PENDAHULUAN
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini masih dilakukan secara
konvensional yaitu dengan menggunakan metode ceramah yang monoton danmenyandarkan
kepada hafalan, guru yang lebih aktif sedangkan murid pasif, akibatnya ada unsur paksaan,
murid diharuskan mengikuti apa kemauan guru, meskipun ada murid yang kritis, namun
semua jalan pikiran guru dianggap benar oleh murid dan metode pembelajaran ceramah ini
tidak baik (Sudjana, 2009:78).
Berdasarkan hasil observasi masalah yang timbul dari pembelajaran PKn di kelas XI
SMA Negeri ..., yaitu guru mendominasi kelas. Inisiatif, informasi, pertanyaan yang terpusat
pada guru sehingga kurangnya minat dan kesungguhan siswa terhadap materi pelajaran PKn.
Hal ini disebabkan karena siswa di kelas masih dipandang sebagai objek pengajaran yang
sama, tanpa melihat perbedaan individual siswa baik dari minat, bakat, latar belakang sosial
ekonomi dan kesiapan belajar yang berdampak siswa cenderung pasif.
Rata-rata hanya 2-5 orang siswa yang bertanya untuk mengkonfirmasi penjelasan guru
atau pekerjaan siswa di papan tulis, sebagian besar mencatat penjelasan jawaban dari soal
yang diberikan. Guru jarang memberi tugas kepada siswa secara individu atau kelompok. Jika
kondisi ini terus berlangsung, maka proses pembelajaran monoton dan membosankan yang
akan menurunkan kualitas pembelajaran itu sendiri. Penurunan kualitas pembelajaran tersebut
akanmengakibatkan penurunan minat siswa terhadap pelajaran PKn yang pada akhirnya akan
menurunkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan data yang diperoleh di SMA Negeri ... terbukti dari nilai ulangan harian
diperoleh rata-rata nilai kelas XI SMA Negeri ... masih rendah yaitu 68,58 dibawah target
nilai KKM adalah 72 di mana 41,17% atau 14 siswa belum tuntas, sedangkan 58,82% atau 20
siswa sudah tuntas dalam pembelajarannya.
Berdasarkan permasalahan hasil belajar. Maka dilakukan upaya untuk meningkatkan
hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PKn dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif. Menurut Hardini (2012:144) pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu model pembelajaran yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar
pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar
sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Lie (2005:12) keunggulan cooperative
learning adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, nilai-nilai, dan sikap dari yang tidak tahu menjadi tahu atau
dari yang tidak bisa menjadi bisa dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik
yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku
sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat konstan, relatif menetap dan
mempunyai tujuan terarah.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah merupakan
pengalaman, perkembangan mental dari seseoarang yang berusaha untuk memperoleh
suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.Perubahan perilaku mencangkup
kemampuan kognitif, efektif dan psikomotorik.
c. Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Ada 6 tingkatan keterampilan, yaitu :
a) Gerakan reflex yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar.
b) Keterampilan pad gerakan-gerakan sadar.
c) Kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan
auditif, motoris dan lain-lain.
d) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.
Dari beberapa ranah hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa memperoleh
kemampuan internal kepada siswa dan keberhasilan yang dicapai oleh siswa untuk
mendapatkan suatu peningkatan kepandaian yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang
diperoleh melalui proses pembelajaran. Dalam penelitian ini menekankan pada aspek proses
kognitif.
2) Faktor eksternal
a. Faktor lingkungan yaitu dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor
lingkungan meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
b. Faktor instrumental yaitu faktor yang keberadaan dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan berupa kurikulum,
sarana dan guru.
Dari pendapat para ahli dapat disimpilkan bahwa model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang serta
melaksanakan pembelajaran.
Peta pikiran (Mind Mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya
belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat
di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan
memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi. Peta pikiran
yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari, karena berbeda emosi dan perasaan yang
terdapat dalam diri siswa setiap harinya (Bobbi de Porter, 1999:153). Suasana menyenangkan
yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan
mempengaruhi penciptaan peta pikiran Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan
suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan Mind
Mapping (Sugiarto, 2004:92).
Otak tidak dapat langsung meolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan
harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-
simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu
dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. Teknik
mencatat dapat terbagi menjadi dua bagian.Pertama catat, tulis, susun (CTS), yaitu mencatat
yang mampu mensinergiskan kerja otak kiri dengan kanan, sehingga konsentrasi belajar dapat
meningkat sepuluh kalimat. Catat, tulis, susun, menghubungkan apa yang didengar menjadi
poin-poin utama dan menuliskan pemikiran dan kesan dari materi pelajaran yang telah
dipelajari (Bobbi de Porter dan Hernacki, 2000:152).
Mind Mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambilnya kembali keluar otak. Bentuk Mind Mapping seperti peta sebuah jalan di kota
yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan,bisa membuat pandangan secara
menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah
peta,bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana akan
pergi dan dimanapun berada (Michael Gelb dalam Buzan, 2003:179).
Mind Mapping merupakan gagasan berbagai imajinasi.Mind merupakan suatu keadaan
yang timbul bila otak (brain) hidup dan sedang bekerja, Lebih lanjut Bobbi de Porter dan
Hernacki, (2000:152) menjelaskan peta pikiran merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan
otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu
kesan yang lebih dalam.
Mind Mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, bisa menyusun
fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak yang alami akan dilibatkan sejak
awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada
menggunakan teknik mencatat biasa.
Mind Mapping merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu siswa
menggunakanseluruh potensi otak agar optimum. Caranya menggabungkan kerjaotak kiri dan
kanan.Dengan Model Mind Mapping siswa dapat meningkatkan daya ingatan hingga 78%
(Buzan, 2009:15).
Menurut Buzan, (2009:54) beberapa manfaat menggunakan Mind Mapping antara lain :
a. Merencanakan
b. Berkomunikasi
c. Menjadi kreatif
d. Menghemat waktu
e. Menyelesaikan masalah
f. Memusatkan perhatian
g. Menyusun dan Menjelaskan fikiran-fikiran
h. Mengingat dengan lebih baik
i. Belajar lebih cepat dan efesien
j. Melihat gambar keseluruhan
Dari metode ceramah tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah
penuturan bahan pelajaran yang hanya disampaikan secara lisan, karena hanya
menggunakan alat persepsi visual (penglihatan), jadi murid lebih cenderung pasif,
melihat dan mendengarkan saat proses pembelajaran berlangsung.
Pada penelitian di SMA Negeri ..., pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik
bagi siswa. Proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah mengakibatkan siswa
cenderung pasif hanya duduk, diam dan mendengarkan penjelasan guru. Sehingga siswa
merasa jenuh dan bosan, serta kurang tertarik terhadap pembelajaran PKn. Dengan
menerapkan Model Pembelajaran Mind Mapping dalam pembelajaran siswa lebih bisa aktif,
kreatif ketelibatan siswa secara aktif dan menyeluruh diharapkan dapat membantu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar PKn.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran) dalam pembelajaran PKn dapat meningkat hasil
belajar pembelajaran PKn siswa SMA Negeri ....
BAB III
METODE PENELITIAN
Data yang terkumpul dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis untuk diambil
kesimpulan, menurut Arikunto, (2010:282) menjelaskan bahwa data yang telah
terkumpul diklarifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif yang
berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau
simbol. Data kualitatif yang berbentuk kata-kata tersebut disisihkan untuk sementara,
karena akan sangat berguna untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh
dari analisis data kuantitatif.
2. Pertemuan II
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran PKn menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping (Peta Pikiran) pada Standar
Kompetensi Hubungan Internasional dan Organisasi Internasional, Kompetensi
Dasar pengertian, pentingnya dan sarana-sarana hubungan internasional bagi suatu
negara.
b. Soal Evaluasi Siklus I
c. Daftar nilai Siklus I
b. Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping (Peta Pikiran).
c. Pengamatan (Observaring)
Pada proses pengamatan, peneliti melihat atau mengobservasi pelaksaaan
pembelajaran siswa dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe Mind
Mapping (Peta Pikiran).
d. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap refleksi peneliti mengevaluasi proses pembelajaran dan menyiapkan
perencanaan siklus II.
2. Pertemuan II
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran PKn menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping (PetaPikiran) pada
Standar Kompetensi Hubungan Internasional dan Organisasi Internasional,
Kompetensi Dasar menjelaskan tahap-tahap perjanjian internasional dan
organisasi internasional dan menganalisis fungsi perwakilan diplomatik serta
mengkaji peranan organisasi internasional dalam meningkatkan hubungan
internasional.
b. Soal Evaluasi Siklus I
c. Daftar nilai Siklus I
b. Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping
(Peta Pikiran).
c. Pengamatan (Observaring)
Pada proses pengamatan, peneliti melihat atau mengobservasi pelaksaaan
pembelajaran siswa dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe
Mind Mapping (Peta Pikiran).
d. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap refleksi siklus II (tatap muka dua) peneliti mengevaluasi proses
pembelajaran dan membandingkan pra siklus dan siklus I.
Menurut Arikunto, (2007 :267). Penskoran unjuk kerja diisi dengan rentang skor
antara 1 – 5.Skor-skor itu dijumlahkan dan ditafsiran secara kualitatif.
Skor 6 – 10 termasuk kurang aktif Skor 11 – 15 termasuk aktif
Skor 16 – 20 termasuk sangat aktif
Pembelajaran yang dilaksanakan dikatakan berhasil apabila :
a. penilaian siswa rata-rata mencapai skor 11.
b. Ketuntasan belajar individu rata-rata mencapai 7,2.
b. Tes
Menurut Arikunto, (2006:84) Metode test adalah serentetan pertanyaan latihan yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi dan kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini digunakan untuk mengetahui
keberhasilan dari proses belajar mengajar yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Dalam
penelitian ini pengumpulan data alat yang digunakan adalah berupa soal tes sesuai dengan
materi yang diajarkan.
Tabel 3.2
Kisi-kisi butir soal siklus 1
Tabel 3.3
Kisi-kisi butir soal siklus II
Tabel 3.4
Interval Indikator Hasil Belajar
rtabel = 0,2. Kriteria kevalidan instrumen menurut Riduwan (2007:65) yaitu sebagai
berikut:
Antara 0,800 – 1,000 = validitas sangat tinggi
Antara 0,600 – 0,799 = validitas tinggi
Antara 0,400 – 0,5 99 = validitas cukup tinggi
Antara 0,200 – 0,3 99 = validitas rendah
Antara 0,000 – 0,199 = validitas sangat rendah (tidak valid)
Uji Validitas dapat dihitung menggunakan Software SPSS 16 dengan Analyze-Scale-
Reliability Analysis.
Berdasarkan tabel 3.5 diatas terdapat 50 soal yang diujikan dan mendapatkan 30 soal yang
valid dan 20 soal yang tidak valid. Kemudian dari soal 30 yang valid akan digunakan oleh
peneliti untuk penelitian sebagai soal tes evaluasi di siklus I.
Dari outputujireabilitas pada siklus I dapat dilihat pada kolom Cronbach’s Alpha
menunjukan 0,753. Karena nilai pada kolom tersebut bernilai 0,753 maka dapat
disimpulkan bahwa alat ukur atau instrument penelitian yang dipakai pada tingkat
reliabilitas tersebut dapat diterima.
b. Uji Reliabilitas siklus II
Reliability Statistics
Dari Output uji reabilitas pada siklus II, hasilnya dapat dilihat pada kolom
Cronbach’s Alpha menunjukan 0,852 karena nilai pada kolom tersebut bernilai
0,852 maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur atau instrument penelitian yang
dipakai pada tingkat reabilitas baik atau reliabel.
Dari hasil belajar yang diperoleh pada prasiklus ada 22 siswa yang tuntas sebesar
58,8% sedangkan siklus I dan II dapat mengalami peningkatan guna mencapai target
dalam indikator keberhasilan.