Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana
yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan
masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap
pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda
harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.

Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang
harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal
material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada
problemmatika ( permasalahan ) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan.
Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan
sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus diawali.

Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah


Dasar ( SD ) dan Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) sampai saat ini masih jauh dan apa yang
kita harapkan. Salah satu proses pembelajaran yang berhasil dicerminkan oleh siswa
dalam bentuk nilai hasil belajar setiap mata pelajaran. Jika, nilai hasil pembelajaran
sudah mencapai rata-rata dan melampaui KKM maka pembelajaran di kelas sudah
berhasil.Dari hasil penelitian selama pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 1
Rawajitu Utara Kecamatan Rawa Jitu Utara Kabupaten Mesuji didapatkan data bahwa
rata-rata hasil belajar siswa belum berhasil.

Dari data yang didapat hanya 7 orang, dari 18 siswa di kelas IV yang mencapai
nilai 60. Sedangkan 11 siswa hanya memperoleh hasil belajar dibawah 65, belum
mencapai ketuntasan minimum kelas yang ditetapkan sebesar 65. Dari hal diatas penulis
perlu melakukan penelitan tindakan kelas dengan tujuan ingin meningkatkan nilai hasil
belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

2
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasikan permasalahan-
permasalahan sebagai berikut :

1. Rendahnya perolehan hasil belajar, masih banyak siswa yang mendapat


nilai dibawah KKM.
2. Beberapa anak lamban dalam menyelesaikan tugas IPA yang diberikan.
3. Kurangnya motivitas belajar dari Guru.
4. Siswa kurang tertarik dengan cara guru menyampaikan materi.

Permasalahan Penelitian ini fokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa


pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam dengan metode demontrasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas disusun rumusan masalah penelitian
sebagai berikut :
“Bagaimana cara penerapan metode demontrasi untuk meningkatkan hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas IV SD Negeri 1 Rawajitu Utara
Kec.Rawa Jitu Utara Kab.Mesuji ?

C. Tujuan Perbaikan
Penelitian yang dilakukan ini mempunyai tujuan :
Meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilm Pengetahuan Alam
melalui penerapan metode demontrasi siswa kelas IV SD Negeri 1 Rawajitu
Utara. Rawa Jitu Utara Kab.Mesuji .

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak
antara lain siswa, guru, sekolah dan peneliti.
1. Bagi siswa
a) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran
melalui metode demontrasi.
b) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran melalui
metode demontrasi..

3
a) meningkat kinerja guru dalam mengajar.
b) Dapat memperluas wawasan dan pengertian guru Ilmu Pengetahuan Alam
mengenai model-model pembelajaran.
c) Meningkatkan percaya diri dan kemampuan dalam pembelajaran.

3. Bagi Sekolah
Dapat memberikan sumbangan yang baik untuk sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

4. Bagi Peneliti
Dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan mengenai PTK secara langsung
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut para ahli psikolog pendidikan menurut Slameto (1981:2)
belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku, hasil dari interaksi dengan
lingkungannya.

Menurut Skinner dalam Dimyati (1994:8) belajar adalah suatu prilaku dalam belajar
ditemukan adanya:
1. Kesempatan terjadi peristiwa yang menimbulkan respon belajar.
2. Responsi pembelajaran.
3. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon.

Menurut Suprapto (2002 : 06), belajar adalah suatu proses perubahan positif kualitatif
yang terjadi pada tingkah laku pembelajar atau subyek didik akibat adanya peningkatan pada
pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, minat, apresiasi, kemampuan berfikir logis dan
kritis, kemampuan interaktif, dan kretivitas yang telah dicapainya.

Asyad (2003) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks
yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Sedangkan menurut Hamalik
(1993) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam
cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Menurut para ahli
psikolog pendidikan Slameto (1981:2) belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku, hasil dari interaksi dengan lingkungannya.

B.Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam kegiatan


pembelajaran, semakin banyak aktivitas yang dilakukan semakin baik proses
pembelajaran, sesuai dengan pendapat Holt dalam Wardhani (2007).

Aktivitas belajar merupaka prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar. Menurut Sardiman (2001) dalam belajar perlu aktivitas, sebab pada

5
prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau
tidak ada aktivitas.

Aktivitas siswa ditunjukkan dengan berbagai tindakan atau kegiatan yang


mendukung proses pembelajaran, seperti memperhatikan penjelasan materi
pembelajaran. Berbicara yang relevan dengan materi pembelajaran dan mengerjakan
tugas sesuai dengan materi yang diberikan.
Menurut Rohani dan Ahmadi (1991) aktivitas belajar selalu berhubungan dengan dua
jenis kegiatan. Pertama aktivitas ialah peserta didik giat aktif dengan budaya. Kedua
aktivitas mental (psikis/kejiwaan) ialah jika daya jiwanya bekerja seperti mengingat,
merumuskan masalah, menganalisis dan mengambil keputusan.
Proses belajar tidak akan terjadi apabila siswa hanya melakukan aktivitas fisik atau
mental saja. Dienrich yang dikutip oleh Hamalik (2001) menggolongkan aktivitas yang
melibatkan fisik dan mental sebagai berikut:
a. Kegiatan visual yang di dalamnya membaca, memperhatikan gambar
demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain
b. Oral (kegiatan lisan) seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan instruksi.
c. Kegiatan mendengarkan uraian percakapan, diskusi musik dan pidato.
d. Kegiatan menulis seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan
menyalin
e. Kegiatan menggambar seperti menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram
f. Kegiatan metrik seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model,
mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak
g. Kegiatan mental, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, dan cara mengambil keputusan
h. Kegiatan emosional seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup

Aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran sangat diperlukan atau perlu
ditunjukkan oleh siswa sebagai implementasi dari proses pembelajaran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI, 2005: 23), “Aktivitas
merupakan keaktifan, kegiatan, kerja atau salah satu kegiatan yang dilaksanakan ditiap

6
bagian di dalam perusahaan”. Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa, aktivitas
belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik dan mental. Dalam kegiatan belajar kedua
aktivitas itu harus saling terkait.

Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indicator
adanya keinginan untuk siswa belajar. Menurut hasil kesimpulan Defri ( dalam http:
//id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas belajar/ diakses 31 Maret 2011)
bahwa “ Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses
interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.”
Aktivitas yang dimaksut disini adalah penekanannya adalah pada siswa, seabab dengan
adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif,
seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam DEPDIKNAS (2005: 31),
Belajar aktif ada;lah “ suatu system belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa
secara fisik, mental intelektual dan emosional
guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.”
Aktivitas selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indicator adanya
keinginan atau motivasi siswa untuk beklajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemukan cirri-ciri perilaku, seperti sering bertanya kepada Guru atau siswa
lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan,
senang diberi tugas belajar, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas, pengertian aktivitas belajar ialah kegiatan-kegiatan
aktif yang dilakukan siswa bersifat fisik dan mental untuk memperoleh tujuan belajar
berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aktivitas belajar siswa
dalam hal ini misalnya siswa mampu bertanya materi p[elajaran kepada guru atau siswa
lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan,
senang diberi tugas belajar, yang dilakukan secara langsung selama pembelajaran.
C. Hasil Belajar
Rohani ahmadi (1991) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai
dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa
yang dapat dilihat pada setiap nilai mengikuti tes. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai
yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom dan kawan-kawan dalam

7
Dimiyati dan Mujiono (2002) ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis
perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:

1. Ranah kognitif
Ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analissi, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah efektif
Ranah efektif terdiri dari 5 perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian,
penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
3. Ranah psikomotor
Ranah psikomotor terdiri 7 jenis perilaku yaitu persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan dan
kreativitas.
Berdasarkan pengalaman konkrit tersebut menjadi dasar bagi observasi dan refleksi
untuk terbentuknya konsep-konsep abstrak dan generalisasi.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 20) menyatakan bahwa, hasil belajar merupakan
suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terutama berkat evaluasi guru. Hasil
belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak ter
sebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Sedangkan Hamalik (2006: 30), “ Hasil belajar
adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi
mengerti”.
Benyamim Bloom ( dalam Wahyudin, 2006: 2.19) menyebutkan bahwa, aspek
hasil belajar tersebut bisa dibedakan dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (intelektual),
ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik ( keterampilan). Selanjutnya menurut
Gagne (dalam Wahyudin, 2006: 2.19) menyebutkan hasil belajar tersebut adalah 1)
keterampilan intelektual; 2) stategi kognitif; 3) informasi verbal; 4) sikap; dan 5)
keterampilan.
Jadi dapat peneliti simpulkan hasil belajar merupakanperubahan tingkah laku
seseorang yang terjadi dari proses pembelajaran yang dilakukan meliputi aspek kognitif,

8
afektif dan psikomotor. Dalam hal ini hasil belajar berupa pengetahuan (intelektual),
sikap, informasi verbal dan keterampilan.

Penggunaan metode demontrasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam


merupakan salah satu langkah untuk menarik minat belajar peserta didik dan menantang
sehingga mereka asyik dan terlibat langsung dalam pembelajaran.
Penggunaan metode demontrasi juga merupakan belajar melalui pengalaman yang
mengajak peserta didik terlibat langsung dalam masalah atau isu yang dipelajari.
Berdasarkan pengalaman tersebut menjadi dasar bagi observasi dan refleksi untuk
terbentuknya konsep-konsep abstrak dan generalisasi.

D.Hakekat Belajar Ilmu Pengetahuan Alam


a. Hakekat Sains
 Pengertian Sains:
Sains adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode
ilmiah (hakekat Sains h.1).

Sains dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati
sesuatu, dalam hal ini adalah dunia (Nash 1963 dalam buku hakekat Sains
h.2).

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sains adalah suatu
cara atau metode untuk dapatkan pengetahuan dengan mengamati sesuatu
yang ada di dunia ini dan pengetahuan yang diperoleh tersebut dapat diuji
kembali kebenarannya melalui metode ilmiah.

Untuk memahami sains (menurut Bernal dalam hakekat sains h.3) haruslah
melalui berbagai pemahaman yaitu:
 Sains sebagai institusi diartikan sebagai suatu kelembagaan imajiner,
kelembagaan dari bidang profesi tertentu seperti: bidang profesi
hukum, bidang kesehatan, bidang pendidikan dan sebagainya.
 Sains sebagai suatu metode yaitu sebagai suatu proses yang masih
terus berkembang/berubah. Metode sains terdiri dari sejumlah

9
kegiatan baik mental maupun manual, termasuk observasi,
eksperimen, klarifikasi, pengukuran, dan sebagainya.
 Sains sebagai kumpulan pengetahuan:
Pengetahuan sains merupakan kumpulan kebenaran yang tidak
mutlak dan jumlahnyapun selalu berkembang karena kebenarannya
dapat diperiksa setiap saat oleh orang lain ataupun diulang
observasinya.
 Sains senagai faktor pengembang produksi.
 Sains sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi
kepercayaan dan sikap.
 Pengertian sains ternyata mengalami perkembangan dari zaman ke
zaman. Pda mulanya sauns merupakan pengetahuan biasa, lambat
laun pengertiannya berubah menjadi pengetahuan yang rasional lepas
dari takhayul, dan kepercayaan seperti pada zaman Yunani,
kemudian berkembang lagi menjadi pengetahuan yang didapat dari
metode ilmiah.
 Namun metode ilmiah itupun nampaknya berkembang pila
pengertiannya. Pada mulanya dikatakan ilmiah asalkan yang masuk
akal (rasional) dan sesuai dengan obyeknya. Namun kemudian
persyaratannya bertambah yaitu syarat kuantitatif bahkan pada
zaman sekarang persyaratan itu ditambah lagi yaitu haruslah bersifat
pragmatis.
 Nilai-nilai Sains
Sains mempunyai banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai
yang terkandung dalam sains adalah sebagai berikut:
 Nilai-nilai sosial dari sains terdiri dari nilai etika dan estetika, nilai
moral humaniora, nilai ekonomi.
 Nilai-nilai pedagogik/psikologis dari sains terdiri dari sikap
mencintai kebenaran, sikap tidak purbasangka, menyadari kebenaran
ilmu tidak mutlak, keyakinan bahwa tatanan alam bersifat teratu,
bersifat toleran terhadap orang lain, bersikap ulet, sikap teliti dan
hati-hati, sikap ingin tahu, sikap optimis.

10
E. Metode Demonstrasi sebagai Metode Pengajaran IPA
1. Metode Demonstrasi
a. Pengertian
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan
atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu
yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai
penjelasan lisan (Syaiful BD, 2006 : 90).
b. Langkah-langkah Metode Demonstrasi
1) Persiapan
- Menciptakan kondisi belajar siswa untuk melakukan demonstrasi
- Menyediakan alat-alat yang akan didemonstrasikan
- Mengatur tempat duduk siswa
2) Pelaksanaan
- Mengajukan masalah kepada siswa tentang hal / materi yang akan
didemonstrasikan dengan ceramah.
- Menjelaskan dan mendemonstrasikan dengan prosedur atau proses.
- Siswa mengamati / mengikuti pelaksanaan demonstrasi dengan baik.
- Memberikan penjelasan secara singkat dan padat pada saat
mendemonstrasikan materi.
- Mengadakan tanya jawab pada siswa.

3) Evaluasi / tindak lanjut


- Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan /
mendemonstrasikan materi sendiri / berkelompok.
- Membuat kesimpulan hasil demonstrasi
- Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa.
( Djamarah, 2006 : 101).
c. Kelebihan Metode Demonstrasi
- Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret,
sehingga terhindar pemahaman yang verbalisme.
- Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari
- Proses pengajaran lebih menarik

11
- Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dengan kenyataan, dan mencoba melakukan sendiri.
( Djamarah, 2006 : 91).

12

Anda mungkin juga menyukai