Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA


MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS KELAS VIII

DISUSUN OLEH:
Arif Desramaza
NIM A1C219071

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Drs. Syaiful, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam pembelajaran matematika siswa tidak hanya diajarkan untuk sekedar
menghafal rumus-rumus matematika saja, tetapi siswa juga harus dapat menggunakan ilmu
matematika untuk memecahkan permasalahan yang ada di sekitar mereka. Permasalahan
matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dalam pelajaran matematika
akan membuat siswa lebih memahami manfaat dari ilmu yang telah dipelajari.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru matematika kelas VIII
MTs N 5 Kota Jambi penyebab dari rendahnya kemampuan penalaran siswa dalam
mengerjakan soal matematika yaitu karena siswa kurang menguasai materi dasar dan siswa
hanya terfokus pada penyelesaian yang dicontohkan oleh guru tanpa mengetahui maknanya
yang mengakibatkan siswa sulit mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan pemahamannya
untuk mengaplikasikan rumus ke pemecahan masalah sehingga kemampuan penalaran
matematis siswa tidak berkembang.
Menurut (Turmudi, 2008) kemampuan penalaran matematis merupakan suatu
kebiasaan otak seperti halnya kebiasaan lain yang harus dikembangkan secara konsisten
menggunakan berbagai macam konteks, mengenal penalaran dan pembuktian merupakan
aspek-aspek fundamental dalam matematika. Dengan penalaran matematis, siswa dapat
mengajukan dugaan kemudian menyusun bukti dan melakukan manipulasi terhadap
permasalahan matematika serta menarik kesimpulan dengan benar dan tepat.
Menurut Yulianti, D.E., Wuryanto, (2013) kemampuan penalaran siswa harus diasah
agar siswa dapat menggunakan nalar yang logis dalam menyelesaikan suatu permasalahan
matematika. Apabila siswa diperkenalkan dengan penalaran, diharapkan nantinya siswa
dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Di dalam mengembangkan kemampuan penalaran matematis siswa, ada beberapa
standar yang telah digariskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan secara
teoritis juga ditegaskan oleh NCTM, melalui “the teaching principle” dua diantaranya: (1)
Anak-anak mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan pemahaman mereka; dan (2)
Pembelajaran aktif mencari dan menemukan sendiri ide matematika dengan pendekatan sains
(NCTM, 2000).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan penalaran
matematis siswa, salah satunya kurangnya soal-soal penalaran yang diberikan guru. Soal-soal
yang diberikan hanya berpusat pada satu buku saja. Guru tidak berinisiatif untuk menambah
soal-soal berbentuk penalaran dari sumber lain. Hal ini berdampak pada siswa karena tidak
terbiasa dihadapkan dengan soal-soal berbentuk penalaran. Selain itu siswa masih sering
dibiasakan menghafal rumus. Akibatnya, ketika siswa diberikan soal bentuk berbeda dengan
materi yang hampir mirip, siswa tidak bisa mengerjakan soalnya lagi dan jawaban siswa
tidak sistematis. Faktor berikutnya adalah siswa tidak mau aktif dalam menemukan solusi
dari suatu permasalahan matematika. Hal ini dikarenakan pada materi dasar matematika
siswa sudah tidak mau aktif mengolah materi yang ada dan mengembangkan sendiri materi
itu.
Berdasarkan hasil survey Indonesia Mathematics and Science Teacher Education
Project-Japan International Corporation Agency (IMSTEP-JICA) dalam (Herman, 2007),
satu diantara penyebab rendahnya kualitas penalaran matematis siswa dalam proses
pembelajaran matematika yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru, konsep matematika
disampaikan secara informative, dan siswa dilatih menyelesaikan banyak soal tanpa
pemahaman yang mendalam. Akibatnya, kemampuan penalaran dan kompetensi strategis
siswa tidak berkembang seba gaimana mestinya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka salah satu solusi yang
dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut ialah dengan penggunaan model
pembelajaran Discovery Learning. Menurut Fitmawati (2015: 3) discovery learning
merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau
prinsip yang sebelumnya tidak diketahui pada pengajaran dan keterampilan pemecahan
masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Dengan menggunakan model
pembelajaran ini siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya dan
untuk menemukan penyelesaian dari suatu permasalahan yang diberikan.
Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya, berpusat pada siswa dan guru berperan
sama-sama aktif mengeluarkan gagasa-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai
siswa dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. Membantu dan mengembangkan ingatan
dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru, mendorong sisiwa berfikir intuisi dan
merumuskan hipotesis sendiri. Dengan demikian diharapkan dengan penggunaan model
pembelajaran ini prestasi belajar matematika siswa akan lebih baik.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut maka penulis memutuskan untuk meneliti
peningkatan yang dialami siswa dalam bernalar di mana judul penelitian yang penulis ambil
yaitu : “ANALISIS PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA MATERI
PERSAMAAN GARIS LURUS KELAS VIII.”

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini berdasarkan latar
belakang di atas ialah “Apakah penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dapat
meningkatkan kemampuan penalaran matematis pada materi persamaan garis lurus?”

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang terdapat dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah
ialah untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada materi persamaan garis lurus.

1.4 Manfaat Penelitian


Melakukan penelitian tentu memiliki banyak manfaat bagi pembaca seperti siswa,
guru, orang tua, pihak sekolah, dan akademisi pendidikan itu sendiri serta tak lupa manfaat
yang paling utama dirasakan oleh peneliti sendiri. Beberapa manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi guru matematika, meberikan gambaran atau informasi mengenai implementasi
model pembelajaran discovery learning terhadap upaya untuk meningkatkan kemampuan
penalaran matematis siswa, sehingga dapat menjadi pedoman bagi implementasi model
pembelajaran discovery learning dikelas lainnya.
2. Bagi siswa, dapat lebih termotivasi dalam pembelajaran matematika sehingga dapat
meningkatkan penalaran matematis.
3. Bagi peneliti, menambah pengalaman dan wawasan dalam menerapkan suatu model
pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis
siswa.
4. Bagi peneliti lanjutan, dapat menjadi rekomendasi agar penerapan model pembelajaran
discovery learning dalam pembelajaran matematika dapat digunakan terhadap
kemampuan matematika lainnya.
5. Bagi sekolah, Penelitian ini dapat memberikan peran untuk memperbaiki proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penalaran matematis siswa khususnya di
MTs N 5 Kota Jambi.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
2.1 Penalaran Matematis
2.1.1 Pengertian Kemampuan Penalaran Matematis
Berdasarkan pendapat (NCTM, 2000) dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran
matamatis adalah kemampuan seseorang untuk menarik suatu kesimpulan baru berdasarkan
pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya melalui suatu proses, langkah-langkah dan
aktivitas berpikir yang logis. Untuk memahami matematika dan dapat menggunakannya dalam
menyelesaikan masalah diperlukan penguasaan konsep yang lebih baik. Supaya dapat
menyelesaikan soal-soal dengan benar diperlukan kemampuan penalaran yang baik.
Kemampuan penalaran melatih sisiwa untuk ikut terlibat berpikir dan
mempertimbangkan sesuatu saat siswa diberi sebuah permasalahan, siswa dituntut untuk
memberikan dan mengembangkan ide matematikanya melalui kemampuan penalarannya. Jadi
siswa tidak hanya sekedar menerima dari guru dan tidak hanya sekedar memahami konsep
ataupun rumus saja. Ide matematika yang dimiliki oleh siswa dapat dikembangkan menjadi
sebuah penyelesaian menurut kmampuan siswa itu sendiri dalam menangani persoalan yang
diberikan oleh guru, dengan penalaran siswa mampu lebih mandiri dalam menggunakan daya
pikirnya (Jeannotte, 2017).

2.1.2 Indikator Kemampuan Penalaran Matematis


Menurut Hidayat, (2018) Kemampuan penalaran matematis siswa diukur dengan
menggunakan indikator-indikator tertentu. Departemen pendidikan nasional dalam peraturan
Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 tentang rapor diuraikan bahwa indikator siswa memiliki
kemampuan dalam penalaran adalah mampu:
1. Mengajukan dugaan
2. Melakukan manipulasi matematika
3. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran
solusi
4. Menarik kesimpulan dari pernyataan
5. Memeriksa kesahihan suatu argument
6. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Menurut (Lithner, 2017) menyatakan bahwa indikator seorang siswa menggunakan
penelaran adalah:
1. Mengamati pola atau keteraturan sebagai aspek mendasar pada matematika
2. Menemukan generalisasi atau konjektur berkenaan dengan keteraturan yang diamati
3. Menilai/menguji konjektur
4. Mengkonstruk dan menilai/mengevaluasi argument matematika
Adapun menurut Sumarmo, indikator penalaran matematis pada pembelajaran
matematika antara lain, siswa dapat:
1. Transduktif : manarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat khusus yang satu diterapkan pada
kasus khusus lainnya.
2. Analogi : penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan data/proses
3. Generalisasi : penarika kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang teramati
4. Memperkirakan jawaban atau proses penyelesaian
5. Memberikan penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta, sifat, hubungan atau pola yang
ada
6. Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan menyusun konjektur.
Bersadarkan beberapa pendapat mengenai indikator kemampuan penalaran matematis
yang telah diuraikan di atas, maka indikator kemampuan penalaran matematis yang penulis
gunakan dalam penelitian adalah:
1. Memperkirakan proses penyelesaian: maksudnya siswa memperkirakan proses penyelesaian
terhadap soal yang diberikan dengan membuat suatu ilustrasi, menuliskan diketahui, ditanya.
2. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis matematik: siswa menggunakan pola-
pola yang diketahui, kemudian menghubungkannya untuk menganalisa situasi matematik
yang terjadi.
3. Menyusun argument yang valid dengan menggunakan langkah yang sistematis: siswa
menyusun argument yang valid dengan menggunakan langkah penyelesaian.
4. Menarik kesimpulan yang logis: siswa menarik kesimpulan yang logis dengan memberikan
alasan pada langkahh penyelesaiannya.
2.2 Model Pembelajaran Discovery Learning
2.2.1 Pengertian Model Discovery Learning
Menurut Hosnan, ( 2014) discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan
cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar
berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi.
Pembelajaran dengan discovery learning merupakan suatu komponen penting dalam
pendekatan konstruktivis. Ide pembelajaran discovery learning muncul dari keinginan untuk
memberi rasa senang kepada anak/siswa dalam “menemukan” sesuatu oleh mereka sendiri,
dengan mengikuti jejak para ilmuwan. Melalui pembelajaran discovery, diharapkan siswa terlibat
dalam penyelidikan suatu hubungan, mengumpulkan data, dan menggunakannya untuk hukum
atau prinsip yang berlaku pada kejadian tersebut (Smit, 2019).
Menurut Bruner (Medová, 2020) bahwa discovery learning merupakan model
pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat
siswa lebih aktif menemukan pengetahuan sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa discovery learning
adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif melalui tukar pendapat,
mencoba dan menemukan penyelesaian dari permasalahan dengan bimbingan guru.

2.2.2 Karakteristik Model Discovery Learning


Menurut (Listika Burais, M. Ikhsan, 2016) terdapat tiga ciri utama dari belajar
menemukan (Discovery Learning) yaitu :
1. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan
menggeneralisasikan pengetahuan.
Tujuan memecahkan masalah ini adalah untuk menciptakan pengetahuan yang sama sekali
baru, menggabungkan pengetahuan-pengetahuan yang sudah dimiliki, kemudian
mengeneralisasi ilmu pengetahuan.
Berpusat pada siswa.
2. Dalam pembelajaran berbasis penemuan, peserta didik harus aktif menemukan informasi
yang kemudian diolah menjadi pengetahuan. Mencari dari sumber-sumber informasi yang
telah ada dan tersedia dalam berbagai bentuk. Baik berupa benda yang harus diamati, atau
referensi tertulis ataupun narasumber.
3. Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Ciri pembelajaran penemuan ini menunjukkan adanya pengembangan pengetahuan yang
sudah dimiliki oleh siswa. Pengetahuan yang baru ditemukan, digabungkan dengan
pengetahuan siswa sebelumnya.

2.2.3 Sintaks Model Discovery Learning


Menurut Muhibbin Syah.,( 2004) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di
kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara
umum sebagai berikut. 
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar
dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan
kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam
memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat
tercapai. 
2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) Setelah dilakukan stimulation guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) 
3. Data collection (pengumpulan data) Pada saat siswa melakukan eksperimen atau
eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyakbanyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Data
dapat diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan
narasumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya. 
4. Data processing (pengolahan data) Menurut (Muhibbin Syah, 2014) pengolahan data
merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik
melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek: terjawab atau tidak, terbukti
atau tidak.
5. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Tahap generalisasi/menarik
kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum
dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip- prinsip yang mendasari
generalisasi.

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning


a. Kelebihan
1. Membantu siswa untuk mengembangkan, mempersiapkan, serta menguasai
keterampilan dalam proses pembelajaran.
2. Siswa memperoleh pengetahuan sangat pribad/individual sehingga dapat
kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
3. Membangkitkan gairah belajar siswa.
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuan nya masing-masing.
5. Memperkuat dan menambah kepercayaan diri siswa.
b. Kelemahan
1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental, memiliki keberanian dan
keinginan yng kuat untuk mengetahui keadaan sekitar nya dengan  baik.
2. Bila kelas terlalu besar penggunaan metode ini akan kurang efektif.
3. Membutuhkan waktu yang relatif lama di bandingkan dengan metode belajar
menerima

2.4 Hubungan Kemampuan Penalaran Matematis dengan Model Discovery Learning


Penalaran matematis siswa adalah kemampuan untuk menarik suatu kesimpulan baru
yang berdasarkan pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya melalui suatu proses dengan
langkah-langkah berpikir yang logis. Kemampuan penalaran melatih siswa untuk ikut terlibat
berpikir dan mempertimbangkan sesuatu saat siswa diberi sebuah permasalahan, siswa dituntut
untuk memberikan dan mengembangkan ide matematikanya melalui kemampuan penalarannya.
Jadi siswa tidak hanya sekedar menerima dari guru dan tidak hanya sekedar memahami konsep
ataupun rumus saja (Yulianti, D.E., Wuryanto, 2013).
Menurut (Herman Hudoyo, 2015) bahwa model discovery learning merupakan suatu cara
penyampaian topik-topik matematika, sedemikian hingga proses belajar memungkinkan siswa
menemukan sendiri pola-pola atau struktur matematika melalui serentetan pengalaman-
pengalaman belajar yang lampau. Dalam proses menemukan, keterlibatan siswa secara aktif
sangat penting karena dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik, sehingga belajar menjadi bermakna.
Untuk mendapatkan suatu kesimpulan sangat diperlukan kemampuan berpikir dalam
menyelesaiakan masalah, salah satunya kemampuan penalaran, kemampuan ini sangat penting
dimiliki oleh siswa dalam pemabelajaran dan juga kehidupan sehari-hari.
Bruner juga menganggap bahwa discovery learning sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha
sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya
belajar melalui pertisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan
untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan
mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri (Chen, 2018).
Berdasarkan uraian di atas kemampuan penalaran mempunyai hubungan yang erat
dengan model discovery learning karena untuk menyelesaikan permasalahan matematika
dibutuhkan suatu proses yang mendukung siswa sehingga dapat menyimpulkan dan
mendapatkan pemahaman baru tentang materi yang dipelajari.

2.5 Materi Persamaan Garis Lurus


2.5.1 Pengertian Persamaan Garis Lurus
Menurut (Buduka, 2015) persamaan garis lurus adalah perbandingan antara koordinat y
dan koordinat x dari dua titik yang terletak pada sebuah garis. Perhatikan grafik dari fungsi (𝑥) =
2𝑥 + 1 dalam Koordinat Cartesius di bawah ini.

Sumbu mendatar disebut sumbu 𝑥 dan sumbu tegak disebut sumbu (𝑥). Apabila fungsi di
atas dituliskan dalam bentuk 𝑦 = 2𝑥 + 1, maka sumbu tegak di sebut sumbu 𝑦. Dengan demikian
𝑦 = (𝑥).
Karena grafik dari fungsi (𝑥) = 2𝑥 + 1 atau 𝑦 = 2𝑥 + 1 berupa garis lurus, maka bentuk 𝑦
= 2𝑥 + 1 disebut persamaan garis lurus.
Bentuk umum persamaan garis lurus dapat dinyataka dalam dua bentuk berikut ini:
a. Bentuk eksplisit
Bentuk umum persamaan garis lurus dapat dituliskan sebagai 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐, dengan 𝑥 dan 𝑦
variabel atau peubah, 𝑚 dan 𝑐 konstanta. Bentuk persamaan tersebut dinamakan bentuk
eksplisit. Dalam hal ini 𝑚 sering dinamakan 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑎𝑟𝑎ℎ atau 𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 dari garis lurus.
Sehingga untuk garis yang persamaannya 𝑦 = 2𝑥 + 1 mempunyai gradien 𝑚 = 2
b. Bentuk implisit
Persamaan 𝑦 = 2𝑥 + 1 dapat diubah ke bentuk lain yaitu 2𝑥 − 𝑦 + 1 = 0. Sehingga bentuk
umum yang lain untuk persamaan garis lurus dapat dituliskan sebagai 𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 + 𝐶 = 0,
dengan 𝑥 dan 𝑦 peubah serta 𝐴,𝐵, dan 𝐶 konstanta. Bentuk tersebut dinamakan bentuk
𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑡.

2..5.2 Rumus Persamaan Garis Lurus


a. Persamaan garis lurus bentuk umum y = mx
b. Persamaan garis lurus bentuk umum y = mx + c
c. Persamaan garis lurus yang melalui titik (x1, y1) dan bergradien m. Persamaannya yaitu y
– y1 = m (x – x1)
d. Persamaan garis lurus yang melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2)
y− y ₁ x− x ₁
=
y ₂− y ₁ x ₂−x ₁

2.6 Penelitian yang Relevan


Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa hasil penelitian yang relevan,
diantaranya :
1. Nurmini
Penelitian yang dilakukan oleh Nurmini berjudul pengaruh penerapan metode discovery
learning terhadap kemampuan penalaran matematis siswa SMP Negeri 23 Pekanbaru.
Adapun rumusan masalahnya yaitu apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran
matematika siswa antara siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran discovery
learning dengan siswa yang belajar tidak menggunakan pembelajaran discovery learning.
Adapun hasil penelitian yang didapat adanya pengaruh yang signifikan pada penerapan
metode discovery learning terhadap kemampuan penalaran matematis siswa SMP Negeri 23
Pekanbaru yang diketahui dengan perbandingan nilai thitung dan ttabel pada tarafsignifikan 5%.
Adapun hasil perhitingan uji hipotesis diketahui besarnya t hitung lebih besar dari ttabel (39,71 >
2,066). Namun Pada penelitian yang penulis lakukan ini ingin melihat peningkatan
kemampuan penalaran matematis siswa setelah diterapkan dengan model discovery learning.
2. Listika Burais
Penelitian yang dilakukan oleh Listika Burais, dkk pada tahun 2016 yang berjudul
Peningkatan Kemampuan Penlaran Matematis Siswa melalui Model Discovery Learning,
hasil penelitian yang didapatkan berdasarkan analisis data yang berupa data kuantitatif yang
berasal dari nilai pretes dan N-Gain kemampuan penalaran matematis siswa kelas
eksperimen sebanyak 25 orang siswa dan kelas kontrol 23 siswa, diperoleh nilai signifikan
terhadap keseluruhan siswa 0,0001. Hal tersebut menunjukkan Ha diterima artinya adanya
peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
model discovery learning lebih baik dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian merupakan kerangka, pola, atau rancangan yang menggambarkan alur
dan arah penelitian yang di dalamnya terdapat langkah-langkah atau tahap-tahap yang
menunjukan suatu urutan kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen (experimental method). Penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu yang sengaja
dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu. Peneliti dengan sengaja dan secara sistematis
memasukkan perubahan-perubahan ke dalam gejala alamiah dan kemudian mengamati akibat
dari perubahan itu. Penggunaan metode ini bertujuan mengetahui sejauh mana pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah proses
belajar dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning. Sedangkan variabel
terikatnya adalah kemampuan penalaran matematis siswa. Oleh sebab itu pada penelitian ini
menggunakan dua buah kelompok, kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen yang diberi
perlakuan model pembelajaran discovery learning dan kelompok yang kedua sebagai kelompok
kontrol yang diberi perlakuan dengan pendekatan pembelajaran Konvensional. Pendekatan
pembelajaran konvensional adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi oleh
gurunya sebagai “pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai ‘penerima’ ilmu dan
pendekatan ini didominasi dengan metode ceramah dan tanya jawab (Lo, 2018).

3.2 Desain Penelitian


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Jenis penelitian Quasi Exprimental Design
dengan jenis desain Pretest-Postest Control Group Design. Penelitian ini melibatkan dua kelas,
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada tahap awal kedua kelompok akan diberikan soal
pre-test untuk mengetahui kemampuan dasar siswa kemudian pada tahap pembelajaran kedua
kelompok akan diberikan perlakuan yang berbeda yaitu kelas eksperimen diberikan perlakuan
dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning sedangkan kelas kontrol diberikan
perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran konvensional. Setelah diberikan perlakuan,
masing-masing kelompok akan diberikan postest untuk mengetahui perubahan kemampuan
penalaran matematis siswa setelah diterapkan perlakuan tersebut.
Adapun desain penelitiannya dapat dilihat sebagai berikut:
Table 3.1
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O3 - O4

Keterangan :
O1 = Pretest kelas eksperimen

O2 = Postest kelas eksperimen

O3 = Pretest kelas kontrol

O4 = posttest kelas kontrol

X1 = Pembelajaran dengan model discovery learning

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs N 5 Kota Jambi yang terletak di Jl. Lingkar Barat 2
Jambi.

3.3.2 Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada semester genap Tahun Ajaran 2021/2022.

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs N 5 Kota Jambi pada
tahun ajaran 2020/2021.

3.4.2 Sampel
Pada penelitian ini, sampel yang dipilih adalah 2 kelas dari 5 kelas. Dan dibagi dalam 2
kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dimana kelas VIII A sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol.
3.5 Instrumen Penelitian
Untuk mempermudah dalam pengumpulan data dan analisis data, maka dalam penelitian
ini peneliti menggunakan instrumen penelitian yaitu :
3.5.1 Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang digunakan dalam
proses belajar mengajar. Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD),
soal tes.
3.5.2 Lembar Tes Kemampuan Penalaran Matematis
Data hasil belajar digunakan untuk alat evaluasi penalaran matematis siswa terhadap
materi persamaan garis lurus dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.
Soal tes diberikan sebelum pembelajaran dimulai (pretest) dan sesudah pembelajaran pada
pertemuan terakhir (postest), pretest dan postest berbentuk essay dengan skor nilai yang
berbeda. Soal tes tersebut diambil peneliti dari berbagai sumber, terlebih dahulu soal tes
tersebut dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan divalidasi isi oleh dosen dan guru di
sekolah.
Kemudian hasil jawaban siswa tersebut akan dikoreksi dengan menggunakan rubrik
penilaian kemampuan penalaran matematis siswa. Pada proses pengembangan instrumen,
peneliti memodifikasi rubrik untuk kemudian disesuaikan dengan kebutuhan peneliti.
Tujuannya adalah untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penskoran. Rubrik ini
merupakan rubrik adaptasi dari penelitian Nurhayati,dkk.
Table 3.2
Sko
Indikator Keterangan
r
Tidak dapat memperkirakan proses penyelesaian
1
sama sekali
Dapat memperkirakan proses penyelesaian tetapi
2
memperkirakan salah
proses Memperkirakan proses penyelesaian dengan
penyelesaian 3 benar tetapi urutannya tidak sesuai dengan
konsep
Memperkirakan proses penyelesaian yang tepat
4
Tidak dapat menuliskan pola yang diketahui dari
1 soal dan tidak dapat menghubungkan dengan
yang ditanyakan dalam soal
Dapat menuliskan pola yang diketahui dari soal
Menggunakan
2 tetapi tidak dapat menghubungkannya dengan
pola dan
yang ditanyakan dalam soal.
hubungan untuk
Dapat menuliskan pola yang diketahui dari soal
menganalisa
3 dan dapat menhubungkannya dengan yang
matematik
ditanyakan dalam soal tetapi salah.
Dapat menuliskan pola yang diketahui dari soal
4 dan dapat menghubungkannya dengan yang
ditanyakan dalam soal
Salah menyusun argumen yang valid dengan
1 menggunakan langkah penyelesaian yang tidak
sistematis
Menyusun
Kurang dapat menyusun argumen yang valid
argumen yang
2 dengan langkah penyelesaian yang kurang
valid dengan
sistematis
menggunakan
Dapat menyusun argumen yang valid dengan
langkah 3
langkah penyelesaian yang kurang sistematis
sistematis
Dapat menyusun argumen yang valid dengan
4 tepat menggunakan langkah penyelesaian yang
sistematis
Tidak dapat menarik kesimpulan yang logis dan
1 tidak dapat memberikan alasan dengan benar
pada langkah penyelesaian
Salah dalam menarik kesimpulan yang logis dan
2 memberikan alasan yang salah pada langkah
Menarik
penyelesaian
kesimpulan
Dapat menarik kesimpulan yang logis tetapi
yang logis
3 memberikan alasan yang kurang benar pada
langkah penyelesaian
Dapat menarik kesimpulan yang logis dan
4 memberikan alasan yang benar pada langkah
penyelesaian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk terlaksananya penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Tes
Tes merupakan pertanyaan-pertanyaan atau latihan-latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini dilakukan untuk memperoleh data
tentang tingkat kemampuan penalaran matematis siswa baik pada kelas eksperimen maupun
pada kelas kontrol. Dalam penelitian ini tes diberikan kepada setiap siswa dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis yang akan
dilakukan sebanyak dua kali yaitu:
a. Pretest
Pretest yaitu tes yang diberikan kepada siswa sebelum diberikan perlakuan (treatment)
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal yang dimiliki oleh siswa sebelum
dibelajarkan dengan model pembelajaran discovery learning dan model pembelajaran
konvensional. Pretest terdiri dari 3 soal uraian yang telah divalidasi oleh ahli.
b. Postest
Postest yaitu tes yang diberikan kepada siswa setelah diberikan perlakuan (treatment)
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi akhir dari kemampuan komunikasi matematis
siswa setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran discovery learning dan model
pembelajaran konvensional. Postest terdiri dari 3 soal uraian yang sudah divalidasi oleh ahli.
2. Lembar Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawab. Peneliti
memberi angket kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran discovery learning.

3.7 Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu suatu teknik analisis yang
penganalisisannya dilakukan dengan perhitungan karena berhubungan dengan angka, yaitu dari
hasil tes kemampuan penalaran matematis siswa yang diberikan.Tahap analisis data merupakan
tahap yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena pada tahap inilah peneliti dapat
merumuskan hasil-hasil penelitiannya. Adapun data yang diolah untuk penelitian ini adalah data
tes awal dan tes akhir pada kelas kontrol dan eksperimen. Data yang telah terkumpul tersebut
dianalisis secara statistik, sebagai berikut :
3.7.1 Teknik Analisis Tes Kemampuan Penalaran Matematis
Tes penalaran matematika digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran
matematika dalam menyelesaikan masalah matematika. Setelah subjek mengerjakan soal tes
penalaran matematika, kemudian peneliti akan melakukan analisis terhadap hasil tes
penalaran matematika tersebut.
Data kemampuan penalaran matematis siswa yang diperoleh merupakan data
berskala ordinal. Data berskala ordinal sebenarnya merupakan data kualitatif atau bukan
angka sebenarnya. Ada dua cara dalam mengubah data ordinal menjadi data interval yaitu
dengan menggunakan perhitungan manual dan prosedur dalam excel.
Adapun langkah dalam melakukan konversi dengan MSI secara manual adalah
sebagai berikut:
a. Menghitung frekuensi setiap skor
b. Menghitung proporsi
Proporsi dapat dihitung dengan membagi frekuensi setiap skala ordinal dengan jumlah
seluruh frekuensi skala ordinal.
c. Menghitung proporsi komulatif
Proporsi komulatif dihitung dengan cara menjumlahkan setiap proporsi secara berurutan.
d. Menghitung nilai Z
Dengan mengasumsikan proporsi komulatif berdistribusi normal baku maka nilai Z akan
diperoleh dari table distribusi normal baku.
e. Menghitung nilai densitas fungsi Z
Nilai densitas F(z) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1 −1 z
F (z)= exp( z)
√2 π 2
Keterangan: Z adalah nilai Z yang telah dihitung pada poin d

f. Menghitung scale value


Rumus yang digunakan untuk menghitung scale value yaitu sebagai berikut:
densty at lower limit−densty opper limit
SV =
areaunder opper limit −area under lower limit
Keterangan :

Densty at lower limit = Nilai densitas batas bawah

Densty at opper limit = Nilai densitas batas atas


Area under opper limit = Area batas atas

Area under lower limit = Area batas bawah

g. Menghitung pengskalaan
Nilai hasil pengskalaan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
1) SV terkecil (SV min)
Ubah nilai SV terkecil (nilai negatif terbesar) diubah menjadi sama dengan 1.
2) Transformasi nilai skala dengan rumus:
𝑦 = 𝑆𝑉 + |𝑆𝑉 𝑚𝑖𝑛|
Keterangan: SV adalah scale value
Selanjutnya data tersebut diuji dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikan  =
0.05.
1) Analisis Data Peningkatan Kemampuan penalaran Matematis Siswa Kelas Eksperimen
a. Mentabulasi Data ke dalam Tabel Distribusi Frekuensi
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama maka menurut
Sudjana terlebih dahulu ditentukan:
1) Rentang yaitu data terbesar dikurangi data terkecil.
2) Banyak kelas interval = 1 + (3,3) log n
rentang
3) Panjang kelas interval (p) =
banyak kelas
4) Pilih ujung bawah kelas interval pertama. Untuk ini bisa diambil sama dengan data
terkecil atau nilai data yang lebih kecil dari data terkecil tetapi selisihnya harus kurang
dari panjang kelas yang telah ditentukan. Selanjutnya daftar diselesaikan dengan
menggunakan harga-harga yang telah dihitung.
b. Menentukan nilai rata-rata (𝒙̅)
Menentukan nilai rata-rata skor pre-test dan post-test masing-masing kelompok dengan rumus

x=
∑ fᵢxᵢ
∑ fᵢ
Keterangan:

𝑥̅= Skor rata-rata siswa

fi = frekuensi kelas interval data


xi = Nilai tengah.

c. Menghitung Varian (s2 )


Untuk menghitung simpangan baku masing-masing kelompok dengan rumus:

∑ fᵢxᵢ²−(¿ ∑ fᵢxᵢ ²) ¿
S= n
√ n(n−1)
Keterangan:

n = Jumlah siswa

s = Simpangan baku

d. Uji Normalitas
Untuk mengetahui normalnya data, diuji dengan menggunakan chi-kuadrat dengan
menggunakan rumus:
k
2 ( Oᵢ−Eᵢ )2
X =∑
i=1 Eᵢ
Keterangan:
x2 = Distribusi chi-kuadrat
Oi = Hasil pengamatan
K = banyak Kelas
Ei = Hasil yang diharapkan.
Data akan berdistribusi normal dengan dk = (n – 1). Kriteria pengujian adalah tolak 𝐻0
jika x2 ≥ x2(1−)(n−1) , dengan α = 0,05, terima 𝐻0 jika 𝜒 2 ≤ x2(1−)(n−1)
Hipotesis dalam uji kenormalitas adalah sebagai berikut:
𝐻0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
𝐻1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
e. Uji Homegenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol homogen setelah dilakukan tindakan. Langkah-langkah pengujian homogenitas
adalah sebagai berikut;
VariansTerbesar
F=
varians Terkecil
1
Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻0 diterima dengan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐹 α ( 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 − 𝑑𝑘𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 − 1) pada α =
2
0,05.
Hipotesis dalam uji normalitas data adalah sebagai berikut:
𝐻0: kedua kelompok memiliki varians yang sama
𝐻1: kedua kelompok memiliki varians yang berbeda

f. Pengujian dengan Gain Score


Data utama yang dipakai untuk melihat peningkatan hasil belajar adalah data hasil pretest
dan posttest. Data tersebut dianalisis untuk melihat skor hasil tes. Selanjutnya peningkatan
kemampuan penalaran matematis siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung
dengan rumus g faktor (Gain score ternormalisasi), yaitu:
Xpost − Xpre
g=
Xmax−Xpre
Keterangan:

Xpre = rata-rata pretest

Xpost = rata –rata postest

Xmaks = rata-rata maksimum

Table 3.5 Kriteria Nilai Gain


Skor Gain Interpretasi
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah

2) Analisis Data Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa antara Kelas Eksperimen
dan kelas kontrol.
a. Mentabulasi Data ke dalam Tabel Distribusi Frekuensi
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama maka menurut
Sudjana terlebih dahulu ditentukan:
1) Rentang yaitu data terbesar dikurangi data terkecil.
2) Banyak kelas interval = 1 + (3,3) log n
rentang
3) Panjang kelas interval ( p)=
banyak kelas
Pilih ujung bawah kelas interval pertama. Untuk ini bisa diambil sama dengan data terkecil
atau nilai data yang lebih kecil dari data terkecil tetapi selisihnya harus kurang dari panjang
kelas yang telah ditentukan.
b. Menentukan nilai rata-rata (𝒙̅)

Menentukan nilai rata-rata skor pre-test dan post-test masing-masing kelompok dengan rumus

x=
∑ fᵢxᵢ
∑ fᵢ
Keterangan:

𝑥̅= Skor rata-rata siswa

fi = frekuensi kelas interval data

xi = Nilai tengah.

c. Menghitung Varian (s2 )


Untuk menghitung simpangan baku masing-masing kelompok dengan rumus:

∑ fᵢxᵢ²−(¿ ∑ fᵢxᵢ ²) ¿
S= n
√ n(n−1)

Keterangan:

n = Jumlah siswa

s = Simpangan baku

d. Uji Normalitas
Untuk mengetahui normalnya data, diuji dengan menggunakan chi-kuadrat dengan menggunakan
rumus:
k
2 (Oᵢ−Eᵢ)²
X =∑
i=1 Eᵢ
Keterangan:

X2 = Distribusi chi-kuadrat

Oi = Hasil pengamatan
K = banyak Kelas

Ei = Hasil yang diharapkan.

Data akan berdistribusi normal dengan dk = (n – 1). Kriteria pengujian adalah tolak 𝐻0 jika x2 ≥
x2(1−)(n−1) , dengan α = 0,05, terima 𝐻0 jika x2≤ x2(1−)(n−1)

e. Uji Homegenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol homogen setelah dilakukan tindakan. Langkah-langkah pengujian homogenitas
adalah sebagai berikut;
VariansTerbesar
F=
varians Terkecil
1
Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻0 diterima dengan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐹 α ( 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 − 𝑑𝑘𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 − 1) pada α =
2
0,05.
Hipotesis dalam uji normalitas data adalah sebagai berikut:
𝐻0: kedua kelompok memiliki varians yang sama
𝐻1: kedua kelompok memiliki varians yang berbeda

f. Uji Kesamaan Dua Rata-rata


Setelah data tes awal (pre-test) antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol berdistribusi
normal dan homogen maka langkah selanjutnya adalah menguji kesamaan dua rata-rata dari hasil
belajar siswa dengan menggunakan statistik uji t. Hipotesis yang akan diuji pada taraf signifikan
 = 0,05. Adapun rumusan hipotesis yang akan di uji adalah sebagai berikut:
: 𝜇1 = 𝜇2 (Nilai rata-rata pre test kelas eksperimen sama dengan nilai rata-rata pre test
kelas kontrol)
𝐻a : 𝜇1 ≠ 𝜇2 (Nilai rata-rata pre test kelas eksperimen tidak sama dengan nilai rata-rata pre
test kelas kontrol)
Adapun rumus statistika uji-t adalah sebagai berikut: berikut:
x ₁−x ₂
t ₕᵢₜᵤₙ ₉=
1 1
s
√ +
n₁ n ₂
Dengan:

( n ₁−1 ) S ₁2+ ( n ₂−1 ) S ₂2


S2=
n1+ n2−2

Keterangan:

𝑥̅1 = rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen

𝑥̅2 = rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol

𝑛1 = Jumlah sampel kelas eksperimen

𝑛2= Jumlah sampel kelas kontrol

𝑆12 = Varians kelompok eksperimen

𝑆22 = Varians kelompok kontrol

𝑆 = Varians gabungan/simpangan baku gabungan

3.8 Jadwal Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di MTs N 5 Kota Jambi semester genap tahun ajaran
2019/2020. Adapun secara rinci jadwal penelitian tertera pada tabel berikut:
Table 3.3

Novemb April
Februari 2022 Maret 2022
er 2021 2022
No Kegiatan
II III I II III IV I II III IV I
1. Pembuatan/
Pengusulan
rancangan penelitian
2. Mempersiapkan
perangkat
pembelajaran
berbasis model
pembelajaran
Discovery Learning
3. Pengurusan Izin
Riset
4. Riset Lapangan
5. Pengelolahan Data
Lapangan
6. Penyempurnaan
Penulisan Laporan

3.9 Biaya penelitian


Dalam Penelitian ini, peneliti hanya membuat rincian biaya-biaya yang dikeluarkan
selama peneliti melakukan penelitian. Rincian biaya selama penelitian sebagai berikut:
Table 3.4

Biaya
Satuan Total
No Rincian Satuan Volum
. e
1. Kertas A4 Rim 2 Rp 44.000 Rp 88.000
2. Tinta Print Botol 2 Rp 35.000 Rp 70.000
3. Foto Copy Eksempla 17 Rp 20.000 Rp 340.000
Proposal r
4. ATK Paket 2 - Rp 200.000
5. Kenang- - 5 Rp 30.000 Rp 150.000
kenangan
6. Transportasi PP - - Rp 100.000
7. Konsumsi Bungkus - - Rp 100.000
8. Biaya tak terduga - - - Rp 100.000
Total Rp 1.148.000

3.10 Personalia Penelitian


1. Konsultan Metodologi Penelitian
Nama Lengkap : Dr. Drs. Syaiful, M.Pd.
NIP/NIK : 201504051015

2. Ketua Penelitian
Nama Lengkap : Arif Desramaza
NIM  : A1C219071
Tanggal Lahir  : 07 Desember 2000 
Riwayat Pendidikan : 
 SD Negeri 04 Taruang-Taruang
 MTs N 1 Kab Solok
 SMA Negeri 1 IX Koto Sungai Lasi
 Universitas Jambi

3. Anggota Penelitian
Jumlah anggota peneliti adalah 3 orang, yang terdiri dari satu orang dosen, satu
orang guru di sekolah yang diteliti, dan satu orang mahasiswa pendidikan matematika.
Dosen berperan sebagai pembimbing, guru berperan sebagai acuan peneliti dalam
melakukan penelitian, sedangkan mahasiswa berperan dalam melaksanakan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

(NCTM), N. councilof teacher of mathematics. (2000). Principles And Standarts For School
Mathematics. VA : NCTM.
Buduka, S. (2015). A time function havlena and odeh MBE straight line equation. In Society of
Petroleum Engineers - SPE Nigeria Annual International Conference and Exhibition,
NAICE 2015. https://doi.org/10.2118/178408-ms
Chen, H. (2018). The rise of deep learning in drug discovery. In Drug Discovery Today (Vol. 23,
Issue 6, pp. 1241–1250). https://doi.org/10.1016/j.drudis.2018.01.039
Herman Hudoyo. (2015). Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaanya di Depan
Kelas. Usaha Nasional.
Herman, T. (2007). Pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir
matematis tingkat tinggi siswa sekolah menengah pertama. Perdana Publishing.
Hidayat, W. (2018). Improving students’ creative mathematical reasoning ability students
through adversity quotient and argument driven inquiry learning. In Journal of Physics:
Conference Series (Vol. 948, Issue 1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/948/1/012005
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia
Indonesia.
Jeannotte, D. (2017). A conceptual model of mathematical reasoning for school mathematics.
Educational Studies in Mathematics, 96(1). https://doi.org/10.1007/s10649-017-9761-8
Listika Burais, M. Ikhsan, M. D. (2016). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
melalui Model Discovery Learning. Jurnal Diktatik Matematika, 3(No 1).
Lithner, J. (2017). Principles for designing mathematical tasks that enhance imitative and
creative reasoning. ZDM - Mathematics Education, 49(6), 937–949.
https://doi.org/10.1007/s11858-017-0867-3
Lo, Y. C. (2018). Machine learning in chemoinformatics and drug discovery. In Drug Discovery
Today (Vol. 23, Issue 8, pp. 1538–1546). https://doi.org/10.1016/j.drudis.2018.05.010
Medová, J. (2020). Relations between generalization, reasoning and combinatorial thinking in
solving mathematical open-ended problems within mathematical contest. Mathematics,
8(12), 1–20. https://doi.org/10.3390/math8122257
Muhibbin Syah. (2004). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Remaja Rosdakarya.
Muhibbin Syah. (2014). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Remaja Rosdakarya.
Smit, R. (2019). What Happens After the Intervention? Results From Teacher Professional
Development in Employing Mathematical Reasoning Tasks and a Supporting Rubric.
Frontiers in Education, 3. https://doi.org/10.3389/feduc.2018.00113
Turmudi. (2008). Taktik dan Strategi pembelajaran matematika (berparadigma eksploratif dan
investigatif). Leuser cipta pustaka.
Yulianti, D.E., Wuryanto, & D. (2013). Keefektifan Model-Eliciting Activities pada
Kemampuan Penalaran dan Disposisi Matematis Siswa. Unnes Journal of Mathematics
Education, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai