Anda di halaman 1dari 34

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
“EKOSISTEM” KELAS V SD NEGERI MERTOYUDAN 1
MAGELANG TAHUN AJARAN 2022/2023

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah PKP


Program Strata 1 FKIP Universitas Terbuka

Disusun Oleh :

Nama : PUTRI YULIA RACHMA


NIM : 857961158
POKJAR : TEMPURAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERITAS TERBUKA YOGYAKARTA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH YOGYAKARTA
TAHUN 2022

i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN

PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS 5 TEMA 5 “KOMPONEN


EKOSISTEM”

Nama Mahasiswa : Putri Yulia Rachma


NIM : 857961158
Program Studi : PGSD-BI
Tempat Mengajar : SDN Mertoyudan 1
Jumlah Siklus Pembelajaran : 2x pembelajaran
Hari dan Tanggal : Siklus 1 dilaksanakan pada : 23 November 2022
Pelaksanaan Siklus 2 dilaksanakan pada : 28 November 2022

Masalah yang merupakan Fokus Perbaikan :


1. Perbaikan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas 5 tema 5
subtema 1.
2. Perbaikan teknik pembelajaran dengan penerapan teknik group investigation
pada pembelajaran tematik kelas 5 tema 5 subtema 1.

Magelang, November 2022


Menyetujui, Mahasiswa,
Supervisor 1

Dr. AHMAD MUHLISIN, M.Pd. PUTRI YULIA RACHMA


NIP. 19860714 201903 1 009 NIM. 857961158

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pembelajaran memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan kualitas
manusia yang bermutu, sanggup mengahadapi tantangan di masa depan dan siap
berkompetisi dalam pertumbuhan ilmu pengetahuan serta teknologi. Ilmu Pengetahuan Alam
( IPA) merupakan disiplin ilmu yang sangat dekat dengan penerapan kehidupan pada setiap
keseharian kita. Pendidikan IPA berkaitan dengan metode mencari tahu tentang alam secara
sistematis sehingga tidak lumayan menghafal konsep-konsep akan tetapi lebih menitik
beratkan pada proses temuan.

Menurut Nurhayati (2020) Rendahnya hasil belajar siswa tersebut diakibatkan oleh
sebagian aspek, baik aspek siswa ataupun aspek guru itu sendiri. Bermacam Penyebabnya
bisa dijabarkan selaku berikut:(1) Kasus yang diakibatkan siswa antara lain: a. Siswa cuma
belajar secara individual, b. Siswa kurang yakin diri dalam mengantarkan pendapatnya, c.
Siswa cuma membuat catatancatatan biasa yang bertabiat monoton. Metode penerimaan data
hendak kurang efisien sebab proses penguatan energi ingat cuma berbentuk catatan. Catatan
yang terbuat oleh siswa cuma catatan yang bertabiat monoton, siswa tidak dibiasakan berfikir
ataupun menciptakan ilham secara kritis. Serta (2) Kasus yang diakibatkan oleh guru antara
lain: a. Guru kurang variatif dalam mempraktikkan tata cara pendidikan, b. Guru cuma
membagikan catatan biasa; c. Guru kurang membelajarkan siswa secara berkelompok. Oleh
sebab itu dibutuhkan model pendidikan yang pas. Kognitif terdiri atas enam bagian sebagai
berikut: (a) pengetahuan, (b) pemahaman, (c) aplikasi, (d) analisis, (e) sintesis, dan (f)
evaluasi (Adams, 2015).

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Khoerunnisa, 2020).
Menurut Nurhayati (2020) Salah satu model pembelajaran yang potensial digunakan adalah
mind mapping. Pengertian Mind mapping adalah bahwa: Pemetaan pikiran adalah teknik
pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya
untuk membentuk kesan. Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol,
suara, bentuk-bentuk, dan perasaan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan
memicu ingatan yang mudah. Kegiatan ini akan lebih mudah daripada metode pencatatan

3
tradisional karena ia mengaktifkan kedua belahan otak. Cara ini sangat menyenangkan,
menenangkan, kreatif (Rizal, 2021). Dari penjelasan tersebut dapat disimpilkan bahwa model
pembelajaran Mind mapping adalah suatu pola belajar yang disusun untuk mengaktifkan
seluruh keterampilan siswa baik otak kanan maupun otak kiri dengan mencatat pokok-pokok
materi dan menyusunya dalam bentuk peta-peta pikiran yang memudahkan siswa dalam
mempelajari materi tanpa harus mencatat keseluruhan isi dari materi.
Menurut Nurhayati (2020) Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Mind mapping ada beberapa langkah, sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) Guru menyajikan materi, 3) Siswa dibagi kedalam
beberapa kelompok yang anggotanya 2 orang, 4) Siswa merancang peta pikiran, 5) Siswa
mempresentasekan hasil diskusi secara berkelompok, dan 6) Kesimpulan.

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disesuaikan dengan penelitian yang akan


peneliti teliti akni terdapat masalah di kelas V SD Negeri Mertoyudan 1 yaitu kurangnya hasil
belajar siswa dalam pembelajaran dikarenakan guru masih mengimplementasikan model
pembelajaran konvensional yang mempengaruhi hasil belajar siswa kurang optimal. Oleh
karena itu dalam penyelesaian solusi, peneliti mencoba untuk menggunakan model
pembelajaran main mapping, agar pembelajaran dapat berlangsung secara optimal dan hasil
belajar siswa mencapai target.
1. IDENTIFIKASI MASALAH
Peneliti menemukan beberapa fakta yang dapat dikatakan sebagai penyebab
kurangnya hasil belajar. Faktor guru diantaranya adalah : (1) Cara mengajar guru yang
monoton. (2) Langkah-langkah pembelajarannya tidak sesuai dengan rpp yang telah
dibuat. (3) Guru memberikan tugas tanpa menjelaskan terlebih dahulu. (4) Guru tidak
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya. (5) Guru tidak
memperhatikan dan mendampingi peserta didik ketika mengerjakan tugas.
Penyebab kurangnya hasil belajar dari faktor murid : (1) Merasa bosan karena
mengerjakan tugas terus menerus (2) Banyak peserta didik yang kebingungan dalam
mengerjakan soal yang diberikan guru (3) Peserta didik terlihat malas untuk mencatat. (4)
Peserta didik terlihat malas untuk membaca buku catatan mereka (5) Peserta didik malu
untuk bertanya kepada guru (6) Peserta didik menyelesaikan tugas dengan cara
mencontek hasil temannya (7) Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru dengan asal-
asalan (8) Peserta didik mengganggu peserta didik lainnya yang sedang belajar.

4
2. BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini fokus kepada Hasil Belajar
materi ekosistem menggunakan metode mind mapping.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Bagaimana peningkatan hasil belajar kognitif siswa dalam materi ekosistem
Menggunakan Metode Pembelajaran Mind mapping di Kelas V SDN Mertoyudan
1?
2. Berapa besar peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Mind
mapping di Kelas V SDN Mertoyudan 1?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan peneliatian tindakan kelas ini
dapat dirumuskan yaitu:
1. Mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa dengan model pembelajaran
Mind mapping siswa kelas V SD N 1 Mertoyudan.
2. Mengetahui berapa besar peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model
pembelajaran Mind mapping di Kelas V SDN Mertoyudan 1
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian berharap hasil penelitian yang nanti dilakukan dapat memberikan
manfaat antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Mendapatkan tambahan pengetahuan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa dengan model pembelajaran Mind mapping
2. Manfaat Praktis
Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan sekolah dan peningkatan
kinerja guru ke depan yang nantinya meningkatkan mutu pembelajaran.
Bagi Guru
a. Penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan guru dalam penggunaan
berbagai model pembelajaran.
b. Guru memiliki kemampuan untuk menerapkan model pembelajaran model
pembelajaran Mind mapping.
Bagi Siswa

5
Sebagai masukan tentang cara belajar dengan metode pembelajaran model
pembelajaran Mind mapping untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Bagi Peneliti
Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan mengenal cara belajar yang dapat
menjadikan siswa lebih aktif dan interaktif dalam pembelajaran.

6
BAB II

A. Kajian Pustaka
1. Pengertian hasil belajar
Menurut Susanto (2013) hasil belajar merupakan merupakan perubahan yang terjadi
pada diri setiap siswa, yang menyangkut aspek afektif, psikomotorik dan kognitif sebaai
hasil kegiatan proses pembelajaran. Terjadi pengalaman belajar maka muncul pua hasil
belajar yang memuaskan. Hasil yang sempurna adalah hasil belajar yang sesuai kriteria,
efektif, jelas dan memenuhi kriteria.
Menurut Reigeluth dalam Mutrofin (2018) hasil pembelajaran adalah semua efek
yang bisa dijadikan indikator tentang nilai penggunaan metode pembelajaran pada suatu
kondisi yang berbeda. Belajar merupakan suatu proses dari sesorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku atau kemampuan yang tetap. Jadi
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa
selama pembelajaran berlangsung, perubahan perilaku, pengetahuan serta keterampilan
pada siswa. Sehingga siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran yang berharga.
2. Ranah kognitif
Menurut Anderson, et al (dalam Mutrofin, 2018:123) menjelaskan bahwa hasil
pembelajaran kognitif meliputi dua hal, yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses
kognitif. Dimensi pengetahuan (knowledge) mencakup hasil pembelajaran pengetahuan
faktual (factual knowledge), hasil pembelajaran pengetahuan konseptual (conceptual
knowledge), hasil pembelajaran pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan
hasil pembelajaran pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge).
a. Pengetahuan factual
Pengetahuan faktual adalah pengetahuan mengenai elemen-elemen dasar yang harus
diketahui pembelajar jika mereka akan mempelajari suatu disiplin ilmu atau
menyelesaikan masalah dalam disiplin ilmu tersebut.
b. Pengetahuan konseptual
Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan yang mencakup kategori, klasifikasi,
dan hubungan antara dua atau lebih kategori atau klasifikasi pengetahuan yang lebih
kompleks dan tertata.
c. Pengetahuan prosedural

7
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu.
Pengetahuan ini mencakup tentang keterampilan, algoritme, teknik dan metode yang
semuanya disebut sebagai prosedur
d. Pengetahuan metakogntif
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan
kesadaran akan, serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri.
Hasil pembelajaran proses kognitif meliputi proses mengingat (remember),
memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi
(evaluate), dan mencipta (create) (Anderson, et al, 2013: Mutrofin, 2018). Berikut
ringkasannya.
a) Mengingat Proses
Mengingat merupakan proses mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori
jangka panjang. Pengetahuan mengingat sangat. penting sebagai hasil dari belajar
bermakna dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam tugas yang lebih
kompleks.
b) Memahami Memahami merupakan kemampuan mengkonstruksi makna dari pesan-
pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang
disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. Proses-proses kognitif
dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, menjelaskan dan membandingkan.
c) Menerapkan merupakan
menerapkan merupakan kemampuan menggunakan prosedur tertentu untuk
mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah
d) Menganalis
menerapkan merupakankemampuan dalam memecakan materi bagian bagian kecil
dan menentukanbagaiman hubungan antar bagian yang meliputi proses kognitif
membedakan, mengorganisasi, dan mengatributkan.
3. Hasil belajar
1. Definisi Hasil Belajar
Terdapat berbagai tujuan dari pendidikan dalam kegiatan pembelajaran, salah
satunya ialah hasil belajar peserta didik. Hal ini dikarenakan hasil belajar peserta
didik adalah salah satu tolak ukur untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan
serta pemahaman peserta didik pada kegiatan pembelajaran. Menurut Tenimar
(2019:73) hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku

8
setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan
pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama
hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran.
Hasil akademik atau hasil belajar merupakan bentuk dari tercapai atau
tidaknya sebuah tujuan pembelajaran. Menurut Bloom dalam (Aulia, 2018:149) hasil
belajar merupakan perolehan nilai belajar oleh peserta didik yang mencakup tiga
pengetahuan, yaitu intelektual, keterampilan, dan sikap. Selain itu hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh yang mengakibatkan perubahan tingkah laku
terhadap yang belajar. Peserta didik akan mendapatkan hasil belajar yang tinggi
apabila dalam proses pembelajaran guru dan peserta didik dapat bekerjasama untuk
mencapai tujuan belajar (Mutiaramses & Murni I, 2021:23).
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi
kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajarnya melalui kegiatan belajar (Rusman, 2015:43). Selain proses penilaian,
hasil belajar merupakan setiap kemampuan akhir peserta didik yang sudah
dimilki siswa setelah mendapatkan atau menerima pengalaman belajar dari
pendidik. Hasil belajar ini yang akan sangat berguna bagi guru untuk
mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dicapai dan seberapa jauh
pula pembelajaran dimana peserta didik belum memahaniapa yang telah
diajarakan (Muga, Oje & Laksana 2018:20)
Dari penjelasan dan pemaparan tentang hasil belajar di atas dapat di simpulkan
bahwa hasil belajar merupakan perubahan sikap yang mampu membuat sesorang
menjadi lebih terampil, meningkatkan kemampuan dan mempu melakukan suatu hal
yang baru. Dalam dunia pendidikan hasil belajar sebuah kemajuan atau ketercapian
dalam memahami sebuah materi atau pembelajaran yang telah di berikan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar menurut Slameto
(2015:54-71) adalah:
1) Faktor internal yang terdiri dari
a) Faktor jasmaniah faktor kesehatan, cacat tubuh

9
b) Faktor psikologis intelegensi, perhatian,minat, bakat, motif,
kematangan,dan persiapan
c) Faktor kelelahan kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
2) Faktor eksternal yang terdiri dari
a) Faktor keluarga cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan
latar belakang kebudayaan
b) Faktor sekolah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa.
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah
standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung metode belajar dan
tugas rumah
c) Faktor masyarakat kegiatan siswa dalam masyarakat media massa,
teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, secara umum faktor-faktor berhasil


atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu yang berasal dari dalam peserta didik
yang belajar (faktor internal) dan ada pula yang berasal dari luar peserta didik yang
belajar (faktor eksternal). Faktor dari dalam adalah setiap orang memiliki
kemampuan berfikir yang berbeda dalam pemahaman juga berbeda maka dapat
mempengaruhi dalam keberhasilan belajar.

3. Hasil belajar kognitif


Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang
kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Noer Rahmah (2012:198)
mengemukakan bahwa “Ranah kognitif yaitu kemampuan yang selalu dituntut pada
anak didik untuk dikuasai karena menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan”
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan
kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari
penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam
otak menjadi informasi hingga ketika pemanggilan kembali informasi ketika
diperlukan untuk menyelesaikan masalah Oleh karena belajar melibatkan otak maka
akan menyebabkan perubahan perilaku berupa kemampuan tertentu oleh otak untuk
menyelesaikan masalah (Purwanto, 2013:17).

10
Menurut Kurniawan, D (2019:10) Hasil belajar kognitif merupakan hasil
belajar yang ada kaitanya dengan ingatan, kemampuan berfikir atau intelektual.
Pada ranah ini hasil belajar terdiri dari tujuh tingkatan yang sifatnya hierarkis.
Ketujuh hasil belajar kognitif ini meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, evaluasi dan kreativitas
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kognitif adalah hasil
belajar yang melibatkan aktivitas mental atau otak yang berkaitan dengan memori,
penalaran, dan kemampuan intelektual.
4. Metode Mind mapping
Menurut Swadarma (2013) Mind mapping adalah Teknik memanfaatkan otak yang
digunakan untuk membentuk kesan menggunakan citra visual dan prasarana grafis dll.
Menurut Windura (2013) mind mapping mendefinisikannya adalah sebagai berikut: 1)
sistem belajar dan berpikir menggunakan kedua belah otak, 2) sistem belajar dan berpikir
yang menggunakan otak sesuai dengan kerjanya, 3) sistem belajar dan berpikir yang
mengeluarkan seluruh potensi dan kapasitas otak penggunanya yang masih tersembunyi,
4) sistem belajar dan berpikir yang mencerminkan apa ang terjadi secara internal didalam
otak kita saat belajar dan berpikir, dan 5) sistem belajar dan berpikir yang mencerminkan
secara visual aoa yang terjadi pada otak saat belajar dan berpikir.
Mind mapping merupakan penyusunan informasi dengan kerja otak yang disesuaikan
dengan cara kerja alaminya. Termasuk suatu cara belajar menggunakan otak alami untuk
belajar dan berpikir dengan menuangkan dengan media dalam bentuk gambar ataupun
bisa juga visual guna untuk memudahkan dalam menangkap dan mudah dipahami
informasi yang akan diterima siswa.
Menurut Awalina (2019) mind mapping pada dibidang pendidikan dapat diterapkan
untuk siswa. Selain itu, mind mapping tidak hanya diterapkan dalam satu pembelajaran
saja, melainkan dapat digunakan dalam semua mata pelajaran.termasuk dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD, mind mapping sangatlah sesuai
karena IPA sebagian besar perlu membutuhkan media gambar atau visual lain.
5. Cara membuat mind mapping
Menurut Awalina (2019) mind mapping berupa pemetaan ide-ide atau gagasan yang
saling berkaitan yakni terdiri dari topik utama, sub topik dan cabang-cabang subtopik.
Cabang sub topik tidak terbatas karena harus disesuaikan dengan kemampuan otak dalam
mengolah informasi yang ditemukan. Semakin banyak cabang pada mind mapping maka
semakin banyak informasi yang siswa dapat.

11
Menurut Buzan dalam Awalina (2019) terdapat beberapa tahapan dalam membuat mind
mapping yakni :
a) Memulai dari bagian kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar
atau horizontal untuk memberikan kebebasan kepada otak menuangkan segala
informasi, ide dan gagasan. Kertas yang dapat digunakan adalah kertas putih
ataupun berwarna.
b) Membuat gambar sebagai topik utama, menggunakan gambar sebagai topik
utama menggantikan kata dan membantu kita menggunakan gambar sebagai
topik utama dapat menggantikan kata dan membantu kita dan membantu
menggunakan imajinasi. Selain itu, agar lebih menarik siswa harus okus dan
berkonsentrasi dan mengaktifkan otak.
c) dengan gambar. Wara membuat mind mapping lebih hidup, meningkatkan
pemikiran kreatif, dan menyenangkan
d) Menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat (topik utama) dan
hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua. Otak
senang mengkaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus berbentuk garis
lengkung dari tebal ke tipis dan dengan warna yang berbeda. Kemudian cabang-
cabang berbentuk garis lengkung yang panjangnya sesuai dengan kata atau
gambar di atasnya, semakin jauh maka semakin tipis dengan warna mengikuti
warna cabang utama. Bila menghubungkan cabang-cabang dengan cabang utama
dan topik utama akan lebih mudah mengerti dan mengingat.
e) Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus karena ganis lurus
akan membuat otak bosan. Cabang utama berbentuk garis lengkung dari tebal ke
tipis dengan warna yang berbeda, sedangkan cabang-cabang yang lainnya
berbentuk garis lengkung yang panjangnya disesuaikan dengan kata atau gambar
di atasnya dan warnanya mengikuti warna cabang utama.
f) Menulis satu kata kunci untuk setiap garis karena dengan menggunakan kata
kunci akan memicu ide dan pikiran baru. Kata kunci menggunakan huruf balok
jangan tegak bersambung, ukuran huruf kata semakin kecil apabila semakin jauh
dari pusat mind mapping dan warna tulisan setiap cabang.

Menurut Windura (2013) penerapan mind mapping sebagai a.) Membaca


bacaan terlebih dahulu b.) Mencari tema atau pokok permasalahan dari bacaan
tersebut c.) Membuat pusat mind map yang mewakili tema atau pokok

12
permasalahan bacaan tersebut d.) Memilih atau menggaris bawahi kata kunci-kata
kunci dari bacaan tersebut e.) Membuat cabang utama-cabang utama mind map
yang bertugas mengelompokkan atau mengarahkan kata kunci-kata kunci
tersebut. f.) Memasukkan kata kunci-kata kunci yang telah dipilih sebelumnya ke
cabang utama g.) Menambahkan gambar pada kata kunci-kata kunci yang
penting.
Pembelajaran tematik kurikulum 2013 dengan menggunakan strategi belajar
mind mapping dapat memudahkan siswa melihat keseluruhan isi dan maksud
materi yang belum terintegrasi secara jelas dalam suatu tema yang berupa teori
atau hafalan serta siswa dapat menekankan kerja otak secara seimbang karena
strategi mind mapping terdiri dari gambar dan warna. Pembelajaran tematik
kurikulum 2013 tanpa menggunakan strategi belajar mind mapping
mengakibatkan siswa tidak dapat melihat keseluruhan isi dan maksud materi,
sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan mengingat materi
serta otak tidak dapat bekerja secara seimbang karena siswa hanya dihadapkan
dengan tulisan yang memiliki wama sama atau monoton tanpa disertai gambars.
Dalam proses pembelajaran bahwasanya ada perbedaan proses pembelajaran
dengan menggunakan mind mapping yang ditunjukkan oleh tabel berikut.
Mengevaluasi berarti kemampuan membuat keputusan berdasarkan kriteria dan
standar. Kriteria sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan
konsistensi. Hasil pem(belajar)an kategori mengevaluasi mencakup proses-proses
kognitif memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria
internal) dan mengkritik (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria
eksternal). f. Mencipta Mencipta merupakan kemampuan menyusun elemen-
elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atan fungsional. Mencipta
meminta pembelajar untuk membuat atau mengahasilkan produk baru dengan
mengorganisasi sejumlah elemen atau pola yang belum pernah ada sebelumnya
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan mengenai upaya peningkatan hasil belajar materi ekosistem
dengan metode mind mapping di SDN Mertoyudan 1.
1) Azizatul Awalina (2019) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Strategi
Belajar Mind mapping Terhadap Hasil Belajar Tema Ekosistem Siswa Kelas V SDN
Lengkong 04 Jember. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Lengkong 04 Jember.
Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Lengkong 04 Jember

13
yang terdiri dari kelas VA dan VB yang berjumlah 54 siswa. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu penelitian pre-experimental dengan desain intact group comparison.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik tes. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data t test sampel independen
yang berupa nilai post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum
menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan penghitungan uji
homogenitas. Berdasarkan hasil penghitungan uji homogenitas, dapat diketahui
bahwa nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,290, sehingga nilai signifikansi > 0,05
(0,290 >0.05). Jadi dapat disimpulkan bahwa keadaan kedua sampel tersebut sebelum
diadakan penelitian adalah homogen. Relevansi dari penelitian ini adalah persamaan
meneliti tentang belajar mind mapping terhadap hasil belajar pada tema ekosistem.
2) Ahmad (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Kognitif Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Di Kelas Iv Sd Negeri 1 Nisam Pada Materi Kepahlawanan Dan Patriotisme.
Penelitian ini membahas tentang Penyebab rendahnya hasil belajar kognitif siswa
disebabkan kurangnya interaksi serta tidak terjalinnya hubungan yang baik antara
guru dan siswa sehingga proses belajar mengajar secara individu dan pada akhirnya
proses pembelajaran cendrung tidak maksimal.Tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui: penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawuntuk
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada materi patriotisme dan kepahlawanan,
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw, respon siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas IV
SD Negeri 1 Nisam. Pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian tindakan
kelas. Analisis data hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar
kognitif siswa pada tindakan I perolehan nilai rata-rata 42,31% dan tindakan II
menjadi perolehan nilai rata-rata73,08%, hasil untuk aktivitas guru perolehan nilai
rata-rata 81,23% pada tindakan I dan perolehan nilai rata-rata 94,38% pada tindakan
II, sedangkan aktivitas siswa yaitu perolehan nilai rata-rata73,63% pada tindakan I
dan perolehan nilai rata-rata 91,23% pada tindakan II untuk aktivitas siswa.Respon
siswa melalui modelkooperatif tipe Jigsawpada materi patriotisme dan kepahlawanan
menunjukkan hasil yang sangat baik. Relevansi dari penelitian ini adalah persamaan
meneliti tentang upaya meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
3) Nurhayati (2020) yang berjudul Penerapan model pembelajaran mind mapping untuk
meningkatkan hasil belajar IPA kelas 5. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui

14
proses penerapan model pembelajaran Mind mapping pada mata pelajaran IPA
tentang ekosistem di kelas V SDN 2 Basuhan dan untuk meningkatkan hasil belajar
IPA tentang ekosistem pada siswa kelas V SDN 2 Basuhan melalui penerapan model
pembelajaran Mind mapping. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK).
Subjek penelitian ini adalah peneliti dan siswa kelas V SDN 2 Basuhan sebanyak 7
orang yang terdiri dari 2 laki-laki dan 5 perempuan. Data diperoleh melalui teknik
tes, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan
menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dengan cara membandingkan hasil
pree test dan post test. Tindakan ini dilakukan hanya dalam 1 siklus dengan 1 kali
kegiatan pembelajaran. Dari tindakan perbaikan pada siklus I hasil belajar siswa telah
mencapai indikator keberhasilan dengan kategori baik. Kesimpulan hasil penelitian
yaitu terjadi peningkatan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran
Mind mapping pada siswa Kelas V SDN 2 Basuhan. Relevansi penelitian ini adalah
sama-sama menerapkan model pembelajaran mind mapping untuk meningkatkan
hasil belajar IPA kelas 5.
C. Kerangka Berfikir

Proses belajar mengajar ini merupakan proses pembelajaran yang dilakukan siswa dan
guru untuk mencapai perubahan yang terbaik. Dari yang tidak bisa menjadi bisa sehingga
siswa akan terbentuk kepribadian yang lebih baik bagi indivudu maupun pada
lingkungan sekitarnya.
Disini guru sebagai pemegang peran penting dalam proses pembelajaran yang dituntut
untuk menguasai metode dan teknik pembelajaran yang tepat (efektif dan efisien)
disesuaikan dengan kondisi siswa sehingga dalam proses pembelajaran akan berjalan
dengan optimal.
Terdapat beberapa siswa Kelas V SDN Mertoyudan 1 yang hasil belajar dalam materi
ekosistemnya belum mencapai target. Terdapat juga solusi yang akan diteliti oleh peneliti
yaitu menggunakan metode mind mapping. Metode pembelajaran mind mapping
merupakan suatu metode yang menggunakan otak untuk meringkas materi menggunakan
media gambar yang mudah dimengerti.
Tujuan dengan menggunakan metode mind mapping adalah untuk memudahkan siswa
dalam memahami materi Ekosistem. Dengan mind mapping ini menumbuhkan

15
pemahaman materi dan mampu menumbuhkan kreativitas serta materi yang dicerna
mudah diingat.

16
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Jenis Penelitian, subjek penelitian, waktu penelitian, pihak yang membantu


1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas karena berupaya meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajaran dalam upaya peningkatan hasil belajar kognitif siswa
dengan model pembelajaran Mind mapping siswa kelas V SD N 1 Mertoyudan. Menurut
Tarmizi (2018) “Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian pula, yang dengan
sendirinya mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti. Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil
belajar peserta didik menjadi meningkat.”
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN Mertoyudan 1 Magelang. Kelas ini
dipilih sebagai subjek penelitian karena terdapat beberapa siswa dalam kemampuan
penguasaan materi ekosistem kurang optimal akibatnya siswa tidak dapat mengikuti
pembelajaran dengan optimal.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian tentang upaya Peningkatan Kemampuan Berhitung Perkalian Dasar
Menggunakan Teknik Jarimatika yang berada di Mayjend Bambang Sugeng No 10,
Mertoyudan Magelang.
Waktu Penelitian
Sedangkan waktu penelitian ini dimulai bulan 1 November sampai 10 November tahun
2022. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai November saat pembelajaran
semester I tahun pelajaran 2022/2023. Terdiri dari 3 siklus yaitu siklus 1, siklus 2.
Dengan rincian waktu tiap siklus adalah sebagai berikut :
 Siklus 1 dilaksanakan pada : 23 November 2022
 Siklus 2 dilaksanakan pada : 28 November 2022

17
4. Pihak yang Membantu
Peneliti melakukan penelitian perbaikan pembelajaran dibantu oleh :
Tutor
Nama : Ahmad Muchlisin, M.Pd
Unit kerja : Universitas Tidar
KS
Nama : Ida Prihwati, S.Pd
Unit kerja : SD Negeri Mertoyudan 1
Supervisor 2
Nama : Annisa Pertiwi, S.Pd
Unit kerja : SD Negeri Mertoyudan 1
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Proses penelitian ini dilakukan melalui dua prosedur tindakan. Prosedur tindakan
tersebut ialah tindakan pada siklus I dan tindakan siklus 2. Tahapan tersebut digambarkan
sebagai berikut.

1. Pra Siklus
Tahap prasiklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
a. Perencanaan
Dalam tahap ini penulis dibantu supervisor 2 melakukan kegiatan membuat jadwal
penelitian dan mempersiapkan materi yang akan disampaikan dan membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran Pra Siklus dengan proses
pembelajaran sebagai berikut:
1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan setting pembelajaran yang telah
dibuat.
2) Guru menjelaskan materi dengan metode ceramah sederhana.
3) Guru memberikan lembar kerja kepada siswa untuk dikerjakan secara mandiri.
c. Pengamatan
Pengamatan dari kegiatan Pra Siklus yaitu:
1) Melakukan proses pelaksanaan tindakan.
2) Guru menilai hasil pekerjaan siswa yang diberikan oleh guru
d. Refleksi

18
Pada tahap refleksi, meliputi:
1) Evaluasi Tindakan yang telah dilakukan sebagai evaluasi kegiatan, jumlah dan
pengaturan waktu.
2) Menganalisa hasil lembar kerja siswa.
3) Berdiskusi dengan supervisor 2.
4) Memperbaiki pelaksaan tindakan sesuai hasil evaluasi yang dijadikan acuan
lanjutan pada siklus berikutnya.
2. Siklus 1
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti melakukan tindakan kelas siklus 1.
Dalam tahap ini peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Perencanaan
1) Pada tahap ini peneliti melakukan pengembangan terhadap masalah yang ada
dengan mengidentifikasi masalah dan mencari rumusan masalah sehingga
tercapai sebuah penyelesaian masalah dengan beberapa masukan dari supervisor
2.
2) Menetapkan tahap-tahap perencanaan dengan memilih materi
3) Memilih sumber belajar yang sesuai kemudian melengkapi materi
4) Merencanakan skenario teknis pembelajaran menggunakan Main Mapping
5) Menyiapkan evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti melakukan tindakan yang sudah direncanakan. Dalam hal ini
peneliti melaksanakan pembelajaran
a) Kegiatan awal
1) Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam dan
berdo'a.
2) Mengkondisikan kelas dan melakukan absensi
3) Memotivasi siswa. Setelah siswa dinilai mampu menerima pelajaran,
4) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan
indikator.
b) Kegiatan Inti
1) Peneliti menjelaskan tentang materi suhu dan kalor
2) Peneliti memberikan beberapa contoh tentang materi yang
disampaikan
3) Peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok

19
4) Peneliti memberikan soal yang dijawab oleh masing-masing
kelompok.
5) Peneliti memberikan sebuah penghargaan kepada kelompok yang
memiliki skor tertinggi.
c) Kegiatan akhir
1) Peneliti memberikan refleksi terhadap apa yang sudah dipelajari pada
pertemuan kali ini
2) Peneliti memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang
materi yang sudah dijelaskan, jika masih ada yang belum jelas.
3) Peneliti memberikan tes formatif kepada peserta didik untuk melihat
seberapa materi yang sudah disampaikan terserap.
c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan selama proses pembelajaran. Peneliti bersama
supersivor 2 berdiskusi untuk menganalisis hasil aktivitas belajar mengajar. Lembar
observasi digunakan oleh guru dan supervisor 2 untuk mengamati kekurangan pada
materi pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa.
d. Refleksi
Guru bersama supervisor 2 melakukan analisis hasil pembelajaran berupa lembar
pengamatan dan hasil kerja siswa. Walaupun ada peningkatan hasil belajar siswa
masih kurang, untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa makan peneliti melakukan
siklus 2.
3. Siklus 2
Prosedur tindakan siklus 2 merupakan usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Hasil siklus 1 dijadikan dasar perencanaan pada siklus
2. Pada siklus 2 diharapkan mampu memberikan hasil yang maksimal. Dalam tahap ini
peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut.
a. Perencanaan
Pelaksanaan pada siklus 2 ini didasarkan atas hasil refleksi pada siklus 1, pada tahap
ini peneliti mencoba mengembangkan apa yang kurang pada siklus sebelumnya
sehingga dalam siklus ini dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan meningkat.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan siklus 2 meliputi:
a) Kegiatan awal

20
1) Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam dan
berdo'a.
2) Mengkondisikan kelas dan melakukan absensi
3) Memotivasi siswa. Setelah siswa dinilai mampu menerima pelajaran,
4) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan
indikator.
b) Kegiatan Inti
1) Peneliti mengulas hasil kerja siswa dan menjelaskan kembali materi
yang sebelumnya.
2) Peneliti tidak memberikan soal setiap individu siswa
3) Peneliti memberikan soal materi rantai makanan dengan
menggunakan metode Mind Mapping
4) Peneliti memberikan sebuah penghargaan kepada setiap individu
siswa yang memiliki skor tertinggi.
c) Kegiatan akhir
1) Peneliti memberikan kesempatan untuk bertanya kembali kepada
siswa
2) Peneliti menyimpilkan inti pembelajaran
c. Observasi
Observasi dilaksanakan untuk upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi
dilakukan terhadap proses tindakan yang sedang dilaksanakan untuk
mendokumentasikan pengaruh tindakan.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan oleh guru dan supervisor 2 untuk mengevaluasi kegiatan
pembelajaran yang sudah dilakukan dan menjadi bahan pertimbangan melakukan
siklus berikutnya. Pada tahap ini, peneliti memperhatikan kendala-kendala yang
terjadi dan masukan serta saran dari pengamat.

C. Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik deskripsi kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif didapatkan dari observasi, sedangkan data kuantitatif dari hasil
tes tertulis. Hasil tes dinyatakan dalam bentuk konkret berdasarkan skor minimal dan skor
maksimal sehingga diperoleh rata-rata. Nilai rata-rata tiap siklus dihitung menggunakan
rumus menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 244)

21
Keterangan:
X = Rata-rata
Kelas (mean) = Jumlah Skor (nilai siswa)
N = Banyaknya siswa

22
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas V SD Mertoyudan 1 terkait materi
ekosistem dengan metode mind mapping. Peneliti perlu melakukan pre-test pada penelitian
ini. Adapun kemampuan siswa sebelum diberi tindakan (hasil tes awal) dapat dilihat pada
tabel berikut :

Daftar Hasil Nilai Tes Awal (Pre-Test)


No Nama Tes Awal Tingkat Ket
Penugasan

1 Afif Zumar Afham 60 Cukup Tidak Tuntas

2 Akbar Julian Pratama 50 Sangat Rendah Tidak Tuntas

3 Alfi Syahrina Ramadhani 60 Cukup Tidak Tuntas


4 Arka Kharisma Mahardika 70 Cukup Tidak Tuntas

5 Aurel Dea Rati Az- Zahra 40 Sangat Rendah Tidak Tuntas

6 Azizah Salsabila Safitri 50 Sangat Rendah Tidak Tuntas


7 80 Tinggi Tuntas
Balqis Anggun Syakirah Ae
8 Dina Shela Kamelia 80 Tinggi Tuntas

9 Feby Khuril'in Hanif 80 Tinggi Tuntas


10 Hanifah Nur Laili 40 Sangat Rendah Tidak Tuntas

11 Hqq Aqwa Laksamana 50 Sangat Rendah Tidak Tuntas

12 Imanuel Dwi Pamungkas 90 Sangat Tinggi Tuntas


13 M.Irsyad Saifulloh 70 Cukup Tidak Tuntas

14 Muhammad Ahsanul Khuluq 60 Cukup Tidak Tuntas

15 50 Sangat Rendah Tidak Tuntas


Muhammad Farhan Saputra

16 50 Sangat Rendah Tidak Tuntas


Muhammad Kenzo Javas Niscala

17 Paundra Yudhistira 60 Cukup Tidak Tuntas

18 Radhika Zinan Putra 90 Sangat Tinggi Tuntas

23
19 Rizqi Zayyan Maulana 60 Cukup Tidak Tuntas

20 Tirsa Amalia 60 Cukup Tidak Tuntas

Jumlah 1230

Rata-rata 6,3

Dilihat dari hasil tes awal (pre-test) diatas, maka bisa dijelaskan:

Jumlah siswa siswa yang tuntas :5

Jumlah siswa siswa yang tidak tuntas : 15

Presentasi Ketuntasan Klasikal (PKK) :

Presentasi yang tidak tuntas :

Rata-rata kelas : 6,3

Dari analisis diatas keseluruhan siswa yang berjumlah 20 orang tidak ada satupun
hanya terdapat 5 Siswa yang dapat menyelesaikan soal pre-test dengan baik. Nilai yang
didapat siswa tidak mencapai nilai KKM ≥ 75. Dari seluruh siswa nilai rata-rata kelas yang di
hasilkan 6,3.
Tingkat penguasaan siswa yang berkaitan dengan materi rantai makanan. Pada test
awal sangat rendah. Siswa tidak dapat mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal, yaitu 75.
Bila dihitung dengan rumus PKK, siswa yang tuntas . Sementara siswa yang

tidak tuntas . Hal ini berarti dari 20 siswa hanya sebanyak 5 siswa sudah

memahami dengan baik materi sikap rantai makanan.

Tabel Tinkat Penguasaan Pre Test

Tingkat Ketuntasan Kategori Frekuensi Persentase


Belajar
(86-100) % Sangat Tinggi 2 10%
(76-85) % Tinggi 3 15%
(60-75) % Cukup 8 40%
(51-59) % Rendah 5 23%
(0-50) % Sangat Rendah 2 10%
Jumlah 20 100%

24
Berdasarkan persentase hasil belajar yang diperoleh dari pre-test diatas dapat diamati
bahwa siswa yang mempunyai kategori hasil belajar sangat tinggi adalah 10%. Ini
menunjukkan bahwa hanya terdapat 2 siswa saja pada kategori hasil belajar sangat tinggi.
Siswa yang termasuk pada kategori tinggi juga memiliki persentase rendah, yaitu 15%. Siswa
yang termasuk kategori cukup berjumlah 8 orang (40%). Ini berarti hanya 5 orang yang dapat
menyelesaikan soal pre-test dengan cukup baik. Selanjutnya terdapat 5 orang siswa yang
termasuk pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 5 orang siswa (23%)
yang kurang mampu menyelesaikan soal pre-test yang diberikan. Selanjutnya adalah kategori
sangat rendah dengan persentase 10% terdapat 2 orang siswa. Hal Ini menunjukkan bahwa
sebanyak 15 orang siswa tidak mampu mengerjakan soal yang diberikan terkait dengan
materi rantai makanan. (Hasil Pre-Test ini dapat dilihat di lampiran)
Dapat diartikan berdasarkan hasil Pre-Test maka bisa disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa terkait materi rantai makan. berada dalam kategori cukup. Maka, diharapkan model
pembelajaran Mind Mapping yang diberikan kepada siswa dapat memperbaiki dan
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Mertoyudan 1.

A. Siklus 1
a. Perencanaan I
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti melakukan tindakan kelas
siklus 1. Dalam tahap ini peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:
c. Perencanaan
1) Pada tahap ini peneliti melakukan pengembangan terhadap masalah yang ada
dengan mengidentifikasi masalah dan mencari rumusan masalah sehingga
tercapai sebuah penyelesaian masalah dengan beberapa masukan dari supervisor
2.
2) Menetapkan tahap-tahap perencanaan dengan memilih materi
3) Memilih sumber belajar yang sesuai kemudian melengkapi materi
4) Merencanakan skenario teknis pembelajaran Mind Mapping
5) Menyiapkan evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini, tindakan yang dilakukan adalah mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran dengan metode Mind Mapping. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi ekosistem, khususnya materi Rantai

25
Makanan. Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selama 1 kali pertemuan,
dengan alokasi waktu 2 x 40 menit sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
sebelumnya.
Secara rinci, proses pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut:
Pertemuan 1 hari Jumát, 22 November 2022
a) Guru membuka pembelajaran dengan salam dan dilanjutkan dengan memeriksa kesiapan
diri peserta didik serta kehadiran peserta didik;
b) Diawal pembelajaran guru mencoba menarik minat dan perhatian siswa, mengajukan
pertanyaan komunikatif yang berkaitan dengan materi ajar;

c) Kemudian, guru menyampaikan tujuan pembelajaran;


d) Guru menjelaskan tahapan dan aturan dalam pembelajaran sesuai dengan model
pembelajaran Mind Mapping
e) Menyelenggarakan diskusi dengan pengawasan dan bimbingan guru;
f) Mengakhiri diskusi;
g) Guru melakukan tanya jawab dan penguatan terhadap hasil diskusi;
h) Dibawah bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.

c. Observasi
Observasi I dilakukan pada saat dilaksanakan tindakan I dengan mengamati aktivitas
guru dan peserta didik serta mengisi lembar observasi aktivitas belajar peserta didik dan
lembar observasi aktivitas guru. Pada saat pelaksanaan tindakan I, peneliti bertindak sebagai
guru dan dibimbing oleh guru pengampu yang bertindak sebagai observer. Yang bertujuan
untuk mengamati dan menilai tingkat keberhasilan guru (peneliti) dalam melaksanakan
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi sikap kepahlawanan dan patriotisme dan
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
Berikut tabel Observasi guru bidang studi dalam pembelajaran mind mapping
No Kategori Observasi Skala Penilaian
Pada Pertemuan
I PENDAHULUAN 3
a. Adab ketika masuk kelas. 3
b. Memotivasi siswa agar melibatkan diri dalam
kegiatan pembelajaran.

26
II KEGIATAN INTI 3
a. Penyajian Materi 3
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 3
2. Penguasaan kelas. 3
3. Penguasaan bahan (materi) ajar.
4. Penyajian bahan di dalam kelas.

b. Strategi Pembelajaran
1. Model pembelajaran metode mind mapping 3
digunakan sesuai dengan pencapaian indikator.

2. Penggunaan model pembelajaran dengan


diskusi dan Tanya jawab sesuai dengan yang telah 3
direncanakan.
3. Pembelajaran metode mind mapping 3
dilaksanakan dengan sistematis.

c. Pengelolaan Kelas
1. Upaya melibatkan peserta didik aktif dalam 3
diskusi dan saat pembelajaran berlangsung. 2
2. Upaya menertibkan peserta didik. 3
3. Menangani perilaku peserta didik

d. Komunikasi dengan peserta didik 3


1. Mengungkapkan pertanyaan dengan jelas. 2
2. Pemberian waktu untuk berfikir. 3
3. Memotivasi peserta didik untuk mengajukan
pertanyaan

e. Keterlibatan peserta didik dalam 2


pembelajaran 2
1. Peserta didik dengan sigap mencari pasangan 3
kartu indeks yang mereka miliki.

27
2. Peserta didik menantang pasangan lain dengan
mengajukan pertanyaan.
3. Siswa aktif menjawab pertanyaan.

f. Keaktifan siswa dalam bertanya dan 2


memberi tanggapan
1. Berdiskusi dengan pasangan untuk menjawab 2
pertanyaan.
2. Bertanya kepada guru jika belum mengerti.
3. Menjawab pertanyaan guru.

III KEGIATAN AKHIR


a. Melakukan Evaluasi 3
1. Memberikan penjelasan atas jawaban peserta 3
didik yang kurang sempurna atas pertanyaan yang 3
diberikan.
2. Memotivasi setiap pasangan untuk bekerja
sama.
3. Memberikan tes hasil belajar.
b. Keterampilan Menutup Pelajaran
1. Menyimpulkan pembelajaran 3
c. Penggunaan Waktu 3
1. Ketepatan waktu memulai pembelajaran. 2
2. Ketepatan waktu menyajikan materi. 2
3. Ketepatan waktu mengadakan evaluasi. 3
4. Ketepatan waktu mengakhiri pelajaran.

Rata-rata pertemuan 2,6

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa setelah diamati rata-rata penilaian yang
didapat pada saat mengelola pembelajaran di setiap pertemuan pada siklus I adalah 2,7
dengan kriteria cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian sudah cukup baik dalam
menyampaikan materi rantai makanan. menggunakan metode mind mapping. Namun

28
berdasarkan hasil pengamatan guru dalam mengelola pembelajaran terdapat beberapa
kelemahan, antara lain:
1) Guru belum optimal dalam menertibkan peserta didik;
2) Guru belum berhasil memotivasi peserta didik untuk aktif dalam diskusi;
3) Guru belum dapat mengoptimalkan waktu pada proses diskusi berlangsung.
Berikut ini merupakan lembar hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada
tabel 4.6 di bawah ini
No Aspek yang diamati Skala Penilaian
1 Siswa mempersiapkan diri untuk memulai 3
pembelajaran
2 Mendengarkan penjelasan guru. 2
3 Memahami perintah yang disampaikan guru. 2
4 Mencari pasangan kartu dengan sigap. 3
5 Pasangan kartu indeks yang didapat sesuai 2
dengan pertanyaan pada kartu indeks yang
dimiliki peserta didik.
6 Setiap pasangan kompak dan saling bekerja 2
sama.
7 Berani mengajukan pertanyaan kepada 2
pasangan lain.
8 Berani menjawab pertanyaan dari pasangan 2
lain.
9 Berani menanggapi jawaban dari pasangan 2
lain.
10 Bertanya kepada guru. 2
11 Menjawab pertanyaan yang diajukan guru. 3
12 Menarik kesimpulan. 2
Rata-rata pertemuan 2,23

Berdasarkan tabel di atas hasil perhitungan rata-rata lembar hasil observasi kegiatan
peserta didik bernilai 2,4 dengan kriteria cukup baik. Ini menunjukkan bahwa aktivitas
peserta didik selama proses pelaksanaan pembelajaran metode Mind mapping pada penelitian
ini belum cukup efektif.

29
Berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta didik tersebut dapat dianalisis beberapa
hal, antara lain:
a) Peserta didik belum sigap mengupayakan konsep mind mapping

c) Peserta didik yang sudah faham belum siap memulai menuliskan mind mapping

e) Peserta didik belum berani bertanya kepada guru;

Diakhir pertemuan siklus I, guru memberikan tes sebagai bagian dari evaluasi pembelajaran.
Hal ini bertujuan sebagai alat ukur ketercapaian pembelajaran yang sudah dilakukan. Adapun
data hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

30
No Nama Nilai Soal Kategori Ket
1 Afif Zumar Afham 75 Cukup Tuntas
2 Akbar Julian Pratama 66 Cukup Tidak Tuntas
3 Alfi Syahrina Ramadhani 70 Cukup Tidak Tuntas
4 Arka Kharisma Mahardika 70 Cukup Tidak Tuntas
5 Aurel Dea Rati Az- Zahra 60 Cukup Tidak Tuntas
6 Azizah Salsabila Safitri 70 Cukup Tidak Tuntas
7 Balqis Anggun Syakirah Ae 75 Cukup Tuntas
8 Dina Shela Kamelia 75 Cukup Tuntas
9 Feby Khuril'in Hanif 70 Cukup Tidak Tuntas
10 Hanifah Nur Laili 65 Cukup Tidak Tuntas
11 Hqq Aqwa Laksamana 70 Cukup Tidak Tuntas
12 Imanuel Dwi Pamungkas 70 Cukup Tidak Tuntas
13 M.Irsyad Saifulloh 66 Cukup Tidak Tuntas
14 Muhammad Ahsanul Khuluq 66 Cukup Tidak Tuntas
15 Muhammad Farhan Saputra 65 Cukup Tidak Tuntas
16 Muhammad Kenzo Javas Niscala 50 Sangat Rendah Tidak Tuntas
17 Paundra Yudhistira 70 Cukup Tidak Tuntas
18 Radhika Zinan Putra 75 Cukup Tuntas
19 Rizqi Zayyan Maulana 70 Cukup Tidak Tuntas
20 Tirsa Amalia 50 Sangat Rendah Tidak Tuntas
1348
Jumlah
Rata-Rata 67,4
Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK)

Dilihat dari hasil tes awal (pre-test) diatas, maka bisa dijelaskan:

Jumlah siswa siswa yang tuntas :4

Jumlah siswa siswa yang tidak tuntas : 16

31
Presentasi Ketuntasan Klasikal (PKK) :

Presentasi yang tidak tuntas :

Rata-rata kelas : 67,4

Dari data di atas, dapat dianalisis bahwa hanya 4 dari 20 jumlah peserta didik yang
dapat menuntaskan soal post test mencapai nilai KKM ≥ 75. Walau sudah ada peningkatan
terhadap hasil belajar siswa, namun belum dapat dikatakan tuntas karena persentase kelulusan
belum mencapai 85%. Sedangkan siswa yang tidak tuntas mencapai nilai KKM ≥ 75
berjumlah 16 orang dengan persentase 80%. Berdasarkan tingkat penguasaan siswa dapat
dikategorikan sebagai berikut:
Tabel Penugasan

Tingkat Ketuntasan Kategori Frekuensi Persentase


Belajar
(86-100) % Sangat Tinggi 0 0%
(76-85) % Tinggi 0 0%
(60-75) % Cukup 18 80%
(51-59) % Rendah 2 2%
(0-50) % Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 20 100%

Selanjutnya, peserta didik yang memiliki hasil belajar pada kategori cukup
berjumlah 18 orang 90% Hal ini berarti ada 18 orang peserta didik yang dapat menyelesaikan
tes dengan cukup baik. Ini menunjukkan peserta didik juga mengalami peningkatan pada
kategori cukup, yang sebelumnya hanya 2 orang pada tes awal (pre-test).
Peserta didik yang termasuk pada kategori tingkat penguasaan rendah tidak ada atau
0%. Ini menunjukkan bahwa peserta didik yang kurang mampu dalam menyelesaikan tes.
Sementara tingkat penguasaan tes pada kategori sangat rendah berjumlah 2 orang peserta
didik atau 10%. Pada kategori belum ada peningkatan yang signifikan. Karena pada tes awal
(Pre-Test) ada sebanyak 2 orang peserta didik yang termasuk pada kategori penguasaan tes
sangat rendah.

32
Hasil persentase tes hasil belajar peserta didik pada pelajaran tematik kelas 5 tema 5
materi sikap kepahlawanan dan patriotisme yang diberikan pada tes I (Post-Test I) dari 20
jumlah peserta didik diperoleh nilai rata-rata yaitu 67,4.
No Persentase Tingkat Banyak Siswa Persentase
Ketuntasan Ketuntasan Jumlah Siswa
1 <75% Tidak Tuntas 16 80%
2 >75% Tuntas 4 20%
Jumlah 20 100%

Dari data perolehan diketahui bahwa hasil belajar peserta didik belum sesuai dengan
Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal yang telah ditetapkan. Karena hanya 4 dari 20 orang
peserta didik saja yang dapat menuntaskan tes yang telah diberikan dengan nilai KKM ≥75,
dengan persentase 20%. Meskipun hasil tes I tersebut sudah mengalami peningkatan dari
sebelum dilakukannya tindakan, tetapi hal ini belum dapat dikatakan tuntas dan masih dalam
kategori cukup. Hal ini disebabkan karena masih terdapat beberapa siswa yang menganggap
sepele dengan tindakan yang diberikan, sehingga tidak serius dalam menyelesaikan tes.
Maka dirasa perlu mengadakan tindakan selanjutnya, yaitu siklus II. Dengan tujuan
untuk memperbaiki kesulitan yang dihadapi peserta didik dan untuk meningkatkan hasil
belajar pembelajaran IPS materi sikap kepahlawanan dan patriotisme. agar mencapai
ketuntasan klasikal yaitu 85%.
d. Refleksi I
Dari hasil analisis pada siklus I dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan
guru dengan model pembelajaran mind mapping belum berhasil dan perlu diakukan
perbaikan pada siklus selanjutnya. Beberapa permasalahan yang menyebabkan rendahnya
hasil belajar peserta didik, yaitu:
a) Peserta didik belum berani bertanya kepada guru;

d) Terdapat sebagian peserta didik yang belum mengetahui mind mapping

e) Terdapat sebagian peserta didik yang mengerjakan mind mapping -nya lama karena belum
terlalu faham materinya

33
DAFTAR PUSTAKA

Khoerunnisa. (2020). Analisis Model-model Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Dasa, 1–27.

N.E. (2015). Bloom’s taxonomy of cognitive learning objectives. Journal of Medical, 152–
153.

Nurhayati, N. (2020). Penerapan model pembelajaran mind mapping untuk meningkatkan


hasil belajar IPA kelas 5. JURNAL PENDIDIKAN PROFESI GURU.

Rizal. (2021). Student corner learning construction at MTs-Ma al-Qur’an La Raiba Hanifida
Jombang. Journal of Industrial Engineering & Management Research, 330–346.

Awalina, A. (2019). Pengaruh Strategi Belajar Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Tema
Ekosistem Siswa KelasV di SDN Lengkong 04 Jember. Universitas Jember.

Buzan. (2007). Buku Pintar Mind Map untuk Anak. Jakarta: Erlangga.

Mutrofin. (2018). Hasil Pem(Belajar)an: Teori dan Pengukurannya . Surabaya: LaksBang


PressIndo.

Susanto. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasr. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.

Swadarma. (2013). Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum Pembelajaran. Jakara: PT


Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Windura. (2013). 1st Mind Map Teknik Berpikir & Belajar Sesuai Cara Kerja Alami Otak.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

34

Anda mungkin juga menyukai