Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah


Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, menegaskan
bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu ulet, cakap, kreatif, mandiri, bekerja keras, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini masih dilakukan secara
konvensional yaitu dengan menggunakan metode ceramah yang monoton danmenyandarkan
kepada hafalan, guru yang lebih aktif sedangkan murid pasif, akibatnya ada unsur paksaan,
murid diharuskan mengikuti apa kemauan guru, meskipun ada murid yang kritis, namun
semua jalan pikiran guru dianggap benar oleh murid dan metode pembelajaran ceramah ini
tidak baik (Sudjana, 2009:78).

Berdasarkan hasil observasi masalah yang timbul dari pembelajaran PKn di kelas XI
SMA Negeri ..., yaitu guru mendominasi kelas. Inisiatif, informasi, pertanyaan yang terpusat
pada guru sehingga kurangnya minat dan kesungguhan siswa terhadap materi pelajaran PKn.
Hal ini disebabkan karena siswa di kelas masih dipandang sebagai objek pengajaran yang
sama, tanpa melihat perbedaan individual siswa baik dari minat, bakat, latar belakang sosial
ekonomi dan kesiapan belajar yang berdampak siswa cenderung pasif.
Rata-rata hanya 2-5 orang siswa yang bertanya untuk mengkonfirmasi penjelasan guru
atau pekerjaan siswa di papan tulis, sebagian besar mencatat penjelasan jawaban dari soal
yang diberikan. Guru jarang memberi tugas kepada siswa secara individu atau kelompok. Jika
kondisi ini terus berlangsung, maka proses pembelajaran monoton dan membosankan yang
akan menurunkan kualitas pembelajaran itu sendiri. Penurunan kualitas pembelajaran tersebut
akanmengakibatkan penurunan minat siswa terhadap pelajaran PKn yang pada akhirnya akan
menurunkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan data yang diperoleh di SMA Negeri ... terbukti dari nilai ulangan harian
diperoleh rata-rata nilai kelas XI SMA Negeri ... masih rendah yaitu 68,58 dibawah target
nilai KKM adalah 72 di mana 41,17% atau 14 siswa belum tuntas, sedangkan 58,82% atau 20
siswa sudah tuntas dalam pembelajarannya.
Berdasarkan permasalahan hasil belajar. Maka dilakukan upaya untuk meningkatkan
hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PKn dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif. Menurut Hardini (2012:144) pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu model pembelajaran yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar
pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar
sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Lie (2005:12) keunggulan cooperative
learning adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

Setiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengolahan dan lingkungan belajar


yang sedikit berbeda, tetapi memiliki komponen-komponen yang sama, yaitu setiap
modelpembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa
agar terlibat dalam proses pembelajaran (Khabibah, 2006:45). Sehingga diperlukan suatu
model pembelajaran yang diharapkan dapat mengaktifkan semua siswa.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan hasil belajar adalah
tipe Mind Mapping (Peta Pikiran) Model tersebut dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk saling membagikan ide-ide, kreatifitas yang tinggi dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar antar
individu atau anggota kelompok (Tony Buzan , 2009:15). Dalam model pembelajaran Mind
Mapping (Peta Pikiran) siswa akan tertarik dalam belajar PKn dan tidak merasa bosan selama
proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan pendapat tentang pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping (Peta


Pikiran), maka perlu dilakukan penelitian tindakan dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping (Peta
Pikiran) Pada Pelajaran PKn Siswa Kelas XI Semester II SMA Negeri ....

I.2 Identifikasi Masalah


Adapun yang menyebabkan hasil belajar siswa kelas XISMA Negeri ... rendah
dikarenakan beberapa faktor berikut ini :
a) Faktor dari guru
Kurangnya pengembangan guru dalam memilih model pembelajaran yang menarik sesuai
karakter siswa.Selama ini guru cenderung menggunakan metode ceramah.Walaupun
sudah ditambahkan dengan contoh-contoh yang ada disekitar tetapi masih kurang
dimengerti oleh siswa, sehingga siswa pasif dan mengakibatkan hasil belajar siswa
cenderung rendah.
b) Faktor dari siswa
Siswa yang senantiasa pasif mengikuti pembelajaran, hanya mencatat dan mendengarkan
bahkan ada yang bermain sendiri tanpa memperhatikan guru yang sedang menerangkan
materi pelajaran. Jika hal ini tidak segera diatasi, maka siswa tidak dapat memahami
materi, siswa akan terus-terusan pasif dan hasil belajar akan rendah.

I.3 Rumusan Masalah


Untuk memperjelas penelitian, rumusan yang ditetapkan dalam penelitian ini
adalah :
Apakah Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Mind Mapping (Peta Pikiran)
dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas XI SMA Negeri ... ?
I.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui bahwa model pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran) dapat
meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas XI SMA Negeri ....

I.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Akademis
a. Manfaat akademis hasil penelitian ini adalah untuk memberikan referensi tentang
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping (Peta pikiran) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri ... Semester II tahun
2013/2014.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru
1) Memberikan pemahaman dan pengalaman mengajar dengan model
pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran).
2) Guru dapat menerapkan model pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran)
dengan baik untuk mencapai hasil yang optimal.
3) Sebagai bahan masukan untuk menerapkan suatu model pembelajaran selain
pembelajaran yang dilakukan oleh guru (konvensional).
b. Manfaat bagi siswa
1) Dapat meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa dalam pembelajaran
PKn.
2) Siswa dapat mengikuti pelajaran PKn dengan menggunakan model
pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran).
3) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Manfaat bagi sekolah


1) Sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembelajaran yang lebih
bermakna dalam pelaksanaan pembelajaran.
2) Dapat meningkatkan kualitas sekolah yang diwujudkan melalui hasil belajar
yang diperoleh siswa.
3) Menambah koleksi perpustakaan sekolah mengenai hasil PTK, memberi
informasi kepada kepala sekolah mengenai PTK, meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas XISMA Negeri ... melalui model pembelajaran Mind
Mapping (Peta pikiran).
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

2.I Kajian Teori


2.I.I Hasil Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Menurut Travers, (dalam Agus Suprijono, 2009:2) Belajar adalah proses
menghasilkan penyesuaian tingkah laku, berarti kegiatan menuju ke perkembangan
pribadi seutuhnya. Belajar adalah the process of acquiring knowledge. (Belajar adalah
proses mendapatkan pengetahuan).
Menurut Skinner (dalam Syaiful Sagala, 2012:14) belajar adalah suatu proses dan
perubahan adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progessif
yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan mandiri,
dengan belajar siswa yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu
melakukan sesuatu atau siswa yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, nilai-nilai, dan sikap dari yang tidak tahu menjadi tahu atau
dari yang tidak bisa menjadi bisa dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik
yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku
sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat konstan, relatif menetap dan
mempunyai tujuan terarah.

2.1.1.2 Prinsip-Prinsip Balajar


Menurut Suprijono, (2009:4) ada tiga prinsip belajaryaitu :Pertama, prinsip
belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki
cirri-ciri: (a) sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
didasari pengetahuan, (b) kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainya, (c)
Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup, (d) Positif atau berakumulasi, (e)
Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan, (f) Permanen atau tetap,
sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any relatively permanent change
in an organism’s behavioral reporoire that occurs as a result of experience, (g)
Bertujuan dan terarah, (h) mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan
tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, kontruktif, dan
organic. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen
belajar.Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman.Pengalaman pada dasarnya
adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

2.1.2.1 Hasil Belajar


Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2009:17) hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru.Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum menerima pembelajaran.Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud
pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.Sedangkan dari sisi guru,
hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah merupakan
pengalaman, perkembangan mental dari seseoarang yang berusaha untuk memperoleh
suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.Perubahan perilaku mencangkup
kemampuan kognitif, efektif dan psikomotorik.

2.1.2.2 Ranah Hasil Belajar


Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Winkel, 2004:272), hasil belajar dalam
rangka studi dapat dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain :
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar instelektual yang terdiri dari 6 aspek, kedua aspek
pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi.Keenam aspek yang dimaksud adalah pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sistesis dan penilaian.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari 5 aspek. Kelima aspek teersebut
dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang komplek yaitu sebagai
berikut :
a) Reciving / attending (penerimaan)
b) Responding (jawaban)
c) Valuing (Penilaian)
d) Organisasi
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai

c. Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Ada 6 tingkatan keterampilan, yaitu :
a) Gerakan reflex yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar.
b) Keterampilan pad gerakan-gerakan sadar.
c) Kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan
auditif, motoris dan lain-lain.
d) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.

Dari beberapa ranah hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa memperoleh
kemampuan internal kepada siswa dan keberhasilan yang dicapai oleh siswa untuk
mendapatkan suatu peningkatan kepandaian yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang
diperoleh melalui proses pembelajaran. Dalam penelitian ini menekankan pada aspek proses
kognitif.

2.1.2.3 Macam-Macam Hasil Belajar


Menurut Gagne (dalam Suprijono,20 10:22) menyatakan bahwa hasil belajar
berupa :
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap
rangsangan spesifik.
b. Kemampuan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing.
Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan
analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsipprinsip keilmuan.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut.
2.1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto, (20 10:54) menyatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh
siswa dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :
a. Faktor Intern (faktor yang ada di dalam individu), yaitu sikap dalam belajar,
minat dalam belajar dan kemandirian belajar.
b. Faktor Ekstern (faktor dari luar individu), yaitu keadaan lingkungan keluarga
dan lingkungan masyarakat. Misalnya bimbingan orang tua, perhatian orang
tua, pengawasan orang tua terhadap anak saat belajar dirumah.
Menurut Munadi (dalam Rusman, 2012:124) menyatakan bahwa faktorfaktor
yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan faktor eksternal,
yaitu :
1) Faktor Internal
a. Faktor Fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam
keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan
sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima
materi pembelajaran.
b. Faktor psikologis, setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya
memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini dapat
mempengaruhi hasil belajarnya.

2) Faktor eksternal
a. Faktor lingkungan yaitu dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor
lingkungan meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
b. Faktor instrumental yaitu faktor yang keberadaan dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan berupa kurikulum,
sarana dan guru.

2.1.3 Model Pembelajaran


2.1.3.1 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh
guru (Slavin, 2007:54).Model pembelajaran kooperatif meliputi model pembelajaran
TGT, model pembelajaran STAD dan model pembelajaran JIGSAW.Secara umum
pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan
tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.
Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas(Arends dalam Anita
Lie,2002:28).

Dari pendapat para ahli dapat disimpilkan bahwa model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang serta
melaksanakan pembelajaran.

2.1.3.2 Model PembelajaranMindMapping (Peta Pikiran)


Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an.
Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah Mind Mapping memiliki
sebuah idea tau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral
tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam
yang dimiliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk
mengorganisasikan informasi yang dimiliki.Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon
dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi
yang lain (Buzan, 2005:9).

Peta pikiran (Mind Mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya
belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat
di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan
memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi. Peta pikiran
yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari, karena berbeda emosi dan perasaan yang
terdapat dalam diri siswa setiap harinya (Bobbi de Porter, 1999:153). Suasana menyenangkan
yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan
mempengaruhi penciptaan peta pikiran Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan
suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan Mind
Mapping (Sugiarto, 2004:92).

Otak tidak dapat langsung meolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan
harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-
simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu
dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. Teknik
mencatat dapat terbagi menjadi dua bagian.Pertama catat, tulis, susun (CTS), yaitu mencatat
yang mampu mensinergiskan kerja otak kiri dengan kanan, sehingga konsentrasi belajar dapat
meningkat sepuluh kalimat. Catat, tulis, susun, menghubungkan apa yang didengar menjadi
poin-poin utama dan menuliskan pemikiran dan kesan dari materi pelajaran yang telah
dipelajari (Bobbi de Porter dan Hernacki, 2000:152).

Mind Mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambilnya kembali keluar otak. Bentuk Mind Mapping seperti peta sebuah jalan di kota
yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan,bisa membuat pandangan secara
menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah
peta,bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana akan
pergi dan dimanapun berada (Michael Gelb dalam Buzan, 2003:179).
Mind Mapping merupakan gagasan berbagai imajinasi.Mind merupakan suatu keadaan
yang timbul bila otak (brain) hidup dan sedang bekerja, Lebih lanjut Bobbi de Porter dan
Hernacki, (2000:152) menjelaskan peta pikiran merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan
otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu
kesan yang lebih dalam.

Mind Mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, bisa menyusun
fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak yang alami akan dilibatkan sejak
awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada
menggunakan teknik mencatat biasa.
Mind Mapping merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu siswa
menggunakanseluruh potensi otak agar optimum. Caranya menggabungkan kerjaotak kiri dan
kanan.Dengan Model Mind Mapping siswa dapat meningkatkan daya ingatan hingga 78%
(Buzan, 2009:15).

Menurut Buzan, (2009:54) beberapa manfaat menggunakan Mind Mapping antara lain :
a. Merencanakan
b. Berkomunikasi
c. Menjadi kreatif
d. Menghemat waktu
e. Menyelesaikan masalah
f. Memusatkan perhatian
g. Menyusun dan Menjelaskan fikiran-fikiran
h. Mengingat dengan lebih baik
i. Belajar lebih cepat dan efesien
j. Melihat gambar keseluruhan

Mind Mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu sisa


menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya menggabungkan kerja otak kiri
dan kanan. Model ini mempermudah memasukan informasi kedalam otak dan untuk kembali
mengambil informasi dari dalam otak. Mind Mapping merupakan model yang paling baik
dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan tehnik grafis yang
berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal
sehingga membuka potensi otak.

Kegunaan Mind Mapping (Peta Pikiran) :


Menurut Michael Michalko, (dalam Buzan 2005:6) Model Mind Mapping dapat
dimanfaatkan atau berguna untuk berbagi bidang termasuk bidang pendidikan. Kegunaan
Model Mind Mapping dalam bidang pendidikan, khususnya pada Sekolah Menegah Pertama
kelas VIII, antara lain :
a. Memberi pandangan menyeluruh pokok masalah
b. Memungkinkan merencanakan rute atau kerangka pemikiran suatu karangan
c. Mengumpulkan sejumlah besar data disuatu tempat
d. Mendorong pemecahan masalah dengan kreatif
Cara membuat Mind Mapping (Buzan, 2005:1 5),yaitu :
a. Siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam posisi landscape.
b. Pena dan pensil berwarna
c. Otak
d. imajinasi
e. Tempatkan topik atau judul materi yang akan dibahas ditengah-tengah halaman kertas
dengan posisi horizontal.
f. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat
g. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada Mind Mapping yang dibuat.
Dalam membuat Mind Mapping juga diperlukan keberanian dan kreatifitas yang tinggi.
Variasi dengan huruf capital, warna, garis bawah atau simbol-simbol yang menggambarkan
poin atau gagasan utama. Menghidupkan Mind Mapping yang telah dibuat akan lebih
mengesankan.

Kelebihan dan kelemahan Mind mapping, Buzan (2004:9)yaitu :


a. Kelebihan pembelajaran Model Mind Mapping :
1. Dapat mengemukaan pendapat secara bebas.
2. Dapat berkerjasama dengan teman lainnya.
3. Catatan lebih padat dan jelas.
4. Lebih mudah mencari catatan jika diperlukan.
5. Catatan lebih berfokus pada inti materi.
6. Mudah melihat gambaran keseluruhan.
7. Membantu otak untuk : mengatur, mengingat, membandingkan dan membuat
hubungan.
8. Memudahkan penambahan informasi baru.
9. Pengkajian ulang bisa lebih cepat.
10. Setiap peta bersifat unik.

b. Kelemahan pembelajaran Model Mind Mapping :


1. Hanya siswa yang aktif yang terlibat.
2. Tidak sepenuhnya murid yang belajar.
3. Mind Mapping siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan memeriksa Mind
Mapping siswa.

2.2.1 Metode Ceramah


Menurut Sudjana, (2009:77) Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran
secara lisan. Fungsinya, untuk memberikan pengertian terhadap suatu masalah, karena
itu cara tersebut sering juga disebut dengan metode kuliah, sebab ada persamaan guru
mengajar dengan seorang dosen atau maha guru member kuliah kepada mahasiswa-
mahasiswa.
Metode ceramah adalah suatu metode yang paling tua, dan di Indonesia, pada
umumnya menggunakan metode ini, karena hanya menggunakan alat persepsi visual
(Penglihatan) dan auditif secara lisan, walaupun mungkin penjelasanya menunjukan
berapa gambaran pada gambar-gambar, tetapi penjelasannya hanya disampaikan secara
lisan. Jadi tugas murid dalam metode ceramah ini adalah: murid duduk, melihat dan
mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru adalah benar, murid
mengutip ikhtisar semampu murid itu sendiri dan menghapalkannya tanpa ada
penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan.

Dari metode ceramah tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah
penuturan bahan pelajaran yang hanya disampaikan secara lisan, karena hanya
menggunakan alat persepsi visual (penglihatan), jadi murid lebih cenderung pasif,
melihat dan mendengarkan saat proses pembelajaran berlangsung.

2.3 Kerangka berfikir


Kerangka berfikir dalam penelitian ini mengikuti skema sebagai berikut :

Pada penelitian di SMA Negeri ..., pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik
bagi siswa. Proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah mengakibatkan siswa
cenderung pasif hanya duduk, diam dan mendengarkan penjelasan guru. Sehingga siswa
merasa jenuh dan bosan, serta kurang tertarik terhadap pembelajaran PKn. Dengan
menerapkan Model Pembelajaran Mind Mapping dalam pembelajaran siswa lebih bisa aktif,
kreatif ketelibatan siswa secara aktif dan menyeluruh diharapkan dapat membantu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar PKn.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran) dalam pembelajaran PKn dapat meningkat hasil
belajar pembelajaran PKn siswa SMA Negeri ....
BAB III
METODE PENELITIAN

3.I Jenis Penelitian


Jenis penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dilakukan oleh guru
bekerjasama dengan peneliti (kolaborasi). Menurut Suharsimi Arikunto, (2007:63)
kerjasama kolaborasi antar guru dengan peneliti sangat penting dalam bersama
menggali permasalahan nyata yang dihadapi, terutama pada kegiatan mendiagnosis
masalah, menyusun usulan, melaksanakan tindakan, menganalisis data, menyeminarkan
hasil dan menyusun laporan akhir.

Data yang terkumpul dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis untuk diambil
kesimpulan, menurut Arikunto, (2010:282) menjelaskan bahwa data yang telah
terkumpul diklarifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif yang
berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau
simbol. Data kualitatif yang berbentuk kata-kata tersebut disisihkan untuk sementara,
karena akan sangat berguna untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh
dari analisis data kuantitatif.

3.2 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian


3.2.I Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri .... Alasan tempat ini dipilih oleh penulis
karena mengenal guru PKn SMA Negeri ..., sehingga memudahkan dalam mencari
data, peluang waktu yang luas dan subjek penelitian yang sangat sesuai dengan target
peneliti.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester II bulan April sampai bulan Mei tahun
2015/2016.
3.2.3 Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas XISMA Negeri ..., semester genap Tahun
Ajaran 2015/2016.Jumlah siswa kelas XI adalah 38 siswa laki-laki dan latar belakang
orang tua mereka adalah Pedagang, Wiraswasta dan Petani.

3.2.4 Objek Penelitian


Obyek penelitian ini adalah hasil belajar Mata Pelajaran PKn Materi tentang
Hubungan Internasional dan Organisasi Internasional.
3.2.5 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas.Penelitian ini menggunakan model Kemmis yang dikembangkan oleh Stephen
Kemmis dan Robin Mc Taggart, (dalam Arikunto, Suhardjono, Supardi
2007:22).Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tahap beberapa siklus. Setiap
siklusnya meliputi beberapa tahapan yaitu : Perencanaan (Planing), Tindakan (Action),
Pengamatan (Observasi) dan Refleksi (Reflection). Adapun gambar pada model
penelitian tindakan kelas menurut Kemmis adalah sebagai berikut:

Model Spiral S. Kemmis dan McTarggart


Penelitian tindakan kelas ini menggunakan sistem siklus yang terdiri dari tiga tahap
yaitu :
a. Perencanaan (Planing)
b. Pelaksanaan dan Pengamatan (Acting and Observaring)
c. Refleksi (Reflecting)
Proses pemberian perlakuan atau tindakan ini dengan melakukan proses belajar
mengajar tidak hanya dilakukan satu atau dua kali, akan tetapi tahapan ini pada tahapan
4 kali mengajar.

3.3 Variabel Penelitian


Pada variabel penelitian akan menguraikan variabel bebas dan terikat. Menurut
Sugiono, (2008:3 8) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Ada dua jenis variable dalam penelitian ini yaitu :
a. Variabel bebas (independen)
Variable bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian
ini variabel bebasnya adalah penerapan model pembelajaran Mind Mapping (Peta
Pikiran).
b. Variabel terikat (dependen)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah hasil
belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas XI SMA Negeri ....

3.4 Rencana Tindakan


Rencana tindakan dalam penelitian ini menggunakan rencana tindakan Kemmis dan
Taggart yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian
ini akan dilaksanakan dengan dua siklus masing-masing siklus terdiri dua kali
pertemuan (2x 45 menit). Rencana tindakan meliputi persiapan dua rencana tindakan
setiap siklus.

3.4.1 Rencana Tindakan Siklus I


Pada rencana tindakan akan menguraikan tentang rencana tindakan siklus I yang
meliputi dua tatap muka.
a. Perencanaan (Planning)
Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan. Persiapan yang dilakukan
sebagai berikut :
1. Pertemuan I
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran PKn menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping (Peta pikiran).
b. Pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran)
Model Mind Mapping digunakan pada saat guru menjelaskan materi
Hubungan Internasional dan Organisasi Internasional dipapan tulis.
c. Peralatan yang digunakan pada saat proses pembelajaran yaitu kertas HVS,
pensil berwarna dan sub-topik.
d. Berkelompok, 1 kelompok 2 orang, agar memudahkan pada saat proses
pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran).
e. Materi Pembelajaran
Mendiskripsikan pengertian, pentingnya dan sarana-sarana hubungan
internasional dan organisasi internasional bagi suatu Negara.
f. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui apakah siswa dalam proses
pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran) mempunyai kreatifitas, Aktif juga
bisa menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiranya.

2. Pertemuan II
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran PKn menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping (Peta Pikiran) pada Standar
Kompetensi Hubungan Internasional dan Organisasi Internasional, Kompetensi
Dasar pengertian, pentingnya dan sarana-sarana hubungan internasional bagi suatu
negara.
b. Soal Evaluasi Siklus I
c. Daftar nilai Siklus I
b. Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping (Peta Pikiran).
c. Pengamatan (Observaring)
Pada proses pengamatan, peneliti melihat atau mengobservasi pelaksaaan
pembelajaran siswa dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe Mind
Mapping (Peta Pikiran).
d. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap refleksi peneliti mengevaluasi proses pembelajaran dan menyiapkan
perencanaan siklus II.

3.4.2 Rencana Tindakan Siklus II


a. Perencanaan (Planning)
Pembelajaran pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I dan dilaksanakan 2 kali
pertemuan. Persiapan yang dilakukan sebagai berikut :
1. Pertemuan I
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran PKn menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping (Peta pikiran).
b. Pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran)
Model Mind Mapping digunakan pada saat guru menjelaskan materi Hubungan
Internasional dan Organisasi Internasional dipapan tulis.
c. Peralatan yang digunakan pada saat proses pembelajaran yaitu kertas HVS, pensil
berwarna dan sub-topik.
d. Pada siklus II, proses pembelajaran siswa secara individu agar lebih paham dan
memudahkan pada saat proses pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran).
e. Materi Pembelajaran
1. Menjelaskan tahap-tahap perjanjian internasional dan organisasi internasional
2. Menganalisis fungsi perwakilan diplomatik dan mengkaji peranan organiasasi
internasional dalam meningkatkan hubungan internasional.
f. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui apakah siswa dalam proses
pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran) mempunyai kreatifitas yang tinggi,
Aktif juga bisa menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiranya.

2. Pertemuan II
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran PKn menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping (PetaPikiran) pada
Standar Kompetensi Hubungan Internasional dan Organisasi Internasional,
Kompetensi Dasar menjelaskan tahap-tahap perjanjian internasional dan
organisasi internasional dan menganalisis fungsi perwakilan diplomatik serta
mengkaji peranan organisasi internasional dalam meningkatkan hubungan
internasional.
b. Soal Evaluasi Siklus I
c. Daftar nilai Siklus I
b. Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping
(Peta Pikiran).
c. Pengamatan (Observaring)
Pada proses pengamatan, peneliti melihat atau mengobservasi pelaksaaan
pembelajaran siswa dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe
Mind Mapping (Peta Pikiran).
d. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap refleksi siklus II (tatap muka dua) peneliti mengevaluasi proses
pembelajaran dan membandingkan pra siklus dan siklus I.

Data dan Cara Pengumpulannya

3.5.1 Jenis data


Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif yaitu
data yang diperoleh langsung dari hasil pengamatan siswa dan data kuantitatif yaitu
diperoleh langsung dari tes.
3.5.2 Teknik Pengumpulan data
a. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematik. Pada waktu
pembelajaran berlangsung dari segi keterlibatan observer (orang yang melakukan
observasi), observasi dilakukan dengan observasi partisipan yaitu suatu proses
pengamatan yang dilakukan oleh observer. Observer bertugas untuk melakukan
observasi dan penilaian melalui pengisian lembarobservasi siswa pada setiap
pertemuan. Observasi dilakukan di kelas XISMA Negeri ....
Tabel 3.1
Panduan Pengamatan Pembelajaran Siswa

Menurut Arikunto, (2007 :267). Penskoran unjuk kerja diisi dengan rentang skor
antara 1 – 5.Skor-skor itu dijumlahkan dan ditafsiran secara kualitatif.
Skor 6 – 10 termasuk kurang aktif Skor 11 – 15 termasuk aktif
Skor 16 – 20 termasuk sangat aktif
Pembelajaran yang dilaksanakan dikatakan berhasil apabila :
a. penilaian siswa rata-rata mencapai skor 11.
b. Ketuntasan belajar individu rata-rata mencapai 7,2.
b. Tes
Menurut Arikunto, (2006:84) Metode test adalah serentetan pertanyaan latihan yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi dan kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini digunakan untuk mengetahui
keberhasilan dari proses belajar mengajar yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Dalam
penelitian ini pengumpulan data alat yang digunakan adalah berupa soal tes sesuai dengan
materi yang diajarkan.
Tabel 3.2
Kisi-kisi butir soal siklus 1

Tabel 3.3
Kisi-kisi butir soal siklus II

Tabel 3.4
Interval Indikator Hasil Belajar

3.6 Uji Validitas dan Reabilitas Intrumen 3.6.I Uji Validitas


Menurut Sugiono, (2006:121) “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.Azwar
(2012:28) mengemukakan bahwa jika rhitung rtabel, maka instrumen dikatakan valid dengan
>

rtabel = 0,2. Kriteria kevalidan instrumen menurut Riduwan (2007:65) yaitu sebagai
berikut:
Antara 0,800 – 1,000 = validitas sangat tinggi
Antara 0,600 – 0,799 = validitas tinggi
Antara 0,400 – 0,5 99 = validitas cukup tinggi
Antara 0,200 – 0,3 99 = validitas rendah
Antara 0,000 – 0,199 = validitas sangat rendah (tidak valid)
Uji Validitas dapat dihitung menggunakan Software SPSS 16 dengan Analyze-Scale-
Reliability Analysis.

1. Uji Validitas Tes siklus I


Dibawah ini adalah Hasil Uji Validitas tes siklus I pada tabel 3.5
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Tes Siklus I

Berdasarkan tabel 3.5 diatas terdapat 50 soal yang diujikan dan mendapatkan 30 soal yang
valid dan 20 soal yang tidak valid. Kemudian dari soal 30 yang valid akan digunakan oleh
peneliti untuk penelitian sebagai soal tes evaluasi di siklus I.

2. Uji Validitas Tes siklus II


Dibawah ini adalah Hasil Uji Validitas siklus II pada tabel 3.6
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Tes Siklus II
Berdasarkan tabel 3.6 diatas terdapat 50 soal yang diujikan dan mendapatkan 39 soal
yang valid dan 11 soal tidak valid. Kemudian dari soal yang valid tersebut, diambil 30
soal yang akan digunakan oleh peneliti untuk penelitian sebagai soal tes evaluasi di siklus
II.

3.6.2 Uji Reliabilitas


Menurut Priyanto, (2010:14) uji reabilitas yaitu menguji konsistensi alat ukur,
apakah hasil pengukuran tetap sama atau konsisten meskipun diukur berulangkali.
Reabilitas digunakan untuk mengukur suatu keajegan instrument dari variable yang
hendak diukur. Pengukuran reabilitas intrumen dalam penelitian ini menurut sekaran
dalam Priyatno, (20 10:98) yaitu reabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik,
sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik, jadi hasil uji reabilitas
instrument yang diolah dengan SPSS 16.0 For Windows pada saat uji instrument tes,
reabilitas soal siklus I dan II pada dilihat dibawah ini :

a. Uji Reliabilitas siklus I


Reliability Statistics

Dari outputujireabilitas pada siklus I dapat dilihat pada kolom Cronbach’s Alpha
menunjukan 0,753. Karena nilai pada kolom tersebut bernilai 0,753 maka dapat
disimpulkan bahwa alat ukur atau instrument penelitian yang dipakai pada tingkat
reliabilitas tersebut dapat diterima.
b. Uji Reliabilitas siklus II
Reliability Statistics

Dari Output uji reabilitas pada siklus II, hasilnya dapat dilihat pada kolom
Cronbach’s Alpha menunjukan 0,852 karena nilai pada kolom tersebut bernilai
0,852 maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur atau instrument penelitian yang
dipakai pada tingkat reabilitas baik atau reliabel.

3.7 Analisis Data


Data yang terkumpul dianalisis untuk mencapai tujuan pembelajaran data-data berupa
angka (kuantitatif) dianalisis dengan mencari data yang tertinggi, data terendah dan rata-
rata, jumlah siswa yang tuntas dan juga presentase ketuntasan pembelajaran.
Analisis data dari hasil penelitian tes tertulis pada akhir pembelajaran pertemuan
kedua dari siklus pertama dan siklus kedua dianalisis secara kuantitatif data dari lembar
observasi untuk mendiskripsikan hasil dari pelaksanaan pembelajaran yang dianalisis
melalui tes, dengan cara presentase untuk mengetahui besarnya hasil yang dicapai siswa
dalam ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh guru. Jika siswa memperoleh nilai
dibawah KKM dengan jumlah rata-rata dari jumlah siswa maka akan dianalisis dengan
menghitung ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal sebagai berikut:

Dari hasil belajar yang diperoleh pada prasiklus ada 22 siswa yang tuntas sebesar
58,8% sedangkan siklus I dan II dapat mengalami peningkatan guna mencapai target
dalam indikator keberhasilan.

3.8 Indikator Keberhasilan


Untuk mengukur keberhasilan tiap-tiap siklus dalam penelitian tindakan kelas ini,
tolak ukurnya adalah hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn. Hasil
Belajar dikatakan berhasil apabila 80% dari 30 siswa mencapai nilai KKM 72.
DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2002.Cooperaative Learning: Memperaktikkan Cooperative Learning di Ruang-


Ruang Kelas. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Arikunto, Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Arikunto, Suharsimi.2007.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara. Azwar,
S.2012. Rebilitas dan Validitas.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Budiyanto.2006. Pendidikan Kewrganegaraan untuk SMA kelas XI.Jakarta : Erlangga.
Buzan, Tony. 2003. Use Both Sides of Your Brain. Surabaya : Ikon.
Buzan, Tony.2005.BukuPintar Mind Maps.Jakarta : Gramedia.
Buzan.Tony dan Barry. 2004.Memahami Peta Pikiran : The Mind Map Book. Interaksa :
Batam. Colin Rose dan Malcolm J.2006.Accelered learning.Bandung : Nusantara.
Dananjaya, Utomo. 2010. Media Pembelajaran Aktif. Bandung : Nuansa.
Darsono, Max. 2000.Belajar dan Pembelajaran. Semarang : CV. IKIP Semarang Press.
Daryanto.2012. Model Pembelajaran Inovatif.Malang : Gava Media.
Depdiknas, 2003.Kurikulum 2004standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono.2009.Belajardan Pembelajaran.Jakarta : PT Rineka Cipta.
Dryden. Gordon. 2003.Revolusi Cara Belajar : The Learning Revolution Bagian I. Bandung :
Kaifa.
Duwi Priyatno. 2010.Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta : Gava Media.
Eveline dan Hartini.2010.TeoriBelajar dan Pembelajaran.Jakarta : Ghalia Indonesia.
Hamalik, Oemar.2006. Proses Belajar Mengajar.Jakarta : PT Bumi Aksara.
Jensen. Eric dan Karen Makowitz. 2002.Otak Sejuta Gygabite : Buku Pintar Membangun
Ingatan Super. Bandung : Kaifa.
Khabibah, S. 2006.Pengembangan Model Multimedia Learning: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Porter. De Bobbi dan Hernacki. 1999. Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung : Kaifa.
Riduwan dan Sunarto.2007.Statistikauntuk Penelitian.Bandung : Alfabeta.
Rohman, Arif. 2011. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.Yogyakarta : CV Aswaja
Pressindo.
Rusman.2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer.Bandung : Alfabeta.
Sudjana, Nana. 2009. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.
Sugiarto, Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berfikir Holistik dan
Kreatif.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional.Bandung : Citra Umbara.
W. S Winkel.2004. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta : MEDIA ABADI.

Anda mungkin juga menyukai