Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping terkait Pemahaman


Konsep Matematika Siswa pada Materi Bangun Ruang Kelas VIII di
SMPN NEGERI 30 MAKASSAR

Adinda Rezeky Anggriani


1611442009

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

0
2019

1
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spritual-keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Usaha dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa dapat
dilakukan melalui proses pembelajaran matematika yaitu pembelajaran yang
mengedepankan pengetahuan eksak, benar dan langsung menuju sasaran
sehingga dapat membentuk disiplin dalam berpikir, serta melatih siswa
berpikir sederhana, jelas, tepat dan cepat.
Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada
semua siswa di setiap tingkatan pendidikan untuk membekali siswa dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta
kemampuan bekerjasama. Selain itu, mata pelajaran matematika bertujuan
agar siswa memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat hierarkis. Hal
tersebut berarti, dalam mempelajari matematika harus menguasai konsep
sebelumnya yang menjadikan prasyarat untuk memahami konsep yang
selanjutnya. Dengan demikian sangat penting kepahaman konsep siswa
tentang materi sebelumnya untuk melanjutkan materi yang selanjutnya. Jika
sejak awal siswa kurang memahami konsep atau bahkan tidak memahami
konsep sama sekali, maka siswa akan sulit mempelajari materi selanjutnya

3
dan hal tersebut akan berlanjut sampai siswa tersebut selesai menempuh
pendidikan.
Setiap siswa perlu menguasai konsep matematika yang diajarkan.
Penguasaan konsep yang diberikan menjadi dasar bagi siwa mempelajari
materi berikutnya sehingga secara alamiah siswa memiliki kemampuan dalam
menyelesaikan masalah berbeda-beda. Hasil penelitian Herholdt & Ingrid
(2014), menyatakan bahwa analisis kesalahan siswa tidak hanya memerlukan
konten matematika dan pengetahuan pedagogis guru, tetapi juga akan
berfungsi untuk memperluas pengetahuan kognisi guru matematika dan
pengembangan konsep. Hasil penelitian Chamundeswari (2014) menyatakan
bahwa kesalahan konseptual membantu guru untuk memahami kesulitan
siswa dan mengevaluasi tingkat pengetahuan siswa.
Dalam mata pelajaran matematika, terdapat beberapa materi yang
melatih siswa dalam berpikir logis, analitis, dan sistematis, salah satunya
adalah geometri. Materi geometri merupakan materi yang membahas tentang
obyek-obyek berhubungan dengan bidang dan ruang seperti persegi panjang,
kotak, kubus, trapezium, dan sebagainya. Benda bangun ruang yang ada di
kehidupan sehari-hari dapat digunakan siswa untuk latihan menyelesaikan
persoalan benda bangun ruang. Penyelesaian soal bangun ruang tidak hanya
memerlukan keterampilan siswa, namun juga melalui daya pikir dan
penalaran. Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang kurang
menguasai materi geometri terkhusus bangun ruang.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti memberikan soal mengenai
pemahaman konsep matematika materi bangun ruang kepada beberapa siswa
di SMPN 30 MAKASSAR. Dari jawaban siswa, dipilih beberapa jawaban
siswa yang kurang tepat. Adapun jawaban-jawaban tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kesalahan dalam menggunakan dan menerapkan rumus.
Misalnya pada soal 1, siswa diminta untuk mencari volume prisma, akan
tetapi siswa malah menjawab dengan menggunakan rumus dari volume

4
limas. Kesalahan ini terjadi karena siswa tidak tahu atau lupa dengan
rumus dari volume prisma.

2. Kesalahan dalam mencari luas permukaan balok


Misalnya pada soal nomor 2, siswa diminta untuk mencar luas
permukaan balok. Akibat kurangnya keteliaan siswa, beberapa siswa
salah dalam memasukkan angka kedalam rumus sehingga sangat
mempengaruhi hasil akhir dari penyelesaiannya soal tersebut.

3. Kesalahan dalam mencari volume prisma


Siswa mengalami kesalahan dalam mencari volume prisma yaitu siswa
langsung memasukkan angka ke dalam rumus, yang seharusnya siswa
harus mencari tinggi alas dan luas alas terlebih dahulu. Setelah itu
mencari volume prisma.

5
Berdasarkan kondisi di atas, pemahaman konsep matematika siswa di
SMPN 30 MAKASSAR masih rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
pemahaman konsep matematika siswa terhadap materi bangun ruang dan
model pembelajaran yang diterapkan kurang bervariasi, sehingga siswa
merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
Alternatif model pembelajaran yang ditawarkan pada penelitian ini
adalah penerapan model pembelajaran mind mapping. Caroline Edward
(2009: 64) menyatakan bahwa mind mapping adalah cara paling efektif dan
efisien untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan data dari atau ke
otak. Sistem ini bekerja sesuai cara kerja alami otak kita, sehingga dapat
mengoptimalkan seluruh potensi dan kapasitas otak manusia.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti merasa perlu melakukan
penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Terkait
Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pada Materi Bangun Ruang Kelas
VIII di SMPN NEGERI 30 MAKASSAR”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latr belakang yang diuraikan sebelumnya maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah
1. Bagaimana penerapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Mind Mapping terkait pemahaman konsep siswa pada materi bangun
ruang kelas VIII di SMPN 30 MAKASSAR?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Mind Mapping dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi bangun ruang kelas
VIII di SMPN 30 MAKASSAR?

6
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penerapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Mind Mapping terkait pemahaman konsep siswa pada materi bangun
ruang kelas VIII di SMPN 30 MAKASSAR.
2. Mengetahui bahwa penerapan model pembelajaran Mind Mapping dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi bangun ruang kelas
VIII di SMPN 30 MAKASSAR.

D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan pemikiran
terhadap upaya peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari
matematika khususnya dalam menyelesaikan soal matematika materi
geometri.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik
1) Dapat mengetahui kesalahan yang dilakukan dalam
menyelesaikan soal bangun ruang.
2) Peserta didik lebih terampil dan teliti serta termotivasi dalam
pembelajaran selanjutnya setelah mengetahui letak
kesalahannya.
b. Bagi Guru
1) Dapat mengetahui tingkat kemampuan pemahaman konsep
peserta didiknya.
2) Dapat mengetahui jenis kesalahan serta penyebab kesalahan
yang dilakukan peserta didiknya.

7
3) Dapat memberikan bekal guru untuk bisa lebih meningkatkan
pembelajaran di dalam kelas.
4) Dapat menentukan langkah pembelajaran yang tepat dalam
proses belajar mengajar untuk mengurangi kesalahan peserta
didik dalam menyelesaikan soal.
c. Bagi Peneliti
1) Dapat memberikan bekal pengetahuan bagi peneliti sebagai
calon guru matematika.
2) Dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian
lain yang sejenis.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Matematika
Hingga sampai saat ini, belum ada kesepakatan yang bulat di antara
para matematikawan, tentang apa yang dimaksud dengan matematika itu.
Matematika hingga pada saat ini berkembang sangat pesat. Karso, dkk
(2008) mengatakan bahwa “Sasaran matematika tidaklah konkret, tetapi
abstrak dengan cabang-cabangnya semakin lama semakin berkembang dan
bercampur”.
Istilah matematika berasal dari Bahasa Yunani mathein atau
manthenein yang artinya mempelajari, yang diduga kuat memiliki
hubungan yang erat dengan bahasa Sansekerta medha atau widya yang
artinya kepandaian atau intelegensi (Nasution, dalam Karso dkk, 2008: 2).
Berikut ini beberapa definisi matematika yang dikemukakan oleh Soedjadi
(2000: 11), yaitu:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
secara sistematik.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan
berhubungan dengan bilangan.
4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6. Matematika adalah pengetahuan tentangaturan-aturan yang ketat.
Selain definisi diatas, Soedjadi (2013:13) juga mengungkapkan
beberapa karakteristik matematika, yaitu:
a. Memiliki objek abstrak.

9
Dalam matematika, objek dasar yang dipelajari adalah abstrak
atau mental. Objek-objek ini antara lain: (1) fakta, (2) konsep, (3)
operasi ataupun relasi, dan (4) prinsip. Adapun objek-objek tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Fakta berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol
tertentu. Contohnya, “8” merupakan simbol bilangan untuk
menyatakan bilangan “Delapan”. Selain itu, ada juga contoh lain
yaitu operasi penjumlahan, dimana unsur-unsur yang
dioperasikan juga abstrak, misalnya ” dipahami sebagai “tiga
tambah lima”.
2) Konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan
sekumpulan objek. Contohnya “segitiga” adalah nama dari suatu
konsep abstrak. Dengan konsep itu, sekumpulan objek dapat
digolongkan sebagai segitiga atatu bukan segitiga.
3) Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan
pengerjaan matematika yang lain, seperti perkalian dan irisan.
Unsur-unsur yang dioperasikan juga abstrak.
4) Prinsip dalam matematika terdiri atas beberapa fakta dan konsep
yang dikaitkan dengan suatu relasi atau operasi. Dengan kata lain,
prinsip yang dapat berupa aksioma, teorema, sifat dan sebagainya
adalah hubungan antara berbagai objek matematika
b. Bertumpu pada kesepakatan
Dalam, matematika, kesepakatan merupakan tumpuan yang
amat penting. Kesepakatan dalam banyak hal seperti symbol, istilah,
pernyataan pangkal yang berlaku dalam lingkup universal atau berlaku
umum. Kesepakatan yang mendasar adalah aksioma dan konsep
primitive. Aksioma (postulat) diperlukan untuk menghindarkan
berputar-putar pada pembuktian sedangkan konsep primitif (undefined
term) diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam
pendefenisian.
c. Berpola pikir deduktif

10
Pola pikir deduktif mengikuti alur “umum-khusus”. Dengan kata
lain, pola pikir ini berangkat dari hal yang bersifat umum dan
diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. Suatu sifat atau teorema
atau prinsip matematika pada awalnya mungkin saja diperoleh secara
induktif, tetapi harus dikuatkan dengan cara deduktif.
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti.
Dalam matematika, jelas terlihat banyak symbol yang biasa
digunakan, baik itu huruf ataupun bukan huruf. Rangkaian simbol
matematika dapat membentuk suatu model matematika, baik itu
persamaan, pertidaksamaan, bangun geometri, dan sebagainya. Makna
huruf dan tanda itu tergantung dari permasalahan yang menyebabkan
terbentuknya suatu model.
e. Memperhatikan semesta pembicaraan.
Dalam menggunakan symbol dalam matematika, diperlukan
kejelasan dalam lingkup apa suatu model dipakai. Bila lingkup
pembicaraannya bilangan, maka symbol diartikan bilangan. Lingkup
pembicaraan inilah yang disebut dengan semesta pembicaraan.
f. Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika, terdapat banyak sistem. Ada sistem yang
berhubungan satu sama lain, namun ada juga yang tidak berhubungan
satu sama lain dalam sistem itu sendiri.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas
dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari
tentang kuantiti, ruang, dan bilangan yang sistematis dan telah dibuktikan
berdasarkan logika dan fakta-fakta yang ada.

2. Model pembelajaran Mind Mapping

Mind Mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan


seorang psikologi dari Inggris. Buzan menyatakan, Mind mapping adalah
cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan

11
mengambil informasi keluar dari otak. Mind mapping adalah cara mencatat
yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran.
Dalam membuat Mind mapping kita menggunakan warna, memiliki
struktur alami yang memancar dari pusat, menggunakan garis lengkung,
simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian. Dengan
Mind mapping, informasi yang ada menjadi mudah untuk diingat.
Mind Mapping merupakan proses memetakan pikiran untuk
menghubungkan konsep tertentu yang dituangkan kedalam suatu tulisan
yang menarik dan kreatif menyerupai peta kota. Sehingga konsep dari
pembelajaran tersebut akan mudah dipahami oleh otak. Model
pembelajaran Mind Mapping merupakan suatu model pembelajaran yang
mengaktifkan kedua bagian otak dalam pembelajaran. Pengaktifan kedua
bagian otak merupakan suatu upaya agar proses pembelajaran yang
diterima oleh siswa berjalan dengan baik. Model pembelajaran Mind
Mapping merupakan suatu upaya untuk mengaktifkan kedua fungsi otak
dalam pembelajaran.
Matematika, bahasa, IPA, dan agama adalah keterampilan-
keterampilan otak kiri, sedangkan seni, musik, pengajaran keterampilan
berfikir, menggunakan otak kanan. Dalam sistem pendidikan modern lebih
cenderung memilih keterampilan-keterampilan otak kiri. Hal tersebut
membuat ketidakseimbangan kerja antara otak kiri dan otak kanan.
Akibatnya, kerja otak tidak sinergis, tidak optimal, dan tidak efisien. Otak
kiri bersifat memori jangka pendek dan yang biasa digunakan anak untuk
menghafal adalah otak kiri, sehingga anak mudah lupa dengan apa yang
telah dipelajari sebelumnya.
Sekolah jarang mengajak siswa untuk mengaktifkan otak kanan,
padahal kreativitas berada pada sisi otak kanan. Selain itu, otak kanan juga
mempunyai sifat memori jangka panjang. Artinya, memori yang disimpan
diotak sebelah kanan lebih lama dari pada memori yang disimpan diotak
sebelah kiri.

12
Otak tidak dirancang untuk mengingat dan mencerna informasi
berupa kalimat-kalimat, namun lebih berupa gambar dan kata kunci. Oleh
karena itu, hampir semua materi pelajaran anak harus diringkas terlebih
dahulu menjadi bentuk yang lebih sederhana, sehingga anak tidak mudah
lupa dengan apa yang telah dipelajari sebelumnya. Siswa yang paham
dengan materi pembelajarannya tidak akan kesulitan dalam menemukan
kata kunci lalu menuangkan ide tersebut dengan gambar yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lain. Ketika menggambarkan ide pokok
kesebuah mind map, kerja sama otak kiri dan otak kanan terjadi secara
selaras. Gambar yang tertuang di dalam mind map merupakan pertanda
keberhasilan siswa dalam menangkap informasi, membuat konversi
informasi verbal ke visual, dan mengkomunikasikan hasil konversinya ke
orang lain. Dengan jalan ini, siswa akan mudah mengingat informasi yang
disimpannya karena siswa tersebut telah melakukan pengolahan informasi
dengan membuat lintasan berpikir di otaknya.
Menurut Karunia Eka Lestari, langkah-langkah pembelajaran
menggunakan Mind mapping yaitu:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyampaikan materi pelajaran
c. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
d. Tiap kelompok mencatat poin-poin penting dari materi yang
disampaikan
e. Setiap kelompok menyajikan kembali materi yang telah disampaikan
guru dalam bentuk peta konsep (mind map) berupa bagan atau
diagram.
f. Perwakilan beberapa kelompok mempresentasikan mind map yang
telah dibuat.
Menurut Buzan, langkah-langkah dalam membuat Mind Map adalah
sebagai berikut:
a. Mulai dari Bagian Tengah

13
Mulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisanya panjang dan
diletakkan mendatar.
b. Menggunakan Gambar atau Foto untuk Ide Sentral
Gambar bermakna seribu kata dan membantu siswa menggunakan
imajinasi.
c. Menggunakan Warna
Bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat
peta pikiran lebih hidup, menambah energi pemikiran kreatif, dan
menyenangkan.
d. Menghubungkan Cabang-cabang Utama ke Gambar Pusat
Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat kemudian
hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ketingkat satu dan
dua dan seterusnya.
e. Membuat garis hubung yang melengkung, cabang-cabang yang
melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon, jauh lebih
menarik bagi mata.
f. Menggunakan Satu Kata Kunci untuk Setiap Garis
Kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan flesibilitas
kepada peta pikiran.
Penggunaan model Mind Mapping akan membawa manfaat bagi siswa
dalam pembelajaran, diantaranya:
a. Fleksibel
Jika guru sedang memberikan materi pelajaran dan siswa mencatat,
tiba-tiba guru menambahkan suatu informasi yang penting tentang
suatu materi pelajaran yang telah dijelaskan diawal, maka siswa dapat
dengan mudah menambahkannya di tempat yang sesuai dalam peta
pikiran tanpa harus kebingungan dan takut akan merusak catatan yang
sudah rapi.
b. Dapat Memusatkan Perhatian

14
Dengan peta pikiran, siswa tidak perlu berpikir untuk menangkap
setiap kata dari guru tetapi siswa dapat berkonsentrasi pada gagasan-
gagasannya.
c. Meningkatkan Pemahaman
Dengan peta pikiran, siswa dapat lebih mudah mengingat materi
pelajaran sekaligus dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi
pelajaran tersebut. Imajinasi dan kreativitas siswa tidak terbatas
sehingga menjadikan pembuatan dan pembacaan ulang catatan menjadi
lebih menyenangkan.
3. Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang sangat penting
dalam pembelajaran, karena dengan memahami konsep siswa dapat
mengembangkan kemampuannya dalam setiap materi pelajaran.
Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep.
Menurut Sardiman, pemahaman (Understanding) dapat diartikan
menguasai sesuatu dengan pikiran.1 Pemahaman merupakan perangkat
standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi sehingga
dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai ilmu
pengetahuan, sedangkan suatu konsep menurut Oemar Hamalik adalah
suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum.2 Jadi
pemahaman konsep adalah menguasai sesuatu dengan pikiran yang
mengandung kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum.
Pemahaman konsep merupakan dasar utama dalam pembelajaran
matematika. Herman menyatakan bahwa belajar matematika itu
memerlukan pemahaman terhadap konsep-konsep, konsep-konsep ini akan
melahirkan teorema atau rumus.3 Agar konsep-konsep dan teorema-
teorema dapat diaplikasikan ke situasi yang lain, perlu adanya
keterampilan menggunakan konsep-konsep dan teorema-teorema tersebut.
Oleh karena itu, pembelajaran matematika harus ditekankan ke arah
pemahaman konsep. Suatu konsep yang dikuasai siswa semakin baik
apabila disertai dengan pengaplikasian. Effandi menyatakan tahap

15
pemahaman suatu konsep matematika yang abstrak akan dapat
ditingkatkan dengan mewujudkan konsep tersebut dalam amalan
pengajaran.4 Siswa dikatakan telah memahami konsep apabila ia telah
mampu mengabstraksikan sifat yang sama, yang merupakan ciri khas dari
konsep yang dipelajari, dan telah mampu membuat generalisasi terhadap
konsep tersebut.
Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa kemampuan pemahaman
konsep matematika menginginkan siswa mampumemanfaatkan atau
mengaplikasikan apa yang telah dipahaminya kedalam kegiatan belajar.
Jika siswa telah memiliki pemahaman yang baik, maka siswa tersebut siap
memberi jawaban yang pasti atas pernyataanpernyataan atau masalah-
masalah dalam belajar.
Keberhasilan siswa dalam mempelajari matematika dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Ngalim Purwanto mengungkapkan bahwa berhasil atau
tidaknya belajar itu tergantung pada bermacam-macam faktor.
Adapun faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1) Faktor yang ada pada organisme itu sendiri yang kita sebut faktor
individu, yang termasuk dalam faktor individu antara lain
kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan latihan, motivasi dan
faktor pribadi.
2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial, yang
termasuk faktor sosial ini antara lain keluarga atau keadaan rumah
tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam
belajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi
sosial.
Selain faktor tersebut, pemahaman konsep dipengaruhi oleh
psikologis siswa. Kurangnya pemahaman konsep terhadap materi
matematika yang dipelajari karena tidak adanya usaha yang dilakukan oleh
siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru. Siswa lebih
mengharapkan kepada penyelesaian dari guru, hal ini memperlihatkan
bahwa pemahaman konsep siswa masih rendah.

16
4. Materi Bangun Ruang
Definisi bidang-banyak (polyhedron) adalah gabungan dari sejumlah
terhingga (finite) daerah-daerah sebibanyak, sedemikian sehingga: setiap
sisi dari suatu daerah segibanyak merupakan sebuah sisi dari tepat sebuah
segibanyak yang lain, dan jika sisi-sisi dari daerah-daerah segibanyak
tersebut berpotongan, maka sisi-sisi tersebut berpotongan pada suatu titik
atau pada sebuah sisi. Berdasarkan pengertian tersebut, suatu bangun
ruang terbentuk dari beberapa daerah segibanyak disebut sebagai suatu
bidang-banyak. Setiap segibanyak pembentuk suatu bidang banyak disebut
dengan permukaan atau bidang-sisi. Pertemuan antara dua buah bidang-
sisi pada suatu bidang banyak disebut dengan rusuk. Dengan perkataan
lain, sisi-sisi suatu bidang-sisi pada suatu bidang-banyak dapat disebut
sebagai rusuk. Gambar 1 merupakan gambar dari beberapa buah bidang
banyak.

Gambar 1. Bidang banyak- Bidang banyak beraturan

a. Prisma
Misalkan α dan β adalah dua buah bidang yang saling sejajar,
R sebuah daerah segibanyak pada bidang- α, dan sebuah garis i yang
tidak sejajar terhadap kedua bidang tersebut dan tidak memotong
daerah segibanyak tersebut. Untuk setiap titik pada daerah
segibanyak R, misanya C, terdapat ,̅ sebuah ruasgaris yang sejajar
dengan I sedemikian sehingga titik D pada bidang-β, seperti titik D
membentuk suatu daerah segibanyak R’. Gabungan semua ruasgaris
tersebut dan interior-interior daerah segibanyak R dan R’ dinamakan

17
suatu Prisma. Daerah segibanyak R tersebut dinamakan bidang-alas
atau base dari prisma. Himpunan semua titik yang identic dengan
titik D, yang terletak pada bidang-β tersebut dinamakan bidang-atas
prisma. Jarak antara bidang-α dan bidang-β tersebut merupakan
tinggi prisma.

Gambar 2. Visualisasi definisi Prisma


Rusuk-tegak suatu prisma adalah unsur (elemen) prsma yang
berupa ruasgaris yang ujung-ujungnya merupakan titik-titik sudut
bidang-alas dan bidang-atas prisma berkorespondensi. Bidang sisi
suatu prisma adalah gabungan unsur-unsur prisma yang ujung-
ujungnya merupakan titik-titik pada sisi-sisi bidang-alas dan bidang-
atas prisma tersebut yang berkorespondensi. Selimut suatu prisma
adalah gabungan semua bidang sisiprisma tersebut. Permukaan suatu
prisma adalah gabungan dari selimut, bidang alas dan bidang-atas
prisma tersebut.

Gambar 3 Prisma Segi enam


Gambar tersebut merupakan contoh prisma. Prisma diberi
nama berdasarkan bentuk segi-n pada sisi alas dan sisi atasnya.

18
Gambar tersebut merupakan prisma segienam karena alasnya
berbentuk segienam.
a) Bidang Diagonal Prisma
Gambar di bawah ini menunjukkan prisma segienam beraturan
ABCDEF.GHIJKL. Bidang ACJL pada gambar di bawah
dibentuk oleh dua pasang ruas garis dan dua pasang diagonal
sisi. Bidang ACJL disebut bidang diagonal.

Gambar 4 Bidang Diagonal


b) Luas Permukaan Prisma
Luas permukaan prisma diperoleh dengan menjumlahkan luas
sisi-sisi pada permukaannya, yaitu sebagai berikut:
Luas permukaan prisma

Jadi, untuk setiap prisma (tegak) berlaku rumus


Luas permukaan prisma = (2 X luas alas) + (keliling alas X
tinggi)
c) Volume Prisma
Untuk setiap prisma berlaku: Volume prisma = luas alas x tinggi
b. Kubus dan Balok
Kubus merupakan suatu bidang-banyak yang terbentuk dari 6
buah daerah persegi(bujursangkar) yang berdimensi/berukuran sama.

19
Kubus diklasifikasikan sebagai bidang banyak beraturan, dengan
sebutan bidang-enam beraturan atau heksahedra/heksahedron, karena
setiap daerah persegi pembentuk sebuah kubus berukuran s, maka
kubus tersebut dikatkan berdimensi sxsxs atau berdimensi s.
Suatu paralelepipedum adalah suatu prisma yang bidang-alas
dan bidang-atasnya berupa daerah jajargenjang yang saling kongruen
(sama dimensi) dan bidang sisi-bidang-sisi-nya juga berupa daerah
jajargenjang. Suatu paralelepipedum siku-siku adalah
paralelepipedum tegak yang bidang alas dan bidang-atasnya berupa
daerah persegipanjang atau suatu prisma-tegak persegipanjang.
Paralelepipedum siku-siku tersebut dinamakan dengan balok
1) Unsur-Unsur pada Kubus dan Balok

Gambar 5. Balok

2) Luas Permukaan Kubus dan Balok


Adalah jumlah luas seluruh permukaan bangun ruang tersebut.
Luas permukaan kubus dapat dirumuskan
Luas permukaan kubus = 6 x s^2
Dengan s = panjang rusuk kubus. Kemudian untuk luas
permukaan balok dapat dirumuskan:
Luas permukaan balok = 2(pl + pt)
jadi, p = panjang, l = lebar, dan t = tinggi.

3) Volume Kubus dan Balok

20
Untuk menyatakan ukuran besar suatu bangun ruang digunakan
volume. Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan sebuah balok
dengan ukuran panjang = p, lebar = l, dan tinggi = t.
Rumus volume balok dengan ukuran tersebut di atas adalah:
V=p xl xt
Rumus volume kubus dengan panjang rusuk = s adalah:
V =s x s x s atau V =s3
c. Limas
Dipandang suatu bidang-α yang memuat sebuah daerah-
segibanyak. R dan suatu titik P tidak pada bidang-α. Setiap titik pada
sisi-sisi segibanyak tersebut merupakan ujung suatu ruasgaris yang
ujung lainnya hanyalah titik P tersebut. Gabungan semua ruas garis
beserta daerah segibanyak R tersebut dinamakan limas.

Gambar 8. Visualisasi definisi Limas

a) Bidang Diagonal Limas


Gambar di atas menunjukkan limas segiempat beraturan
T.ABCD. Bidang BDT merupakan bidang diagonal. Bidang
diagonal BDT dibentuk oleh rusukBT dan DT serta
diagonal bidang BD.
b) Luas Permukaan Limas

21
Luas permukaan limas segi-n dapat ditentukan dengan
menjumlahkan luas alas dan luas segitiga-segitiga yang
merupakan sisi-sisi tegaknya.
Luas permukaan limas
¿ luas alas+ jumlah luas segitiga sisi tegak
c) Volume Limas
Untuk setiap limas berlaku rumus berikut.
1
volume limas= x luas alas x tinggi
3
Dapat disimpulkan, pokok bangun ruang sisi datar pada
SMP kelas VIII membahas tentang prisma, balok, kubus,
dan limas. Masing-masing bangun ruang dibahas mengenai
definisi, unsur-unsur, jaring-jaring, luas permukaan bangun
dan volume bangun.

B. Kerangka Konseptual
Menurunnya daya serap siswa terkait materi bangun ruang
menunjukkan siswa masih melakukan kesalahan-kesalahan dalam
mengerjakan soal materi geometri. Adanya kesalahan ini menunjukkan siswa
masih mengalami kesulitan saat mengerjakan soal tersebut. Kesalahan yang ia
lakukan bisa disebabkan oleh banyak hal diantaranya belum memahami
materi dengan baik, salah dalam memahami soal, tidak mengetahui rumus
yang seharusnya digunakan, kurang teliti saat mengerjakan, tidak memahami
istilah-istilah kunci yang ada pada soal, kurang banyak latihan soal, dan
masih banyak kemungkinan penyebab kesalahan lainnya. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, peneliti menggunakan model pembelajaran mind
mapping. Penerapan mind mapping ini dimaksudkan untuk mempermudah
siswa dalam memahami konsep matematika pada materi bangun ruang.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan
pendekatan kualitatif, peneliti bertindak sebagai instrumen utama sehingga
dapat berinteraksi langsung dengan responden untuk mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan kesalahan siswa. Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (PTK).
B. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MIPA 3 SMP NEGERI 30
MAKASSAR.
C. Instrumen penelitian

1. Peneliti
Menurut Moleong (2005:2) dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri
atau bantuan orang lain merupakan pengumpul data utama. Penelitian
ini lebih menekankan proses daripada produk. Oleh karena itu,
peneliti merupakan instrument utama dalam penelitian ini. Peneliti
yang merencanakan, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik
kesimpulan, dan melaporkan hasil penelitian. Peneliti sebagai
instrument akan mempermudah menggali informasi dari subjek sesuai
dengan tujuan penelitian.

23
2. Lembar Tes Soal tentang pemahaman konsep Matematika
Tes ini berupa tes pemahaman konsep materi bangun ruang untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa.
3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisikan pertanyaan-pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada subjek pada saat wawancara. Pedoman wawancara
ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui
lebih dalam alasan siswa melakukan kesalahan dalam menjawab soal.
Pedoman wawancara ini disusun oleh peneliti yang dikonsultasikan
pada dosen pembimbing dan validator.
D. Prosedur Pelaksanaan penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian dibagi menjadi dua tahap,
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Observasi di SMPN 30 MAKASSAR
b. Menyusun proposal penelitian
c. Merancang instrumen penelitian
d. Validasi instrumen penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan tes pemahaman konsep matematika untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi bangun ruang
b. Memeriksa tes pemahaman konsep matematika siswa
c. Hasil dari tes pemahaman konsep matematika siswa akan dipilih
sebagai subjek penelitian
d. Penerapan model pembelajaran mind mapping
e. Melakukan wawancara
f. Penulisan laporan penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana
penerapan model pembelajaran mind mapping terkait pemahaman konsep
matematika siswa pada materi bangun ruang.

24
LEMBAR INSTRUMEN

A. Guru
1. Model pembelajaran Mind Mapping pada materi bangun ruang kelas
VIII.
2. Menggunakan alat bantu dalam proses pembelajaran.
3. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik.
B. Siswa
1. Menyimak penjelasan materi.
2. Performa guru dalam mengajarkan materi bangun ruang terhadap
pemahaman konsep matematika siswa.
3. Keaktifan siswa menerima pembelajaran.
C. Iklim Kelas
1. Suasana belajar yang menyenangkan
2. Pelaksanaan pembelajaran
3. Perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran

25

Anda mungkin juga menyukai