaan, apapun latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin
dan pekerjaannya. Dewasa ini pula banyak kalangan yang berasumsi negatif
pemerintah Indonesia sudah sangat serius dalam menegakkan HAM. Hal ini
beberapa daerah akhir-akhir ini contoh; Irak, Afghanistan, dan baru-baru ini
Indonesia juga memaksa PBB untuk bertindak tegas kepada Israel yang telah
anak-anak.
dengan HAM. Dalam hal kelembagaan telah dibentuk Komisi Nasional Hak
2) Hak berkeluarga
9) Hak wanita
Osborn dalam bukunya Applied Imagination pada tahun 1953. Osborn mengemukakan
Salah satu alasan mengapa model pembelajaran ini efektif adalah para pemberi
ide tidak hanya memberikan ide-ide baru, tetapi juga penggabungan dengan ide-ide
orang lain dengan mengembangkan dan memperbaiki ide-ide tersebut. Istilah lain
pembelajaran untuk menghasilkan banyak gagasan dari seluruh siswa dalam kelompok
diskusi yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik. Kegiatan ini mendorong
munculnya banyak gagasan, termasuk gagasan yang sembarangan, kurang masuk akal,
liar dan berani dengan harapan bahwa gagasan tersebut dapat menghasilkan gagasan
yang kreatif.
1. Focus on quantity atau fokus pada kuantitas. Asumsi yang berlaku disini adalah semakin
banyak ide yang dihasilkan, semakin besar pula kesempatan untuk menghasilkan solusi
2. Withhold criticism atau penundaan kritik. Dalam Brainstorming, kritikan atas ide yang
muncul akan ditunda. Penilaian dilakukan di akhir sesi, hal ini untuk membuat para siswa
berlangsung.
3. Welcome unusual ideas atau sambutan terhadap ide yang tak biasa. Ide yang tak biasa
muncul disambut dengan hangat. Bisa jadi, ide yang tak biasa ini merupakan solusi
4. Combine and improve ideas atau kombinasikan dan perbaiki ide-ide. Ide-ide yang bagus
berikut:
1. Tahap Pemberian informasi dan motivasi (Orientasi)
Guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak
Pada tahap ini siswa diundang untuk memberikan sumbang saran pemikiran
dikritik. Pimpinan kelompok dan peserta hanya boleh bertanya untuk meminta
4. Tahap Verifikasi
satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret. Kepada pemberi
alternatif pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua puas, maka diambil
Ide yang muncul lebih banyak dan beragam karena siswa dengan bebas
Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis dengan waktu yang
terbatas;
Apabila ada siswa yang kurang aktif akan mendapat bantuan dari temannya yang
Lebih didominasi oleh siswa pandai dan aktif, sementara siswa yang kurang pandai
Guru tidak pernah merumuskan suatu kesimpulan karena siswalah yang bertugas
Tidak menjamin terpecahkannya suatu masalah, karena siswa tidak tahu pendapat
pembelajaran melalui aktivitas siswa yang sifatnya prokatif dan reaktif dalam
Dengan demikian siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar. Guru bukan
Dalam teori kontruktivisme, siswa dituntut untuk menemukan sendiri ide atupun
informasi baru. Dengan demikian siswa akan jauh lebih memahami setiap materi yang
dipelajari dan akan tersimpan dalam memori jangka panjangnya (long term memory).
disepakati bersama.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pokok bahasan dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah Upaya
Brainstorming Pada Kelas XII SMA Negeri ... tahun ajaran 2015/2016.
Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yangbersifat reflektif oleh pelaku tindakan
kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untukmemperbaiki kondisi
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,maka penelitian
ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti,
1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satuke siklus yang berikutnya. Setiap siklus
putaran, yaitu putaran 1 dan 2, dimana masing putaran dikenai perlakuanyang sama (alur
kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasanyang diakhiri dengan tes
Jadi, Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas XII SMA
Negeri ... dengan jumlah peserta didik 37 siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 20
Tabel 3.1
Subjek Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 dengan
WAKTU KEGIATAN
pra siklus
2015
pra siklus. Pada tahap ini, peneliti yang sekaligs sebagai guru PPKn belum
konvensional yaitu metode yang hanya menerangkan dan menjelaskan isi materi
kemudian menyuruh siswa mempraktekkanya. Untuk lebih jelasnya, pada tahap pra
a. Perencanaan
Dalam hal ini peneliti berperan sebagai observer yang tugasnya adalah
meliputi :
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan dapat dikemukakan sebagai berikut
2) Peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang dalam hal ini adalah
c. Refleksi
Peneliti merfleksikan hasil tindakan dan pengamatan yang yang telah
penyimpulan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang diperoleh
Setiap siklus dilaksanakan dengan urutan kegiatan yang hampir sama hanya
saja siklus berikutnya mempunyai unsur penyempurnaan dari kekurangan pada siklus
a. Perencanaan Tindakan
pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK), adapun kegiatan yang akan dilakukan
b. Pelaksanaan Tindakan
Pengamatan di lakukan oleh guru PPKn yang disini berperan sebagai peneliti.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan
pada tahap siklus I, kemudian bila perlu merevisi tindakan sebelumnya untuk
a. Perencanaan
sesuai dengan pokok bahasan, lembar tugas siswa, lembar penilaian hasil belajar,
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Pengamatan
d. Refleksi
berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang
diharapkan.
Teknik pengumpulan data yaitu alat untuk memperoleh data dan alat ini harus sesuai
dengan jenis data yang diinginkan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan teknik tes. Tes adalah “serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto, 2002 : 127). Tes ini akan
meningkatkan aktifitas siswa kelas XII SMA Negeri ... dalam pelajaran PPKn materi
Negeri ... adalah 75 dan standar ketuntasan klasikal yang diinginkan dalam penelitian ini
sebesar 85%.
Data yang diperoleh dengan teknik tes masih berupa data mentah yang perlu
ketidakmampuan siswa dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh peneliti.
Menurut Arikunto (2002 : 209) secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi: (a)
persiapan, (b) tabulasi, dan (c) penerapan dan sesuai dengan pendekatan penelitian.
(a) Persiapan
(b) Tabulasi
(iii) Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasi dengan teknik analisis
aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang
langkah:
(iii) Penabulasian
perlu ada seleksi agar data yang digunakan terjamin kepercayaannya. Dengan
setiap aspek kemampuan, setelah dikoreksi jawaban yang benar diberi skor 5
(3) Penabulasian
Setelah diberi skor, selanjutnya data dikelompokkan menjadi
(b) Siswa mampu memberikan saran yang tepat atas permasalahan yang terjadi
kuantitatif dan data kualitatif. Adapun jenis data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah jenis data kuantitatif dengan teknik analisis statistik deskriptif
yaitu “statistik yang digunakan untuk mengelola data dan mendeskripsikan data dalam
bentuk tampilan data yang lebih bermakna dan mudah dipahami serta dimengerti oleh
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai teknik statistik tersebut,
M
X
N
Keterangan:
M = Nilai rata-rata
N = Jumlah siswa
PPKn Materi Penyelesaian Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia pada Siswa Kelas
1. Pedoman Observasi
Observasi adalah metode untuk menyelidiki subyek yang diteliti, maka peneliti dapat
mengadakan penelitian secara langsung atau tidak langsung terhadap gejala subyek yang
diteliti.
2. Silabus
Silabus yang digunakan adalah silabus yang sesuai dengan kurikulum tingkat satuan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dibuat sebanyak tatap muka yang akan dilaksanakan.
4. Penilaian
Penilaian dilaksanakan pada saat pembelajaran ( penilaian proses ) dan di akhir
terhadap proses kerja siswa. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Tekhnik
Pembelajaran Brainstorming penilaian tidak hanya pada hasil tetapi pada proses juga.
5. Dokumentasi
Yang dimaksud dengan dokumentasi ialah barang bukti yang berbentuk tulisan maupun
cetakan dan mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diselidiki. Karena itu
dokumentasi merupakan suatu metode untuk memindahkan dan mencatat kembali data
yang sudah ada sebelumnya. Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta; Quantum Teaching, 2005). hlm. 57-58.
A.M. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.
B. Suryosubroto, Pross Belajar Mengajar di sekalah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm.
180.
Dede Rosyada dkk. Buku Panduan Dosen Pendidikan Kewarga Negaraan (Civic
Educations), Demokratis Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Jakarta:
Kencana, 2004), hlrn. 17-19.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2001), hlm. 17.
Dimyati dan Modjono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 297.
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris, Edisi ketiga, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka, 1992), hlm. 105
Muhlisin dan Sujiyanto. 2005. Praktik Belajar Kewarganegaraan. Jakarta : Ganeca Exact
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 57.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hlm. 73-74.